19
menggunakan teknik dan metode pembelajaran yang tepat sehingga memudahkan pemahaman oleh anak.
Berikut penjabaran perkembangan bahasa menurut Murni Winarsih 2007: 68 – 69 bahwa saat anak mendengar berada pada tahap reseptif
auditori, anak tuna rungu mengerti bahasa lingkungannya melalui bahasa reseptif visual. Kemudian, ketika anak mendengar berada pada tahap
ekspresi auditori melalui bicara, anak tuna rungu melalui bahasa ekspresif kinestetik merasakan getaran, gerakan, tetapi masih dikontrol
oleh visual dan anak dapat mengucapkan contoh benda yang dilihatnya. Anak tuna rungu pada tahap bahasa reseptif visual, baru dikenalkan pada
simbol bacaan dibantu dengan visualisasi yang konkret. Ketika anak mendengar mencapai bahasa ekspresif visual, mereka sudah dapat
mengekspresikan lambang-lambang visual lewat tulisan. Sedangkan pada anak tuna rungu, apa yang diucapkannya baru ditulis dengan simbol-
simbol bahasa. Hingga akhirnya anak tuna rungu mengerti apa maksud tulisannya.
Oleh karena itu, dengan adanya tuna rungu di sekitar kita maka mengharuskan guru, orangtua anak, dan orang dewasa lainnya untuk dapat
membahasakan seluruh benda, gerak-gerik, tatapan, atau kejadian yang terjadi di sekitar anak, hal ini berkaitan dengan kemampuan reseptif pada
anak tuna rungu yang harus mendapatkan bantuan penuh. Setelah anak memiliki cukup bahasa reseptif maka imajinasi dan kreasi mengenai
bahasa akan berjalan seperti layaknya pada anak normal.
20
5. Perkembangan Bahasa dan Bicara Anak Tuna Rungu
Perkembangan bahasa dan bicara ditentukan oleh faktor-faktor yang saling berkaitan, Menurut Edja Sadjaah 2013: 110 - 111 antara lain:
a. Faktor fisik, yaitu kondisi alat bicara yang baik, organ suara yang tidak mendapat gangguan, dan organ bernapas yang baik.
b. Faktor psikis, yaitu kondisi-kondisi psikologis yang memungkinkan anak tunarungu termotivasi ingin meniru
bunyi-bunyi yang diucapkan ibunya, ayahnya, saudaranya, temannya, atau siapa saja yang mengajak bicara padanya, sebab
anak tunarungu kalau tidak diajak bicara, jarang dia mau memulai mengajak bicara. Kondisi-kondisi lain yang
menunjang adalah kemampuan intelegensinya, artinya apabila intelegensi baik, ini mempercepat pemahaman berbahasa.
c. Faktor lingkungan, yaitu situasi di sekitar anak yang turut mendukung berkembangnya kemampuan berbahasabicara,
artinya adanya kesempatan yang diberikan sehingga anak berani untuk berekspresi secara lisan. Hal ini dilaksanakan
dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat lingkungannya.
Penguasaan bahasa itu harus melalui proses, artinya bahwa bahasa dikuasai dengan melalui tahapan-tahapan tertentu, sesuai dengan umur
kalendernya sampai kepada suatu keterampilan mengekspresikan katabahasa itu. Keterampilan bahasabicara diperoleh melalui proses
meniru imitasi. Proses inilah yang memerlukan perhatian, karena pada saat inilah kita harus mengondisikan dengan menyediakan kesempatan
agar anak senang meniru ucapan-ucapan orang di sekitarnya.
B. Kajian Mengenai Kosa Kata 1. Kosa Kata
Soedjito dan Djoko Saryono 2011: 3 memberi definisi bahwa “kosa kata adalah perbendaharaan atau kekayaan kata yang dimiliki oleh
suatu bahasa”. Kata merupakan deretan huruf membentuk satuan bahasa
21
yang memiliki satu makna dan terdapat di dalam kalimat. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Achmad HP 2012: 61, 134 yang
mengungkapkan bahwa kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian, atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi
dan mempunyai satu arti. Kata, dilihat dalam sebuah struktur yang lebih besar, merupakan bagian dari kalimat.
Semantik dan makna kata mempunyai peranan penting dalam berbicara. Untuk menambah kosa kata baru seseorang cenderung
mempunyai cara yang berlainan Suhartono, 2005:56. Semantik merupakan studi mengenai arti suatu kata yang memiliki makna berupa
objek yang ditunjuk oleh kata itu. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Samsunuwiyati Mar’at 2005: 20-21, semantik adalah studi mengenai
“arti” suatu perkataan atau kalimat. Menurut Soenjono Dardjowidjojo 2012: 179, makna suatu kata adalah objek yang dirujuk oleh kata itu.
Kata diklasifikasikan dalam beberapa klasifikasi kata. Menurut Achmad HP 2012: 62 para ahli bahasa tradisional menggunakan kriteria
makna dan kriteria fungsi. Kriteria makna digunakan untuk
mengidentifikasikan kelas verbal kata kerja, nomina kata benda dan adjectiva kata sifat; sedangkan kriteria fungsi digunakan untuk
mengidentifikasikan preposisi, konjungsi kata sambung, adverbial kata keterangan, dan pronominal kata ganti. Menurut pendapat Keraf dalam
Suhartono 2005: 194 jenis kata terdiri yaitu kata-kata bahasa Indonesia