Uji Normalitas Uji Homogenitas Data
Persentase skor kemampuan komunikasi matematis yang diperoleh kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol untuk setiap indikatornya,
baik itu berupa kemampuan written text maupun kemampuan mathematical expression. Selisih pada kemampuan written text pada kedua kelas yaitu
sebesar 15,25, sedangkan pada kemampuan mathematical expression memiliki selisih 12,81 pada kedua kelas. Persentase skor keseluruhan
indikator kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen lebih tinggi 14,04 daripada kelas kontrol. Dengan demikian secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Siswa pada kelas eksperimen
lebih mampu menggunakan kemampuan written text dan mathematical expression.
Secara visual perbandingan persentase kemampuan komunikasi matematis kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada diagram
berikut ini.
Grafik 4.3 Persentase Skor Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol
82.78 78.61
67.53 65.8
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
WT M E
Indikator Kemampuan Komunikasi M atematis
Eksperim en Kont rol
Diagram batang pada grafik 4.3 memperlihatkan bahwa kelas eksperimen pada setiap aspek baik written text maupun mathematical
expression memperoleh persentase yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Siswa dikatakan memilki kemampuan komunikasi matematis yang
baik jika dapat memberikan jawaban dengan kalimatnya sendiri serta dapat menyatakan peristiwa sehari-hari dalam konsep matematika.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis
siswa setelah
diajarkan dengan
pendekatan Concrete-
Representational-Abstract CRA secara signifikan lebih baik daripada yang diajarkan melalui pembelajaran konvensional. Skor rata-rata kemampuan
komunikasi matematis siswa melalui pembelajaran CRA secara signifikan juga lebih tinggi daripada melalui pembelajaran konvensional. Pendekatan
CRA memberikan kerangka kerja yang secara konseptual membantu siswa untuk membentuk hubungan yang bermakna antara kemampuan dalam tingkat
konkret, representasi
dan abstrak.
Berbeda dengan
pembelajaran konvensional, dimana pembelajarannya masih berpusat pada guru, sehingga
siswa kurang memiliki kesempatan untuk menggunakan dan melatih kemampuan komunikasi matematis untuk ide-ide yang mereka miliki.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pendekatan CRA terdiri dari tiga tahapan pembelajaran yaitu, concrete, representational, dan abstract.
Tahapan-tahapan pada pendekatan CRA mampu melatih kemampuan komunikasi matematis siswa. Dalam prosesnya CRA melibatkan aktifitas
langsung siswa serta pengenalan konsep melalui reprsentasi mampu melatih kemampuan komunikasi matematis, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kemampuan komunikasi matematis dapat ditingkatkan melalui pendekatan CRA. Awalnya siswa mendapatkan sedikit penjelasan mengenai materi yang
akan dipelajari sebelum dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang. Selanjutnya siswa mengerjakan LKS yang berisi permasalahan
matematis beserta pertanyaan-pertanyaan yang sesuai untuk melatih kemampuan komunikasi matematis melalui pendekatan CRA. Bersama
kelompoknya LKS dikerjakan mulai dari tahap awal hingga tahap akhir.