BAB V PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Rumah makan a. Lama Berjualan
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui rumah makan yang telah berjualan 1
– 3 tahun berjumlah 2 rumah makan 28,6, 4 – 6 tahun berjumlah 2 rumah makan 28,6, 7
– 9 tahun berjumlah 1 14,3 dan lebih dari 9 tahun berjumlah 2 rumah makan 28,6. Penelitian Marsaulina 2004 menyatakan mulai
pengalaman kerja 1 satu tahun keatas, proporsi pengetahuan kearah baik makin meningkat, terlebih lagi pada pengalaman kerja di atas 2 dua tahun. Dengan
demikian dapat disimpulkan, hubungan pengetahuan dan pengalaman kerja bermakna setelah mencapai 1 satu tahun atau lebih. Selain itu dari hasil
penelitian tersebut, dapat dikaitkan dikaitkan dengan keuntungan yang besar yang diperoleh rumah makan sehingga dapat bertahan dalam berjualan dan mampu
meningkatkan pendapatan pekerjanya.
b. Banyak Pekerja
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada rumah makan diketahui jumlah pekerja di satu rumah makan yaitu 5
– 10 orang pekerja berjumlah 1 rumah makan 14,3 , 10
– 20 orang pekerja berjumlah 5 rumah makan 71,4, dan 20
– 25 berjumlah 1 rumah makan 14,3. Sistem jam kerja di rumah makan jalan Dr. Mansyur Medan ada 2 dua jam kerja yaitu pagi dan
sore, pagi di mulai dari pukul 08.00 pagi sampai 04.00 sore, sedangkan jam kerja
Universitas Sumatera Utara
sore di mulai pukul 04.00 sore sampai pukul 11.00 malam. Sesuai dengan Undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan, lama waktu kerja
adalah 7 tujuh jam 1 satu hari dan 40 empat puluh jam 1 satu minggu untuk 6 enam hari kerja dalam 1 satu minggu. Melihat hasil penelitian diatas dapat
dikatakan bahwa minat masyarakat terhadap rumah makan yang diteliti cukup tinggi tercermin dari jumlah pekerja yang cukup banyak untuk bisa memenuhi
pesanan para pembeli dengan pelayanan dan kualitas makanan yang memuaskan. 5.2. Observasi Persyaratan Teknis Higine Sanitasi Rumah Makan
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada rumah makan di jalan Dr. Mansyur medan dalam memenuhi persyaratan higine sanitasi rumah
makan, secara keseluruhan tidak memenuhi persyaratan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor1096MENKESPERVI2011.
5.2.1. Kelaikan Bangunan
berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada aspek pengukuran kelaikan bangunan rumah makan, masih ada rumah makan yang tidak
memenuhi persyaratan mulai dari keadaan lantai yang retak, licin, dinding dan langit
– langit berdebu hingga pelapisan dinding yang tidak kedap air. Tentu hal tersebut tidak sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1098MenkesSKVII2003, yaitu
lantai dibuat kedap air, rata tidak licin dan mudah dibersihkan. Masih ada 3 rumah makan 42,9 yang keadaan lantainya retak dan licin, keadaan fisik bangunan
seperti itu tentu sangat tidak baik dan cendrung berbahaya bagi orang disekitarnya baik pembeli dan pekerja juga berbahaya untuk makanan, karena celah-celah
keretakan tersebut dapat menjadi tempat berkembangnya microba pathogen yang
Universitas Sumatera Utara
dapat mencemari makanan, 1 rumah makan 14,3 dinding dan langit-langit yang berdebu, juga 1 rumah makan 14,3 bagian dinding yang terkena air tidak
dilapisin. Terakhir ialah masih ada 2 28,6 rumah makan yang dekat dengan kerumunan lalat, hal ini tentunya sangat membahayakan makanan khususnya
makanan jadi yang bisa saja di hinggapi oleh lalat sebagai hewan pembawa bakteri pathogen.
5.2.2. Kelaikan Fasilitas Sanitasi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada aspek pengukuran kelaikan fasilitas sanitasi rumah makan, masih ditemukannya rumah
makan yang tidak memenuhi persyaratan. Ada 1 14,3 rumah makan yang tidak memenuhi persyaratan mengenai sumber air bersih aman, jumlah cukup dan
bertekanan, peneliti melihat air tidak dalam jumlah yang cukup dan tidak bertekanan. Tentu hal ini akan membuat proses pencucian alat masak dan makan
tidak sempurna, karena proses pencucian membutuhkan air yang cukup dan bertekanan agar dalam proses pembersihan sisa makanan dan pembilasan, kotoran
dan sisa sabun benar-benar sudah hilang dari alat-alat yang dicuci. Bila kotoran yang berupa sisa-sisa makanan mentah atau sisa makanan konsumen tidak
dibersihkan dari alat masak dan alat makan dengan baik, maka kotoran itu bisa mencemari makanan. Ada 3 42,9 rumah makan yang pembuangan air limbah
dari dapur tidak dalam kondisi baik yaitu tidak tertutup. Limbah cair industri pangan pada umumnya berasal dari sisa pencucian, perebusan dan pemasakan.
Seperti halnya limbah padat, limbah ini pun mengandung cukup banyak bahan organik. Keberadaan bahan organik inilah yang sering menimbulkan bau tidak
Universitas Sumatera Utara
sedap setelah mengalami pembusukan. Oleh karena itu limbah hasil pengolahan makanan harus dibuang ke saluran limbah yang tertutup BPOM, 2003.
Ada 1 rumah makan 14,3 yang jumlah WC, jambannya kurang, juga tidak ketersedian sabun dan tidak nyaman, menurut Depkes 2011, toilet harus
dalam jumlah yang cukup, dan tersedia sabun, nyaman dipakai dan mudah dibersihkan. Ada 2 rumah makan 28,6 yang jumlah tempat sampah kurang,
tidak dilapisin kantong plastik, keadaan tersebut jelas tidak sesuai dengan depkes RI 2011
tempat sampah harus tertutup, tersedia dalam jumlah yang cukup dan diletakkan sedekat mungkin dengan sumber produksi sampah, namun dapat
menghindari kemungkinan tercemarnya makanan oleh sampah. Sampah diwilayah dapur hendaknya dimasukkan kedalam tempat sampah
yang tertutup dan kedap air, dipisahkan antara sampah basah garbage dan sampah kering rubbish masing-masing mempunyai tempat sendiri, waktu
pengangkutanpemindahan sampah ke tempat penampungan lainnya supaya diperhatikan jangan sampai berceceran atau menimbulkan pengotoran Sihite,
2000. Aspek lain seperti ruangan yang bersih dan bebas dari barang tidak berguna, seluruh rumah makan memenuhi persyaratan.
5.2.3. kelaikan Ketenagaankaryawan
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada aspek pengukuran kelaikan ketenagaankaryawan, peneliti menemukan di 1 14,3 rumah makan
ada seorang karyawan yang bekerja di dapur sedang membersihkan tomat dan cabai, batuk
– batuk meskipun dia memakai masker sebagai pelindung tapi tetap
Universitas Sumatera Utara
saja besar kemungkinan bisa mengontaminasi makanan, khususnya makanan jadi. Selain itu di 1 14,3 rumah makan peneliti menemukan pegawai penyaji
makanan memakai kosmetik di tangan kutek,dan di 2 28,6 rumah makan peneliti menemukan pegawai memakai perhiasan berupa cincin dan gelang
meskipun tangan terlihat bersih, namun hal ini sudah tidak sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1098MenkesSKVII2003, Gelang maupun cincin yang
digunakan dapat mengeluarkan zat racun dan berbahaya apabila terbuat dari bahan-bahan yang mudah berkarat seperti besi, selain itu microba pathoge bisa
saja ada di sela – sela gelang dan cincin tersebut. Menurut pendapat Hiasinta
2001:41 tangan manusia merupakan sumber utama mikroorganisme, jika kontak langsung dengan tangan selama proses produksi, pengolahan dan penyajian maka
terjadilah perpindahan mikroba dari tangan ke pangan. Maka dari itu higiene personal dapat tercapai apabila dalam diri karyawan tertanam pengertian
pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan diri sehingga menghasilkan mutu pangan yang baik.
5.2.4. Kelaikan Bahan Makanan dan Makanan Jadi
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada aspek pengukuran kelaikan bahan makanan dan makanan jadi, tidak semua aspek penilaian
memenuhi persyaratan, baik itu tentang sumber makanan dan keutuhan makanan. Peneliti melihat bahan - bahan untuk membuat sambal seperti cabai, tomat, dan
bawang , dalam kondisi baik berwarna segar, tidak busuk dan di cuci sebelum diolah. makanan terolah berlabel asli, terdaftar dan tidak kadaluawarsa seluruh
rumah makan memenuhi persyaratan, namun penangan makanan yang berpotensi
Universitas Sumatera Utara
bahaya pada suhu, cara dan waktu ada 3 42,9 yang tidak memenuhi syarat. Peneliti melihat ketiga rumah makan tersebut tidak memanaskan kembali sambal
yang hendak disajikan. Seharusnya sambal tersebut dipanaskan terlebih dahulu karena sudah lewat dari 6 jam, terhitung mulai dari sambal selesai diproses.
Berdasarkan Kepmenkes RI No. 942MenkesSKVII2003 bahwa makanan yang diangkut harus dalam keadaan tertutup dalam wadah yang bersih, makanan yang
disiapkan dan telah lebih dari 6 jam apabila masih dalam keadaan baik harus dipanaskan kembali sebelum disajikan.
Ada 2 28,6 rumah makan yang tidak memenuhi persyaratan tentang penanganan makanan potensial berbahaya karena tidak ditutup dan disajikan
ulang. Peneliti melihat di 2 dua rumah makan tersebut makanan yang telah masak di susun dan di pajang di rak makan staling dan tidak ditutup lagi.
Menurut Prabu 2009 lokasi penyimpanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan memudahkan terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme seperti jamur,
bakteri, virus, parasit serta bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan resiko terhadap kesehatan.
5.2.5. Kelaikan Peralatan Makan dan Masak
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada aspek pengukuran kelaikan peralatan makan dan masak tidak semua aspek penilaian memenuhi
persyaratan hanya dari perlindungan alat masak dari serangga, pestisida dan alat makan dan masak yang sekali pakai tidak dipakai ulang, semua aspek penilaian
tersebut terpenuhi. Tetapi masih ada 342,9 rumah makan yang tidak melakukan perlindungan peralatan mulai dari penyimpanan, pemeliharaan dan
Universitas Sumatera Utara
khususnya pembersihan. Juga 3 42,9 rumah makan yang proses pencucian tidak melalui tahapan pembersihan sisa makanan, perendaman, pencucian dan
pembilasan. Proses yang dilakukan rumah makan tersebut hanya berupa pencucian dan pembilasan. Baik peralatan makan dan peralatan masak haruslah
melalui proses pembersihan yang benar. Peralatan yang tidak melalui proses pembersihan yang benar tentu masih akan menyisakan kotoran yang nantinya
akan mencemari makanan, khusus nya makanan yang akan di simpan dalam waktu yang lama akan mudah terkontominasi oleh bakteri pathogen yang
menempel pada kotoran di dalam wadah yang belum benar-benar hygiene. Peneliti melihat karyawan yang bertugas membersihkan piring
– piring kotor tidak benar
– benar membersihkan sisa makanan terlebih dahulu, langsung melakukan pencucian dan pembilasan, tanpa melakukan perendaman yang
bertujuan untuk memberi kesempatan peresapan air ke dalam sisa makanan yang menempel atau mengeras, sehingga menjadi mudah untuk dibersihkan atau
melepas dari permukaan alat Depkes 2006. Waktu perendaman tergantung dari kondisi peralatan. Melakukan perendaman dengan air panas 60°C akan lebih
cepat dari pada air dingin. Minimal waktu perendaman adalah 30 – 60 menit.
Untuk menciptakan kondisi sanitasi yang baik pada pengolahan makanan, perlu dilakukan pencucian peralatan yang digunakan, Purnawijaya 2001.
5.2.6. Penilaian Khusus Rumah Makan Golongan A1, A2 dan A3
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada penilaian khusus rumah makan golongan A1, A2, dan A3, peneliti menyimpulkan bahwa rumah
makan yang diteliti seluruhnya adalah golongan A3, sesuai Permenkes RI
Universitas Sumatera Utara
No.1096MENKESPERVI2011. Masih banyak aspek penilaian yang belum dipenuhi oleh rumah makan. Masih ada 4 57,2 rumah makan yang fasilitas
pencucian tidak dibuat dengan tiga bak pencuci, 3 43,2 rumah makan tidak menyediakan kamar ganti pakaian yang dilengkapi dengan tempat penyimpanan
loker, 4 57,2 rumah makan saluran pembuangan limbah dapur tidak dilengkapi dengan saringan penangkap lemak, peneliti melihat seluruh rumah
makan memiliki saluran pembuangan air limbah berjalan dengan lancar ini sudah cukup baik namun hanya ada beberapa rumah makan yang saluran limbahnya
tertutup dan memakai penangkap lemak. Limbah cair industri pangan pada umumnya berasal dari sisa pencucian, perebusan dan pemasakan lain. Seperti
halnya limbah padat, limbah ini pun mengandung cukup banyak bahan organik. Keberadaan bahan organik inilah yang sering menimbulkan bau tidak sedap
setelah mengalami pembusukan. Oleh karena itu limbah hasil pengolahan makanan harus dibuang ke saluran limbah yang tertutup BPOM, 2003.
Ada 2 28,6 rumah makan tidak memiliki termometer pengontrol pada lemari pendingin,
menurut Soebagio 2001 bahwa penyimpanan bahan makanan harus dilakukan dalam suatu tempat khususgudang untuk bahan makanan kering
dan dalam lemari pendingin untuk bahan makanan basah serta suhu penyimpanan harus diatur dan disusun dengan baik, dan 3 43,2 rumah makan tidak
mengangkut makanan dengan kendaraan khusus, pada saat penyajian. Cara pengangkutan makanan atau bahan makanan harus memenuhi persyaratan sanitsi,
misalnya apakah sarana pengangkutan memiliki alat pendingin dan tertutup. Pengangkutan tersebut dilakukan baik dari sumber ke tempat penyimpanan agar
Universitas Sumatera Utara
bahan makanan atau makanan tidak tercemar oleh kontaminasi dan tidak rusak Chandra,2006.
5.2.7. Penilaian Keseluruhan Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti tentang hygiene sanitasi rumah makan, peneliti melakukan pengskoran dan penjumlahan dari hasil masing-
masing rumah makan. Nilai dari hasil penjumlahan uraian yang telah memenuhi syarat, menentukan terhadap dipenuhi tidaknya persyaratan secara
keseluruhan,dengan ketentuan untuk golongan rumah makan A3 minimal mencapai total nilai 74, atau 7483 = 89.1, sesuai dengan Permenkes RI No
1096MenkesPerVI2011. Dari hasil penjumlahan itu ditemukan 3 tiga rumah makan yang tidak memenuhi persyaratan teknis hygine sanitasi rumah makan
yaitu rumah makan sampel 1, sampel 3, dan sampel 6. Rumah makan dalam menjalankan usahanya harulah memenuhi
persyaratan higine sanitasi, persyaratan hygiene sanitasi yang harus dipenuhi
meliputi; persyaratan lokasi dan bangunan, persyaratan fasilitas sanitasi, persyaratan dapur, persyaratan bahan makanan dan makanan jadi, persyaratan
pengolahan makanan, persyaratan penyajian makanan jadi, persyaratan peralatan yang
digunakan, hal
ini sesuai
dengan Kepmenkes
RI No
1098MENKESSKVII2003.
5.3. Pemeriksaan Bakteri Esherichia coli E.coli Pada Sambal
Kandungan bakteri Esherichia coli E.coli pada sambal yang di sediakan dibeberapa rumah makan di jalan Dr. Mansyur Medan diharapkan memenuhi
standar yaitu 0 dalam 100 mlsampel sesuai dengan Permenkes RI No.
Universitas Sumatera Utara
1096MenkesPERVI2011. Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap bakteri Esherichia coliE.coli yang telah dilakukan pada sambal yang disediakan
beberapa rumah makan di jalan Dr.Mansyur yang berjumlah 7 rumah makan yang artinya 7 sampel sambal, hanya 2 dua sampel yang memenuhi persyaratan dan 5
lima yang tidak memenuhi persyaratan, rumah makan yang memenuhi persyaratan adalah rumah makan sampel II dan sampel V, sementara sampel
rumah makan I, III IV, VI dan VII tidak memenuhi persyaratan uji bakteri. Keadaan hygiene sanitasi rumah makan II dan V yang sampel sambalnya
memenuhi persyaratan mulai dari aspek bangunan yang keseluruhan memenuhi persyaratan, baik keadaan lantai, atap, dinding yang tidak retak dan bersih dari
debu dan sarang laba-laba dan jauh dari sarang lalat. Mengenai sumber air sangat bersih, aman dan bertekanan bahkan ada khusus tempat mengambil air wudhu dan
mushola. Karyawan yang perilaku hygiene nya sangat baik. Perlakuan terhadap makanan juga sangat baik, makanan yang siap saji dalam keadaan tertutup,
makanan jadi khususnya sambal tidak sampai 6 jam, karena porsi sambal yang dibuat sedikit-sedikit untuk jangka waktu tertentu. Perlindungan peralatan masak
dan makan juga memenuhi persyaratan yaitu melalui 3 tahap, pembersihan sisa makanan lalu perendaman, pencucian dan pembilasan, dan juga memakai system
3 bak pencuci. Keadaan hygiene sanitasi rumah makan ini sangat baik dan berdampak positif kepada kualitas makanan yang disajikan.
Keadaan hygiene sanitasi rumah makan yang sampel sambalnya mengandung bakteri E.coli, dimulai dari rumah makan sampel I. Setelah observasi
yang dilakukan peneliti, rumah makan sampel I adalah rumah makan yang tidak
Universitas Sumatera Utara
memenuhi persyaratan hygiene sanitasi. Keadaan fisik bangunan juga tidak baik, seperti dekatnya sumber lalat dengan rumah makan, apalagi kondisi rumah makan
adalah bangunan terbuka tanpa dinding permanen sehingga lalat dan debu juga mudah mengontaminasi makanan. Fasilitas sanitasi seperti tempat sampah yang
kurang, pembuangan air limbah yang tidak tertutup juga mengenai karyawan yang tidak berprilaku hygiene. Makanan jadi seperti sambal tidak dipanaskan ulang,
setelah 6 jam penyajian terhitung selesai dari proses pembuatan. Perlindungan terhadap peralatan masak dan makan juga tidak memenuhi syarat, mulai dari
pembersihan, penyimpanan dan pemeliharaan, seperti tidak dilakukannya proses pencucian dengan 3 tahapan dan tiga bak pencuci, agar alat masak dan makan
benar – benar steril.
Rumah makan dengan sampel III,IV dan VII memiliki gambaran hygiene sanitasi yang sama, mengenai kondisi bangunan juga dekat dengan sumber lalat,
yang berasal dari sampah rumah makan itu sendiri, ditambah lagi tumpukan sampah organic seperti sayur dan sisa-sisa makanan dibiarkan terbuka. Lantai
yang retak dan pembuangan limbah organic yang tidak tertutup menjadikan resiko terkontaminasinya makanan oleh bakteri patogen lebih besar baik secara langsung
maupun secara tidak langsung atau melalui vektor seperti serangga. Perlindungan terhadap peralatan makan dan masak juga tidak memenuhi persyaratan, rumah
makan sampel III, IV dan VII tidak melakukan proses pencucian dengan sempurna yaitu memakai 3 bak pembersih dan dengan empat tahap, pembersihan
sisa makanan, perendaman, pencucuian dan pembilasan. Makanan jadi khususnya sambal juga tidak dipanaskan ulang setelah 6 jam terhitung mulai dari siap untuk
Universitas Sumatera Utara
disajikan, hal
ini bertolak
belakang dengan
Kepmenkes RI
No. 942MenkesSKVII2003.
Rumah makan dengan sampel VI memiliki kondisi hygiene sanitasi yang paling rendah di antara rumah makan yg diteliti, mulai dari aspek bangunan, dekat
dengan sarang lalat, lantai retak, bagian dinding berdebu, kontruksi bangunan memang terlihat kuat namun tidak terawatt sebagaimana syarat untuk sebuah
rumah makan. Begitu juga fasilitas sanitasi, tempat sampah yang sangat sedikit, sumber air bersih yang kurang, pembuangan limbah yang tidak lancar dan wc
yang kondisinya tidak memenuhi persyaratan. Perilaku hygiene pegawainya juga tidak memenuhi persyaratan, misalnya pekerja yang flu dan batuk masih tetap
bekerja, pengangkut makanan memakai perhiasan dan kosmetik berupa kutek. Perlindunagn alat makan dan masak juga tidak memenuhi persyaratan, di rumah
makan ini proses pencucian hanya memalui dua tahapan saja yaitu pencucian dan pembilasan alat masak dan alat makan konsumen di tumpuk menjadi satu tanpa
melakukan pembersihan dari sisa makanan terlebih dahulu. Perlindungan terhadap makanan sangat buruk terlihat dari makanan jadi yang diletakkan di staling namun
kemudian tidak ditutup kembali, padahal lingkungan sekitar rumah makan dekat dengan sarang lalat, tentu hal ini akan sangat membahayakan makanan yang bia
terkontaminasi oleh vektor seperti lalat. Sama halnya dengan rumah makan sampel I,III,IV dan VII sambal yang sudah lebih dari 6 jam tidak dipanaskan
kembali. Terkontaminasinya makanan oleh bakteri seperti eshcherichia coli
kemungkinan besar dari kondisi makanan jadi yang sudah disiapkan khususnya
Universitas Sumatera Utara
sambal yang sudah lebih dari 6 jam, namun tidak mendapat perlakuan seperti pemanasan kembali sebelum disajikan. Hal ini tentu memberikan resiko besar
akan terkontaminasinya sambal oleh bakteri patogen seperti E.coli yang akan mengubah kondisi sambal. Terlebih lagi dari hasil observasi beberapa rumah
makan terlihat makanan jadi tidak dalam kondisi tertutup, hal ini juga memberikan resiko terkontaminasinya makanan oleh bakteri yang disebabkan
oleh vektor seperti lalat. Didukung kondisi sanitasi rumah makan yang tidak memenuhi syarat,
seperti lantai retak yang bisa menjadi sarang dari bakteri patogen, lalu saluran pembuangan limbah yang tidak dalam kondisi tertutup serta tempat sampah yang
tidak kedap air dan tidak tertutup akan menjadi tempat vektor seperti lalat untuk berkembang.
Perlakuan pencucian pada peralatan juga tidak memenuhi persyaratan, tidak melalui proses perendaman, bak pencuci yang keadaan nya sudah tidak
layak lagi, di pinggir dan sudut bak pencuci terlihat kotoran – kotoran lama dari
proses pencucian menggumpal berwarna coklat ,kondisi seperti itu tentu akan menjadi tempat bakteri untu hidup. Hal ini apabila dibiarkan begitu saja dapat
menyebabkan mikroorganisme yang terdapat dalam sisa makanan di peralatan berkembang sangat cepat karena didukung factor-faktor lain seperti kondisi
tempat pencucian dan air yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi hygine sanitasi pada rumah makan di jalan Dr. mansyur Medan diperoleh kesimpulan;
1. Penjumlahan skor dari masing-masing aspek penilaian hygine sanitasi
rumah makan diperoleh hasilnya ada 3 tiga rumah makan yang tidak memenuhi standar hygine sanitasi rumah makan.
2. Hasil pemeriksaan kandungan bakteri Escherichia coli pada sambal yang
disediakan di 7 tujuh rumah makan jalan Dr. Mansyur Medan ditemukan 5 lima sampel sambal mengandung bakteri Escherichia coli.
3. Kelaikan bangunan rumah makan di jalan Dr. Mansyur sebagian besar
memenuhi persyaratan. Seperti kontruksi bangunan yang kuat, pencahayaan dan ventilasi memadai. Namun jauh dari sarang lalat hanya
571,4 yang memenuhi syarat, dinding dan langit-langit bebas dari debu juga bagian dinding yang kena percikan air dilapisi bahan kedap air
setinggi 2 dua hanya 6 85,7 yang memenuhi syarat. Lantai kedap air, rata, tidak licin, tidak retak, terpelihara dan mudah dibersihkanya hanya
4 57,2 yang memenuhi syarat. 4.
Kelaikan fasilitas sanitasi di beberapa rumah makan di Jalan Dr.Mansyur Medan. Ketersediaan luas lantai yang cukup untuk bekerja pada bangunan
dan terpisah dari tempat tidur hasilnya 7 100 dan yang kedua ialah ruangan yang bersih dari barang yang tidak berguna, keseluruhan rumah
Universitas Sumatera Utara