commit to user 19
alat yang digunakan untuk mengajar, lingkungan, kesempatan dan motivasi sosial. Berdasarkan uraian di atas, ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
yaitu faktor dari siswa dan faktor dari luar. Faktor internal siswa berupa kemampuan siswa dan motivasi belajar siswa. Faktor eksternal siswa berupa interaksi guru dengan
siswa dalam proses belajar mengajar. Demikian pula dalam pembelajaran matematika, prestasi belajar matematika juga dipengaruhi kedua faktor tersebut.
5. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni 2010:15 cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin dalam Isjoni 2010:15 mengemukakan “In cooperative learning methods, students work together in four
member teams to master material initially presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di
mana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.
Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa
student oriented, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif
dan tidak peduli pada yang lain. Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal dengan
nama pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson Johnson dalam Isjoni 2010:17 cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas ke dalam suatu
kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.
commit to user 20
Penerapan pembelajaran kooperatif di kelas mampu meningkatkan prestasi siswa. Di lain pihak, penerapan model pembelajaran ini pun mengalami beberapa kesulitan. Hal
ini sesuai pendapat Robyn M. Gillies dan Michael Boyle 2010 dalam Journal of Teaching Teacher Education. Pendapat yang ditulis dalam artikel yang berjudul
Teachers reflections on cooperative Learning adalah sebagai berikut: Cooperative learning CL is a well documented pedagogical practice that promotes
academic achievement and socialization, yet many teachers struggle with implementing it in their classes. Data from the interviews indicated that while the
teachers had positive experiences with CL, a number encountered difficulties with implementing it in their classrooms. Issues identified included students socializing
during group activities and not working, managing time effectively, and the preparation required. Other issues that the teachers identified as being important for
successful group work included the composition of the groups, the task the group was to undertake, the social skills training needed, and the assessment of the
learning that occurred in the group.
Artinya, pembelajaran kooperatif CL adalah praktik pedagogis yang terdokumentasikan dengan baik untuk meningkatkan prestasi akademik dan sekaligus proses sosialisasi, dan
banyak guru berusaha menerapkan dalam kelas mereka. Data dari wawancara menunjukkan bahwa para guru memiliki pengalaman positif dengan CL, meski beberapa
menemui kesulitan-kesulitan dalam menerapkannya di dalam kelas. Masalah-masalah yang teridentifikasi diantaranya sosialisasi siswa selama kegiatan kelompok dan tidak
bekerja, mengelola waktu secara efektif, dan persiapan yang diperlukan. Masalah lain yang diidentifikasi dalam CL adalah pentingnya keberhasilan kerja kelompok, termasuk
di dalamnya komposisi kelompok, tugas yang harus dilaksanakan, latihan keterampilan sosial yang diperlukan, dan penilaian atas kelompok.
Junko Shimazoe and Howard Aldrich 2010 dalam Journal of College Teaching. menulis sebuah artikel yang berjudul Understanding Overcoming
Resistance to Cooperative Learning. Dalam artikel dia menyatakan: In Cooperative Learning, instruction focuses on coordinating, stimulating and
encouraging interactions among students, with students expected to learn from
commit to user 21
their own activities and interaction with their peers. Hal ini berarti dalam pembelajaran kooperatif, pengajaran berfokus pada
mengkoordinasikan, merangsang dan mendorong interaksi antara siswa dengan harapan siswa belajar dari kegiatan-kegiatan dan interaksi dengan teman-temannya.
Walaupun pembelajaran berpusat pada siswa, namun guru tetap memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran kooperatif. Hal ini sesuai
dengan pendapat Noorchaya Yahya dan Kathleen Huie 2002, dalam Internet TESL Journal mereka menulis artikel yang berjudul Reaching English Language Learners
Through Cooperative Learning. Dalam artikel tersebut mereka menyatakan bahwa:
In planning cooperative learning, teachers take several roles. First, teachers make pre-instructional decisions about grouping students and assigning appropriate tasks.
Teachers have to be able to explain both the academic task and the cooperative structure to students and then must monitor and intervene when necessary. Finally,
the teacher is also the one who is responsible for evaluating student learning and the effectiveness of each groups work.
Dalam merencanakan pembelajaran kooperatif, guru memegang beberapa peran. Pertama
membuat rencana pra-pembelajaran tentang pengelompokan siswa dan pemberian tugas yang sesuai. Guru harus dapat menjelaskan tugas akademis dan struktur kooperatif
kepada siswa dan kemudian harus memonitor dan turun tangan bila perlu. Akhirnya, guru juga harus bertanggungjawab mengevaluasi pembelajaran siswa dan keefektifan kerja
masing-masing kelompok. Slavin dalam Isjoni 2010:21 mengemukakan bahwa tiga konsep sentral yang
menjadi karakteristik
cooperative learning
yaitu penghargaan
kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
a. Penghargaan kelompok Cooperative learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh
commit to user 22
penghargaan kelompok. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal
yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli. b. Pertanggungjawaban individu
Pertanggungjawaban ini menitikberatkan pada aktivitas aanggota kelompok yang saling membantu dalam belajar.
c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Cooperative learning menggunakan metode skoring yang mencakup nilai
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang,
atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil. Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif pada siswa berarti sekolah:
a. mengembangkan dan menggunakan keterampilan kooperatif berpikir kritis dan kerja sama kelompok;
b. menyuburkan hubungan antar pribadi yang positif di antara siswa yang berasal dari latar belakang yang berbeda;
c. menerapkan bimbingan oleh teman peer coaching; d. menciptakan lingkungan yang menghargai, menghormati nilai-nilai ilmiah;
e. membangun sekolah dalam suasana belajar. Hasil penelitian Carlan, Rubin dan Morgan 2003 yang dipublikasikan dalam
artikel berjudul Cooperative Learning, Mathematical Problem Solving, and Latinos pada jurnal internasional adalah sebagai berikut:
1 Student became more actively engaged in mathematical problem solving through
cooperative learning. Reluctant leaners, who previously did not do their work, began to participate in the problem solving process.
2 Students moved from a competitive to a cooperative stance. Rather than competing
for the correct answer, they began to share their problem solving ideas and answers.
commit to user 23
3 At first, students asked each other for their answers. However, they soon began to
work with each other on the mathematical problem solving process rather than seeking the correct answers.They discovered that there are often several correct
ways of finding a solution.
4 After observing the researchers implementing cooperative learning as well
5 Teacher also became more aware of students’ abilities when they worked in small
groups. Some students who did not normally participate in whole group activitie were actively involved in small grop work.
Hal ini dapat diartikan sebagai : 1 Siswa menjadi lebih aktif dalam mengusahakan pemecahan masalah matematika
melalui pembelajaran kooperatif. Siswa yang malas mengerjakan pekerjaan rumahnya mulai ikut berpartisipasi dalam proses pemecahan masalah.
2 Siswa mengubah sikap kompetisi menjadi sikap kerja sama. Kompetisi dalam menjawab soal dengan benar mereka mulai dengan berbagi pengalaman dalam
memecahkan masalah beserta gagasan dan jawabannya. 3 Pertama kali siswa menanyakan masing-masing jawaban. Tetapi mereka segera
mulai mengerjakan dengan yang lain tentang proses pemecahan masalah matematika daripada hanya mencari jawaban saja. Mereka telah menemukan bahwa ada beberapa
cara yang benar dalam menentukan penyelesaian. 4 Setelah mengobservasi pemakaian pembelajaran kooperatif dalam matematika,
guru dapat mengubah meja dari bentuk berbaris menjadi bentuk kelompok sehingga pembelajaran kooperatif menjadi lebih baik.
5 Guru menjadi lebih peduli dengan kemampuan siswa ketika mereka bekerja dalam kelompok kecil. Bererapa siswa yang tidak berpartisipasi dengan baik dalam
kelompok besar menjadi terlibat aktif dalam kelompok kecil. Sedangkan hasil penelitian Katsap 2003 dari Kaye College of Education yang
dipublikasikan pada jurnal internasional yang berjudul Active Learning in the College Mathematics Classroom adalah :
commit to user 24
1 Learning was cooperative
2 Demonstrating the implementation of the learning unit colleagues influenced
decisions to adopt the method and the topic 3
Learning and preparing the unit taught, which is to be included in the course book, required that the teacher take responsibility,
4 Learning in group was characterized by organization.
yang artinya : 1 Pembelajaran adalah bekerja sama.
2 Penerapan pembelajaran di tingkat unit dengan rekan sejawat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam penentuan metode dan topik.
3 Pembelajaran dan persiapan mengajar yang ada di buku kursus harus dapat dipertanggungjawabkan oleh guru.
4 Pembelajaran dalam kelompok ditandai dengan adanya pengorganisasian. Tujuan utama penerapan model pembelajaran kooperatif menurut Isjoni
2010:21 adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman- temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada
orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
6. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD