Efektivitas penggunaan model reciprocal teaching tipe diskusi kelompok dalam upaya peningkatan kualitas keterampilan berbicara siswa: sebuah penelitian tindakan pada sisw kelas VII SMP Negeri I Padaherang Ciamis tahun pelajaran 2010-2011

(1)

DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS

KETERAMPILAN BERBICARA SISWA

(

Sebuah Penelitian Tindakan Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Padaherang Ciamis Tahun Pelajaran 2010-2011)

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

Nunung Nurjanah Widya NIM: 106013000308

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1431 H/2010 M


(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL

RECIPROCAL TEACHING TIPE DISKUSI KELOMPOK DALAM UPAYA

PENINGKATKAN KUALITAS KETERAMPILAN BERBICARA SISWA

(

Sebuah Penelitian Tindakan Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri I Padaherang

Ciamis Tahun Pelajaran 2010-2011)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta

Oleh:

Nunung Nurjanah Widya Nim: 106013000308

Di bawah bimbingan

Pembimbing I

Drs. E Kusnadi. NIP: 1946001 19650 1 001

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Penelitian ini berangkat dari rumusan masalas sebagai berikut : (1) Bagaimana perencanaan pembelajaran berbicara dengan model pembelajaran Reciprocal

Teaching (2) Bagaimana proses pembelajaran berbicara dengan model

pembelajaran Reciprocal Teaching (3) Bagaimana hasil pembelajaran bebicara dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching.

Oleh karena itu, melalui penelitian ini secara husus ingin dicapai tujuan penelitian antara lain : (1) Untuk menggambarkan perencanaan pembelajaran berbicara dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching (2) Untuk menggambarkan prosees pembelajaran berbicara dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching (3) Untuk menggambarkan hasil pembelajaran berbicara dengan model dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas yaitu suatu penelitian yang dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul didalam kelas. Metode yang dilakukan peneliti terdiri atas tiga tahap yaitu : perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Ketiga tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah yang sama yang difokuskan pada pembelajaran diskusi sebagai aplikasi dari keterampilan berbicara melalui model Reciprocal Teaching.

Berdasarkan hasil penelitian, data menunjukan bahwa keterampilan berbicara siswa melalui pembelajaran diskusi dengan model Reciprocal Teaching mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada pertemuan I persentase siswa yang mendapat skor paling tinggi yaitu 35,71 %. Pada pertemuan II persentase siswa mengalani peningkatan sebesar 23,81 % menjadi 59,52 %. Pada pertemuan III persentase siswa mengalami peningkatan sebesar 88,09 % disini terjadi peningkatan sebesar 28,57 % peningkatan kemampuan berbicara juga di ikuti dengan peningkatan rata-rata aktifitas siswa selama pembelajaran. Rata-rata aktifitas siswa dalam aspek siswa serius mengerjakan tugas yang di berikan guru, pada pertemuan II mengalami peningkatan sebesar 38,09 % diperoleh 52,38 % pada pertemuan I dan 90,47 % pada pertemuan ke II hal tersebut siswa serius mengerjakan tugas yang diberikan guru pada pertemuan I berada pada kategori “cukup” dan pada siklus II menjadi tergolong kedalam kategori “baik”. Seluruh siswa respon dengan mengemukakan gagasan dam pendapat pada saat diskusi berlangsung, yaitu persentase 100 % yang tergolong kategori “sangat baik”


(4)

7 BAB II ACUAN TEORITIS A. Keterampilan Berbahasa

Nida dan Karris mengemukakan bahwa keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu:

1. keterampilan menyimak (listening skills) 2. keterampilan berbicara (speaking skill) 3. keterampilan membaca (reading skills) 4. keterampilan menulis (writing skills.)1

Setiap keteramplan itu, berhubungan erat sekali dengan tigaketerampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Untuk memperoleh keterampilan berbahasa, biasanya kita belajar menyimak dan berbicara. Membaca dan menulis kita pelajari sebelum memasuki sekolah. Keempat keterampilan tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan, dan merupakan catur tunggal.2

1. Berbicara Sebagai Sebuah Keterampilan Berbahasa

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, atau menyampaikan pikiran, gagasan dan persaan.3 Sebagai perluasan dari batasan ini dapat kita katakan bahwa berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan

1

, Henry Guntur Taringan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1957&1977), hlm. 19&9

2

Taringan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), hlm. 1

3

Taringan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), hlm. 16


(5)

yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan atau ide yang dikombinasikan.

Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak baik bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya; apakah bersikap tenang serta dapat menyesuaikan diri atau tidak. Pada saat dia mengkomunikasikan gagasan-gagasannya; dan apakah dia antusias atau tidak. Menurut Mulgrave (dalam Taringan).4

Keterampilan berbicara adalah kemampuan mengungkapkan pendapat atau pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh. Moris dalam Novia (2002) menyatakan bahwa berbicara merupakan alat komunikasi yang alami antara anggota masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan sebagai sebuah bentuk tingkah laku sosial. Sedangkan, Wilkin dalam Maulida (2001) menyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa Inggris dewasa ini adalah untuk berbicara. Lebih jauh lagi Wilkin dalam Oktarina (2002) menyatakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan menyusun kalimat-kalimat karena komunikasi terjadi melalui kalimat-kalimat untuk menampilkan perbedaan tingkah laku yang bervariasi dari masyarakat yang berbeda.5

2. Pengertian Berbicara

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tertulis bahwa berbicara adalah berkata; bercakap; berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dsb.) atau berunding.6

Selain batasan di atas, tarigan degan titik berat kemampuan pembicara memberikan batasan bahwa Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta

4

Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1954), hlm. 3—4

5

...Pengertian Keterampilan Berbicara [online]. Tersedia: http://google.com. [Juli 2010].

6

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 144.


(6)

9

menyampikan pikiran, gagasan dan perasaan. Sedangkan sebagai wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

Sejalan dengan pendapat Tarigan, pendapat Mulgrave dalam Tarigan yang mengacu pada kamus dan berbunyi:

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran. Keterangan lebih lanjut dari batasan ini adalah, berbicara merupakan sistem tanda yang dapat didengar dan dilihat yang memanfaatkan otot-otot dan jaringan otot manusia untuk mengkomunikasikan ide-ide. Selanjutnya, berbicara merupakan bentuk prilaku manusia yang memanfaatkan faktor fisik, psikisneorologis, semantik, dan linguistik secara ekstensif sehingga dapat dianggap sebagai alat yang sangat penting untuk melakukan kontrol sosial .7

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya, berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaiakan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, berbicara ini dapat dibantu dengan mimik dan pantomimik pembicara.

Beberapa prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara, antara lain: a. Membutuhkan paling sedikit dua orang;

b. Mempergunakan suatau sandi linguistik yang dipahami bersama; c. Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum;

d. Merupakan suatu pertukaran antara partisipan;

e. Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada lingkungannya dengan segera;

f. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini;

7

Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), hlm. 16.


(7)

g. Hanya melibatkan aparat atau perlengkapan yang berhubungan dengan suara atau bunyi bahasa dan pendengaran;

h. Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memerlakukan apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil. Brooks (dalam Tarigan)8

3. Jenis-jenis Berbicara

Ada beberapa kegiatan berbicara ke dalam dua jenis, yaitu: a. Berbicara di muka umum (public speaking)

Jenis-jenis pembicaraannya meliputi hal-hal berikut:

1. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan, yang bersifat informative (informative speaking)

2. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan, persahabatan (fellowship speaking)

3. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk, mengajak, mendesak, meyakinkan (persuasive speaking)

4. Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati (deliberative speaking)

b. Berbicara pada konferensi (converence speaking) Pembicaraan meliputi hal-hal berikut:

1. Diskusi kelompok (group discussion), yang terdiri atas: a. Tidak resmi (informal), yang meliputi:

1) Kelompok studi (study group)

2) Klompok pembuat kebijaksanaan (police making groups) 3) Komik

b. Resmi (formal), yang dibagi atas: 1) Komperensi

2) Diskusi panel 3) Simposium

2. Prosedur parlementer (parliamentary procedure)

8

, Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), hlm.17—18


(8)

11

Secara singkat, albert dalam tarigan mengungkapkan prosedur parlementer mempunyai dua maksud utama yaitu:

a. Meninjau serta mengarahkan urusan atau usaha secara efisien, secara tepat guna.

b. Melindungi hak-hak semua anggota 3. Debat

Berdasarkan bentuk, maksud, dan metodenya, tarigan mengklasifikasikan debat atas tipe-tipe atau kategori sebagai berikut: a. Debat parlementer atau majelis (assembly or parlementary debating)

Debat parlementer atau majelis bertujuan untuk member dan menambahi dukungan bagi suatu undang-undang tertentu dan semua anggota yang ingin menyatakan pandangan atau pendapatnya pun berbicara mendukung atau menentang usul tersebut setelah mendapat usul tersebut setelah mendapat izin dari majelis.

b. Debat pemeriksaan ulang untuk mmengetahui kebenaran pemeriksaan terdahulu (cross-examinaton debating)

Debat ini bertujuan untuk mengajukan serangkaian pertanyaan yang saling berhubungan erat antara satu dengan yang lain, yang akan menyebabkan para individu yang ditanya menunjanng posisi yang hendak ditegakkan dan diperkokoh oleh sang penanya.

c. Debat formal, konvensional, atau debat pendidikan (formal, conventional or educational debating)

Debat ini bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi dua tim pembicara untuk mengemukakan kepada sejumlah endengar argument yang menunjang atau membantah suatu usul. Setiap pihak diberi jangka waktu yang sama bagi pembicara konstruktif dan bantahan.9

9

, Henry Guntur Tarigan. Berbicara sebagai suatu keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), Hlm. 60.


(9)

4. Tujuan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyoginyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap (para) pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.

Menurut tarigan tujuan umum berbicara dapat diklasifikasikan menjadi lima golongan, yaitu:

a. Menginformasikan

Kegiatan berbicara ini dilaksanakan bila seseorang ingin: a. menjelaskan suatu proses, b. menguraikan, menafsirkan, atau menginterrestasikan suatu hal, c. member, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan, d. menjelaskan kaitan.

b. Menghibur

Kegiatan berbicara ini bertujuan untuk menimbulkan suasana gembira pada pendengarnya yang dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti humor, spontanitas, menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan sebagainya. c. Menggerakkan

Dalam kegiatan berbicara ini diperlukan pembicara yyang berwibawa, panutan atau tokoh idola masyarakat. Melalui kepintarannya dalam berbicara, kecakapan memanfaatkan situasi, ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat menggerakkan pendengarnya.

d. Menstimulasi

Kegiatan berbicara ini pembicara harus pintar merayu, mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya.


(10)

13

Kegiatan berbicara ini bertujuan untuk meyakinkan pendengar akan sesuatu melalui pembicaraan yang meyakinkan, disertai dengan pendapat, fakta atau bukti sehingga diharapkan sikap pendengar bisa diubah.10

5. Rambu-Rambu dalam Berbicara

Hal-hal yang perlu diperhatikan agar sebuah pembicaraan suksess disampaikan kepada pendengar adalah dengan menaati rambu-rambu bberbicara berikut ini:

a. Menguasai masalah yang disampaikan. Penguasaan masalah akan menumbuhkan keyakinan kepada pembicara. Sehingga akan tumbuh keberanian karena keberanian adalah modal pokok bagi pembicara.

b. Mulai berbicara kalau situasi sudah mengizinkan. Sebelum memulai pembicaraan, hendaknya pembicara memperhatikan situasi seluruhnya, terutama pendengar. Sikap pembicara yang tenang, wajar, serta berpenampilan yang rapi akan banyak membantu.

c. Pengarahan yang tepat akan dapat memancing perhatian pendengar. Penginformasian tujuan setelah mengucapkan salam, dan menjelaskan pentingnya pokok pembicaraanitu akan menarik perhatian pendengar.

d. Berbicara harus jelas dan tidak terlalu cepat. Bunyi-bunyi bahasa harus diucapkan secara tepat dan jelas. Kalimat harus efektif dan pilihan kata harus tepat.

e. Pandangan mata dan gerak-gerik yang membantu. Hendaknya terjadi kontak batin antara pembicara dan pendengar. Pandangan mata yang menyeluruh akan menyebabkan pendengar merasa diperhatikan.

f. Pembicara sopan, hormat, dan memperlihatkan rasa persaudaraan.

g. Dalam komunikasi dua arah mulailah berbicara kalau sudah dipersilahkan. Berbicara langsung pada sasarannya.

h. Kenyaringan suara. Volume suara jangan terlalu lemah dan jangan terlalu keras(berteriak)

10

Henry Guntur Tarigan. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1990), hlm. 147


(11)

i. Pendengar akan lebih terkesan kalau ia dapat menyaksikan pembicara sepenuhnya. Usahakan berdiri atau duduk pada posisi yang dapat dilihat oleh seluruh pendengar.

6. Hambatan-hambatan Berbicara

Berbicara itu mudah karena berbicara itu semudah membuka mulut. Berbicara merupakan aktifitas kkita sehari-hari dari bangun tidur hingga saatnya menutup mata. Berbicara jjuga digunakan untuk mencapai kesuksesan. Namun, bicara yang demikian itu tidak mudah dilakukaan karena ada bebera hal yang merupakan hambatan dalam kegiatan berbicara. Hambatan-hambatan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Hambatan Internal

Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari dalam diri pembicara. Hambatan ini berupa:

1. Ketidaksempurnaan alat ucap

Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurna alat ucap akan mempengaruhi keefektifan dalam berbicara, pendengar pun akan salah menafsirkan maksud pembicara.

2. Penguasaan komponen kebahasaan Komponen kebahasaan melliputi: a. lafal dan intonasi.

b. pilihan kata (diksi) c. struktur bahasa d. gaya bahasa

3. Penguasaan komponen isi Komponen isi meliputi: a. hubungan isi dengan topic. b. struktur isi

c. kualitas isi d. kuantitas isi


(12)

15

Seseorang yang tidak menguasai komponen bahasa dan komponen isitersebut di atas akan menghambat keefektifan berbicara.

b. Hambatan Eksternal

Hambatan Eksternal adalah hambatan yang datang dari luar pembicara. Hambatan ini berupa:

1. Suara atau bunyi 2. Kondisi ruangan 3. Media

4. Pengetahuan pendengar

7. Penilaian Keterampilan Berbicara

Ada beberapa prinsip umum dalam mengevaluasiketerampilan berbicara seseorang, prinsif umum tersebut, yaitu:

a. Apakah bunyi-bunyi tersendiri (vokal, konsonan) diucapkan dengan tepat? b. Apakah pola-pola intonasi, naik dan turunnya suara serta tekanan suku kata,

memuaskan?

c. Apakah ketetepan dan ketepatan ucapan mencerminkan bahwa sang pembicara tanpa referensi internal memahami bahasa yang dipergunakan? d. Apakah kata-kata yang diucapkan itu dalam bentuk dan urutan yang tepat? e. Sejauh manakah”kewajaran” atau”kelancaran” ataupun”ke-native-speaker-an”

yang tercemin bila seseorang berbicara? Brooks (dalam tarigan).11 8. kaitan berbicara dengan keterampilan berbahasa lainnya

Selain penggunaan aspek-aspek kebahasaan dalam berbicara dapat menunjukan relevansi keterampilan berbahasa lainnya dapat juga dikaitkan dengan kemampuan menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan berbicara bukan keterampilan yang berdiri sendiri melainkan suatu keterampilan yang berkaitan dengan komponen bahasa lainnya.12

11

Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1990)., hlm. 28.

12


(13)

B. Model Reciprocal Teaching

1. Pengertian Model Reciprocal Teaching

Reciprocal Teaching yang pertama dikembangkan oleh Anne Marrie Polincar dan Anne Brown merupakan suatu model pembelajaran yang digunakan untuk mengingatkan pemahaman terhadap suatu topic, dalam pembelajaran ini guru serta murid memegang peranan penting pada tahap dialog tentang suatu topik (teks), model pembelajaran ini terdiri dari empat aktivitas yaitu memprediksi (prediction), meringkas (summarizing), membuat pertanyaan (questioning), dan menjelaskan (clarifing) Menurut Polincar.13

“Reciprocal teaching refers to anintructional activity that takes place in the form of a dialogue between teachers and student regarding segment of text. The dialogue is structured by use of four stretegies: summarizing , question generating, clarifying and predicting…”

“Bila diterjemahkan berarti reciprocal teaching digambarkan sebagai aktifitas pembelajaran yang berlangsungdalam bentuk dialog antara guru dengan siswa-siswanya mengenai bagian dari suatu teks. Aktivitas dialg tersebut disusun dengan empat strategi yaitu meranngkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan) dan memrediksi…”

Senada dengan pendapat Polinscar, Arend (dalam Ain Zaelan) Reciprocal Teaching adalah prosedur pengajaran atau pendekatan yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang strategi kognitif, serta membantu siswa memahami bacaan dengan baik.

Arends pun berbicara tentang keefektifan Reciprocal Teaching dalam membentuk siswa yang belajar mandiri. Siswa yang belajar mandiri adalah siswa yang tahu kapan saat yang tepat untuk meringkas atau mengajukan pertanyaan sambil membaca suatu pokok bahasan dalam sebuah buku atau mendengarkan penyampaian guru, dan siswa memiliki motivasi untuk memantau keberhasilan belajarnya sendiri.

13

Ain Zaena, Pengembangan Model Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Siswa. (Bandung: skripsi Jur. Pend. Fisika. 2005), hlm. 16.


(14)

17

Karakteristik dari pembelajaran Reciprocal Teaching menurut Polinscar dan Brown (dalam Hadiana Rosida, 2007:16) adalah (1) suatu dialog antara siswa dengan guru dimana masing-masing mendapat giliran untuk meminpin diskusi, (2) reciprocal merupakan suat interaksi tindakan seseorang untuk merespon orang lain, (3) dialog yang terstruktur dengan menggunakan empat strategi, yaitu: merangkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan) dan memprediksi jawaban.14

Hal yang membedakan model pembelajaran reciprocal teaching dengan model pembelajaran lain menurut Slavin: “pembelajaran rreciprocal teaching menurut siswa untuk mampu menjelaskan hasil wacana yang dibaca secara mandiri kepada teman-temanya baik dalam bentk pertanyaan-pertanyaan yang dimunculkan maupun prediksi-prediksi dari wacana tersebut”.15

Menurut Palinscar dan Brown setidaknya terdapat empat strategi dasar yang terlibat dalam proses pembelajaran reciprocal yaitu, melakukan klarifikasi, membuat prediksi, bertanya dan membuat kesimpulan. Adapun penjelasan untuk masing-masing strategi sebagai berikut:

a. Klasifikasi

Dalam suatu aktifitas membaca mungkin saja seorang siswa menganggap pengucapan kata yang bena adalah hal yang terpenting walaupun mereka tidak memahami makna dari kata-kata yang diucapkan teersebut. Siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau kalimat-kalimat yang familier, apakah mereka dapat memaknai maksud dari suatu paragraph. Secara teknis hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan perytanyaan-pertanyaan seperti;

“Kata apa yang dapat menggantikan kata tersebut”

“Kata atau konsep apa yang perlu diklarifikasi dari paragraph ini?” b. Membuat prediksi

Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang sudah diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan

14

Polinscar dan Brown (dalam Hadiana Rosida, 2007), 16

15

Zaenal, Ain. Pengembangan Model Reciprocal Teaching untuk meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Siswa. (Bandung: Skripsi Jur. Pend. Fisika. 2005), hlm. 13.


(15)

informasi yang sudah dimilikinya. Setidaknya siswa diharapkan dapat membuat dugaan tentang topic dari paragraph selanjutnya. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan secara teknis adalah sebagai berikut:

“Dari judul dan ilustrasi gambar yang ada dapatkan kau menerka apa topic tulisan ini?”

“Coba pkirkan dari apa yang sudah kit abaca dan diskusikan kira-kira apa yang akan terjadi nanti?”

c. Bertanya

Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif. Bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan dapat beragam, berikut beberapa contohnya:

“Apa yang kau pikirkan ketika kau membaca teks tersebut?”

“Pertanyaan apa saja yang dapat kau ajaukan setelah membaca teks tersebut?”

“Topik apa yang membuatmu tertarik untuk membaca teks ini?” d. Membuat rangkuman

Dalam membuat tangkman dibutuhkan kemampuan untuk dapat membedakan hal-hal yang penting dan hal-hal yang tidak penting. Menentukan intisari dari teks bacaan tersebut. Beberapa pertanyaan-pertanyaan umum yang dapat diajukan antara lain:

“apa yang penulis ingin sampaikan melalui teks tersebut?” “Apa informasi paling penting dari bacaan ini?”

“Dapatkah saya menggunakan bahasa saya sendiri untuk mengutarakan kembali isi dari tulisan ini?”

Pada dasarnya pembelajaran resiprokal menekankan pada siswa untuk bekerja dalam rangka bertukar pengalaman keberhasilan belajar atau lainnya. Salah satu dasar dari pembelajarannya resiprokal ini adalah reori Vygotsky yaitu dialog dalam suattu interaksi social sebagai dasar pokok dalam proses pembentukan pengetahuan. Menurut beliau berfikir keras dan revisi dalam


(16)

19

berfikir pada saat belajar. Dari beberapa sumber yang saya dapatkan, dalam p[elaksanaan awalnnya guru menjadi leader atau contoh dalam mempraktekan keempat strategi yang diuraikan di atas. Kemudian siswa diminta ntuk melakukannya bersama teman-temannya edalam suatu kelompok yang tidak kurang dari 4 orang dan tidak lebih dari 6 siswa. Sehingga jelas dalam pelaksanaanya model ini tidak lepas dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Selain itu, yang perlu ditekannkan adalah pendekatan dialogis dalam pembelajaran baik antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan dialog yang baik serta teliti dan peka dalam mengamati. Pada prosesnya, mungkin saja siswa-siswa yang memiliki kecenderungan diam. Guru harus melakukan teknik scaffolding untuk membangkitkan keaktifan siswa.

2. Keuntungan Model Reciprocal Teaching

Model pembelajaran Reciprocal Teaching terdiri dari tiga fase, pertama guru sebagai model dimana guru mencontohkan kepada siswa bagaimana merangkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelasakan) serta memprediksi. Kedua siswa yang akan melaksanakan keempat strategi pemahaman tersebut dalam dalam kelompok kecil dan fase yang ketiga adalah diskusi antar kelompok. Masing-masing dari strategi tersebut dapat memotivasi siswa untuk aktif dan proses pembelajaran, berinteraksi dengan siswa lain dan membantu siswa dalam membangyn pemahamannya secara mandiri terhadap suatu konsep yang sedang dipelajarinya. Dengan kegiatan fisik merangkum, menyusun pertanyaan, mengklarifikasikan dan mengerjakaN LKS dalam suatu proses pembelajaran, dapat diperhatikan peran aktif dan inisiatif siswa dalam kelas yang selanjutnya dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran berbicara di sekolah.

3. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Reciprocal Teaching

Nur dan Wikandari menjelaskan tahap pengajaran Terbalik melalui prosedur harian sebagai berikut:


(17)

a. Disediakan teks bacaan sesuai materi yang hendak diselesaikan dalam satu kali pertemuan.

b. Dijelaskan bahwa pada segmen pertama guru bertindak sebagai guru (model) c. Siswa diminta membaca dalam hati sebagian teks yang diterapkan. Untuk

memudahkan mula-mula bekerja paragraf demi paragraph.

d. Jika siswa telah menyelesaikan bagian p[ertama, lakukan pemodelan ini: 1. Pertanyaan yang saya perkirakan akan ditanyakan guru adalah: ………

2. Guru memberikan kesempatan siswa menjawab pertanyaan tersebut. Bila perlu mereka boleh mengacu pada teks dengan kalimatnya sendiri: ………

3. Merangkum pokok pikiran yang terdapat dalam paragraph/sub bab. Bila perlu dapat menunjuk salah seorang siswa untuk membacakan rangkumannya.

………

4. Memberikan kesempatan siswa untuk memprediksikan hal yang akan dibahas pada paragraph selanjutnya.

………

5. Memberikan kesempatan saiswa mengajukan komentar atau menemukan hal yang tidak jelas pada bacaan.

………

e. Siswa diminta untuk memberikan komentar tentang pengajaran yang baru berlangsung dan mengenai bacaan.

f. Segmen berikutnya dilanjutkan dengan bacaan/paragraph berikutnya, dan dipilih satu siswa yang akan berperan sebagai “guru-siswa”

g. Siswa dilatih/diarahkan berperan sebagai “guru-siswa” untuk peran sertanya. h. Pada hari-hari berikutnya, semakin lama guru mengurangi peran dalam dialog,

sehingga “guru-siswa” dan siswa lain itu berinisiatif sendiri mengenai kegiatan itu. Peran guru selanjutnya sebagai moderator, menjaga agar siswa tetap berada dalam jalur dan membantu mengatasi kesulitan.


(18)

21

Adapun langkah-langkah Reciprocal Teacing menurut Palinscar dan Brown seperti Bagan 2.1

Gambar 2.1

Langkah-langkah pembelajaran Reciprocal Teaching menurut Palinscar dan Brown

Teacher model and explains the use of the four reading

strategies predicting, clarifying, questionsing, and

summarizing

The teacher instructs students on the four strategies and the use students are lead into a guided practice and receive feedback from the instructor

The teacher leads discussions about the text in

small groups. Repeatedly modeling the strategies. Student take turns leading

discussions and getting feedback from the teacher Student take turns leading the discussion using the four

strategies is small groups with other students. Students take responsibility for giving feedback on the strategy use.

The teacher moves from group to group observing

the progress and giving

assistance as needed

Students use the four reading strategies on their own and provide their own

feedback Strage 1: Teacher

demonstration

Strage 2: Student learning and practicing

Strage 3: Teacher-student group

Strage 4: Student group

Strage 5: Student self-Regulation Basic strages of


(19)

Berdasarkan bagan 2.1, secara umum dapat dijelaskan bahwa langkah-langkah model Reciprocal Teaching, adalah sebagai berikut:

1. Pada tahap awal pembelajaran, guru bertanggungjawab untuk memimpin tenya jawab dan melaksanakan strategi pcmbelajaran Reciprocal teaching, yaitu merangkum, membuat pertanyaaan, menjelaskan, dan membuat prediksi jawaban.

2. Guru memeragakan cara merangkum, membuat pertanyaan, menjelaskan kembali, dan memprediksi setelah selesai membaca.

3. Selama membimbing siswa melakukan tatihan menggunakan model ini, guru membantu siswa dalam menyelesaikan permintaan dari tugas yang diberikan pada siswa berdasarkan tingkat kepandaian siswa.

4. Selanjutnya, siswa belajar untuk memimpin tanya jawab dengan guru alau tidak ada guru.

5. Guru bertindak sebagai fasilitator, dengan memberikan penilaian yang berkenaan dengan penampilan siswa dan mendorong siswa untuk berpartisipasi dalam tanya jawab ke tingkat yang lebih tinggi.

C. Pembelajaran Kelompok

Kelompok secara umum dapat diartikan sebagai beberapa individu yang berkumpul dengan satu tujuan. Jadi, pembelajaran kelompok atau diskusi kelompok dapat didefinisikan sebagai bentuk tukar pikiran dalam musyawarah yang direncanakan atau dipersiapkan antara dua orang atau lebih tentang topik tertentu dengan seorang pemimpin.

1. Pengertian Diskusi Kelompok

John Stuart Mill pernah mengatakan bahwa "satu-satunya cara, wadah tempat manusia dapat mengemukakan beberapa pendekatan untuk mengetahui keselumhan sesuatu pokok pembicaraan adalah aengan jalan mengetahui segala


(20)

23

sesuatu yang dapat dikatakan mengenai hal itu oleh orang-orang yang mempunyai aneka ragam pendapat" Powers. 16

Kelompok diskusi berlangsung apabila orang-orang yang berminat dalam suatu masalah khusus berkumpul mendiskusikan hal itu dengan sengaja dengan harapan agar sampai pada suatu penyelesaian atau penjelasan. Suatu kelompok adalah suatu keselumhan yang dinamis dengan sifat yang berbeda dari sifat-sifat para anggotanya. Dengan perkataan lain, suatu kelompok menampiikan suatu kejamakan pribadi-pribadi, tetapi tujuan akhir yang hendak dicapai adalah tunggal bukan jamak. Untuk menghindari agar kelompok tidak sempat kehilangan arah, maka salah seorang anggotanya ditunjuk dan diangkat sebagai ketua atau pemimpin diskusi.

Berikut ini beberapa contoh pengaturan tempat yang dapat digunakan untuk diskusi kelompok.

2. Manfaat Diskusi

Salah satu manfaat yang paling besar dari diskusi kelompok ialah kemampuannya memberikan sumber-sumber yang lebih banyak bagi pemecahan masalah (problem-solving) daripada yang tersedia atau memungkinkan diperoleh apabila seorang pribadi membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi atau merusak suatu kelompok. Diskusi kelompok ini juga berguna apabila dua pandangan yang bertentangan harus diajukan dan suatu hasil yang bersifat memilih.

"salah satu dari dua" yang segera akan dilaksanakan. Pengenalan terhadap pandangan baru mungkin dapat menobros jalan baru itu.

Melalui pikiran dan rencana kelompok, maka ide-ide atau gagasan dapat diuji secara lebih memadai dan tidak memihak, ketimbang kalau kelompok itu berada di bawah pesona seorang pembicara yang meyakinkan walaupun kadang-kadang yang bersifat berpandangan picik mengutamakan kepentingannya sendiri.

16

Henry Guntu Taringan, Berbicara sebagai suatu keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 2008), hlm.40


(21)

Gambar 2.2

Gambar Posisi Diskusi Kelompok 3. Keunggulan Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok dapat menciptakan iklim yang memudahkan penerimaan bahan pelajaran serta dapat meningkatkan taraf berpikir siswa. Diskusi kelompok juga lebih m.emungkinkan siswa memiliki pengalaman yang lebih luas dan beraneka ragam, karena pengetahuan yang diperoleh dari berdiskusi belum tentu didapat dari membaca atau mendengarkan guru.

Sebagai latihan dalam berbicara, diskusi memiliki beberapa keunggulan seperti yang diungkapkan oleh Maidar dalam buku Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia, antara lain:

a. Diskusi lebih banyak melatih siswa berpikir secara logis karena dalam berdiskusi ada proses adu argumentasi.

b. Argumentasi yang dikemukakan mendapat penilaian dari anggota yang lain, sehingga hal ini dapat meningkatkan kemarnpuan berpikir dalam memecahkan suatu masalah.

c. Umpan balik dapat diterima secara langsung, sehingga hal ini dapat memperbaiki cara berbicara si pembicara, baik yang menyangkut faktor kebahasaan ataupun nonkebahasaan.

d. Peserta yang pasif dapat dirangsang supaya aktif berbicara oleh moderator atau peserta yang lain.

e. Para peserta dikusi turut memberikan saham, turut mempertimbangkan P

X X X

X X

X X

X X

X

X

X X

X X X

X

X X

X P

X X P X X


(22)

25

gagasan yang berbeda-beda dan turut merumuskan persetujuan bersama tanpa emosi untuk raenang sendiri.17

f. Dalam mempersiapkan diskusi ada tiga bidang yang perlu diperhatikan yaitu, persiapan bahan, persiapan pribadi (personal) dan persiapan ruangan18

D. Pembelajaran Keterampilan Berdiskusi dengan Model Pembelajaran

Reciprocal Teaching

Model pembelajaran ini tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara khususnya dalam berdiskusi, karena dengan model pembelajaran Ini siswa dituntut untuk mengeluarkan pendapat, gagasan maupun pikirannya untuk membatu rekannya dalam berdiskusi, sehingga semua anggota kelompok merata mengeluarkan pendapatnya.

Pembelajaran keterampilan berbicara khususnya dalam berdiskusi dapat dilakukan dengan cara:

1. Menjelaskan pembelajaran dengan model Reciprocal Teaching. 2. Menjelaskan manfaat menggunakan model Reciprocal Teaching, 3. Tahap pertama:

Dibuat kelompok siswa, setiap kelompok terdiri dari lima - enam orang secara heterogen dan kepada setiap anggota kelompok diberikan nomor sebagai pembagian tugas (peran). Masing-masing anggota, siapa yang bagian merangkum, yang memprediksi pertanyaan, menjawab pertanyaan dan menjelaskan pertanyaan.

Tahap kedua:

a. Guru membagi LKS yang memuat tugas-tugas menyimpulkan (merangkum), menyusun pertanyaan dan menjawab atau menjelaskannya serta memprediksi jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru. Sebagai bahan bacaan guru membagikan teks bacaan yang memuat rangkuman mated yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut.

b. Siswa ditugaskan untuk membaca teks bacaan yang telah disediakan,

17

Maedar, Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia ( 1993 ), hlm. 40.

18

Dori wawur Hendrikus, Retorika, (Yogyakarta: Penerbit Kanisus, 1995), cet. I, hlm. 99— 100


(23)

menggaris bawahi hal-hal yang penting dari bacaan menurut siswa untuk memudahkan siswa dahm kegiatan merangkum.

c. Pada tahap awal model pembelajaran, guru memperagakan bagaimana merangkum, membuat pertanyan, memprediksi jawaban dan menjelaskan kembali hasil pekerjaan kelompok di depan kelas. Pada tahap ini guru yang bersangkutan sebagai model.

d. Setelah selesai membaca, siswa ditugaskan untuk merangkum bagian- bagian penting dari bacaan, menyusun pertanyaan dan memprediksi jawaban dengan cara menyelesaikan pertanyaan (masalah) yang telah dibuatnya atau pertanyaan (masalah) yang telah ada dalam LKS yang telah diberikan menurut hipotesisnya sendiri dari hasil membaca.

e. Setelah selesai membaca, siswa ditugaskan untuk merangkum bagian-bagian penting dari bacaan, menyusun pertanyaan dan memprediksi jawaban dengan cara menyelesaikan pertanyaan yang telah dibuatnya atau pertanyaan yang telah ada dalam LKS yang telah diberikan.

f. Siswa dilatih berperan sebagai seorang guru melalui kegiatan-kegiatan menjelaskan hasil pekerjaan yang sudah tertuang dalam LKS hasil kerja kelompok, siswa lain diminta untuk berpartisipasi dalam dialog dan selalu diingatkan, bahwa pada segmen ini siswa berperan sebagai guru. Guru berperan menuntun dialog untuk meyakinkan siswa dengan banyak memberi umpan balik dan pujian untuk partisipasinya.

g. Pada hari-hari berikutnya dicoba lebih banyak dialog, sehingga pada saat siswa berperan sebagai guru, siswa sudah mulai berinisiatif kegiatan mereka sendiri.

E. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat didefinisikan sebagai penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantife, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses


(24)

27

perbaikan dan perubahan.19 Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan studi sistematis terhadap praktek pembelajaran di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa dengan melakukan tindakan tertentu.

Penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari classroom action research, yaitu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan di kelas. Arikunto menjelaskan PTK melalui paparan gabungan defmisi dari tiga kata, Penelitian, Tindakan dan Kelas sebagai berikut:

1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan adalah sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. 3. Kelas adalah sckelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima

pelajaran yang sama dari seorang guru.

Dengan menggabungkan batasan pengertian dari tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari gum yang dilakukan oleh siswa.20

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mempunyai beberapa tujuan, yakni: (1) memperbaiki atau meningkatkan praktik pembelajaran secara berkesinambungan yang pada dasarnya melekat pada terlaksananya misi profesionalitas pendidikan yang diemban guru, (2) menumbuhkan budaya meneliti dikalangan pendidik dengan memberikan kesempatan kepada guru/dosen untuk melakukan pengkajian terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya, (3) meningkatkan kolaborasi antara guru dan guru, guru dan dosen dalam memecahkan masalah pembelajaran.

19

Rochiati, Hopkins (2008), hlm. 11

20

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008), hlm. 58.


(25)

Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajarannya harus mengikuti sistem dengan proses pengkajian berdaur (cyclical), yang setiap langkahnya terdiri dari empat tahap, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (action), (3) observasi (observation), dan refleksi (reflection). Sebagaimana tergambar secara jelas pada bagan berikut.

Proses Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 2.3

Model visual Bagan PTK

(adaptasi dari Hopkins, 1993 dalam Arikunto, 2008: 105) RENCANA

REFLEKSI

TINDAKAN/

OBSERVASI PERBAIKAN

RENCANA

PERBAIKAN RENCANA

DAN SETERUSNYA REFLEKSI

TINDAKAN/ OBSERVASI

REFLEKSI

TINDAKAN/ OBSERVASI


(26)

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian mengenai pembelajaran diskusi dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching dilakukan menggunakan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini berusaha mengkaji dan merefleksi suatu pendekatan pembelajaran dengan tujuan meningkatkan proses dan produk pengajaran di kelas. Proses pembelajaran ini tidak terlepas dari adanya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan siswa, materi, dan sumber belajar yang digunakan sehingga dalam penelitian ini yang diteliti adalah proses dan hasil belajar siswa.

1. Komposisi dan Karakteristik Subjek Penelitian a. Komposisi Siswa

Pertemuan pertama dalam penelitian ini dilakukan sebelum UAS, sehingga diperkirakan semua siswa dapat mengikuti penelitian ini. Jika dalam kelas tersebut ada siswa yang tidak mengikuti kegiatan pertemuan 1 atau tindakan 1, ia tidak menjadi tolak ukur keberhasilan metode ini. Siswa yang mengikuti ketiga pertemuan atau tiga tindakan inilah yang akan dijadikan tolak ukur keberhasilan model Reciprocal Teaching. Namun, perlu diingat bahwa penerapan metode ini tidak diajukan untuk mengukur keefektifan sebuah metode, namun metode ini diterapkan untuk meningkatkan kualitas siswa setelah menerima tindakan.


(27)

SMP Negeri 1 Padaherang Ciamis dengan subjek penelitian adalah siswa-siswa kelas VIII-C semester 1 tahun ajaran 2010/2011. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian adalah sebanyak 42 dengan jumlah siswa perempuan 26 orang dan siswa laki-laki 16 orang, yang dibentuk menjadi 6 kelompok. Di bawah ini tercantum daftar subjek penelitian.

Tabel 1

DAFTAR SUBJEK PENELITIAN

No Nama No Nama

1 Adam Maulana 22 Moch. Birama Agustian

2 Aditria Nuimita Dewi 23 Mohamad Bayu Nugraha

3 Anastasha Azizah M 24 Miih Giffary MH

4 Anggia Fitri M 25 Muhamad Yaser A

5 Ardeliana Rizkita P 26 Nadya Arystia 6 Atari Rizki Naulia 27 Nanda Fadhil Azman

7 Dheya Shafira A. 28 Pranesha Wahyu S A

8 Dinda Sukmadewi 29 R. Nadila Andiani K

9 Fahmi Bagus Pratama 30 Rahmadewi Budiningtyas 10 Fannisa Salma Shafira 31 Rayka Wildan AiidhiK 11 Fathya Nabila Gifani 32 Rd. Alvin Kurnia Putra

12 Fatma Saviera 33 Regina Emanuella Gusti P

13 China Bani Azifah 34 Roufisma Abdi Pratama

14 Gina Ariela 35 Shah Dehan L

15 Giyana Priliya 36 Shita Rai Putri

16 Hinda 37 Sitti Nabillah Putri

17 Ilham Dwi Putranto 38 Tiara Fariza

18 Karma Agnia 39 Trifitri Muhammadita

19 Ki Agus Hafizh Kidayat 40 Utin Alvina Nunuliawati

20 M Rifan Fauzan 41 Yoan Martha Azlia


(28)

32

Adapun alasan dipilihnya kelas VIII-C sebagai sasaran penelitian ini adalah karena siswa kelas VIII-C tergolong dalam kategori siswa yang kurang aktif. Walaupun ada beberapa siswa yang menonjol, namun daya kritis mereka terhadap suatu masalah kurang terlihat, sehingga ini menjadi daya tarik untuk mengadakan penelitian di kelas tersebut.

b. Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa kelas VIII C sangat beraneka ragam. Siswa-siswa kelas VIII C umumnya berusia sekitar 13-15 tahun. Jika dilihat dan segi usia, siswa VIII C termasuk ke dalam periode penemuan diri, pembentukan watak, dan pendidikan agama.

Selain itu pada fase ini pun biasanya seseorang memiliki sifat "ingin menjadi yang ter" dan cenderung ekstravers. Maksudnya, sikap, tingkah laku dan perbuatan anak puber ditujukan untuk berkuasa; apa yang diinginkan, yang dijadikannya idam-idaman adalah si kuat, si menang, sikap, tingkah laku perbuatan anak-anak puber berorientasi ke luar, hal ini mendorong dirinya untuk menyaksikan keadaan-keadaan dunia di luar dirinya dan mencari teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan jiwanya.

Oleh karena itu, anak-anak pada masa ini cenderung membentuk kelompok-kelompok sebaya untuk dapat menang dan kuat. Pembentukan kelompok-kelompok dalara berteman begitu terlihat pada kelas VIII C. Siswa-siswanya memiliki kelompok bermain berbeda. Kelompok-kelompok tersebut terbentuk dari rasa kebutuhan jiwa antar pribadinya, sehingga setiap kelompok memiliki karakteristik yang beranekaragam.

Karakteristik siswa yang teramati oleh peneliti terbagi dalam tiga bagian, yakni kelompok intelektual, kelompok tenang, dan kelompok yang ribut tak terkendalikan, tak konsekuen, tak sadar. Pada setiap pertemuan proses pembelajaran ini ternyata dapat peneliti simpulkan bahwa tipe kelompok yang peribut begitu mendominasi PBM yang memakai metode (diskusi atau belajar kelompok). Saat PBM berlangsung siswa merasa lebih bebas untuk mengekspresikan dirinya. Karakter siswa mulai terlihat dan mendominasi PBM.


(29)

2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian pada penelitian tindakan kelas ini terdiri dari beberapa pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang telah dicapai. Jumlah pertemuan dalam penelitian dilakukan dalam tiga pertemuan. Dalam penelitian ini prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut.

a. Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui gambaran pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

b. Perencanaan Tindakan Penelitian

Perencanaan tindakan penelitian dilakukan berdasarkan hasil identiflkasi temuan awal terhadap pengajaran diskusi di kelas VIII di SMP Negeri 1 Padaherang Ciamis. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap-tahap ini adalah sebagai berikut.

1) Menetapkan prioritas permasalahan dari sejumlah masalah pengajaran berbicara pada proses diskusi yang ditemukan pada tahap identifikasi temuan awal, yaitu pada bidang pemilihan bahan tema wacana untuk diskusi.

2) Membicarakan rencana penelitian tindakan kelas yang telah disusun penulis sebagai peneliti dalam upaya meningkatkan efektifitas pengajaran berbicara

dalam proses diskusi.

3) Memperkenalkan pemilihan bahan diskusi dengan objek kajian wacana serta penggunaan model mengajar Reciprocal Teaching untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

4) Membicarakan rencana tindakan penelitian tindakan kelas, yang terbagi dalam tiga pertemuan tindakan penlitian, (1) pertemuan 1, pengajaran diskusi model Reciprocal Teaching menggunakan wacana dengan tema dan judul yang sama yaitu "Kesehatan", (2) pertemuan 2, pengajaran diskusi model Reciprocal Teaching menggunakan wacana dengan tema dan judul yang sama yaitu "Kenakalan Remaja", (3) pengajaran diskusi model Reciprocal Teaching menggunakan wacana dengan tema yang sama yaitu "kenakalan remaja" dan judul yang berbeda yang diberikan pada tiap kelompoknya.


(30)

34

c. Pelaksanaan Tindakan Penelitian

Pelaksanaan tindakan penelitian dilakukan berdasarkan perencanaan penelitian tindakan kelas yang telah ditetapkan, yaitu dengan pemilihan bahan berupa wacana dan penerapan model pembelajaran Reciprocal Teaching. Pada pertemuan 1, pengajaran diskusi model Reciprocal Teaching menggunakan wacana dengan tema dan judul yang sama yaitu "Kesehatan"; (2) pertemuan 2, pengajaran diskusi model Reciprocal Teaching menggunakan wacana dengan tema dan judul yang sama yaitu "Kenakalan Remaja"; (3) pengajaran diskusi model Reciprocal Teaching menggunakan wacana dengan tema yang sama yaitu "kenakalan remaja" dan judul yang berbeda yang diberikan pada tiap kelompoknya. Penetapan ini dimaksudkan sebagai alternatif solusi terhadap pemilihan bahan wacana untuk pengajaran diskusi di SMP serta untuk melihat kesesuaian bahan secara empiris dengan tingkatan siswa SMP kelas delapan.

Selanjutnya, pada setiap tindakan pembelajaran pada masing-masing pertemuan penelitian, melalui empat tahapan kegiatan, yaitu (a) perencanaan pembelajaran, (b) pelaksanaan pembelajaran, (c) observasi dan pencatatan pelaksanaan pembelajaran, dan (4) analisis serta refleksi pembelajaran pada setiap tindakan pembelajaran, dijadikan rekomendasi untuk perencanaan tindakan pembelajaran berikutnya sampai akhirnya menetapkan rekomendasi hasil kesimpulan tindakan penelitian untuk semua pertemuan penelitian.

1) Perencanaan Pembelajaran

Kegiatan dalam perencanaan pembelajaran meliputi (1) menentukan kelas penelitian dan waktu penelitian, (2) menyusun silabus dan rencana pembelajaran yang berpedoman pada KTSP dan sesuai model pembelajaran Reciprocal teaching, (3) mentntukan metode dan pendekatan dalam pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter siswa dan materi, (4) menentukan topik wacana yang akan digunakan sebagai bahan pembelajaran diskusi, (5) membuat pedoman observasi yang akan digunakan untuk mengamati aktifitas guru dan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung serta menyusun angket, sikap siswa dan jurnal siswa yang akan diberikan kepada. siswa pada setiap akhir pembelajaran, (6) menentukan alat evaluasi untuk melihat kemampuan berbicara siswa dalam


(31)

berdiskusi dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal teaching, (7) merencanakar. dan melaksanakan diskusi dengan guru dan peneliti serta para observer untuk melihat perkembangan aktivitas siswa dan guru selama KBM berlangsung.

2) Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran berbicara pada proses diskusi untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching. Dalam pelaksanaannya, model ini menekankan peran aktif siswa untuk memahami sebuah wacana dengan cara merangkum, membuat pertanyaan, mengklarifikasi (menjelaskan) serta memprediksi jawaban dan siswa juga dilatih untuk berperan sebagai seorang guru melalui kegiatan-kegiatan menjelaskan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, tanya jawab dan diskusi. Sementara, peran guru hanya sebagai fasilitator atau motivator.

Tabel 2

KEGIATAN GURU DAN SISWA DALAM PROSES PENGAJARAN BERBICARA (DISKUSI) DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING

KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA

1 2

1.Guru mengawali pengajaran dengan menyampaikan rencana kegiatan pengajaran diskusi dengan

menggunakan model Reciprocal Teaching.

1. Siswa memerhatikan dengan seksama penjelasan guru dan mengajukan pertanyaan bila kurang jelas terhadap prosedur pengajaran yang akan dilalui dan dijeiaskan guru.

2.Guru membagi siswa dalam kelompok untuk melakukan diskusi memahami sebuah wacana.

2. Siswa berkelompok berdasarkan kelompok diskusinya dan

berusaha memahami wacana yang dibacanya.

3.Guru membagikan sebuah wacana pada tiap kelompok

3. Siswa membaca wacana yang telah dibagikan.

4.Guru memeragakan bagaimana merangkum, membuat pertanyaan, menjelaskan kembali dan memprediksi setelah selesai membaca serta

bagaimana berperan seperti seorang guru dalam menjelaskan hasil diskusi kelompoknya.

4. Siswa memerhatikan penjelasan guru


(32)

36

KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA

1 2

5.Guru berkeliling membimbing siswa dalam melakukan diskusi kelompok.

5. Siswa dengan bimbingan melakukan diskusi kelompok. 6.Setelah diskusi kelompok selesai, guru

membimbing siswa melakukan diskusi kelas untuk membahas hasil diskusi.

6. Wakil dari masing-masing kelompok siswa menyampaikan hasil diskusi kelompoknya, selanjutnya mereka terlibat dalam diskusi kelao untuk membahas dan meyimpulkan hasil membaca wacana serta menjelaskannya dengan berperan sebagaj seorang guru.

7.Guru menutup pelajaran dan

memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari di rumah tentang teknik-teknik diskusi hal ini dimasudkan agar siswa mampu berdiskusi dengan baik dan komunikatif.

7. Siswa mendengarkan penjelasan guru.

Selain melakukan kegiatan dalam proses pengajaran sebagaimana di atas, guru juga melakukan pengamatan dan pencataan terhadap segala temuan dalam proses pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan masing-masing fokus penelitian.

d. Observasi

Observasi dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan dilaksanakan mulai bulan Oktober-November 2010 yang diharapkan tercapai. Pemantauan yang dilakukan dalam satu pertemuan memberikan pengaruh pada penyusunan tindakan yang dilakukan pada pertemuan berikutnya. Hasil pemantauan ini didiskusikan bersama guru sehingga menghasilkan refleksi yang berpengaruh pada pelaksanaan selanjutnya. Pemantauan terhadap pelaksanaan tindakan ini menggunakan instrumen pengumpulan data yang teiah ditetapkan.

e. Refleksi

Pada bagian refleksi dilakukan kegiatan menganalisis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan.


(33)

Secara keseluruhan, keempat tahapan dalam PTK ini membentuk suatu pertemuan (daur) PTK. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih dari satu pertemuan. Pertemuan-pertemuan tersebut saling terkait dan berkelanjutan.

Pertemuan dua dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam pertemuan satu. Pertemuan tiga dilaksanakan karena pertemuan dua belum mengatasi masalah.

3. Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen, yaitu lembar observasi, jurnal siswa, angket, dan catatan lapangan.

a. Observasi

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan untuk memperoleh data mengenai aktifitas siswa dan aktifitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Setiap observer mengamati setiap perilaku siswa dan guru dikelas dalam memanfaatkan wacana sebagai media pembelajaran berdiskusi. Lembar observasi secara jelas dapat dilihat dalam lampiran.

b. Jurnal Siswa

Jurnal siswa diberikan kepada siswa setelah mendapatkan pembelajaran. Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui respon serta gambaran siswa setelah mendapatkan proses pembeiajaran, kemudian data tersebut digunakan dalam upaya perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran beriutnya. Jurnal yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.

c. Angket

Angket diberikan pada pertemuan ketiga untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai proses pembelajaran yang telah berlangsung. Angket yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada lampiran.

d. Catatan Lapangan

Catalan lapangan yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan aktivitas siswa dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapat selama proses pembelajaran. Catatan ini dibuat guru segera setalah


(34)

38

proses pembelajaran berakhir. Dengan catatan lapangan ini, guru bisa mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi di kelas selama pembelajaran berlangsung.

e. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru kelas berdasarkan pedoman wawancara. Wawancara dengan guru dilakukan sebelum dan sesudah penelitian. Sementara dengan siswa dilakukan setelah kegiatan penelitian. Siswa yang diwawancarai sebanyak 6 orang, yang masing-masing terdiri atas 2 orang dari kelompok tinggi, sedang, dan rendah, yang diperoleh berdasarkan informasi dari guru kelas.

4. Prosedur Pengolahan Data a. Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui kegiatan pembelajaran mengemukakan pendapat dalam diskusi. yaitu settap aktivitas yang dilakukan selama penelitian berlangsung.

Adapun jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif meliputi data kemampuan berbicara pada saat siswa mengemukakan pendapatnya setelah membaca wacana yang diperoleh dari penilaian selama pembelajaran berlangsung, sedangkan data kualitatif meliputi aktivitas siswa dan guru selama pemebelajaran berlangsung.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan perhitungan persentase. Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 3

TEKNIK PENGUMPULAN DATA No Sumber

Data Jenis Data

Teknik

Pengumpulan Data

Instrumen Waktu

1. Siswa

Gambaran kemampuan berdiskusi siswa Tes kemampuan berdiskusi Bagan penilaian kemampuan berdiskusi Selama proses pembelajaran

2. Guru Aktivitas

guru Observasi

Pedoman observasi kegiatan guru Selama proses pembelajaran


(35)

b. Analisis Data

Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data deskriptif kualitatif. Data kuantitatif meliputi data kemampuan berbicara pada saat siswa mengemukakan pendapatnya setelah membaca wacana yang diperoleh dari penilaian selama pembelajaran berlangsung, sedangkan data deskriptif kualitatif meliputi aktivitas siswa dan kegiatan guru selama pembelajaran berlangsung. Analisis data dilakukan setiap akhir pertemuan sesuai dengan prosedur analisis berikut ini.

c. Aktivitas Guru

Pengolahan untuk mengukui tingkat keefektifan siswa selama pembelajaran diolah secara kualitatif langsung melalui penskoran dalam skala ordinal. Tingkat keberhasilan akan dibagi menjadi empat kategori, yaitu kurang, cukup, baik, dan baik sekali seperti pada tabel berikut ini.

Tabel 4

KLASIFIKASI AKTIVITAS GURU

Skor Kategori

4 Sangat baik

3 Baik

2 Cukup

1 kurang

d. Aktivitas Siswa

Pengolahan data untuk mengukur keefektifan siswa diolah secara kualitatif dikonversi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif. Penskoran Icuantitatif dibagi menajadi lima kategori skala ordinal, yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Data untuk mengukur aktivitas siswa selarna pembelajaran diolah setelah pengumpulan data yang dilakukan melalui pedoman observasi aktivitas siswa.

Keaktifan dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching dihitung berdasarkan persentase siswa yang aktif dalam pembelajaran, sedangkan keaktifan siswa ketika melakukan praktik berbicara


(36)

40

(diskusi) dihitung berdasarkan kualitas penampilan (ekspresi), ketepatan serta kreatifltas siswa dalam mer.uangkan ide-idenya. Klasifikasi aktivitas siswa dapat diklasifikasikan pada tabel 5.

Tabel 5

KUASIFIKASI AKTIVITAS SISWA Persentase Rata-rata (%) Kategori

80 atau lebih Sangat baik

60 - 79,99 Baik

40 - 59,99 Cuknp

20 -39,99 Kurang

0 - 19,99 Sangat kurang

c. Hasil Belajar

Pengolahan data untuk aspek kognitif siswa diolah secara kuantitatif langsung melalui penskoran dalam skala ordinal. Tingkat keberhasilan akan dibag' menjadi lima kategori ordinal. Tingkat keberhasilan akan dibagi menjadi lima kategori skala ordinal, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah, sedangkan pengolahan data untuk adpek afektif siswa diolah secara kualitatif, kemudian dikonversi ke dalam bentuk penskoran kuantitatif. Penskoran kuantitatif untuk aspek afektif siswa dibagi menjadi lima kategori skala ordinal, yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang.

5. Kategorisasi Data dan Interpretasi Data

Semua data yang diperoleh terlebih dahulu dikategorisasikan berdasarkan fokus penelitian. Kemudian peneliti menginterpretasikan data yang telah dikumpulkan, ada beberapa hal yang dilakukan peneliti, yaitu:

a. Mendeskripsikan perencanaan pelaksanaan tindakan. b. Mendeskripsikan pelaksanaan tindakan setiap pertemuan.

c. Menganalisis data berupa hasil belajar siswa dari setiap tindakan untuk mengetahui keberhasilan penelitian yang telah dilakukan.


(37)

d. Menganalisis hasil observasi aktivitas guru dan siswa dengan cara menghitung persentase tiap kategori uniuk setiap tindakan yang dilakukan oleh observer dan menghitung persentase dari pengamat.

100 x Aktivitas Seluruh

Skor Perolehan Guru

Aktivitas

Persentase 

100 x Siswa Jumlah

rata Rata Siswa

Aktivitas

Persentase  

e. Menganalisis jurnal kesan dengan mengelompokkan kesan pendapat siswa ke dalam kelompok komentar pcsitif, nsure i, biasa dan tidak berkomentar. Kemudian dihitung jumlah frekuensinya dan langkah selanjutnya dipersentasekan.

100 x Siswa Jumlah

Komentar Jumlah

Persentase

6. Kriteria Penilaian Diskusi

Bagus tidaknya penampilan seseorang tentu dinilai berdasarkan nsure i tertentu. Begitu pula untuk mengukur kemampuan berbicara siswa diperlukan penilaian tersendiri. Alat penilaian yang akan dipergunakan untuk mengukur kemampuan berbicara siswa harus disiapkan sebelum pembelajaran berbicara dimulai.

Sebelumnya telah diungkapkan dua aspek yang rnenjadi penunjang keefektifan berbicara menurut Arsjad dan Mukti, yaitu aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Hal senada diungkapkan Nurgiyantoro (2001: 291) bahwa model penilaian yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan berbicara seseorang harus sesuai dengan pendekatan nsure ic, mempertimbangkan nsure bahasa dan nsure di luar bahasa.

Pada dasarnya penilaian keterampilan berbicara memiliki kesamaan nada setiap komponennya. Akan tetapi, jika dianggap ada aspek-aspek tertentu yang dianggap penting belum terungkap, kita dapat saja menyusun model sendiri, misalnya meliputi aspek-aspek:

a. Kejelasan mengemukakan pendapat


(38)

42

c. Menguasai masalah yang didiskusikan d. Ketepatan menyimpulkan hasil diskusi e. Keberanian mengemukakan pendapat

Selanjutnya, penulis menggabungkan pendapat di atas sebagai acuan untuk dijadikan kriteria penilaian berbicara dengan menggunakan model Reciprocal Teaching, dengan beberapa aspek tambahan. Kriteria ini merupakan acuan peneliti dalam menganalisis kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dalam proses diskusi sehingga siswa tersebut terukur atau terlihat kemajuannya. Adapun penilaian yang dilakukan berbentuk lisan. Kriteria yang dijadikan pedomannya adalah (1) Kejelasan mengemukakan pendapat (jelas, tidak jelas, tidak jelas), (2) Kaitan pendapat dan gagasan dengan tema yang sedang dibahas (berkaitan, agak berkaitan, tidak berkaitan), (3) Menguasai masalah yang didiskusikan (menguasai, agak menguasai, tidak menguasai), (4) Ketepatan menyimpulkan hasil diskusi (tepat, agak tepat, tidak tepat), (5) Keberanian mengemukakan pendapat (berani, agak berani, tidak tepat). Adapun kriteria penilaian yang diberikan adalah sebagai berikut.

Tabel 6

TABEL PEMBOBOTAN PENILAIAN DISKUSI

No Aspek Deskripsi kriteria Bobot

1. Kejelasan mengemukakan Pendapat

a. Jelas b. Agak jelas c. Tidak jelas

3 2 1 2. Kaiatan pendapat dan

gagasan dengan tema yang sedang dibahas

a. Berkaitan b. Agak berkaitan c. Tidak berkaitan

3 2 1 3. Menguasai masalah yang

didiskusikan

a. Menguasai b. Agak menguasai c. Tidak menguasai

3 2 1 4. Ketepatan menyimpulkan

hasil diskusi

a. Tepat b. Agak tepat c. Tidak tepat

3 2 1 5. Keberanian

mengungkapkan pendapat

a. Berani b. Agak berani c. Tidak berani

3 2 1


(39)

43 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian dilakukan mulai 1 Oktober 2010 yang meliputi observasi langsung terhadap pembelajaran di dalam kelas serta melakukan wawancara kepada guru bidang studi bahasa Indonesia dan mewawancarai beberapa orang siswa untuk dimintai komentarnya mengenai pembelajaran bahasa Indonesia khususnya keterampilan berbicara.

Wawancara dengan guru bidang studi bahasa Indonesia dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi pembelajaran di kelas, khususnya yang berkaitan dengan keaktifan siswa dalam berbicara. Adapun wawancara dengan beberapa orang siswa dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana guru merancang pembelajaran di dalam kelas khususnya yang berkaitan dengan keterampilan berbicara. Selain itu, penulis melakukan proses pengamatan terhadap pembelajaran yang berfokus pada kemampuan berbicara siswa masih rendah serta kurannya rancangan pembelajaran yang menunjukan keterampilan siswa secara aktif.

Data pembelajaran keterampilan berbicara melalui model Reciprocal Teaching yang mencakup data proses dan data hasil keterampilam berbicara diperoleh berdasarkan hasil pengamatan dan pembelajaran berbicara di kelas. Data tersebut mencakup tiga tahap, yaitu perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap refleksi sebagai bentuk pelaksanaan tindakan yang diperoleh melalui hasil observasi.


(40)

44

Tiga tahap di atas difokuskan pada pembelajaran diskusi sebagai aplikasi dari keterampilan berbicara melalui model Reciprocal Teaching. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu berbicara dengan jelas saat mengemukakan pendapat, mengaitkan pendapat dan gagasan dengan tema yang sedang dibahas, menguasai masalah yang sedang didiskusikan, menyimpulkan hasil diskusi secara tepat, dan berani mengemukakan pendapat.

Untuk melaksanakan tindakan di atas, peneliti menyusun suatu rencana pembelajaran sesuai dengan jumlah Pertemuan tindakan berdasarkan kriteria penelitian tindakan kelas.

Tabel 4.1

RENCANA TINDAKAN TIAP PERTEMUAN

Pertemuan Tindakan Manfaat Materi Pokok

I Memberikan pengetahuan awal

mengenai materi diskusi kelompok dan memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat saat diskusi.

Membantu siswa dalam mengungkapkan

pengetahuan awalnya secara aktif dan meningkatkan keaktifan siswa dalam diskusi kelompok

Model diskusi, mekanisme diskusi, dan etika

menyampaikan persetujuan, penolakan, dan sanggahan. Siswa menyimak peragaan

tentang cara merangkum,

membuat pertanyaan,

menjelaskan kembali dan memprediksi jawaban setelah selesai membaca serta bagaimana berperan seperti seorang guru dalam menjelaskan hasil diskusi kelompoknya.

Merangsang siswa untuk dapat berbicara dalam diskusi


(41)

Memberi kesempatan kepada siswa secara berkelompok untuk untuk melakukan diskusi memahami sebuah wacana.

Siswa dapat membuat rangkuman, membuat pertanyaan,

menjelaskan kembali dan memprediksi jawaban dari sebuah wacana yang kira-kira akan ditanyakan dalam diskusi kelas.

Meminta siswa secara

berkelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas

Meningkatkan aktivitas siswa dalam berbicara

II Memberikan pengetahuan awal mengenai materi diskusi kelompok dan memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat saat diskusi.

Membantu siswa dalam mengungkapkan

pengetahuan awalnya secara aktif dan meningkatkan keaktifan siswa dalam diskusi kelompok.

Model diskusi, mekanisme diskusi, dan etika

menyampaikan persetujuan, penolakan, dan sanggahan. Siswa menyimak peragaan

tentang cara merangkum,

membuat pertanyaan,

menjelaskan kembali dan memprediksi jawaban setelah selesai membaca serta bagaimana berperan seperti seorang guru dalam menjelaskan hasil diskusi kelompoknya.

Merangsang siswa untuk dapat berbicara dalam


(42)

46

Memberi kesempatan kepada siswa secara berkelompok untuk melakukan diskusi memahami sebuah wacana.

Siswa dapat membuat rangkuman, membuat pertanyaan,

menjelaskan kembali dan memprediksi jawaban dari sebuah wacana yang kira-kira akan ditanyakan dalam diskusi kelas.

Meminta siswa secara

berkelompokuntuk

mempresentasikanhasil diskusi kelompoknya di depan kelas

Meningkatkan aktivitas siswa dalam berbicara

Memberikan pengetahuan awal mengenai materi diskusi kelompok dan memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat saat diskusi.

Membantu siswa dalam mengungkapkan

pengetahuan awalnya secara aktif dan meningkatkan

keakatifan siswa dalam diskusi kelompok.

III Siswa menyimak peragaan

tentang cara merangkum,

membuat pertanyaan,

menjelaskan kembali dan memprediksi jawaban setelah selesai membaca serta bagaimana berperan seperti seorang guru dalam menjelaskan hasil diskusi kelompoknya.

Merangsang siswa untuk dapat berbicara dalam diskusi.

Model diskusi, mekanisme diskusi, dan etika

menyampaikan persetujuan, penolakan, dan sanggahan.


(43)

Memberi kesempatan kepada siswa secara berkelompok untuk melakukan diskusi raemahami sebuah wacana.

Siswa dapat membuat rangkuman, membuat pertanyaan,

menjelaskan kembali dan memprediksi jawaban dari sebuah wacana yang kira-kira akan ditanyakan dalam diskusi kelas.

Meminta siswa secara

berkelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas

Meningkatkan aktivitas siswa dalam berbicara

B. Pelaksanaan Pertemuan I

Sebelum melaksanakan tindakan pada Pertemuan I, penulis terlebih dahulu membuat suatu perencanaan pelaksanaan Pertemuan I yang lebih jelasnya akan dpaparkan di bawah ini.

1. Perencanaan Pelaksanaan Pertemuan I

Tabel 4.2

RENCANA TINDAKAN PERTEMUAN I

Pertemuan Tindakan Manfaat Materi Pokok

I Memberikan pengetahuan awal menganai materi disakusi kelompok dan memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat saat diskusi.

Membantu siswa dalam mengungkapkan

pengetahuan awalnya

secara aktif dan

meningkatkan kekatifan siswa dalam diskusi kelompok.

Model diskusi, mekanisme diskusi, dan etika

menyampaikan persetujuan, penolakan, dan


(44)

48

Siswa menyimak peragaan bagaimana merangkum, membuat pertanyaan, menjelaskan kembali dan memprediksi jawaban setelah selesai membaca serta bagaimana berperan seperti seorang guru

dalam menjelaskan hasil diskusi kelompoknya.

Merangsang siswa untuk dapat berbicara dalam diskusi

sanggahan.

Memberi kesempatan kepada siswa secara berkelompok untuk untuk

melakukan diskusi

memahami sebuah

wacana.

Siswa dapat membuat

rangkuman, membuat

pertanyaan, menjelaskan kembali dan memprediksi jawaban dari sebuah wacana yang kira-kira akan ditanyakan dalam diskusi kelas.

Meminta siswa secara

berkelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas

Meningkatkan aktivitas siswa dalam berbicara

2. Pelaksanaan Pertemuan Pertama

Tindakan yang dilakukan yaitu berupa pembelajaran diskusi dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Proses pembelajaran ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 11 Oktober 2010 pukul 07.00 WIB sampai dengan 08.30, yaitu dua jam pelajaran.


(45)

Untuk lebih jelasnya, peneliti akan mendeskripsikan bagaimana proses pembelajaran diskusi dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching yang berlangsung pada tindakan pertama.

Materi pokok yang dikembangkan dalam pertemuan I, yaitu mengenai model diskusi, mekanisme diskusi, dan etika menyampaikan persetujuan, penolakan, dan sanggahan. Guru memeragakan tentang cara merangkum, membuat pertanyaan, memprediksi jawaban, dan menjelaskan hasil diskusi kelompok dari sebuah wacana. Kemudian masing-masing kelompok siswa diberikan sebuah teks wacana dengan tema yang sama yaitu "Kesehatan" serta judul yang sama juga yaitu "Dampak kurang gizi pada anak-anak". Setelah selesai membaca, siswa membuat rangkuman, pertanyaan, prediksi jawaban lalu menjelaskan dengan berperan sebagai seorang guru dalam diskusi kelas.

Rencana pembelajaran pada pertemuan I ini secara umum dapat diimplementasikan dengan baik walaupun masih ada yang harus diperbaiki pada kegiatan inti. Kurang menariknya tema wacana yang diberikan kepada siswa membuat proses diskusi kurang berjalan aktif.

Kegiatan pembelajaran dalam pertemuan I terdiri atas tiga tahap, yaitu kegiatan awal (pendahuluan), kegiatan inti, dan kegiatan akhir (penutup). Untuk mengetahui bagaimana realita di lapangan mengenai pembelajaran "diskusi" dengan menggunakan model pembelajaran Reciprocal Teaching, akan penulis deskripsikan secara detail.

a. Kegiatan awal

Kegiatan awal pada Pertemuan I dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 11 Oktober 2010. Pada kegiatan awal, guru mengucapkan salam dan mengkondiskan siswa dengan cara mengabsen siswa. Guru bertanya "Siapa yang tidak hadir?" Kemudian hampir seluruh siswa menjawab "Siti fatimah” dengan Muhammad Yulianto bu" Lalu guru bertnnya lagi mengapa mereka berdua tidak bisa hadir?" tiba-tiba ada seorang siswa yang menjawab "Kalo Yulianto dispen basket bu, Siti mah sakit karena diet bu.. lalu semua siswa serentak tertawa. Setelah selesai mempresensi siswa, guru mengajak siswa untuk menyanyikan lagu "Naik


(46)

50

delman" yang sudah dimodifikasi dengan lirik yang lucu. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa lebih merasa akrab dengan guru sehingga akan timbul, semangat serta memunculkan motivasi siswa untuk menerima pelajaran dan tentunya kegiatan tersebut akan memperlancar proses belajar mengajar. Setelah siswa dapat dikondisikan, guru memerintahkan siswa untuk membuka buku tulis dan buku paket bahasa Indonesia. Guru pun menginformasikan tentang pelajaran hari itu, yakni "Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan dalam diskusi disertai dengan bukti atau alasan", kemudian guru melakukan apersepsi kepada siswa tentang diskusi yaitu menggali pengetahuan awal siswa tentang diskusi, dan bagaimana tentang etika berdiskusi. Setelah melakukan apersepsi, guru memberitahu tentang tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa setelah guru menyampaikan materi ini, yaitu: (a) siswa mampu menentukan mekanisme diskusi (b) siswa mampu menentukan etika menyampaikan persetujuan, sanggaham, dan penolakan pendapat dalam diskusi (c) siswa mampu menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan dalam diskusi disertai dengan alasan atau bukti.

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti, guru memberikan materi berupa "Model diskusi, mekanisme diskusi serta etika menyampaikan persetujuan, penolakkan, dan sanggahan dalam diskusi". Guru juga meryampaikan tentang bagaimana berdiskusi dengan model pembelajaran Reciprocal Teaching.

Setelah guru menjelaskan materi, siswa dibagi ke dalam 6 kelompok secara heterogen dengan cara memerintahkan setiap siswa untuk mengambil satu gulungan kertas di dalam gelas yang di dalamnya berisi nama-nama planet, nama bunga, tokoh kartun, nama pahlawan, cabang olah raga dan warna. Setelah semua siswa masing-masing mendapatkan satu buah gulungan kertas kemudian mereka diperintahkan untuk membaca isi kertas tersebut. Mereka pun diperintahkan untuk bergabung dengan teman lainnya yang memiliki jenis kata umum yang sama misalnya nama-nama bunga bergabung dengan kelompok bunga yang lain. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa bisa berbaur dengan siswa lainnya; karena


(1)

95

8. Berdasarkan uraian data di atas, penelitian mengenai pembelajaran berbicara dengan menggunakan model Reciprocal Teaching penulis mampu memunculkan beberapa perubahanberikut ini.

a. Siswa lebih termotivasi untuk belajar berbicara di depan umum melalui pembelajaran diskusi dengan model Reciprocal Teaching yang belum mereka lakukan sebelumnya.

b. Siswa menjadi lebih berani tampil berbicara di depan teman-temannya.

c. Siswa memiliki pengalaman baru dalam belajar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti ingin memberikan saran berikut ini. 1. Guru sebaiknya melanjutkan model pembelajaran Reciprocal Teaching

dalam pembelajaran berbicara khususnya proses diskusi seperti yang telah dilakukan dalam penelitian ini.

2. Guru harus memilih topik/tema yang menarik berdasarkan minat

siswa. Hal itu bertujuan agar siswa

yang berdiskusi tertarik pada tema dan akhirnya akan memotivasi untuk berbicara.


(2)

96

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.

Arikunto, Suharsimi dkk, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka2005.

Departemen Pendidikan Nasional, Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta, 2005.

Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Penulisan Karya Umiak. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2005.

Tanpa nama. Diskusi dan Macamnnya. [online]. Tersedia: http://pembelaiaranguru.vvordpress.com. [21 Mei 2008]

Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2008

Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: PT BPFE, 1998.

Tarigan, Henry Guntur. Berbicara Sebami Suatu Keterammlon Berbahasa. Bandung : Angkasa Bandung, 2008

Trianto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi onstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser, 2007

Suparno dkk, berbicara Jakarta: Universitas Terbuka, 2008, cet I.


(3)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMP Negeri I Padaherang

Mats Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas/Semester : VIII/1

Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Standar Kompetensi: Berbicara

Mengemukakan pikiran, perasaan. dan informasi melaiui kegiatan diskusi dan protokoler.

B. Kompetensi Dasar

Menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan dalam diskusi disertai deagan bukti atau alasan.

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengamati model diskusi, siswa dapat mcnentukan mekanisme dikusi Setelah memahami mekanisme diskusi, siswa dapat menentukan etika menyampaikan persetujuan, sanggaham, dan penolakkan pendapat dalam diskusi Setelah memahami etika berdiskusi, siswa dapat menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakkan dalam diskusi disertai dengan alasan atau bukti.

D. Materi Pembelajaran

- Model diskusi - Mekanisme diskusi

- Etika menyampaikan persetujuan, penolakkan, dan sanggahan

E. Metode Pembelajaran


(4)

F. Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Langkah Kegiatan Alokasi

Waktu Metode

Pertemuan Ke-1

Pendahuluan

1) Siswa bersama-sama menyanyikan lagu "Naik delman" yang sudah dimodifikasi

Pada hari apa

Kuturut siapa, ke mana Naik apa. Bagaimana Kududuk di mana

Kududuk samping siapa yang sedang mengapa

Mengendarai apa, supaya apa jalannya Pa, apa, apa, siapa, kapan, dan di mana Pa, apa, apa, mengapa dan bagaimana 2) Siswa mendengarkan guru melakukan

apersepsi

3) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran hari ini

Inti

1) Guru menjelaskan pembelajaran diskusi dengan model Reciprocal Teaching 2) Siswa dibagi ke dalam 6 atau 7

kelompok secara heterogen dan kepada setiap anggota kelompok diberikan nomor sebagai pembagian tugas

(peran). Masing-masing anggota, siapa yang bagian merangkum, yang

memprediksi, pertanyaan, menjawab pertanyaan dan menjelaskan, menjadi

10 menit

70 menit

Tanyajawab

Penerapan model

Pembelajaran Reciprocal Teaching


(5)

notulen dan yang berperan seperti guru untuk menjelaskan hasil bacaannya. 3) Guru membagikan sebuah wacana

kepada masing-masing kelompok dengan tema yang berbeda.

4) Siswa ditugaskan untuk membaca teks bacaan yang telah disediakan,

menggaris bawahi hal-hal penting dari bacaan menurut siswa untuk memudahkan siswa dalam kegiatan merangkum.

5) Tiap kelompok melakukan diskusi dengan tugasnya masing-masing. 6) Guru memeperagakan bagaimana

merangkum, membuat pertanyaan, memprediksi jawaban dan menjelaskan kembali hasil pekerjaan kelompok di depan kelas. Pada tahap ini guru yang bersangkutan sebagai model.

7) Siswa secara berkelompok

mempresentasikan pembahasan yang telah dibuatnya sesuai dengan yang diperagan oleh guru.

Penutup

1) Siswa bersama guru merefleksi kegiatan pembealajaran

2) Guru menutup kegiatan belajar mengajar

10 menit

Refleksi Penugasan


(6)

G. Alat/Sumber/Bahan

 Teks Wacana

 Buku pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VIII/1 karangan Muharam Syarifudin dkk"

H. Penilaian

Indikator Teknik Bentuk Instrumen

Mampu menentukan mekanisme diskusi

Tes lisan Uraian Tentukan mekanisme diskusi dari model diskusi yang ditanyangangkan

Mampu

menyampaikan persetujuan, sanggahan, dan penolakan pendapat dalam diskusi dengan etika yang baik dan argumentatif

Demonstrasi Observasi Berdiskusilah dengan

tema/membahas permaslahan tertentu yang telah kalian sepakati dengan kelompok sesuai dengan mekanisme diskusi dan memperhatikan etika menyampaikan

persetujuan, sanggahan, dan penolakan.

I. Penilaian

No Nama Siswa Skor Aspek yang Dinilai Jumlah

1 2 3 4 5

1 2 3

Keterangan: aspek yang dinilai

1 = Kejelasan Mengemukakan pendapat

2 = kaitan pendapat dan gagasan dengan tema yang sedang dibahas 3 = Menguasai masalah yang didiskusikan

4 = ketepatan menyimpulkan hasil diskusi 5 = Keberanian mengemukakan pendapat


Dokumen yang terkait

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Terbalik (Reciprocal Teaching) Pada Mata Pelajaran Ips

0 7 107

Peningkatan keterampilan menulis narasi dengan media teks wacana dialog: penelitian tindakan pada siswa kelas VII MTs Negeri 38 Jkaarta tahun pelajaran 2011-2012

4 39 107

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN SRIWEDARI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010 2011

0 4 91

EFEKTIVITAS CTL ( CONTEXTUAL TEACHING LEARNING ) PADA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN LUAS PERSEGI PANJANG SISWA KELAS III SDN 01 ALASTUWO KEC. KEBAKKRAMAT KAB. KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

0 1 9

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF Upaya Peningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Di Kelompok A TK ABA I Gedung Sierad Klaten Tahun Ajaran 2011/2012.

0 1 18

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN DISKUSI DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Diskusi Dalam Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VIII B SMP N 2 Doplang Tahun Ajaran 2010/2011.

0 1 13

PENDAHULUAN Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Diskusi Dalam Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VIII B SMP N 2 Doplang Tahun Ajaran 2010/2011.

0 5 8

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA FORUM DISKUSI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL RECIPROCAL TEACHING : Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IPA SMA Kartika Siliwangi 3 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 SIND FEJ p-2012.

0 2 52

Peningkatan Aktivitas Pembelajaran Dengan Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Dalam Pelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sukorejo, Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2010/2011.

0 0 2

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN REKA CERITA GAMBAR (Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas III SD Negeri 03 Tunggulrejo Kecamatan Jumantono kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011).

0 0 15