Pengertian Pembelajaran Konstruktivisme Kajian Mengenai Kosa Kata 1. Kosa Kata

37 Berdasarkan uraian diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran konstruktivisme beranggapan bahwa suatu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit sesuai dengan kehidupan dan pengalaman nyata yang kemudian diperluas sebatas konteks yang sedang dipelajari. Konstruktivisme sosial merupakan pengetahuan yang dibangun dan diperoleh dari lingkungan sosialnya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi suatu pembelajaran konstruktivisme. Faktor tersebut harus menjadi perhatian sebagai dasar keberhasilan pembelajaran konstruktivisme.

3. Prinsip dan Penciptaan Setting Pembelajaran Konstruktivisme

Prinsip-prinsip yang sering diambil dari konstruktivisme menurut Suparno dalam Trianto 2012: 75-76, antara lain: a pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; b tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; c mengajar adalah membantu siswa belajar; d tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; e kurikulum menekankan partisipasi siswa; dan f guru sebagai fasilitator. Implikasi teori konstruktivis dalam pembelajaran menurut Yatim Riyanto 2012: 145-152 dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, pemusatan perhatian berpikir atau proses mental anak tidak sekedar pada hasilnya, selain kebenaran jawaban siswa, guru juga harus mamahami proses yang digunakan siswa dalam mendapatkan jawaban tersebut. Kedua, mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri, keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas konstruktivis, penyajian 38 pengetahuan jadi ready made tidak mendapat penekanan. Ketiga, pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran lebih menekankan pengajaran top down daripada bottom up. Berarti siswa memulai dengan masalah kompleks untuk dipecahkan, kemudian menemukan dengan bimbingan guru keterampilan dasar yang diperlukan. Keempat, discovery learning, dalam discovery learning siswa didorong untuk belajar sendiri secara mandiri. Kelima, pendekatan konstruktivis dalam pengajaran khas menerapkan scaffolding, dengan siswa semakin lama semakin bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri. Scaffolding merupakan ide penting yang diturunkan dari teori Vogotsky. Guru sebagai fasilitator tidak langsung melepas siswa untuk melakukan pembelajarannya sendiri, namun guru memiliki tanggungjawab membimbing dan memberikan bantuan kepada siswa selama tahap awal pembelajaran dan dapat melepasnya setelah anak mampu melaksanakan tahap-tahap selanjutnya secara mandiri. Pendapat tersebut didukung oleh pendapat Trianto 2012: 76 bahwa, scaffolding berarti memberikan sejumlah besar bantuan kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian anak tersebut mengambil alih tanggung-jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran konstruktif perlu dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip konstruktivis dan implikasi teori konstruktivis dalam pembelajaran. 39 Penerapan prinsip-prinsip konstruktif dan implikasi teori konstruktivis juga perlu menyesuaikan kondisi siswa.

E. Media Pembelajaran 1. Konsep Media

a. Pengertian Media

Media merupakan sebuah perantara. Berikut adalah pengertian media maupun media pengajaran menurut beberapa ahli: 1 Menurut Sharon, Lowther Russel 2011: 7 media merupakan sarana komunikasi yang membawa informasi antara sebuah sumber dan sebuah penerima. 2 Media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik Sudarwan Danim, 2010:7. 3 Alat pendidikan bisa diartikan sebagai suatu situasi yang diciptakan dan perlakuan yang sudah dirancang oleh pendidik yang ditujukan kepada peserta didik agar bisa mendorong terwujudnya efektivitas proses pendidikan menuju tercapainya tujuan pendidikan Arif Rohman, 2009: 178-179. Dari beberapa pengertian media tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa media merupakan seperangkat alat bantu atau komponen sumber belajar dan situasi yang diciptakan serta perlakuan yang dirancang yang kesemuanya dapat diindera oleh alat indera 40 manusia. Berfungsi sebagai sarana komunikasi dan penyalur pesan antara sumber ke penerima untuk mencapai tujuan yang diinginkan khususnya tujuan pembelajaran.

b. Fungsi dan Manfaat Media

Fungsi dan manfaat penggunaan media pembelajaran Wina Sanjaya, 2011: 206-209: 1 Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu. 2 Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek Tertentu. 3 Menambah gairah dan motivasi belajar siswa. 4 Media pembelajaran memiliki nilai praktis.

2. Media Gambar

Gambar diam adalah media visual yang berupa gambar yang dihasilkan melalui proses fotografi Dina Indriana, 2011:64. Di dalam taksonomi Rudy Brezt dalam Arief S. Sadiman, dkk, 2005: 20, media visual dibedakan menjadi tiga yaitu gambar, garis line graphic dan symbol yang merupakan suatu kontinum dari bentuk yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Menurut Heinich, Molend Russel 1989: 103 gambar dapat menerjemahkan ide-ide abstrak ke dalam format yang lebih realistis. Adapun manfaat media gambar dalam proses instruksional adalah penyampaian dan penjelasan mengenai informasi, pesan, ide dan sebagainya dengan tanpa banyak menggunakan bahasa-bahasa verbal, tetapi dapat lebih memberi pesan Ahmad Rohani, 1997: 76. Jadi, media gambar merupakan media visual berupa gambar diam merupakan media visual berupa gambar yang ditangkap oleh indera penglihatan dan

Dokumen yang terkait

PENGARUH GERAK DASAR PADA PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK ANAK TUNA RUNGU DI SLB B C YAYASAN PEMBINA SEKOLAH LUAR BIASA (YPSLB) KARTASURA TAHUN 2009

4 83 66

GAMBARAN KEMAMPUAN PERAWATAN DIRI (SELF CARE AGENCY) PADA ANAK DISABILITAS (TUNA GRAHITA DAN TUNA NETRA) DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 BANTUL

2 7 149

PENGGUNAAN METODE AISMA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MEMBACA PERMULAAN MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI ANAK TUNA RUNGU WICARA KELAS II SEKOLAH DASAR LUAR BIASA DI SLB ABCD ‘YPALB ‘ CEP

1 5 7

PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (Studi Kasus pada Kelas B Tuna Rungu Pendidikan Karakter Religius Dan Kemandirian Pada Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Kasus pada Kelas B Tuna Rungu Wicara di Sekolah Luar Biasa

0 2 10

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK KELAS 6 SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB) TUNA Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Kelas 6 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Tuna Laras Bhina Putera Banjarsari Surakarta Tahun Ajaran 2013

0 1 18

METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK KELAS 6 SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SDLB) TUNA Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Kelas 6 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Tuna Laras Bhina Putera Banjarsari Surakarta Tahun Ajaran 2013/2

0 1 18

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAGRAHITA RINGAN DENGAN PENDEKATAN BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA.

0 5 29

Analisis deskriptif penggunaan media gambar untuk penguasaan kosa kata benda pada siswa tuna rungu di SLB B Dena Upakara Wonosobo.

0 1 16

PENGGUNAAN AKTIVITAS MELUKIS SEBAGAI POSITIVE REINFORCEMENT UNTUK MENGURANGI PERILAKU INATTENTION PADA ANAK AUTISTIK KELAS II DI SEKOLAH LUAR BIASA MARDI MULYO KRETEK BANTUL.

0 0 191

Pembelajaran matematika di Sekolah Luar Biasa (SLB) Khusus Tuna Rungu Karnnamanohara Tingkat SMP.

0 0 103