Hipotesis Kedua Pembahasan Hasil Analisa Data 1.

commit to user 74

2. Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua dalam penelitian ini mengatakan bahwa “Siswa dengan kemampuan awal kategori tinggi memiliki prestasi belajar lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan awal kategori sedang atau rendah. Siswa dengan kemampuan awal kategori sedang memiliki prestasi belajar lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan awal dengan kategori rendah”. Berdasarkan hasil analisis variansi dua jalan untuk sel tak sama untuk efek utama faktor B kemampuan awal diperoleh harga statistik uji F b = 138,56 dan F 0,05;2;198 = 3,00, ternyata F b F 0,05;2;198 sehingga F b Î DK, dengan demikian H 0B ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 terdapat perbedaan efek kemampuan awal yang berbeda terhadap hasil belajar matematika pada materi sistem persamaan linear. Karena H 0B ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut anava yaitu uji komparasi ganda. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 29. Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 2 diperoleh F 1-2 = 55,9948 dan 2F 0,05;2;198 = 6,00, ternyata F 1-2 2F 0,05;2;198 sehingga F 1-2 Î DK dengan demikian H ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi secara signifikan hasil belajar matematikanya berbeda dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang pada materi sistem persamaan kuadrat. Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada Tabel 4.6, diperoleh rerata hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi sebesar 81,017 sedang rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang sebesar 67,467. Ini menunjukkan bahwa rerata hasil belajar matematika pada siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih tinggi daripada rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang. Hal ini dimungkinkan karena siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai bekal materi prasyarat yang memadai, commit to user 75 sehingga siswa dapat memahami materi dengan lebih baik, baik secara komputasi maupun secara konsep. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang pada materi sistem persamaan linear. Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 3 diperoleh F 1-3 = 239,864 dan 2F 0,05;2;198 = 6,00, ternyata F 1-3 2F 0,05;2;198 sehingga F 1-3 Î DK dengan demikian H ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi secara signifikan hasil belajar matematikanya berbeda dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi sistem persamaan linear . Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada Tabel 4.6, diperoleh rerata hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi sebesar 81,017 sedang rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah sebesar 49,673. Ini menunjukkan bahwa rerata hasil belajar matematika pada siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. Ini sangat dimungkinkan karena siswa dengan kemampuan awal tinggi dapat menguasai materi dengan lebih cepat karena materi prasyarat yang dimiliki sangat memadai, sedang pada siswa dengan kemampuan awal rendah materi prasyarat yang dimiliki sangat minim sehingga siswa dengan kemampuan awal rendah lambat untuk menguasai materi yang diberikan. Siswa dengan kemampuan awal rendah mengalami kesulitan untuk memahami materi baru karena tidak dapat menghubungkan antara konsep baru dengan konsep lama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari pada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi sistem persamaan linear. commit to user 76 Pada uji komparasi ganda antara kolom 2 dan kolom 3 diperoleh F 2-3 = 92,6049 dan 2F 0,05;2;198 = 6,00, ternyata F 2-3 2F 0,05;2;198 sehingga F 2-3 Î DK dengan demikian H ditolak. Hal ini berarti pada tingkat signifikansi a = 0,05 siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang secara signifikan hasil belajar matematikanya berbeda dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi sistem persamaan linear. Berdasarkan hasil rataan marginal dapat dilihat pada Tabel 4.6, diperoleh rerata hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang sebesar 67,467 sedang rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah sebesar 49,673. Ini menunjukkan bahwa rerata hasil belajar matematika pada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang lebih tinggi dari siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. Kemampuan awal adalah pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Semakin tinggi tingkat kemampuan awal yang dimiliki peserta didik semakin baik dalam memahami materi pelajaran berikutnya, demikian pula semakin rendah kemampuan awal yang dimiliki siswa semakin sulit siswa memahami materi berikutnya. Dengan demikian siswa dengan kemampuan awal sedang akan lebih baik memahami materi selanjutnya dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kemampuan awal sedang mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik dari siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah pada materi l sistem persamaan linear.

3. Hipotesis Ketiga

Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X (Studi Kasus: SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan

0 4 169

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep fluida dinamis

0 8 192

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together terhadap Hasil Belajar Fiqih dalam pokok bahasan Riba, Bank, dan Asuransi. (Kuasi Eksperimen di MA Annida Al Islamy, Jakarata Barat)

0 13 150

EKSPERIMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) TERHADAP Eksperimentasi Strategi Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) terhad

0 2 19

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN METODE KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA

4 18 99

EKSPERIMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI TINGKAT INTERAKSI SOSIAL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMP DI KAB

0 0 15

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN ROUNDTABLE

0 1 10