KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA FILM DORA THE EXPLORER DALAM MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DI KELOMPOK BERMAIN TAMANKU YOGYAKARTA.

(1)

i

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA FILM DORA THE EXPLORER DALAM MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DI KELOMPOK

BERMAIN TAMANKU YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Norma Lukito Evyas Tuti NIM 11111244009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

SURATPERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengcsahan adalah asli. Jika tidak asli, saya bersedia memperbaiki dan menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 15 Dese nber 2015 Yang menyataka ,.

NOlma Lukito Evyas Tuti NIM 11111244009


(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul "KEEFEKTlFAN PENGGUNAAN MEDIA FILM DORA

THE EXPLORER DALAM MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DI

KELOMPOK BERMAIN TAMANKU YOGYAKARTA" yang disusun oleh Norma Lukito Evyas Tuti, NIM 11111244009 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tangga111 Januari 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanggal

Dr. Ishartiwi, M.Pd. Ketua Penguj i

1.8/

01/

:;'0/6

.. . . .

Nur Hayati, M.Pd. Sekretaris Penguji

・ZyNセセOZャoO「

Yulia Ayriza, M.SI.;Ph.D. Penguj i Utama

N_セiNセ_O

20it; Martha Christianti, M.Pd. Penguji Pendamping _Z_OセAiゥINoHセ

Yogyakarta,

2

2 F

t

B 20io

Fakultas Dmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta


(5)

v MOTTO

Belajarlah banyak kosakata agar memiliki pengetahuan berbahasa yang luas


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. My angels without wings. Kedua orang tua ku (Bapak Suwarto dan Ibu Sumarsih) yang selalu mendoakan aku, mendukung ku dan mempercayaiku untuk dapat kuliah di Kota Istimewa Yogyakarta.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Anak-anak Indonesia, Nusa, Bangsa, dan Agama. 4. Adik-adikku, Riske, Tika dan Binta


(7)

vii

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA FILM DORA THE EXPLORER DALAM MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK DI KELOMPOK

BERMAIN TAMANKU YOGYAKARTA Oleh

Norma Lukito Evyas Tuti NIM 11111244009

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan penggunaan media film

Dora The Explorer dalam meningkatkan kosakata anak di Kelompok Bermain

Tamanku. Adapun alasannya yaitu penggunaan media film Dora The Explorer

belum pernah dikaji dalam pembelajaran meningkatkan kosakata anak di KB Tamanku Yogyakarta.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperimen dengan desain one

group pretest-postest. Penelitian ini dilakukan dalam 10 kali pertemuan, dengan

subjek penelitian berjumlah enam anak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan tes lisan. Instrumen yang digunakan berupa kartu bergambar kosakata benda. Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini menggunakan media Film Dora The Explorer yang terdiri dari episode baby dino,

berry hunt, super spies dan missing piece. Data dianalisis menggunakan deskriptif

kuantitatif dan ditampilkan dalam tabel dan diagram batang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media film Dora The

Explorer efektif dalam meningkatkan kosakata anak. Hal tersebut dibuktikan

dengan adanya kenaikan skor rata-rata perolehan pre-test dan post-test yaitu sebesar 22,26 (44,52%). Selain itu, bukti lain menunjukkan bahwa setelah penggunaan media film Dora The Explorer anak dapat menjawab, mengucapkan dan mengetahui kegunaan kata benda dengan benar seperti jaket penyelamat, sabuk pengaman, perahu, dayung dan ransel. Penerapan media dalam penelitian ini yaitu berdasarkan pada penyajian isi film, yang mengajak anak tidak hanya menonton tetapi juga aktif terlibat dalam film tersebut. Misalnya anak ikut membantu menemukan jalan keluar dan ikut menjawab pertanyaan atau teka-teki yang disampaikan pada film tersebut.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, wr. wb.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Keefektifan Penggunaan Media Film Dora The Explorer Dalam

Meningkatkan Kosakata Anak Di Kelompok Bermain Tamanku” ini dapat

diselesaikan dengan baik. Penulisan dan penelitian skripsi ini dilaksanakan guna melengkapi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini bukanlah keberhasilan individu semata, namun berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan motivasi dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini yang telah memberikan dukungan untuk melaksanakan penelitian.

3. Ibu Dr. Ishartiwi dan Ibu Martha Christianti, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah banyak membantu menyediakan waktu, bimbingan, serta memberi saran penulisan penyusunan Tugas Akhir Skripsi.

4. Ibu Nunuk, selaku Kepala Sekolah KB Tamanku yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian dan Guru KB Tamanku yang sudah membantu penulis dalam melakukan penelitian.


(9)

5. Kedua orang tuaku Bapak Suwarto, Ibu Sumarsih dan adik-adiku Riske, Tika dan Binta terimakasih atas semua kasih sayang, bimbingan, dorongan, semangat, dan doa kalian.

6. Sahabat-sahabat terbaikku, Riska, Desi, Nurul, Agi, Mega, Eka, Santi, lin, Mita, Echa, Sarah, Thalita, Lina dan Ria yang telah memberikan doa, motivasi, dan bantuan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Serta teman-teman PG-PAUD Kelas B angkatan 2011 terimakasih atas semua dukungan dan kebersamaannya.

7. Semua pihak yang yang tidak dapat disebutkan satu per satu, saya mengucapkan terima kasih.

Semoga amal baik dari berbagai pihak mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT. Penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk memperbaiki skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamu 'alaikum, wr. wb.

Yogyakarta, 15 Desembe Penulis,

Nonna Lukito Evyas Tuti


(10)

x DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Definisi Operasional ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Tentang Media Pembelajaran... 9

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 9

B. Kajian Tentang Media Film ... 11

1. Pengertian Media Film ... 11

a. Kelebihan Media Film ... 13


(11)

xi

C. Kajian Tentang Media Film Dora The Explorer ... 14

1. Pengertian Film Dora The Explorer ... 14

a. Tema Film Dora The Explorer ... 17

b. Karakter Tokoh Film Dora The Explorer ... 18

c. Alur Cerita Film Dora The Explorer ... 19

d. Bahasa Film Dora The Explorer ... 22

D. Kajian Tentang Kosakata Anak Usia Dini... 23

1. Pengertian Anak Usia Dini ... 23

2. Kosakata Pada Anak Usia Dini... 24

3. Implementasi Media Film Dora The Explorer Dalam Meningkatkan Kosakata Anak Usia Dini ... 29

E. Kerangka Berfikir ... 31

F. Hipotesis Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 35

B. Subjek Penelitian ... 36

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Instrumen Penelitian ... 39

1. Jenis Instrumen Penelitian ... 39

2. Uji Validitas Instrumen... 40

F. Prosedur Perlakuan ... 42

G. Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 49

B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 51

C. Data Hasil Penelitian Kemampuan Kosakata Anak Kelompok Kepompong KB Tamanku ... 54

1. Data Hasil Pre-test Kemampuan Kosakata Anak ... 54

2. Penerapan Treatment Penggunaan Media Film Dora The Explorer ... 59


(12)

xii

3. Data Hasil Post-test Kemampuan Kosakata Anak ... 69

4. Data Perbandingan Hasil Pre-test dan Post-test Kemampuan Kosakata Anak ... 74

D. Uji Hipotesis ... 76

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78

F. Keterbatasan Penelitian ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian Meningkatkan Kemapuan

Kosakata Anak ... 37

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Tes Lisan Kemampuan Kosakata Anak Kelompok Bermain Tamanku ... 40

Tabel 3. Pemberian Episode Film Dora The Explorer dalam Kegiatan Pembelajaran ... 45

Tabel 4. Kategori Hasil Tes Kemampuan Kosakata Anak ... 46

Tabel 5. Data Hasil Pre-test Kemampuan Kosakata Anak ... 57

Tabel 6. Data Hasil Post-test Kemampuan Kosakata Anak ... 72

Tabel 7. Data Perbandingan Hasil Pre-test dan Post-test Kemampuan Kosakata Anak Kelompok Kepompong KB Tamanku ... 74


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Rancangan One Group Pre-test Post-test Design ... 36 Gambar 2. Diagram Batang Skor Pre-test Kemampuan Kosakata Anak 58 Gambar 3. Digram Batang Skor Post-test Kemampuan Kosakata Anak 73 Gambar 4. Diagram Batang Data Perbandingan Hasil Pre-test dan


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Hasil Pre-test-Post-test Kemampuan Kosakata Anak ... 88

Lampiran 2. Hasil Perhitungan Pre-test dan Post-test ... 95

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Kreiteria Kategorisasi Kemampuan Kosakata Anak ... 97

Lampiran 4. Instrumen Penelitian ... 103

Lampiran 5. Rencana Kegiantan Harian ... 113

Lampiran 6. Panduan Penggunaan Media Film Dora The Explorer ... 134

Lampiran 7. Foto Kegiatan Penelitian ... 139

Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian ... 143


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini adalah sosok individu yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya (Yuliani Nuraini Sujiono, 2009: 6). Pendidikan anak usia dini merupakan serangkaian sistematis dan terprogram dalam melakukan pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pembinaan tersebut dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut. Adapun pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar dan dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal atau informal. Tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan (Suyadi, 2010: 9-12).

Pendidikan anak usia dini dapat diwujudkan melalui kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran berperan sebagai perantara untuk mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar anak dan isi pelajaran (Azhar Arsyad, 2006: 3-4). Dengan memanfaatkan media pembelajaran maka tujuan pembelajaran akan lebih


(17)

2

mudah tercapai. Dalam hal ini media pembelajaran yang akan dibahas yaitu media film. Media film merupakan media yang menyajikan gambar hidup yang medianya menggunakan audio dan visual (Sukiman, 2012: 186). Penyajian pada media film dalam pembelajaran berupa penyajian informasi, pemaparan proses, penjelasan konsep yang rumit, pengajaran ketrampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap (Azhar Arsyad, 2006: 49). Penggunaan media film dalam pembelajaran, menjadikan anak lebih mudah dalam memahami tema dan subjek pelajaran. Selain itu, media film juga memudahkan anak dalam memahami pesan secara merata dan mudah diterima oleh anak (Dina Indriana, 2011: 91-92).

Salah satu media film yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu media film Dora The Explorer. Media film Dora The Explorer

merupakan film animasi yang sesuai untuk anak usia dua sampai enam tahun (Byson dalam Zuena Kabir, 2013: 5). Media film Dora The

Explorer memiliki penyajian yang unik yaitu mengajak penonton

(anak-anak) untuk terlibat dan berinteraksi langsung dengan tokoh Dora, dengan cara menjawab teka-teki dan pertanyaan yang diajukan tokoh Dora. Penuntunan kata pada film ini menggunakan tempo yang tidak cepat sehingga memudahkan anak dalam memahami maksudnya (Dede Lilis Ch. Subandy, 2005: 381). Film ini menggunakan metode yang berbasis pada gagasan Horward Gagner yaitu tentang kecerdasan majemuk yang menjadikan anak lebih cerdas bila belajar sambil bermain (Devi Nurdiani,


(18)

3

2003: 2). Akan tetapi, dalam penelitian ini peneliti hanya memfokuskan pada salah satu kecerdasan majemuk yaitu kecerdasan linguistik. Kecerdasan linguistik yang dimaksud yaitu kemampuan anak dalam meningkatkan kosakata. Pengenalan kosakata pada anak diperlukan guna meningkatkan kemampuan kosakatanya. Dengan kemampuan kosakata yang baik, menjadikan komunikasi dengan orang lain berjalan dengan lancar, memperkaya gagasan berfikir dan meningkatkan kemampuan berbicara dengan orang lain (Harun, 2012: 112).

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti saat pembelajaran di Kelompok Bermain Tamanku pada tahun 2015, ditemukan bahwa kemampuan kosakata anak belum berkembang optimal. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya anak-anak yang masih mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata. Hal ini diketahui saat anak mengucapkan kata, bunyi yang diucapkan anak belum jelas. Pemahaman anak terhadap kosakata juga masih kurang sehingga anak kesulitan dalam memahami maksud kata dan pertanyaan yang diberikan guru. Anak cenderung dapat menjawab pertanyaan guru bila terlebih dahulu diberikan stimulasi berupa awalan kata, misalnya “pa” untuk kata papan dan “kar” untuk kata karpet. Selain itu, pengetahuan anak terhadap kosakata juga masih kurang, sehingga anak mengalami kesulitan saat menyebutkan nama warna, nama gambar, dan nama benda yang ditunjukkan oleh guru. Melihat permasalahan pada kemampuan kosakata anak yang masih rendah, peneliti tergerak untuk melakukan penelitian mengenai pembelajaran kosakata


(19)

4

melalui penerapan penggunaan media film Dora The Explorer. Penggunaan media film Dora The Explorer belum dikaji di KB Tamanku. Dengan penggunaan media film Dora The Explorer di KB Tamanku diharapkan dapat ditemukan, ada atau tidaknya keefektifan media film

Dora The Explorer guna meningkatkan kosakata pada anak di KB

Tamanku.

Adapun alasan peneliti menggunakan media film Dora The

Explorer sebagai media pembelajaran guna meningkatkan kosakata anak

di Kelompok Bermain Tamanku yaitu: 1) Terdapat adanya hasil penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan media film Dora The Explorer dapat memberikan dampak positif bagi anak (Zuena Kabir, 2013: 28) dan memberikan efek baik pada pronunciation anak (Devi Nurdiani, dkk, 2003: 12); 2) media ini merupakan film animasi yang disajikan dengan cara yang menarik yaitu anak tidak hanya menonton namun juga dapat aktif terlibat dengan tokoh utama; 3) media film ini dapat menciptakan situasi yang menyenangkan bagi anak karena terdapat bagian dimana tokoh utama mengajak anak untuk dapat bernyanyi bersama; 4) kata-kata yang ditampilkan dalam film ini menggunakan kata yang familiar sehingga memudahkan anak dalam memahami maksunya; 5) pada film ini terdapat kata yang ditampilkan dengan berulang-ulang sehingga memudahkan anak untuk mengingat kata tersebut dengan cara tidak disengaja; 6) bahasa yang disampaikan pada film ini dapat menciptakan situasi yang menarik dan menyenangkan bagi anak sehingga memudahkan


(20)

5

anak dalam mengucapkan kata dengan benar; 7) media film ini sesuai untuk usia anak di KB Tamanku yaitu 3-4 tahun; 8) media film ini dapat diperoleh dengan mudah di toko-toko DVD dan juga dapat mudah diakses menggunakan internet.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan kosakata anak di Kelompok Bermain Tamanku masih rendah dan anak mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata dengan jelas. 2. Anak mengalami kesulitan dalam memahami maksud kata dan menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh guru

3. Anak mengalami kesulitan dalam menyebutkan nama warna, nama gambar dan nama benda yang ditunjukkan guru

4. Keefektifan penggunaan media film Dora The Explorer belum dikaji dalam pembelajaran guna meningkatkan kosakata anak di KB Tamanku. C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi yang diuraikan pada permasalahan tersebut, peneliti membatasi penelitian ini pada nomor empat yaitu, Keefektifan penggunaan media film Dora The Explorer belum dikaji dalam pembelajaran guna meningkatkan kosakata anak di KB Tamanku. D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang, identifikasi dan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka peneliti merumuskan masalah yaitu


(21)

6

Apakah penggunaan media film Dora The Explorer efektif dalam meningkatkan kosakata anak di Kelompok Bermain Tamanku?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah di kemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah menguji keefektifan penggunaan media Film

Dora The Explorer dalam meningkatkan kosakata anak di Kelompok

Bermain Tamanku. F. Manfaat Penelitian

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi anak

a. Menambah pengalaman anak untuk belajar kosakata melalui film Dora

The Explorer.

b. Meningkatkan motivasi anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran 2. Bagi guru

a. Sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan kemampuan kosakata anak usia dini.

b. Menambah pengetahuan bahwa media film tidak hanya dapat dijadikan hiburan bagi anak-anak melainkan juga dapat dijadikan media pembelajaran.


(22)

7 G. Definisi Operasional

1. Meningkatkan Kosakata

Dalam penelitian ini, meningkatkan kosakata yang dimaksud berupa meningkatkan kemampuan anak dalam mengucapkan kata benda dan kemampuan anak dalam memahami maksud kata. Adapun indikator yang dijadikan ukuran dalam ketercapaian penelitian ini yaitu anak dapat memberikan respon secara lisan berupa mengucapkan kata dengan baik dan benar seperti anak dapat mengucapkan kosakata benda dengan bunyi yang jelas serta memahami maksud kata. Pada penelitian ini kosakata yang digunakan berjumlah 50 kosakata benda yang terdiri dari mengucapkan kata dan memahami maksud kata. Adapun kosakata yang seharusnya pada anak usia 3-4 tahun yaitu lebih dari 200 kata (Santrock, 2007: 358-359).

2. Media film Dora The Explorer

Media film Dora The Explorer merupakan film animasi yang sesuai untuk anak usia dua sampai enam tahun. Film ini diproduksi di Amerika Serikat dengan saluran orisinalnya adalah Nickelodeon sebagai saluran bagi anak-anak prasekolah. Kreator film Dora The Explorer yaitu Chris Gifford, Valerie Walsh dan Eric Weiner. Film Dora The Explorer

memiliki penyajian yang unik yaitu mengajak penonton (anak-anak) untuk terlibat dan berinteraksi langsung dengan tokoh Dora, dengan cara menjawab teka-teki dan pertanyaan yang diajukan tokoh Dora. Film ini memiliki tempo pada setiap penuntunan kata sehingga memudahkan anak


(23)

8

dalam memahami maksudnya. Media film Dora The Explorer yang digunakan peneliti adalah film Dora The Explorer yang menggunakan bahasa Indonesia yang dicampur dengan beberapa kosakata bahasa Inggris. Episode yang digunakan dalam film Dora The Explorer pada penelitian ini yaitu Baby Dino, Berry Hunt, Super Spies dan Missing

Piece.

Langkah-langkah penggunaan media film Dora The Explorer yaitu dengan cara membimbing anak untuk aktif melafalkan kembali kata yang diucapkan oleh tokoh Dora dengan ucapan yang jelas, membimbing anak untuk dapat menjawab pertanyaan dan teka-teki yang disampaikan oleh tokoh Dora. Caranya ialah dengan mengulangi pertanyaan dari tokoh Dora dengan kalimat sederhana sehingga anak lebih mudah dalam memahami pertanyaan tersebut dan melakukan kegiatan bercerita setelah film selesai diputar sebagai penguatan tentang cerita pada film tersebut, kemudian membimbing anak untuk dapat menyebutkan kosakata yang ada pada film yang telah diputar melalui kegiatan percakapan.

Kriteria keefektifan media film Dora The Explorer yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan anak dalam mengucapkan kata dengan benar melalui respon yang diberikan anak secara lisan, anak memahami maksud kata seperti anak mengetahui kegunaan suatu kata benda serta kuantitas kosakata yang dimiliki anak meningkat setelah menonton film Dora The Explorer. Penggunaan media film Dora The


(24)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Tentang Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran

Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau penghantar, sehingga dapat dikatakan bahwa media adalah pengantar pesan dari pengirim kepada penerima penerima pesan (Arief dalam Sukiman, 2012: 27-28). Menurut Fleming media dalam proses belajar menunjukkan fungsi atau peranannya yaitu untuk mengatur hubungan yang efektif antar dua pihak utama dalam proses belajar siswa dan isi pelajaran (Azhar Arsyad, 2006: 3-4). Media yang memungkinkan terwujudnya hubungan langsung antara karya seseorang pengembang mata pelajaran dengan para siswa disebut media pembelajaran (Anderson dalam Sukiman, 2012: 28). Azhar Arsyad (2006: 4) menjelaskan bahwa media pembelajaran berarti media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan Instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran.

Sesuatu dapat dikatakan sebagai media pembelajaran jika memiliki dua hal yaitu perantara dan pesan atau informasi yang disampaikan. Ciri-ciri media pembelajaran menurut (Gerlach & Ely dalam Azhar Asyrad, 2006: 12-14) adalah Ciri Fiksatif (Fixative Property) yaitu ciri yang menggambarkan kemampuan media dalam merekam, menyimpan, melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek, Ciri


(25)

10

Manipulatif (Manipulative Property) yaitu ciri media dalam memanipulasi waktu maksudnya media dapat mentranspormasi suatu kejadian atau objek sehingga kejadian yang memakan waktu lama dapat disampaikan oleh siswa dalam waktu yang lebih singkat dan kejadian yang memakan waktu singkat bisa diperlambat kejadiannya, Ciri Distributif (Distributif

Property) yaitu media dapat menstransportasikan suatu objek atau

kejadian melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu sehingga dapat digunakan dalam proses belajar kapan pun dan dimanapun.

Menurut Sudjana & Rivai, (2002: 2) media pembelajaran memiliki manfaat dalam proses belajar anak. Adapun manfaat media pembelajaran yaitu menjadikan pembelajaran lebih menarik sehingga menumbuhkan motivasi belajar, makna bahan ajar menjadi lebih jelas sehingga memudahkan siswa menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran, metode mengajar lebih bervariasi karena tidak hanya dilakukan secara verbal (penuntunan kata-kata yang diucapkan guru), menjadikan siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab siswa dapat mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain. Selain itu dengan penggunaan media pembelajaran pesan dan informasi menjadi lebih jelas sehingga proses belajar menjadi lancar dan hasil belajar meningkat serta perhatian anak juga menjadi meningkatkan dan terarah sehingga menimbulkan motivasi belajar, dapat mengatasi keterbatasan


(26)

11

indera, ruang dan waktu (Sukiman, 2012: 44). Media pembelajaran memiliki fungsi dan kegunaan dalam membantu siswa belajar, meningkatkan proses dan hasil belajar dan menimbulkan motivasi belajar pada siswa.

Azhar Arsyad (2006: 105) mengemukakan bahwa media pembelajaran dapat dikembangkan menjadi media pembelajaran berbasis visual, media berbasis audio visual dan media berbasis komputer. Media berbasis visual terdiri dari foto, gambar, ilustrasi, sketsa, grafik, bagan,

chart dan gabungan dari dua bentuk atau lebih. Media berbasis audio

visual meliputi tape dan recorder serta kombinasi slide dan suara. Media berbasis komputer meliputi media interaktif dan komputer, sedangkan Sukiman (2012: 86-209) mengemukakan bahwa pengembangan media pembelajaran terdiri dari media berbasis visual, berbasis audio dan audio visual, dan berbasis komputer. Media berbasis visual terdiri dari media grafis yaitu media gambar, sketsa, bagan, grafik, papan tulisan, buletin, kartun, peta, media OHP dan media modul. Media audio dan audio visual terdiri dari media audio (media rekaman dan media radio), media berbasis komputer terdiri dari media presentasi dan media internet) dan media audio visual yaitu media film dan video, dan televisi.

B. Kajian Tentang Media Film 1. Pengertian Media Film

Media film merupakan media berbasis audio visual. Sukiman (2012: 186) menyatakan bahwa film merupakan gambar hidup yang


(27)

12

medianya menggunakan audio dan visual. Azhar Arsyad (2006: 49) memaparkan bahwa media film merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup, sedangkan Dina Indriana (2011: 91-92) mengemukakan bahwa film merupakan serangkaian gambar diam yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak.

Media film merupakan media yang menyajikan pesan audiovisual dan gerak. Media film memberikan kesan yang impresif dan atraktif bagi penikmatnya. Media film disajikan sebagai media pengajaran untuk mengambil pesan dari alur cerita yang sesuai dengan tema-tema dan subjek pelajaran. Ada beberapa jenis film yang bisa dijadikan media pengajaran dan pembelajaran, yaitu film bisu, film bersuara, serta film gelang yang ujung-ujungnya saling bersambungan dan proyeksinya tidak memerlukan penggelapan ruangan. Hal-hal yang disajikan dengan media film yaitu informasi, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan ketrampilan, mempersingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap (Azhar Arsyad, 2006: 49). Penggunaan media film untuk pembelajaran memudahkan siswa dalam memahami tema dan subjek pelajaran. Media film memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan didalam penggunaannya, adapun kelebihan dan kelemahan dari media film yaitu:


(28)

13 a. Kelebihan Media Film

Media film memiliki beberapa kelebihan dalam pembelajaran. Menurut Dina Indriana (2011: 91-92) kelebihan media film yaitu media film dapat memberikan pesan kepada siswa secara lebih merata dan mudah diterima siswa, sangat baik untuk menerangkan suatu proses, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, lebih realistis, dapat digunakan secara berulang-ulang dan dapat dihentikan sesuai dengan kebutuhan, dan memberikan kesan yang mendalam, yang dapat mempengaruhi sikap siswa. Azhar Arsyad (2006: 49-50) mengemukakan bahwa media film memiliki kelebihan yaitu:

1) Media film melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari anak. Film dapat menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung ketika berdenyut.

2) Media film dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat disaksikan berulang-ulang jika dipandang perlu. Misalnya langkah-langkah dan cara yang benar dalam berwudhu.

3) Media film mendorong motivasi belajar siswa dan menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. Misalnya film kesehatan yang menyajikan proses terjangkitnya diare.

4) Media film mengandung nilai-nilai positif yang dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok anak.

5) Media film dapat menyajikan pristiwa-peristiwa yang berbahaya seperti lahar gunung berapi

6) Media film dapat ditunjukkan pada siapa saja baik kelompok besar, kelompok kecil dan perorangan.

7) Media film dapat menampilkan gambar frame dengan waktu yang singkat


(29)

14

Dengan menggunakan media film maka siswa akan lebih mudah dalam menerima meteri pelajaran, siswa dapat belajar tanpa keterbatasan ruang dan waktu, memberikan pengalaman dan motivasi belajar siswa.

b. Kelemahan Media Film

Menurut Azhar Arsyad (2006: 50) media film selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan. Adapun kelemahan media film yaitu:

1) Pengadaan film umumnya memerlukan biaya yang mahal dan waktu yang lama

2) Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua siswa mempu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut, 3) Film yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali film yang dirancang untuk kebutuhan sendiri.

Kelemahan lain dari media film yaitu media film memiliki harga produksi yang cukup mahal dan membutuhkan waktu lama dalam pembuatannya sehingga menyita banyak waktu dan tenaga, dan dalam pengoperasiannya media film memerlukan orang-orang khusus (Dina Indriana, 2011: 91-92).

C. Kajian Tentang Media Film Dora The Explorer 1. Pengertian Film Dora The Explorer

Film Dora The Explorer merupakan film animasi bagi anak-anak usia prasekolah dan disiarkan pada program acara anak Nickelodeon, USA serta pertama kali tayang pada tahun 1999. Produser eksekutif film ini


(30)

15

adalah Chris Gifford, Jake Burbage, Harrison Chad, Felipe Dieppa, Elaine Del Valle, Asheley Fleming, Eileen Galindo, Kathleen Herles, John Leguizamo, Ricardo Montalban, Esai Morales dan Amy Principe (Dede Lilis, 2005: 379). Film Dora The Explorer menjadi seri reguler pada tahun 2000 dan dibawakan oleh jarian TV kabel Nickelodeon (Devi Nurdiani dkk, 2003: 2). Film ini memiliki durasi 30 menit. Film Dora The Explorer

merupakan seri animasi yang sukses dan sesuai untuk anak berusia 2-6 tahun ( Byson dalam Zuena Kabir, 2013: 5).

Film Dora The Explorer memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan film animasi lainnya. Keunikan film Dora The

Explorer terlihat dari penyajian film. Film Dora The Explorer mengajak

penonton (anak-anak) untuk berinteraksi dan terlibat dalam aktivitas tokoh Dora selaku tokoh utama, dengan cara menjawab teka-teki yang diajukan tokoh Dora, membantu tokoh Dora untuk menemukan benda yang dihilangkan oleh tokoh Swiper dan membantu tokoh Dora mencari jalan keluar dari rintangan dalam petualangannya (Dede lilis, 2005: 381).

Film Dora The Explorer di sandarkan pada filsafat pembelajaran yang disampaikan oleh kreator melalui berbagai tema yang ditayangkan.

Film Dora The Explorer memiliki misi pendidikan yang bagus dan mudah

dicerna oleh anak-anak. Ideologis pembuatan film kartun ini dipaparkan dalam sebuah wawancara oleh Chris Gifford, Valerie Walsh dan Eric Weiner (Dede Lilis, 2007: 382-383) bahwa film kartun ini muncul dari gagasan bahwa mereka ingin menciptakan suatu pertunjukkan yang


(31)

16

mengajarkan pada anak-anak tentang ketrampilan memecahkan masalah dan kreator ingin menyajikan suatu pertunjukkan yang unik kepada penonton (anak-anak). Pertunjukkan yang unik yang dimaksud berupa anak dapat menjadi penonton sekaligus partisipan aktif, seperti anak dapat ikut menggerakkan badan bersama tokoh Dora dan berlajar berhitung. Selain itu, kreator film Dora The Explorer juga ingin mengajarkan anak perbendaharaan kata bahasa spanyol dan bahasa Inggris serta ingin menunjukkan bahwa bintang film dalam kartun ini adalah seorang gadis kecil sebagai seorang petualang. Ideologis selanjutnya pada film Dora The

Explorer yaitu kreator ingin menunjukkan interaktivitas yang membuat

anak menikmatinya. Dalam setiap episode para kreator menggabungkan tujuh kecerdasan yang berbeda. Metode yang digunakan dalam konsep film Dora The Explorer berbasis pada gagasan Horward Garnerd yaitu tentang kecerdasan majemuk atau multiple intellegences yang mana anak akan menjadi lebih cerdas melalui belajar sambil bermain (Devi Nurdiani, 2003: 2). Akan tetapi pada penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada salah satu kecerdasan majemuk saja yaitu kecerdasan linguistik. Kecerdasan linguistik yang dimaksud yaitu kemampuan anak dalam meningkatkan kosakata. Pembelajaran kosakata pada film Dora The

Explorer dilakukan melalui penyampaian kata secara berulang-ulang dan

menggunakan situasi menyenangkan yang dilakukan oleh tokoh utama. Tokoh utama pada film Dora The Explorer digambarkan sebagai anak perempuan berusia tujuh tahun dan mempunyai ambisi (Zuena Kabir,


(32)

17

2013: 5). Proses produksi Film Dora The Explorer disetiap episodenya memerlukan waktu sekitar satu tahun mulai dari ide cerita, musik dan

sound effect dan setiap episode film selalu diuji dan diuji ulang oleh

Departemen Riset pada sejumlah anak-anak prasekolah (Dede lilis, 2005: 383). Adapun hal-hal yang disajikan dalam film Dora The Explorer adalah sebagai berikut:

a. Tema Film Dora The Explorer

Tema yang ditampilkan film Dora The Explorer merupakan tema-tema yang simple dan berkaitan dengan moral serta nilai-nilai pada kehidupan sehari-hari. Adapun contoh tema dalam film Dora

The Explorer yaitu tema persabatan, rasa saling menyayangi,

saling menolong, saling mencintai, memberikan perhatian kepada orang lain dan memberikan hadiah kepada orang lain dihari istimewa (Dede lilis, 2005: 380). Hal itu dapat dilihat dari episode-episode yang berepisode-episode baby dino, super spies, berry hunt dan

missing piece. Di dalam episode tersebut, Dora dan Boots

menunjukkan sikap tolong menolong, saling mencintai, saling menyayangi dan perhatian terhadap orang lain. Hal ini penting untuk dikenalkan dan diajarkan bagi anak usia dini.

Selain itu, pengenalan sikap tolong menolong, saling mencintai, saling menyayangi dan perhatian terhadap orang lain yang ditunjukkan oleh Dora dan Boots juga dapat dijadikan sebagai life skill agar anak mampu bertahan dan berhasil dalam


(33)

18

kehidupannya kelak. Episode yang disugguhkan dalam episode

baby dino, super spies, berry hunt dan missing piece merupakan

tema yang sederhana dan menanamkan nilai-nilai yang jauh dari kekerasan.

b. Karakter Tokoh Film Dora The Explorer

Film Dora Explorer memiliki tokoh sentral yang terdiri dari tokoh Dora, tokoh Boots dan Swiper. Dora Marquez digambarkan sebagai tokoh anak kecil perempuan yang berusia tujuh tahun yang memiliki ambisi, dan dia ditemani oleh seekor monyet antropomorfik yang bernama Boots (Zuena Kabir, 2013: 5). Tokoh Dora memiliki karakter yang ceria, selalu riang, senang menolong, cerdas, dan suka berpetualang. Disetiap petualangannya Dora selalu menggunakan peta sebagai petunjuk petualangannya dan tas ransel.

Tokoh Boots digambarkan sebagai sahabat Dora. Dia selalu menemani Dora disetiap petualangannya. Boots memiliki karakter sebagai monyet baik, pintar, suka menolong dan bersahabat. Dora dan Boots pada film ini menggambarkan tokoh yang baik sedangkan Swiper digambarkan sebagai seekor srigala yang selalu mengganggu dalam setiap perjalanan petualangan yang dilakukan Dora dan Boots. Swiper memiliki karakter sebagai srigala yang suka menghilangkan apa yang dinilai penting dan berarti bagi orang lain serta mencoba untuk menggagalkan petualangan Dora


(34)

19

dan Boots untuk sampai tujuan. Karakter Swiper ini menggambarkan tokoh yang jahat (Dede lilis, 2005: 381).

c. Alur Cerita Film Dora The Explorer

Film Dora The Explorer memiliki alur cerita yang sederhana dan tidak lama hal ini terlihat pada alur cerita yang disajikan pada episode baby dino, super spies, berry hunt dan

missing piece. Alur cerita pada episode baby dino, yaitu

menceritakan perjalanan Dora, Boots dan Diego dalam membantu

baby dino untuk dapat menemukan ibunya. Perjalanan tersebut

dimulai saat Dora, Boots dan Diego melompati sebuah telur yang besar, kemudian telur tersebut menetas dan keluarlah bayi Dinosaurus. Bayi Dinosaurus tersebut diberi nama Baby Dino. Setelah baby dino menetas, baby dino merasakan rindu pada ibunya, lalu Dora, Boots dan Diego membantu baby dino untuk dapat menemukan ibu baby dino.

Alur cerita yang disajikan pada episode berry hunt yaitu perjalanan Dora dan Boots dalam memburu buah blueberry di bukit blueberry. Perjalanan cerita tersebut dimulai dari Dora yang dibawakan bekal lima buah blueberry oleh ibunya, lalu Dora menghabiskan buah blueberry tersebut. Saat buah blueberry

tersebut telah habis, Boots datang pada Dora dan meminta Dora untuk memberikan beberapa buah blueberry padanya. Lalu Dora meminta maaf dan mengatakan pada Boots bahwa buah


(35)

20

blueberrynya telah habis. Kemudian Dora mengajak Boots untuk

mendapatkan beberapa buah blueberry. Akhirnya Dora dan Boots melakukan perburuan buah blueberry ke bukit blueberry.

Alur cerita yang disajikan pada episode missing piece yaitu perjalanan Dora dan Boots dalam membantu wizard (penyihir) untuk menemukan potongan puzzle tongkat ajaib yang hilang. Perjalanan cerita tersebut dimulai dari Dora dan Boots yang mencoba untuk menyatukan potongan puzzle wizard (penyihir) yang mereka temukan. Saat Dora dan Boots mencoba untuk menyatukan potongan tersebut, teryata ada bagian potongan puzzle

yang hilang, potongan puzzle yang hilang adalah potongan puzzle

tongkat ajaib, tanpa potongan tersebut maka penyihir tidak dapat melakukan sihirnya. Akhirnya Dora dan Boots menolong penyihir untuk mencari potongan puzzle yang hilang tersebut.

Alur cerita yang disajikan pada episode super spies yaitu perjalanan Dora dan Boots dalam melakukan misi rahasia yaitu mengingatkan Isa si Iguana bahwa kue spesialnya akan dicuri oleh Swiper. Perjalanan tersebut dimulai dari Dora dan Boots yang sedang bermain mata-mata. Saat bermain mata-mata Dora dan Boots bertemu dengan burung mata-mata, lalu burung mata-mata tersebut memberikan misi rahasia terhadap Dora dan Boots. Misi rahasia tersebut berupa memperingatkan iguana yang bernama Isa bahwa kue spesial miliknya akan dicuri oleh Swiper. Dalam


(36)

21

menjalankan misinya Dora dan Boots mendapatkan perlengkapan mata-mata seperti kartu pengenal mata-mata, telepon mata-mata, kacamata mata-mata, tali mata-mata, sepatu roket, pendetektor Swiper. Akhirnya Dora dan Boots pergi untuk menyelesaikan misi yaitu menemukan kue isa dan memperingatkan isa bahwa kuenya akan dicuri oleh Swiper.

Pada alur cerita disetiap episode, tokoh Dora dan Boots dibantu oleh peta dalam melakukan petualangannya. Setiap petualangan yang dilakukan Dora dan Boots juga selalu diselingi lagu anak-anak. Pada alur cerita episode baby dino, super spies,

berry hunt dan missing piece Dora mengajak penonton (anak-anak)

untuk terlibat dalam aktivitasnya seperti membantu Dora dan Boots dalam menyusun potongan puzzle, mencari jalan keluar dalam setiap rintangan, berhitung, menjawab pertanyaan yang diajukan Dora dan menggagalkan Swiper saat melakukan kejahatan dengan

mengatakan “Swiper jangan mencuri”.

Film Dora The Explorer terdapat jeda waktu bagi anak untuk berfikir dan menjawab pertanyaan, hal itu membuat seolah-olah anak dapat berinteraksi langsung dengan Dora. Dengan menoton film Dora The Explorer anak tidak hanya menonton melainkan juga ikut terlibat dalam film tersebut (Dede Lilis, 2005: 381). Diakhir film Dora The Explorer, Dora mengucapkan


(37)

22

terimakasih kepada penonton karena telah membantu dalam menempuh perjalanan hingga sampai tujuan.

Dalam penerapan media film Dora The Explorer dalam pembelajaran anak usia dini dilakukan melalui langkah-langkah, yaitu anak-anak diminta untuk aktif memberikan respon lisan saat mengikuti alur cerita film Dora The Explorer pada episode baby

dino, missing piece, berry hunt dan super spies dengan cara

menonton film Dora The Explorer kemudian anak-anak menjawab pertanyaan-pertanyaan dan teka-teki yang diajukan Dora melalui jeda waktu berfikir yang ada disetiap alur cerita film Dora The

Explorer, dengan demikian anak tidak hanya menonton tetapi anak

dapat belajar dan terlibat dalam film tersebut. d. Bahasa Film Dora The Explorer

Bahasa asli pada film Dora The Explorer yaitu bahasa Spanyol (Dede Lilis, 2005: 381). Dalam versi Indonesia, bahasa yang digunakan merupakan hasil Dubbling dari bahasa Spanyol dan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Bahasa pada film

Dora The Explorer memiliki metode yang digunakan dalam

konsep berbasis Multiple Intelegence berupa intelegensi linguistik yang dikemukakan oleh Horward Gardner. Hal itu termasuk dalam kemampuan belajar bahasa dan kapasitas penggunaan bahasa untuk mencapai tujuan tertentu yang meliputi kemampuan


(38)

23

menggunakan bahasa secara aktif untuk mengekpresikan diri sendiri dan mengingat informasi (Devi Nurdiani, 2003: 2).

Film Dora The Explorer dalam penelitian ini menggunakan bahasa yang sederhana dan familiar dengan anak-anak serta tidak kaku, sehingga membuat anak-anak tidak merasa sulit dalam memahami maksudnya, penggunaan kata-katanya pun menggunakan tempo yang tidak cepat. Film Dora The Explorer

terdapat kata yang disajikan dengan berulang-ulang. Pengulangan kata tersebut memudahkan anak dalam memperoleh informasi yaitu kosakata. Selain itu, Bahasa yang disajikan pada film Dora

The Explorer dapat menciptakan situasi yang menarik dan

menyenangkan bagi anak. Hal tersebut, membuat anak lebih mudah dalam belajar mengucapkan kata dengan benar (Devi Nurdiani dkk, 2003: 1).

D. Kajian Tentang Kosakata Anak Usia Dini 1. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini merupakan anak yang memiliki karakteristik berbeda dibandingakan dengan anak usia diatasnya. Masa anak usia dini disebut juga sebagai masa keemasan (golden age), pada masa ini anak akan lebih mudah menerima, mengikuti, melihat dan mendengarkan segala sesuatu yang dicontohkan, diperlihatkan dan diperdengarkan (Harun, 2012: 40). Menurut Partini (2010: 2) pada masa ini, fisik dan motorik anak berkembang dan bertumbuh dengan cepat, begitupun perkembangan


(39)

24

emosional, intelektual, bahasa maupun moral (budi pekerti). Pendidikan untuk anak usia dini haruslah memperhatikan seluruh potensi yang dimilikinya agar dapat dikembangkan seoptimal mungkin secara menyenangkan,bergembira ria, penuh perhatian dan kasih sayang (Harun, 2012: 40).

Menurut Yuliani Nuraini Sujiono (2009: 6) anak usia dini merupakan sosok individu yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang sedang menjalani proses perkembangan dengan pesat dan masa fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Slamet Suryanto (2005: 5) mengemukakan bahwa anak usia dini merupakan anak yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan paling pesat, baik fisik maupun mental. Dalam kehidupan anak usia dini penting untuk memberikan bimbingan agar seluruh potensi anak usia dini dapat berkembang dengan optimal.

2. Kosakata pada Anak Usia Dini

Gagasan, pikiran dan pandangan dapat diekspresikan melalui bahasa, namun dalam mengetahui bahasa seseorang penting untuk mengusai sejumlah kata. Menurut Khaerudin Kurniawan, (2012: 79) Kosakata atau Vokabuler disebut juga perbendaharaan kata yaitu kata-kata yang terdapat dalam suatu bahasa. Bahasa merupakan alat yang dipakai untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan dan perbuatan (Samsuri, 1980: 4), sedangkan menurut Anderson dalam Tarigan (1986: 7) mengemukakan bahwa bahasa merupakan alat untuk komunikasi. Dengan


(40)

25

menggunakan bahasa maka pikiran, perasaan dan keinginan dapat disampaikan kepada orang lain. Perkembangan bahasa pada anak secara krusial terjadi sebelum usia enam tahun (Ahmad Susanto, 2011: 73).

Menurut Suyadi (2010: 96) pada anak usia dini, anak dapat memperoleh kemampuan bahasanya sejak lahir hingga usia enam tahun walaupun mereka tidak mempelajari bahasa dan kosakata secara khusus. Kosakata memiliki peranan penting dalam pembelajaran suatu bahasa, tujuan pengajaran kosakata yaitu meningkatkan jumlah kosakata sehingga dapat berkomunikasi dengan bahasa yang baik (Nurhadi, 1995: 330). Selain itu, pengajaran kosakata kepada anak juga bertujuan agar anak memiliki ketrampilan dalam berbahasa. Menurut H.G.Tarigan (1986: 155-156) hal yang dapat menunjang anak untuk memiliki ketrampilan berbahasa dan memperkaya kosakata yaitu melalui pengucapan dan pengejaan kata. Pengucapan merupakan kemampuan dalam membedakan bunyi-bunyi dalam bahasa dan ejaan merupakan kemampuan menempatkan grafem-grafem suatu kata dalam urutan konvensional.

Anak mulai mengenal beberapa kata pada usia lima bulan awal, dan mulai memahami maksud kata, pada usia sekitar sepuluh bulan. Bertambahnya kosakata pada anak dimulai pada usia satu tahun namun, itu masih berlangsung lambat. Menurut Erika Roof (2009: 188-218) pada usia 15-24 bulan pertambahan kosakata anak menjadi meningkat dan telah dapat memproduksi 50 kata. Kata pertama yang diucapakan anak berreflek dari pengalaman anak. Faktor pendukung kemampuan kosakata anak


(41)

26

meliputi dua faktor yaitu faktor kemampuan ingatan fonologi dan faktor informasi kata yang didengar oleh anak.

Anak mulai memahami kata yang diucapkan serta dapat memproduksi kalimat tiga sampai enam kata dalam menyampaikan keinginan, kebutuhan dan pemikirannya pada usia 3-4 tahun (Carol Seefeldt & Barbara A. Wasik, 2008: 73-74). Menurut Gentner anak lebih dahulu memperoleh kata benda daripada kata kerja, hal ini dikarenakan kata benda lebih mudah dipelajari oleh anak dari pada kata kerja selain itu bahasa kata benda juga lebih mudah dikenal oleh anak dari pada bahasa kata kerja (Erika Hoof, 2009: 189-190). Anak memiliki kemampuan dalam menghasilkan kata-kata berdasarkan pada frekuensi dan tingkat banyaknya huruf dan kata yang didengarnya (Newman dan German dalam Harun, 2012: 113). Santrock (2007: 362) menyatakan bahwa anak mengalami perubahan dalam memikirkan kata-kata selama masa kanak-kanak awal dan akhir. Hal ini dapat dialami pada saat usia prasekolah yang umumnya anak merespon dengan satu kata yang seringkali mengikuti kata yang dijadikan sebagai stimulan seperti kata dogs (anjing), kemudian anak akan mengatakan barks (menggonggong) namun, pada usia tujuh tahun, anak mulai merespons dengan kata yang terletak dalam satu konteks makna dengan kata stimulan seperti anak merespons kata

dogs (anjing) dengan cat (kucing) atau horse (kuda).

Pemahaman anak mengenai kosakata tersebut, didukung oleh pemahaman kognitif yang diperoleh dari bahasa yang dipelajari di


(42)

27

lingkungan mereka (Erika Roof, 2009: 218). Pada masa kanak-kanak, anak mengalami perkembangan secara biologis pada struktur-struktur otaknya sehingga terjadi peningkatan myelination (proses yang mencangkup akson dan myelin) yang dapat meningkatkan kecepatan gerak listrik dalam otak sehingga meningkatkan sumber daya kognitifnya (Santrock, 2007: 287). Menurut Robert Gagne meningkatnya sumber daya kognitif pada anak menjadikan anak lebih mudah dalam memproses informasi yang diperoleh, mengolah informasi, menyimpan dan mengingat kembali informasi (Slamet Suryanto, 2005: 86) sehingga bila dalam hal ini, anak diberi informasi berupa kosakata maka anak akan lebih mudah dalam menyimpan dan mengingat kosakata tersebut.

Menurut Oberlander pengucapan kata (kosakata) yang dilakukan dengan berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak (Harun, 2012: 108). Pengucapan kata yang dilakukan dengan berulang-ulang melalui cara yang menyenangkan bagi anak, memudahkan anak untuk memahami kosakata dan menyimpan kosakata tersebut kedalam memori jangka panjangnya, hal ini berdasarkan pada pernyataan Santrock (2007: 284) bahwa seseorang akan mengacu pada memori jangka panjangnya ketika seseorang tersebut mengingat sesuatu yang disukai seperti, permainan yang dia sukai dan memori jangka panjang tersebut bersifat relatif permanen dan tak terbatas, serta pengucapan yang dilakukan secara berulang-ulang dapat dijadikan sebagai startegi dalam memperbaiki memori anak.


(43)

28

Menurut Brainerd & Reyna memori anak mulai berkembang sejak usia dini dan Schneider dkk, menyatakan bahwa kemajuan memori anak dapat diuntungkan dari penggunaan strategi-strategi yang melibatkan penggunaan aktivitas mental untuk meningkatkan pemprosesan informasi (Santrock, 2007: 289). Oleh kerena itu, pengenalan kosakata sejak usia dini dapat memudahkan anak untuk meningkatkan kemampuan kosakatanya. Hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kosakata anak yaitu dengan cara pengenalan kata secara berulang-ulang atau melalui strategi-strategi pengulangan yang bersifat menyenangkan bagi anak. Stategi tersebut dapat membantu anak untuk mengingat kosakata dan menyimpan kosakata tersebut kedalam memori jangka panjangnya. Selain itu, memperbanyak pengenalan kosakata dan kalimat sederhana pada anak juga merupakan hal yang penting dalam memperkaya gagasan berfikir dan meningkatkan kemampuan berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain disekitarnya (Harun, 2012: 112).

Perkembangan kosakata pada anak usia dini juga berperan penting dalam mencapai prestasi dan kesuksessan disekolah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa anak usia dini yang mengetahui dan menggunakan banyak kata (kosakata) berprestasi lebih baik dibanding dengan anak yang tidak memiliki kosakata yang luas (Geroge.S. Morrison 2012: 199). Menurut H.G. Tarigan (1986: 2) jumlah kosakata dan kualitas kosakata menentukan kualitas ketrampilan berbahasa seseorang. Semakin kaya kosakata yang dimiliki seseorang maka semakin besar ketrampilan


(44)

29

berbahasa. Oleh karena itu, diperlukan pengenalan kosakata agar anak memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam berbahasa yang baik.

3. Implementasi Media Film Dora The Explorer dalam Meningkatkan Kosakata Anak Usia Dini

Film Dora The Explorer merupakan film animasi series yang sukses dan cocok untuk anak usia dua sampai enam tahun (Byson dalam Zuena Kabir, 2013: 5). Metode yang digunakan pada film ini berbasis pada gagasan Horward Gagner yaitu tentang kecerdasan majemuk, yang mana anak akan menjadi lebih cerdas bila belajar sambil bermain. Bahasa pada film Dora The Explorer disajikan dengan pengulangan dan tempo yang tidak cepat serta ada beberapa kata yang diselingi dengan nyanyian sehingga menarik bagi anak. Ketertarikan tersebut, dapat menjadikan anak untuk terus mengingat dan menyimpan setiap kata yang diperoleh, kedalam memorinya. Film Dora The Explorer dapat digunakan sebagai media guna meningkatkan kosakata anak. Film Dora The Explorer

memberikan perhatian visual bagi anak khususnya anak prasekolah. Perhatian visual anak terhadap televisi meningkat dramatis pada tahun-tahun prasekolah (Anderson dalam Santrock, 2007: 282). Dengan meningkatnya perhatian, maka akan mempengaruhi anak dalam memproses informasi untuk mengingat kosakata.

Pemberian media film Dora The Explorer untuk meningkatkan kosakata anak dilakukan selama lima belas kali. Penggunaan media Film


(45)

30

penggunaan apilikasi Exploring the Second Screen with Dora yang dilakukan oleh Zuena Kabir (2013: 28) dalam memberikan dampak positif bagi anak dan hasil penelitian bahwa penggunaan film Dora The Explorer

dapat memberikan efek yang baik bagi pronunciation anak yang dilakukan oleh Devi Nurdiani, dkk (2003: 12). Selain itu, pada dialog sederhana, redudansi, arti visual dan pengulangan dalam dialog TV dapat membantu anak dalam mempelajari kata baru dan meningkatkan kemampuan kosakata anak secara kebetulan (Zuena Kabir, 2013: 6).

Media film Dora The Explorer efektif apabila sesuai dengan kriteria diantaranya yaitu, anak dapat memahami kegunaan kata benda yang ada pada film Dora The Explorer, anak dapat mengucapkan kata dengan baik dan kuantitas kosakata anak meningkat. Wong menyatakan bahwa pengucapan dengan pemahaman pendengaran, mengejaan, tata bahasa dan membaca, merupakan hal yang penting untuk ketrampilan dan mengetahui suatu informasi (Devi Nurdiani dkk, 2003: 2). Dengan penggunaan media film Dora The Explorer diharapkan pesan yang diterima anak akan lebih mudah terekam dalam ingatan dan menambah perbendaharaan kata. Pemanfaatan media film ini nantinya digunakan dengan perangkat laptop yang akan disambungkan pada LCD Proyektor. Durasi pemutaran film berkisar kurang lebih 20-25 menit dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:


(46)

31

b. Melaksanakan kegiatan awal yaitu menyiapkan LCD Proyektor, Laptop dan DVD film Dora The Explorer, melakukan pengarahan kepada anak (penyampaian aturan selama film sedang diputar) dan mengkondisikan anak untuk dapat duduk pada karpet dengan tertib.

c. Melaksanakan kegiatan inti yaitu pemutaran film Dora The

Explorer. Ketika film sedang diputar, peneliti membimbing anak

untuk aktif menjawab pertanyaan dari tokoh Dora dan menirukan kata yang diucapkan Dora.

d. Melaksanakan kegiatan penutup yaitu kegiatan bercerita mengenai film yang telah diputar sebagai penguatan tentang cerita tersebut dan peneliti membimbing anak untuk dapat menyebutkan kosakata pada film yang telah diputar dalam bentuk percakapan. Dalam pelaksanaan pemutaran film hendaknya peralatan dan perlengkapan penunjang dipersiapkan secara matang. Hal ini bertujuan agar pemanfaatan waktu lebih efektif.

E. Kerangka Pikir

Media pembelajaran merupakan perantara yang membawa pesan-pesan atau informasi yang mengandung maksud pelajaran (Azhar Arsyad, 2006: 4). Media pembelajaran dapat dikembangkan menjadi media berbasis audio visual. Salah satu media yang berbasis audio visual yaitu media film. Media film merupakan media audio visual yang menampilkan serangkaian gambar diam yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan


(47)

32

sehingga memiliki kesan hidup dan bergerak (Dina Indriana, 2011: 91-92). Penggunaan media film pada pembelajaran memudahkan anak dalam merekam pesan pelajaran yang disampaikan ke dalam ingatan serta memudahkan anak untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu media film yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu media film Dora The

Explorer.

Film Dora The Explorer merupakan film animasi bagi anak-anak usia 2-6 tahun (Byson dalam Zuena Kabir: 2013: 5). Film Dora The

Explorer memiliki karakteristik yang berbeda dari film animasi lain. Film

ini menyajikan keterlibatan penonton (anak-anak) dengan tokoh Dora selaku tokoh utama dengan cara Dora bertanya kepada anak-anak kemudian memancing anak untuk menjawab. Film Dora The Explorer

disandarkan pada filsafat pembelajaran yang disampaikan oleh kreator film yang ingin menciptakan pertunjukan yang mengajarkan anak tentang keterampilan memecahkan masalah, mengajarkan anak untuk aktif dan mengajarkan perbendaharaan kata pada anak (Dede lilis: 2007: 382-383). Konsep film Dora The Explorer berbasis pada gagasan Horward Garnerd yang salah satunya mengenai kecerdasan linguistik (Devi Nurdiani dkk, 2003: 2). Bahasa pada film Dora The Explorer disajikan menggunakan bahasa yang sederhana dan familiar bagi anak serta dilakukan dengan situasi yang menarik dan menyenangkan bagi anak sehingga dapat membantu anak dalam mengucapkan kata dengan benar. Kata-kata yang digunakan juga menggunakan tempo yang tidak cepat dan dilakukan


(48)

33

secara berulang-ulang sehingga memudahkan anak untuk memahami maksudnya.

Kecerdasan linguistik pada film Dora The Explorer memliki tujuan yaitu menjadikan anak mampu dalam menggunakan bahasa secara aktif, mampu mengekspersikan diri sendiri dan mengingat informasi. Hal tersebut, penting untuk diajarkan pada anak sejak usia dini sebab pada usia dini anak sedang mengalami masa keemasan (golden age). Pada usia ini, anak akan lebih mudah menerima, mengikuti, melihat dan mendengarkan segala sesuatu yang dicontohkan (Harun, 2012: 40). Oleh karena itu, sejak usia dini anak perlu untuk diperhatikan seluruh potensinya agar dapat berkembang dengan optimal. Perkembangan pada anak, khususnya bahasa, secara krusial terjadi sebelum usia enam tahun (Ahmad Susanto, 2011: 73). Perkembangan bahasa pada anak dapat terjadi melalui pengenalan kosakata. Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa anak usia dini yang mengetahui dan menggunakan banyak kata (kosakata) memiliki prestasi yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki kosakata yang luas (George S Morison, 2012: 199).

Film Dora The Explorer dapat dijadikan sebagai media pembelajaran guna membantu anak dalam meningkatkan kemampuan kosakata anak. Hal itu dikarenakan kata-kata (kosakata) yang diucapkan pada film Dora The Explorer dilakukan secara berulang-ulang dan dengan situasi yang menyenangkan sehingga dapat dijadikan sebagai strategi untuk meningkatkan kosakata anak. Hal ini dikarenakan pengulangan


(49)

34

kosakata dengan situasi yang menyenangkan dapat membantu anak dalam memperbaiki memori sehingga memudahkan anak dalam memahami kosakata dan menyimpan kosakata tersebut kedalam memori (Santrock, 2007: 284). Dengan penggunaan media Film Dora The Explorer tersebut, diharapkan dapat ditemukan keefektifan penggunaan media film Dora The

Explorer dalam meningkatkan kosakata anak di Kelompok Bermain

Tamanku.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir, maka dapat diajukan hipoteisis penelitian yaitu Penggunaan media film Dora The

Explorer efektif dalam meningkatkan kosakata pada anak di kelompok


(50)

35 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan metode kuasi eksperimen. Menurut Emzir (2012: 28) penelitian kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang secara primer menggunakan paradigma post positivist dalam mengembangkan ilmu pengetahuan seperti pemikiran sebab akibat, reduksi kepada variabel, hipotesis, pertanyaan spesifik, pengukuran dan observasi. Adapun metode kuasi eksperimen merupakan metode penelitian yang pengontrolannya hanya menggunakan satu variabel saja, yang pandang paling dominan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2013: 59). Alasan peneliti menggunakan metode kuasi eksperimen yaitu untuk menilai keefektifan terhadap suatu tindakan, atau menguji adanya keefektifan saat sebelum dan sesudah diberikannya perlakuan.

Kuasi eksperimen dalam penelitian ini menggunakan one group

pretest-postest design yaitu desain eksperimen yang dilaksanakan dengan

satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding. one group

pretest-postest design dirancang dengan cara memberikan perlakuan pada jangka

waktu tertentu serta pengukuran dilakukan dengan menggunakan tes sebelum (pre-test) dan tes sesudah (post-test). Menurut Sugiyono (2007: 110) pelaksanaan pre-test sebelum diberikan perlakuan menjadikan hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat dibandingkan dengan


(51)

36

keadaan sebelum diberi perlakuan. Adapun gambaran mengenai rancangan dari One Group Pretest-Postest Design (Suharsimi Arikunto, 2000 : 508) adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Rancangan One Group Pretest-Postest Design

Keterangan:

O1 :tes awal (pre-test) dilakukan sebelum diberikan perlakuan

X : Pemberian perlakuan (treatment)

O2 : tes akhir (post-test) dilakukan setelah diberikan perlakuan

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek penelitian yaitu anak-anak di kelompok kepompong KB Tamanku yang berjumlah enam anak dan terdiri dari empat anak laki-laki dan dua anak perempuan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Kelompok Bermain Tamanku yang beralamat di Bale Tri Putro Winahyu, Desa Jombor Lor Sinduadi Mlati Sleman, Yogyakarta. Alasan peneliti memilih Kelompok Bermain Tamanku sebagai tempat penelitian karena penggunaan media film Dora

The Explorer belum pernah dikaji di Kelompok Bermain tersebut.

Kegiatan penelitian akan dilaksanakan selama satu bulan. Dalam kurun waktu satu bulan tersebut, kegiatan penelitian dilaksanakan selama sepuluh kali pertemuan yang terdiri dari kegiatan pre-test, perlakuan

(treatment) dan post-test. Kegiatan pre-test akan dilakukan pada

pertemuan pertama. Peneliti mengukur kemampuan awal anak dengan


(52)

37

melakukan pre-test untuk mengetahui kemampuan kosakata setiap anak. Kegiatan pemberian perlakuan (treatment) dilakukan pada pertemuan kedua sampai pertemuan kesembilan. Jumlah perlakuan pada penelitian ini sebanyak 15 kali. Kegiatan tersebut, dilakukan untuk mengajarkan anak supaya dapat meningkatkan kemampuan kosakatanya melalui penggunaan media film Dora The Explorer. Setelah diberikan perlakuan, pada pertemuan kesepuluh peneliti melakukan kegiatan post-test untuk mengukur kemampuan anak setelah diberikan perlakuan. Adapun pembagian waktunya digambarkan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Waktu dan Kegiatan Penelitian Meningkatkan Kemampuan Kosakata Anak

Waktu Kegiatan Penelitian Pertemuan I Melaksanakan Pre-test

Pertemuan II Melaksanakan kegiatan perlakuan pertama dan kedua Pertemuan III Melaksanakan kegiatan perlakuan ketiga dan keempat Pertemuan IV Melaksanakan kegiatan perlakuan kelima dan keenam Pertemuan V Melaksanakan kegiatan perlakuan ketujuh dan kedelapan Pertemuan VI Melakukan kegiatan perlakuan kesembilan dan kesepuluh Pertemuan VII Melakukan kegiatan perlakuan kesebelas dan kedua belas Pertemuan VIII Melakukan kegiatan perlakuan ketigabelas dan keempat

belas

Pertemuan IX Melakukan kegiatan perlakuan ke lima belas Pertemuan X Melaksanakan post-test

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2000: 134). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan tes kemampuan kosakata anak yang dilakukan secara lisan. Menurut Sutomo (1985: 46) tes lisan merupakan tes yang pertanyaannya diberikan secara lisan untuk mengetahui kemampuan anak dalam


(53)

38

menguasai bahan yang telah diberikan. Tes lisan diberikan kepada kelompok kepompong pada saat pre-test dan post-test. Pre-test dilakukan sebelum anak mendapatkan perlakuan (treatment). Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan kosakata anak sebelum diberikan perlakuan (treatment). Post-test dilaksanakan setelah perlakuan

(treatment) selesai diterapkan dikelompok kepompong. Tes ini bertujuan

untuk mengetahui perbedaan kemampuan kosakata antara sebelum dan setelah diberikan perlakuan (treatment). Adapun mekanisme pelaksanaannya yaitu:

1. masing-masing anak diberikan pertanyaan mengenai kosakata benda oleh peneliti.

2. pertanyaan yang dijawab benar diberi tanda checklist. Jawaban yang diberikan anak ditempatkan pada lembar jawaban pre-test dan lembar jawaban post-test.

3. pertanyaan tes lisan yang diberikan saat post-test sama dengan pertanyaan yang diberikan saat pre-test.

4. Tes diberikan dengan cara memanggil masing-masing anak untuk maju kedepan kelas sesuai dengan nomor urutnya masing-masing, dan anak yang belum dipanggil untuk mengikuti tes, diberi tugas berupa mengerjakan lembar kerja anak (LKA) yang disediakan oleh guru kelas. 5. Tes dilakukan dengan menggunakan kartu bergambar kosakata benda

yang disesuaikan dengan episode film Dora The Explorer yang digunakan dalam penelitian.


(54)

39 E. Instrumen Penelitian

1. Jenis Instrumen Penelitian

Suharsimi Arikunto (2000: 134) mendefinisikan instrumen penelitian sebagai alat atau fasilitas yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sisetematis dan mudah diolahnya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen berupa tes lisan. Tes lisan untuk mengukur hasil belajar anak dalam memahami kosakata secara langsung. Soal-soal tes yang akan diujikan kepada subjek penelitian disusun oleh peneliti.

Bentuk soal tes kemampuan meningkatkan kosakata anak yakni berupa menyebutkan kata, menjawab nama benda, dan mengucapkan kata yang telah dipelajari. Soal yang disajikan menggunakan kartu bergambar kosakata benda dan diberikan pada saat pre-test dan post-test. Soal pre-test dan post-test menggunakan 50 soal yang sama. Peningkatan kemampuan kosakata anak diukur dengan membandingkan hasil pre-test

dan post-test. Dalam tes ini anak diminta untuk dapat menyebutkan atau

mengucapkan nama kata benda, menjawab kegunaan kata benda dan menjawab pertanyaan tentang kata benda yang ditunjukkan oleh peneliti. Kriteria penilaian tes ini adalah dengan memberikan skor 1 untuk jawaban yang benar dan skor 0 untuk jawaban yang salah. Penilaian dilakukan dengan memberikan tanda checklist pada setiap jawaban yang tepat dan sesuai dengan kisi-kisi penilaian.


(55)

40

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Tes Lisan Kemampuan Kosakata Anak Kelompok Bermain Taman Ku

No Variabel Sub Variabel Indikator Keberhasilan Materi Pokok Butir Soal Jumlah Butir Soal 1. Peningkatan

Kosakata

Menguca pkan kata

a. Anak mampu mengucapkan atau menyebut kan kata benda dengan benar. Kosakata benda 1,2,3,4,5, 6,9,10,11 ,12,13,14 ,15,16,17 ,18,19,20 ,21,22,23 ,24,25,26 ,27,28,29 ,30,31,32 ,33, 34, 32

b. Anak dapat menjawab per tanyaan menge nai kata benda yang diberikan dengan benar

7, 8, 35, 39, 41, 42,43,45, 49,50,46 11 Memaha mi mak- sud kata

a. Anak mampu menyebutkan kegunaan kata benda dengan benar 36, 38, 40, 44, 47. 48, 37, 46 7

Jumlah soal 50

Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 103 2. Uji Validitas Instrumen

Menurut Suharsimi Arikunto (2000: 219) validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur yang diukur. Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur yang hendak diukur (Gay dalam Sukardi, 2003: 121). Dalam penelitian ini, validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi (Content Validity). Menurut Sugiyono (2007: 176) instrumen yang harus memiliki validitas isi adalah instrumen yang berbentuk tes yang sering digunakan untuk mengukur prestasi belajar


(56)

41

(Achievement) dan pengukuran efektifitas pelaksanaan program dan

tujuan. Instrumen yang telah selesai disusun kemudian diujikan.

Dalam hal ini untuk mencapai validitas isi, peneliti menggunakan

expert judgement (pendapat ahli). Menurut Nana Sudjana (1995: 13) agar

memenuhi validitas isi dapat dilakukan dengan bantuan ahli bidang studi supaya dapat diketahui konsep materi yang diajukan telah memadai atau belum untuk digunakan sebagai tes. Bantuan ahli bidang studi atau

profesional judgement yang dimintai pendapat dalam validasi instrumen

hasil belajar penelitian ini adalah Dosen PG-PAUD FIP UNY, Ibu Martha Christianti M.Pd. Adapun aspek yang diuji validitasnya dalam penelitian ini yaitu kesesuaian isi instrumen tes kemampuan kosakata anak yaitu kartu bergambar kosakata benda dengan isi materi film Dora The Explorer

yang digunakan dalam penelitian.

Validitas dilakukan melalui permintaan saran tertulis dan diskusi (lampiran halaman 147). Hasil saran dan penilaian kemudian digunakan peneliti untuk memperbaiki instrumen tes kemampuan kosakata anak. Hasil uji validitas instrumen tes yakni validator menyatakan bahwa kartu bergambar dalam instrumen tes kemampuan kosakata anak sangat sesuai dengan materi pada film Dora The Explorer. Berdasarkan hasil uji validitas tersebut, instrumen tes dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk pengambilan data kemampuan kosakata anak di Kelompok Kepompong KB Tamanku.


(57)

42 F. Prosedur Perlakuan

Prosedur perlakuan pada penelitian ini menggunakan kuasi eksperimen. Penelitian dilaksanakan dengan memberikan perlakuan

(treatment) di kelompok kepompong KB Tamanku. Jumlah perlakuan

yang diberikan pada sebanyak15 kali. Perlakuan diberikan menggunakan media film Dora the Explorer yang memiliki durasi 20-25 menit. Pemberian perlakuan (treatment) kepada subjek penelitian (anak kelompok kepompong) dimulai pada pertemuan kedua setelah dilaksanakan kegiatan pre-test .Perlakuan (treatment) dilaksanakan selama delapan kali pertemuan. Setiap pertemuan peneliti memberikan dua kali perlakuan berupa pemberian dua episode film yang berbeda. Episode film

Dora The Explorer yang diberikan saat perlakuan (treatment) yaitu

missing piece, berry hunt, super spies dan baby dino. Adapun

langkah-langkah pelaksanaan penelitian akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Pre-test

Pretest akan dilaksanakan satu hari sebelum anak diberikan

perlakuan yaitu pada pertemuan pertama. Pre-test yang diberikan berupa pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan secara lisan oleh peneliti kepada anak kelompok kepompong. Pertanyaan yang diberikan berupa pertanyaan tentang kosakata benda. Dalam melaksanankan pre-test peneliti menggunakan kartu bergambar kosakata benda yang ditunjukkan pada anak satu-persatu. Tujuan dilaksanakan pre-test yaitu untuk mengetahui


(58)

43

kemampuan awal kosakata setiap anak di kelompok kepompong. Adapun langkah-langkah pelaksanakan pre-test yaitu:

a. peneliti memanggil setiap anak di kelompok kepompong berdasarkan nomor urutnya masing-masing.

b. peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai kosakata benda dengan menggunakan kartu bergambar kosakata benda kepada anak yang namanya dipanggil tersebut.

c. mengkondisikan anak yang namanya belum dipanggil dengan cara memberikan tugas menggunakan LKA yang telah disedikan oleh guru kelas untuk pembelajaran pada hari itu.

2. Perlakuan (treatment) a. Kegiatan awal

Kegiatan awal dalam pemberian perlakuan (treatment) adalah melakukan persiapan. Peneliti menyiapkan sebuah LCD, sebuah laptop dan DVD film Dora The Explorer. Peneliti memberikan pengarahan kepada anak untuk aktif menjawab pertanyaan dan teka-teki yang disampaikan tokoh Dora ketika film sedang diputar. Kemudian guru dan peneliti mengkondisikan anak dengan cara berdoa dan bernyanyi.

a. Kegiatan inti

1) Peneliti mengenalkan media film Dora The Explorer yang akan diputar kepada anak.


(59)

44

2) Penerapan pembelajaran, dilakukan melalui alur cerita yang disampaikan ketika film sedang diputar. Ketika film sedang diputar terdapat bagian alur cerita, mengenai tokoh Dora yang bertanya kepada penonton (anak-anak) misalnya, “Apa yang

dapat digunakan untuk menyebrangi sungai dingin?” kemudian saat toko Dora bertanya, peneliti membimbing anak agar dapat menjawab pertanyaan tokoh Dora tersebut.Caranya ialah peneliti mengulangi pertanyaan dari tokoh Dora dalam bentuk kalimat yang lebih sederhana sehingga anak menjadi lebih mudah dalam memahami pertanyaan tersebut.

3) Pada alur cerita lain terdapat bagian tokoh Dora yang mengajak anak untuk mengucapkan kembali kata yang telah disampaikan

misalnya “Ayo kita katakan peta bersama-sama”. Ketika tokoh utama mengajak anak untuk mengucapkan kembali kata yang telah disampaikan tersebut, peneliti kembali membimbing anak untuk melafalkan kembali kata yang diucapkan oleh tokoh Dora dengan cara mengulangi kata yang diucapkan dengan ucapan yang jelas agar anak lebih mudah dalam mengikuti ucapan tersebut.

4) Pada bagian alur cerita lain juga terdapat kata yang diucapkan oleh tokoh Dora dengan berulang-ulang dan disampaikan dengan menggunakan nyanyian misalnya “pintu-hutan-taman


(60)

45

tersebut, kemudian peneliti membimbing anak untuk dapat menirukan kembali, dengan cara peneliti mengulangi kata tersebut dengan ucapan yang jelas, setelah itu peneliti meminta anak untuk mengulangi kata tersebut kembali. Adapun pemberian episode film Dora The Explorer adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Pemberian Episode Film Dora The Explorer dalam kegiatan Pembelajaran

No Episode Film Dora The Explorer Pemberian Perlakuan

1 Baby Dino 3 kali

2 Berry Hunt 4 kali

3 Missing Piece 4 kali 4 Super Spies 4 kali

b. Kegiatan penutup

Peneliti melakukan kegiatan bercerita mengenai film yang telah diputar sebagai penguatan tentang cerita film tersebut dan membimbing anak untuk dapat menyebutkan kosakata benda yang ada pada film tersebut dalam bentuk percakapan

4 Post-test

Pemberian post-test dilakukan setelah perlakuan (treatment), yaitu dengan memberikan tes menggunakan kartu bergambar kosakata benda kepada anak satu persatu seperti yang dilakukan saat melaksanakan pre-test. Setelah peneliti melakukan post-test kemudian peneliti membandingkan hasil post-test tersebut dengan hasil pre-test.


(61)

46 G. Analisis Data

Teknik analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data dari berbagai sumber dengan cara mengorganisasikan data kedalam katagori, menjabarkannya kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami (Sugiyono, 2007: 244). Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan pengukuran tendensi sentral (Sugiyono, 2007: 208).

Dalam penelitian ini, data diperoleh dari perhitungan hasil pre-test

dan post-test yang kemudian data tersebut dikatagorikan kedalam katagori

rendah, katagori sedang dan katagori tinggi. Perhitungan dilakukan dengan mencari mean teoritik dan rentang deviasi standart. Berikut merupakan tabel katagori tes kemampuan prestasi belajar dalam meningkatkan kosakata anak:

Tabel 4. Katagori Hasil Tes Kosakata Anak

No Rumus Katagori

1 Rendah

2 Sedang

3 Tinggi

(Sumber: Saefuddin Azwar, 2012: 149)

Data hasil skor pre-test dan post-test yang diperoleh dicari skor rata-rata kelasnya kemudian, ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram batang. Hasil pre-test dan post-test yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan diagram batang kemudian dibandingkan dan dideskripsikan untuk mengetahui peningkatan hasil prestasi belajar anak di Kelompok Bermain


(62)

47

Tamanku. Dari hasil perbandingan rata-rata skor tersebut dapat diketahui apakah hasilnya dapat menjawab hipotesis penelitian yang diajukan atau tidak. Apabila skor rata-rata hasil post test lebih tinggi daripada skor rata-rata hasil pre test, maka hipotesis penelitian diterima. Namun apabila hasilnya sebaliknya, maka hipotesis penelitian yang diajukan ditolak.

Selanjutnya peneliti menentukan peningkatan hasil prestasi belajar kosakata anak menggunakan rumus dibawah ini:

(Sumber: Sugiyono, 2007: 111) Keterangan :

O2 : nilai post-test ( setelah diberi perlakuan)

O1 : nilai pre-test (sebelum diberi perlakuan)

Pada hasil dari perhitungan tersebut, jika O2>O1 maka Ha diterima

dan H0 ditolak. H0 (hipotesis nol) yaitu hipotesis yang menyatakan tidak

adanya hubungan antara variabel sedangkan Ha (hipotesis alternatif) yaitu

hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antar variabel (Suharsimi Arikunto, 2000: 60). H0 dalam penelitian ini adalah skor rata-rata

kemampuan kosakata anak kelompok kepompong setelah diberikan perlakuan (treatment) yaitu penggunaan media film Dora The Explorer

sama (tidak mengalami peningkatan) dengan skor rata-rata sebelum diberikan perlakuan (treatment). Ha dalam penelitian ini adalah skor

rata-rata kemampuan kosakata anak kelompok kepompong setelah diberikan perlakuan (treatment) yaitu penggunaan media film Dora The Explorer


(63)

48

tidak sama (mengalami peningkatan) dengan skor rata-rata sebelum diberikan perlakuan (treatment).


(64)

49 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelompoka Bermain Tamanku yang berlokasi di Bale Tri Putro Winahyu, Desa Jombor Lor Sinduadi Mlati Sleman, Yogyakarta. Lokasi sekolah tersebut berada dekat dengan pemukiman warga dan mudah dijangkau serta lokasi sekolah yang aman dan nyaman bagi anak untuk pembelajaran sebab tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang disekitar sekolah sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.

Bangunan KB Tamanku pada bagian depan merupakan pendopo dan bagian belakang merupakan taman bermain. Taman bermain di KB Tamanku memiliki area bermain pasir, area berkebun dan lapangan kecil. KB Tamanku memiliki beberapa fasilitas untuk mendukung proses pembelajaran anak diantaranya alat permainan edukatif, buku penunjang pembelajaran, buku bacaan, poster bergambar dan lemari untuk menempatkan tas anak yang semuanya itu berada pada masing-masing kelas yaitu kelas kelompok kepompong, kelas kelompok ulat dan kelas kelompok kupu-kupu. Selain itu KB Tamanku terdapat satu ruang dapur, tiga ruang kamar mandi dan satu ruang kantor guru.

Terkait pembelajaran di Kelompok Bermain Tamanku, pembelajaran berlangsung didalam kelas dan diluar kelas. Pembelajaran didalam kelas dilakukan ketika pembelajaran terkait dengan materi


(65)

50

akademik yaitu mewarnai, mengerjakan lembar kerja anak, membaca dan menulis. Pembelajaran yang dilakukan diluar kelas jika pembelajaran yang bersifat ketrampilan atau praktek yaitu kegiatan bercocok tanam.

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari kamis, 15 Oktober 2015 sampai hari senin, 26 Oktober 2015 diruang kelas kelompok kepompong. Pada kegiatan awal pembelajaran, anak-anak masuk ke ruang kelas, kemudian sebelum dilakukan pembelajaran terlebih dahulu anak-anak berdoa, membaca surat pendek dan beryanyi yang dipimpin oleh guru. Setelah itu, guru menjelaskan materi pembelajaran menurut tema dan RKH (rencana kegiatan harian) pada hari tersebut, yaitu Guru menjelaskan tentang tema tanaman.

Setelah itu, guru memberikan tugas kepada anak-anak. Anak-anak mengerjakan tugas sampai pukul 09.30 pagi. Kemudian anak beristirahat dan bermain diluar kelas. Pada pukul 10.00 pagi, anak-anak kembali masuk kedalam kelas, sebelum masuk kedalam kelas, anak-anak mencuci tangan terlebih dahulu. Setelah itu, dilanjutkan dengan kegiatan makan bersama. Setelah makan bersama, kemudian dilaksanakan kegiatan akhir yaitu kegiatan refleksi mengenai pembelajaran yang telah dilakukan dan berdoa. Guru memimpin berdoa untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran dan pulang.


(66)

51 B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah anak kelompok bermain tamanku yang ada di kelompok kepompong yang berjumlah enam anak yang berusia 3-4 tahun. Kemampuan awal kosakata anak-anak kelompok bermain tamanku sebelum penelitian masih belum sesuai dengan harapan guru. Hal tersebut dilihat dari anak yang belum dapat mengucapkan kata dengan benar dan jelas. Anak belum mengetahui maksud kata, serta anak belum bisa menjawab pertanyaan guru sebelum guru memberikan stimulasi yaitu suku kata pancingan atau awalan suku kata. Adapun deskripsi masing-masing subjek adalah sebagai berikut:

1. Subjek I

Subjek I yaitu NA yang merupakan anak perempuan berusia 3 tahun 11 bulan. Subjek NA termasuk anak yang pendiam didalam kelas. NA memiliki kemampuan kosakata yang kurang yaitu NA kesulitan dalam mengucapkan kata benda seperti sabuk pengaman, perahu,telur, telephone,ember, ransel, dayung dan kartu pengenal. NA cenderung dapat mengucapkan kata bila guru memberikan stimulasi yaitu suku kata pancingan atau suku kata awalan. Saat mengikuti pembelajaran menggunakan media film Dora The Explorer NA nampak tertarik dengan media film tersebut. Hal itu terlihat pada sikap NA yang dapat membantu tokoh Dora untuk menemukan arah tujuan dengan benar.


(1)

147

Lampiran 9

Surat Peryataan Validasi

Instrumen


(2)

148

Tabel 16. Kisi-kisi Instrumen Tes Lisan Kemampuan Kosakata Anak Kelompok

Bermain Taman Ku

No Variabel Sub Variabel Indikator Keberhasilan Materi Pokok Butir Soal Jumlah Butir Soal 1. Peningkatan

Kosakata

Mengucapkan kata c. Anak mampu mengucapkan atau menyebut kan kata benda dengan benar. Kosakata benda 1,2,3,4,5, 6,9,10,11 ,12,13,14 ,15,16,17 ,18,19,20 ,21,22,23 ,24,25,26 ,27,28,29 ,30,31,32 ,33, 34, 32

d. Anak dapat menjawab per tanyaan menge nai kata benda yang diberikan dengan benar

7, 8, 35, 39, 41, 42,43,45, 49,50,46 11 Memahami mak- sud kata

b. Anak mampu menyebutkan kegunaan kata benda dengan benar 36, 38, 40, 44, 47. 48, 37, 46 7


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN ANTARA BERMAIN STATISTIKA DAN BERMAIN POLA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI KARANGTENGAH

0 7 124

PENGARUH FREKUENSI MENONTON FILM KARTUN "DORA THE EXPLORER" DI GLOBALTV TERHADAP KEMAMPUAN MENGUCAPKAN, MENULIS DAN MENGARTIKAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS PADA SISWA DI SD MUHAMMADIYAH KUTOARJO PURWOREJO

1 7 99

ANALISIS KONTRASTIF SUBTITLING DAN DUBBING DALAM FILM KARTUN DORA THE EXPLORER SERI WISH UPON A STAR Kajian Teknik Penerjemahan dan Kualitas Terjemahan

7 15 111

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ANAK Keefektifan Penggunaan Media Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak

0 1 16

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA DINI MELALUI PENGGUNAAN MEDIA FILM KARTUN INTERAKTIF (Dora The Explorer): Penelitian Tindakan kelas pada anak kelompok B Taman Kanak-Kanak ASIH Jatiluhur Purwakarta Tahun Ajaran 2013-2014).

0 0 55

PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KOSAKATA PADA ANAK TUNARUNGU.

3 36 39

KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MEDIA FILM DALAM MENINGKATKAN SELF ESTEEM ANAK DI YAYASAN SETARA SEMARANG TAHUN 2015 -

0 0 56

Representasi Simbolik Film Kartun “Dora the Explorer”: Ethnographic Content Analy

0 0 12

ANALISIS FILM KARTUN “DORA THE EXPLORER”

0 3 15

PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI DALAM MENINGKATKAN KOSAKATA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TAMAN KANAK- KANAK ISLAMIYAH PONTIANAK Nur Hayati

0 0 7