1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam UU No 202003 tentang pendidikan Pasal 1 ayat 1 dalam Aryani, 2010:10 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Sukmadinata 2007:24juga mengemukakan bahwa Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara peserta didik dengan para pendidik serta
berbagai sumber pendidikan. Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan pola tingkah laku seorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia
melalui pembelajaran serta proses yang berjalan. Pendidikan Kewarganegaraan atau yang lebih dikenal dengan istilah PKn
merupakan salah satu mata pelajaran penting di tingkat sekolah yang ada diberbagai tingkatan, mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas.
PKn merupakan program pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral
yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari para
siswa, baik sebagai individu, sebagai anggota masyarakat, dan sebagai umat manusia makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam pembelajaran PKn hendaknya lebih memberikan kebebasan dalam berpikir dan mengarah kepada kemandirian siswa, dimana dalam proses
pembelajaran tidak lagi hanya berpusat pada guru melainkan pembelajaran yang berpusat pada siswa, sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat
berperan aktif dalam memahami dan mendapatkan pengalaman belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga dapat menemukan pengetahuan baru.
Hakikat dari pembelajaran PKn itu sendiri adalah nilai dan moral. Sebagai pendidikan nilai, pembelajaran PKn ini akan membantu siswa dalam
mengembangkan kesadaran siswa akan nilai-nilai yang termuat dalam hal pembelajaran PKn itu sendiri terkait dengan hal yang dipelajarinya.Nilai
merupakan kualitas yang memiliki daya tarik serta dasar bagi tindakan manusia serta untuk mendorong manusia untuk mewujudkannya, karena nilai memiliki
kesesuaian dengan kecenderungan kodrat manusia Wahana, 2004:84.Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh para anggota
suatu masyarakat tertentu sebagai yang salah atau yang benar Berkowitz dalam Kohlberg, 1994 : 44.
Adapun tujuan yang diharapkan dari pembelajaran PKn itu adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pengembangan kemampuan dalam memahami,
menghayati, dan meyakini nilai-nilai pancasila sebagai pedoman perilaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga menjadi warga
negara yang bertanggungjawab dan dapat diandalkan. Peranan pendidikan pada era globalisasi saat ini sangatlah penting,
dimana pendidikan menjadi faktor utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik
, dimana pengaruh globalisasi, kemajuan teknologi
dan informasi serta perubahan nilai-nilai sosial harus diperhitungkan dalam penyelenggaran pendidikan, apalagi tanggung jawab dunia pendidikan untuk
mencapai tujuan melahirkan manusia yang berkualitas. Pada pengamatan yang dilakukan pada tanggal 18 dan 21 Februari tahun
2013, peneliti melihat pada kenyataannya pembelajaran PKn belum menerapkan model-model pembelajaran inovatif dalam proses pembelajaran.Dalam proses
pembelajaran guru cenderung menggunakan pembelajaran yang tradisional dimana lebih menekankan penggunaan metode ceramah dan tanya jawab.
Keadaan tersebut membuat siswa tidak berminat dan cenderung diam, menjadi cepat bosan dan tidak aktif saat pembelajaran berlangsung, masih terlihat siswa
yang bicara sendiri dengan temannya ketika proses pembelajaran sedang berlangsung, ada yang mengantuk, dan mengobrol dengan teman sebangku.
Dalam hal ini proses pembelajaran tidak hanya terjadi pada satu pihak saja akan tetapi adanya hubungan timbal balik antara guru dan siswa karena belajar
bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah ada dan yang hanya dibentuk oleh guru, tetapi belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Slameto,
2010: 2. Pembelajaran hendaknya divariasi dengan menggunakan model-model
pembelajaran inovatif agar siswa merasa senang saat mengikuti pembelajaran, berpartisipasi secara aktif dan tidak membosankan bagi siswa serta siswa
terdorong untuk memiliki rasa ingin tahu. Salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah model pembelajaran berbasis
masalah PBM. Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model dalam pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Dalam usaha memecahkan masalah tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan dan
ketrampilan yang dibutuhkan atas masalah tersebut. Pada umumnya, seseorang merasa senang untuk melakukan sesuatu sesuai
dengan minatnya. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh Slameto, 2010:180. Minat
pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka minat akan
semakin kuat. Apabila seseorang memiliki minat belajar yang tinggi maka orang tersebut akan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan dan tentunya hasil yang lebih baik sehingga prestasi belajar yang dicapai juga lebih baik.
Slameto 2010:57 mengemukakan bahwa minat juga besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan
minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Dalam mencapai prestasi belajar, minat merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhinya. Siswa yang berminat dalam kegiatan pembelajaran akan nampak berbeda dengan siswa yang kurang berminat, dimana
siswa yang memiliki minat belajar akan terus berusaha tekun dalam belajar dengan adanya dorongan dalam diri siswa dan tidak akan hanya menerima
pelajaran yang diberikan begitu saja tanpa adanya perlakuan. Oleh karena itu,
siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga siswa akan terdorong terus untuk terus belajar.
Dewasa ini, kita tahu bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya arus globalisasi dunia membawa
dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Oleh sebab itu, proses pembelajaran diharapkan dapat mencapai tujuan yang diharapkan yaitu menghasilkan manusia
yang berkualitas dengan menanamkan nilai-nilai kepada siswa. Kesadaran akan nilai itu merupakan hal yang penting dalam pembelajaran
PKn sebagai pendidikan nilai, dimana diharapkan siswa mampu mengembangkan nilai-nilai yang terdapat dalam jati diri yang diwujudkan dalam bentuk sikap dan
perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa, maka perlu diusahakan persiapan, perencanaan, serta penyelenggaraan pembelajaran PKn yang sesuai dan mampu
meningkatkan kesadaran siswa akan nilai terkait dengan hal yang dipelajarinya. Kegiatan ini berusaha meneliti peningkatan kesadaran siswa akan nilai terkait
dengan hal yang dipelajarinya, setelah mengikuti pembelajaran PKn. Berdasarkan uraian di atas, peneliti melaksanakan penelitian tentang
pengaruh penggunaan model PBMterhadap minat dan kesadaran siswa akan nilai globalisasi. Dengan model PBM diharapkan dapat memberi pengaruh terhadap
minat dan kesadaran siswa akan nilai globalisasi.
B. Batasan Masalah