PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN SISTEMIK DAN PENDEKATAN PENGORGANISASIAN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI SEMESTER II SMA NEGERI 1 MLATI TAHUN AJARAN 2016/2017.

(1)

i

PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN SISTEMIK DAN PENDEKATAN PENGORGANISASIAN KONSEP TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI SEMESTER II

SMA NEGERI 1 MLATI TAHUN AJARAN 2016/2017

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Wanda Estri Hutami 13303241016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang tidak akan berubah dengan


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa dan atas dukungan dan do’a dari orang-orang tercinta, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada:

 Tuhan YME, karena hanya atas izin dan karunia-Nyalah maka skripsi ini dapat dibuat dan selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga pada Tuhan penguasa alam yang meridhoi dan mengabulkan segala do’a.  Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan moril maupun materi

serta do’a yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata seindah lantunan do’a dan tiada do’a yang paling khusuk selain do’a yang terucap dari orang tua.

 Adik-adik saya, yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum dan do’anya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah memberikan kobaran semangat, terimakasih dan sayang ku untuk kalian.  Sahabat dan Teman Tersayang, terimakasih untuk canda tawa, tangis, dan

perjuangan yang kita lewati bersama dan terimakasih untuk kenangan manis yang telah mengukir selama ini. Dengan perjuangan dan kebersamaan kita pasti bisa! Semangat!!

Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya persembahkan skripsi ini untuk kalian semua, orang-orang yang saya sayangi. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang, Amin.


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan penelitian ini. Laporan ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia yang akan menyelesakan studi. Laporan penelitian ini dapat dapat terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Hartono selaku Dekan Fakultas MIPA UNY yang telah memberikan kelancaran bagi penulis dalam penyelesaian laporan penelitian.

2. Jaslin Ikhsan, Ph.D selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia yang telah memberikan kelancaran bagi penulis dalam penelitian dan penyelesaian laporan.

3. Sukisman Purtadi, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia yang telah memberikan kelancaran bagi penulis dalam penelitian dan penyelesaian laporan.

4. Marfuatun, M.Si selaku Pembimbing yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama penellitian dan penyelesaian laporan.

5. Dr. Antuni Wiyarsi, M.Sc selaku Penguji Utama yang telah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap Tugas Akhir Skripsi ini. 6. Siti Marwati, M.Si selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan

koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap Tugas Akhir Skripsi ini. 7. Drs. Aris Sutardi selaku Kepala SMA Negeri 1 Mlati yang telah memberikan

ijin penelitian.

8. Dra. Sri Ambawani N.T selaku Guru Kimia SMA Negeri 1 Mlati yang telah membimbing dan membantu penulis selama proses penelitian di sekolah. 9. Dra. Hj. Siti Amirin T selaku Guru Kimia SMA Negeri 1 Mlati yang telah

membimbing dan membantu penulis selama proses penelitian di sekolah. 10. Teman-teman yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk selalu


(8)

viii

11. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan karunia, hidayah dan ilmu bermanfaat bagi kita semua. Penulis berharap semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca. Amin.

Yogyakarta, 8 Mei 2017


(9)

ix DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. KAJIAN TEORI ... 7

A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan ... 7

1. Deskripsi Teori ... 7

2. Penelitian yang Relevan ... 18

B. Kerangka Berpikir ... 20

C. Hipotesis ... 21

BAB III. METODE PENELITIAN ... 23

A. Desain Penelitian ... 23

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 24

D. Populasi, Sampel Penelitian, dan Teknik Sampling... 24

1. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24


(10)

x

E. Perangkat dan Instrumen Penelitan ... 25

1. Perangkat Penelitian ... 25

2. Instrumen Penelitian ... 26

F. Teknik Pengumpulan Data ... 32

G. Teknik Analisis Data ... 33

1. Uji Prasyarat Hipotesis ... 34

2. Uji Hipotesis ... 37

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Prestasi Belajar Kimia Siswa dan Kemampuan Berpikir Analitis Siswa 41 B. Analisis Data ... 42

1. Uji Hipotesis ... 42

C. Pembahasan ... 43

1. Pelaksanaan Pembelajaran ... 43

2. Perbandingan Penerapan Pendekatan Sistemik dan Pendekatan Pengorganisasian Konsep Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Analitis dan Prestasi Belajar Kimia Siswa ... 51

3. Hubungan antara Kemampuan Berpikir Analitis dan Prestasi Belajar Kimia Siswa ... 54

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Desain Penelitian nonequivalent control group design. ... 23

Tabel 2. Kisi-kisi Kemampuan Berpikir Analitis Pokok Bahasan Asam Basa... 27

Tabel 3. Kisi-Kisi Soal Prestasi Belajar Kimia Pokok Bahasan Asam Basa ... 29

Tabel 4. Hasil Validasi Empiris Soal Prestasi Belajar Kimia Siswa... 31

Tabel 5. Kriteria Reliabilitas Instrumen ... 32

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Nilai Prestasi Belajar Siswa dan Kemampuan... 35

Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Nilai Prestasi Belajar Siswa dan Kemampuan .. 36

Tabel 8. Hasil Uji Box's M ... 37

Tabel 9. Ringkasan Nilai Siswa ... 41

Tabel 10. Hasil Uji Mancova ... 42

Tabel 11. Hasil Uji Korelasi Pearson ... 42


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Hubungan Konsep Asam-Basa Pendekatan Pembelajaran Sistemik .. 10 Gambar 2. Hubungan KonsepAsam-Basa Pendekatan Pengorganisasian Konsep 13 Gambar 3. Alur kerja penelitian ... 33 Gambar 4. Perbandingan Hasil Belajar ... 52


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP dan LKS Kelas Pendekatan Sistemik ... 62

Lampiran 2. RPP dan LKS Kelas Pendekatan Pengorganisasian Konsep ... 109

Lampiran 3. Lembar Penilaian ... 162

Lampiran 4. Soal Kemampuan Berpikir Analitis Sebelum Divalidasi dan Kunci Jawaban ... 167

Lampiran 5. Soal Kemampuan Berpikir Analitis Setelah Divalidasi dan Kunci Jawaban ... 173

Lampiran 6. Soal Prestasi Belajar Kimia Siswa Sebelum Divalidasi dan Kunci Jawaban ... 179

Lampiran 7. Validitas dan Reliabilitas Soal Prestasi Belajar Kimia Siswa ... 192

Lampiran 8. Soal Prestasi Belajar Kimia Siswa Setelah Divalidasi dan Kunci Jawaban ... 194

Lampiran 9. Nilai Pengetahuan Awal, Prestasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Analitis Kelas Pendekatan Sistemik ... 204

Lampiran 10. Nilai Pengetahuan Awal, Prestasi Belajar dan Kemampuan Berpikir Analitis Kelas Pendekatan Pengorganisasian Konsep ... 205

Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas ... 206

Lampiran 12. Hasil Uji Homogenitas ... 207

Lampiran 13. Hasil Output Uji Mancova ... 208

Lampiran 14. Hasil Output Uji Korelasi Pearson ... 210

Lampiran 15. Surat Keterangan Penelitian dari Sekolah ... 211


(14)

xiv

PERBANDINGAN PENERAPAN PENDEKATAN SISTEMIK DAN PENDEKATAN PENGORGANISASIAN KONSEP TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI SEMESTER II

SMA NEGERI 1 MLATI TAHUN AJARAN 2016/2017

Oleh:

Wanda Estri Hutami 13303241016

Pembimbing: Marfuatun, M.Si

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep dan untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan pada kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep pada materi Asam-Basa kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Mlati, jika pengetahuan awal kimia siswa dikendalikan secara statistik

Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimental design. Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group design. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas dengan jumlah siswa sebanyak 64. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampling jenuh. Pengujian hipotesis menggunakan analisis uji Mancova.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pada proses pembelajaran kelas dengan penerapan pendekatan sistemik menggunakan diagram siklik yang menghubungkan konsep Asam-Basa dengan konsep kimia yang telah dipelajari siswa sebelumnya, sedangkan kelas dengan pendekatan pengorganisasian konsep menggunakan peta konsep yang menghubungkan konsep secara linier dalam satu pokok bahasan (2) tidak ada perbedaan pada kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep pada kelas XI semester II SMA Negeri 1 Mlati ketika pengetahuan awal kimia siswa dikendalikan secara statistik.

Kata kunci: pendekatan sistemik, pendekatan pengorganisasian konsep, kemampuan berpikir analitis, prestasi belajar, diagram siklik, peta konsep linier.


(15)

xv

COMPARISON OF THE IMPLEMENTATION OF THE SYSTEMIC APPROACH AND THE ORGANIZING CONCEPTS APPROACH

TOWARD ANALYTICAL THINKING SKILL AND ACHIEVEMENT STUDY CHEMISTRY GRADE

XI SEMESTER II SMA NEGERI 1 MLATI SCHOOL YEAR 2016/2017

By:

Wanda Estri Hutami 13303241016

Supervisor: Marfuatun, M.Si

ABSTRACT

The purpose of this research is to analyze the implementation process of learning with the use of a systemic approach and the organizing concept approach and to analyze whether there is a difference in analytical thinking skill and achievement study chemistry students who follow learning using a systemic approach and the organizing concepts approach on acid-base material class XI Semester II SMA Negeri 1 Mlati, if early knowledge of chemistry students are statistically controlled.

This research is a kind of quasi experimental research design. The research design used is the nonequivalent control group design. The sample consists of two classes of research with a number of students as much as 64. Sampling is done by sampling the saturation. Hypothesis testing using Mancova test analysis.

The results showed that (1) in the learning process by implementation of a systemic approach to the class using a cyclic diagram connecting the concept of acid-base chemistry with the concept that has been studied previously, while the students class with the organizing concepts approach using concept map linking the concept of finite in one subject (2) there is no difference of analytical thinking skill and learning achievements of chemistry students who follow learning using systemic approach and the organizing concepts approach in class XI semester II SMA Negeri 1 Mlati when knowledge beginning chemistry student controlled statistically.

Keywords: systemic approach, organizing concepts approach, analytical thinking skill, learning achievement, cyclic diagrams, concept maps is linear.


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Hampir di semua negara saat ini menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam pembangunan bangsa dan negara, begitu pula di Indonesia. Saat ini Indonesia berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang ada dengan mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran secara aktif yang mampu mengembangkan potensi siswa.

Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yakni dengan menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan mencerdaskan. Proses pembelajaran tersebut dapat diwujudkan dengan penggunaan strategi pembelajaran yang variatif, kreatif dan inovatif. Penggunaan strategi pembelajaran tersebut juga perlu diterapkan pada pembelajaran kimia. Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang disukai oleh siswa. Umumnya, siswa menganggap kimia adalah pelajaran yang sulit dan bersifat abstrak. Pada mata pelajaran kimia mencakup perhitungan, materi-materi yang harus dihafalkan dan konsep-konsep yang saling terkait satu sama lain. Namun selama ini siswa


(17)

2

menganggap bahwa fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori kimia yang telah dipelajari tidak saling terkait. Siswa cenderung memisahkan konsep-konsep yang telah didapatnya. Siswa lebih banyak menghafal materi-materi kimia yang telah diajarkan, namun tidak dapat memahami setiap materi tersebut. Akibatnya siswa hanya memiliki ingatan pengetahuan kimia untuk jangka waktu yang relatif pendek dan kesulitan dalam memahami serta mengaitkan hubungan konsep satu dengan konsep yang lain.

Saat ini, pembelajaran kimia mulai diarahkan untuk menstimulasi kemampuan berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking Skills (HOTS). HOTS mencakup keterampilan seperti berpikir kreatif dan kritis, analitis, pemecahan masalah dan visualisasi. Jika siswa memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi diharapkan dapat memahami konsep-konsep kimia yang ada dan keterkaitannya satu sama lain. Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan tersebut adalah menggunakan pendekatan pembelajaran yang bermakna, diantaranya pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

Menurut Fahmy dan Lagowski (1999), pendekatan pembelajaran sistemik adalah suatu pendekatan yang menggunakan suatu susunan konsep-konsep melalui sistem interaksi yang menghubungkan antar konsep-konsep tersebut menjadi lebih jelas. Ini menunjukkan keterkaitan dan interaksi antara komponen dan struktur pengetahuan yang membantu peserta didik untuk belajar materi saat ini dengan materi sebelumnya. Dengan demikian, pendekatan sistemik bekerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengaitkan konsep kimia yang satu dengan yang lain. Penerapan pendekatan pembelajaran


(18)

3

sistemik pada pembelajaran akan menstimulasi siswa untuk menguasai konsep-konsep yang terkait dengan jelas, agar siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. Selain itu, dengan menggunakan pendekatan sistemik diharapkan siswa dapat memiliki tingkat pemikiran yang lebih tinggi dalam memahami suatu konsep (high order thinking level).

Pendekatan pengorganisasian konsep adalah suatu pendekatan yang didasari oleh teori bahwa belajar adalah suatu proses mental yang mengembangkan cara berpikir kritis, logis, dan kreatif. Pada proses pembelajarannya pendekatan ini menggunakan peta konsep. Peta konsep ini mengaitkan konsep-konsep yang dipelajari secara linier dari umum ke khusus. Penggunaan peta konsep dapat membantu siswa untuk menghubungkan antar konsep, berpikir kreatif, serta mendorong siswa untuk mengeksplorasi materi-materi yang saling terkait. Peta konsep memungkinkan siswa untuk meningkatkan pemikiran dalam menentukan hubungan konten dengan pengalaman yang dituangkan dalam kertas. Peta konsep juga membuat siswa membangun pengetahuan baru dari topik sementara yang sudah mereka miliki sebelumnya (Long & Carlson, 2011).

Pada penelitian ini penerapan kedua pendekatan tersebut dibandingkan pada pembelajaran kimia dengan materi asam basa. Materi tersebut merupakan materi yang rumit dan memiliki keterkaitan dengan konsep yang lain, seperti kesetimbangan kimia, reaksi ionisasi, dan tatanama senyawa. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Mlati dengan mengendalikan pengetahuan awal siswa secara statistik.


(19)

4 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut :

1. Konsep-konsep dalam mata pelajaran kimia saling terkait satu sama lain, tetapi siswa memahami konsep yang didapat secara terpisah, sehingga kemampuan siswa dalam mengaitkan konsep kimia masih kurang dan perlu pemahaman yang lebih mendalam.

2. Perlunya pendekatan pembelajaran yang tepat untuk digunakan agar siswa mampu mengembangkan dan meningkatkan kemampuannya dalam mengaitkan konsep kimia yang satu dengan yang lain.

3. Kemampuan berpikir analitis siswa dalam memecahkan suatu permasalahan masih kurang.

C. Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini agar cakupannya tidak terlalu luas, maka perlu dibatasi permasalahannya sebagai berikut :

1. Pemahaman konsep yang diperbandingkan dilihat dari aspek kognitifnya saja, yakni kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar siswa yang diukur menggunakan soal essay dan pilihan ganda.

2. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran adalah pendekatan sistemik yang menggunakan diagram siklik dan pendekatan pengorganisasian konsep yang menggunakan peta konsep.

3. Pengukuran kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa dilakukan dengan memberikan soal ulangan akhir setelah pembelajaran.


(20)

5 D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep ?

2. Adakah perbedaan pada kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep pada materi Asam-Basa kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Mlati, jika pengetahuan awal kimia siswa dikendalikan secara statistik ?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

2. Menganalisis ada tidaknya perbedaan pada kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep pada materi Asam-Basa kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Mlati, jika pengetahuan awal kimia siswa dikendalikan secara statistik.


(21)

6 F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi siswa

Meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep kimia. 2. Bagi guru

Memberikan informasi pada guru mata pelajaran kimia mengenai pendekatan pembelajaran yang lebih efektif untuk digunakan yang mampu meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep kimia.

3. Bagi sekolah

Sebagai masukan kepada kepala sekolah tempat penelitian, perlunya penelitian eksperimen kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMA tersebut.


(22)

7 BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori dan Penelitian yang Relevan 1. Deskripsi Teori

a. Ilmu Kimia

Pengetahuan tentang alam semesta yang diatur secara sistematis disebut ilmu pengetahuan alam (IPA). Cara hidup, berfikir dan keadaan lingkungan di sekitar kita semuanya dipengaruhi oleh Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu pengetahuan alam ini berkembang secara pesat dari masa ke masa. IPA sendiri dibagi menjadi beberapa bidang atau disiplin ilmu, yaitu ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu biologi, dan ilmu geologi. Pada ilmu kimia mempelajari zat dan energi dari segi strukturnya, susunannya atau komposisinya, perubahan susunannya dan mekanisme perubahan zat dan energinya (Ranawidjaja, et al., 1980).

Ilmu kimia memiliki peranan yang penting dalam kehidupan kita. Melalui kimia kita dapat memahami perubahan yang terjadi pada zat-zat yang ada di sekitar kita, dapat memanfaatkan reaksi-reaksi yang berguna, dan mencegah reaksi-reaksi yang merugikan. Selain itu, kimia juga dapat meningkatkan perekonomian kita, di Indonesia saat ini sudah banyak industri yang berkembang dibidang kimia (Ranawidjaja, et al., 1980).

Kimia adalah salah satu cabang yang paling penting dari ilmu pengetahuan yang memungkinkan siswa untuk memahami apa yang terjadi di sekitar mereka. Topik kimia umumnya berdasarkan struktur materi, dan merupakan pelajaran


(23)

8

yang sulit bagi sebagian besar siswa. Kurikulum kimia umumnya menggabungkan banyak konsep abstrak, yang menjadi pusat pembelajaran lebih lanjut untuk pelajaran kimia maupun ilmu alam lainnya. Konsep-konsep abstrak tersebut sangat penting karena teori-teori dalam pelajaran kimia tidak dapat dengan mudah dipahami, jika konsep-konsep yang mendasari tidak cukup dipahami oleh siswa. Kimia sifatnya sangat konseptual, jika dengan pemahaman yang benar akan menuntun siswa memahami secara keseluruhan keterkaitan konsep-konsep tersebut. Namun, banyak konsep yang dapat diperoleh dengan hafalan, hal ini sering terlihat pada soal ujian untuk mengingat suatu konsep. Oleh karena itu, masih banyak ditemukan bukti kesalahpahaman dari belajar menghafal (Sirhan, 2007).

b. Pembelajaran Kimia

Pembelajaran merupakan kegiatan belajar mengajar yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pembelajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pembelajaran (Bahri & Zain, 1996).

Pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Menurut Mudhofir (Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, 2011) ada empat pola pembelajaran, yaitu:


(24)

9

1) Pertama, pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga.

2) Ke dua, pola guru dengan siswa menggunakan alat bantu.

3) Ke tiga, pola guru dengan siswa menggunakan media pembelajaran.

4) Ke empat, pola media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan.

Pola pembelajaran yang diterapkan dengan menggunakan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep adalah pola yang ketiga. Peran guru dalam pembelajaran lebih dari sebagai pengajar (infomator), tetapi guru harus memiliki multi peran dalam pembelajaran.

c. Pendekatan Sistemik

Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum (Sanjaya, 2006). Roy Killen (Sanjaya, 2006) mencatat ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu :

1) Pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) 2) Pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approaches)

Pendekatan pembelajaran sistemik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai subjek belajar dalam proses pembelajaran.


(25)

10

Pembelajaran kimia yang menggunakan pendekatan pembelajaran sistemik merupakan proses pembelajaran konsep-konsep kimia melalui sistem yang saling berkaitan, sehingga keseluruhan hubungan antar konsep menjadi jelas (Fahmy & Lagowski, 1999). Pada pelajaran kimia terdapat materi-materi yang merupakan suatu konsep-konsep yang tidak dapat dipisahkan, konsep tersebut saling memiliki keterkaitan satu sama lain. Pendekatan pembelajaran sistemik yang digunakan dalam proses pembelajaran kimia dapat mengingatkan kembali siswa dengan konsep-konsep yang sudah dipelajari sebelumnya, selain itu juga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Hubungan antar konsep asam-basa dengan penerapan pendekatan pembelajaran sistemik ditunjukkan seperti pada Gambar 1.


(26)

11

Beberapa tujuan dari pengembangan pendekatan sistemik menurut Fahmy & Lagowski (1999), yaitu:

1) Menumbuhkan kemampuan untuk menghubungkan antar konsep

2) Menumbuhkan kemampuan siswa untuk berpikir secara terstruktur sehingga dapat melihat fenomena sesuatu secara global namun tidak melakukan bagian-bagian konsepnya.

3) Meningkatkan efektivitas pembelajaran kimia 4) Membuat kimia menjadi objek studi yang menarik

5) Menumbuhkan kemampuan berpikir analisis sehingga siswa menjadi lebih kreatif

6) Menciptakan suatu generasi yang dapat bekerja secara positif dengan lingkungan sekitar.

d. Pendekatan Pengorganisasian Konsep

Pendekatan pengorganisasian konsep merupakan salah satu pendekatan dalam teori belajar bermakna Ausubel. Belajar bermakna terjadi apabila ada suatu proses yang mengaitkan informasi baru pada konsep yang relevan yang telah ada sebelumnya pada struktur kognitif seseorang. Informasi tersebut jika terdiri dari kumpulan beberapa konsep, maka kumpulan konsep tersebut harus dipecah-pecah tetapi satu dengan yang lain masih berhubungan sehingga berbentuk peta konsep (Arifin, 1995).

Pendekatan pengorganisasian konsep adalah suatu proses mental, yang mengembangkan cara berpikir kritis, logis dan kreatif (Arifin, 1995). Pada proses pembelajarannya pendekatan pengorganisasian konsep menggunakan peta konsep


(27)

12

untuk mengaitkan konsep-konsep dalam suatu materi secara linier. Peta konsep yang digunakan dibuat dari konsep yang umum ke khusus. Menurut Mulyati Arifin (1995) untuk menggunakan pendekatan tersebut dalam pengajaran ada beberapa ciri yang perlu mendapat perhatian :

1) Informasi dikaji terlebih dahulu untuk menemukan konsep-konsep apa yang mendukungnya. Konsep-konsep tersebut kemudian disusun dalam bentuk peta konsep.

2) Dicari contoh yang ada yang sudah diketahui. Ini diperlukan supaya siswa mempersiapkan sub sumer yang mana yang harus dipersiapkan untuk menerima yang baru. Contoh ini juga menimbulkan motivasi, ingin tahu lebih jauh apa yang akan dipelajari.

3) Dipilih konsep yang paling dengan sub sumer yang diajarkan.

Siswa akan mengingat suatu informasi lebih baik ketika telah digambarkan dan belajar baik secara visual dan lisan. Pemetaan konsep terbukti sebagai metodologi pembelajaran visual yang membantu siswa berpikir dan belajar. Pembelajaran visual menyerap informasi ilustrasi, foto, diagram, grafik, simbol, ikon dan model visual lainnya. Pemberian informasi dengan gambar, membuat siswa fokus dalam mengartikan, mengenali dan mengelompokkan ide-ide dengan mudah. Penggunaan pemetaan konsep sebagai sarana belajar mampu mendorong pemikiran menjadi lebih luas (Asan, 2007). Hubungan konsep asam-basa dengan pendekatan pengorganisasian konsep ditunjukkan seperti pada Gambar 2.


(28)

13

Gambar 2. Hubungan KonsepAsam-Basa Pendekatan Pengorganisasian Konsep

e. Kemampuan Berpikir Analitis

Pembelajaran yang dilakukan saat ini terfokus pada peningkatan pengembangan keterampilan berpikir analitis siswa, yang langsung mengarah ke pengembangan keterampilan berpikir kritis, keterampilan pemecahan masalah dan keterampilan berpikir kreatif (Areesophonpichet, 2013). Berpikir analitis, yaitu memecahkan serangkaian potongan informasi yang kompleks dengan memikirkan langkah demi langkah untuk mengembangkan kesimpulan secara keseluruhan. Melihat suatu masalah melalui sudut pandang yang berbeda dengan tujuan untuk menciptakan sebab dan akibat. Berpikir analisis ini dilakukan dengan melihat fakta-fakta yang ada untuk mendukung kesimpulannya.

Kemampuan berpikir analitis adalah kemampuan berpikir siswa untuk menguraikan, memperinci, dan menganalisis informasi-informasi. Kemampuan berpikir analitis digunakan untuk memahami suatu pengetahuan dengan menggunakan akal dan pikiran yang logis dan fakta-fakta yang ada bukan berdasar perasaan atau opini belaka. Agar dapat berpikir analitis diperlukan kemampuan berpikir logis dalam mengambil kesimpulan terhadap suatu situasi


(29)

14

(Marini, 2014). Kemampuan berpikir analitis siswa dapat sepenuhnya dikembangkan dengan dukungan dari guru yang berpengalaman, rencana pelajaran yang dirancang dengan baik dan alat-alat yang efektif digunakan untuk pengembangan keterampilan berpikir analitis (Areesophonpichet, 2013).

Menurut Bloom kemampuan berpikir analitis dapat digolongan menjadi tiga bagian kecil (Montaku, Kaittikomol, & and Tiranathanakul, 2012) :

1. Analisis unsur-unsur yang dimaksudkan untuk mengklasifikasikan apa yang penting atau diperlukan atau paling berperan dan penyebab terhadap hasil. 2. Analisis hubungan berarti mencari hubungan sub cerita atau bukti dan

bagaimana cerita saling terkait, konsisten dan sebaliknya.

3. Analisis prinsip-prinsip organisasional berarti mencar struktur sistem atau materi cerita dan tindakan yang berbeda dan melihat bagaimana mereka terkait.

f. Prestasi Belajar Kimia

Penilaian adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar siswa dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Prestasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu motivasi belajar, tingkat kecerdasan siswa, dan daya tarik siswa terhadap mata pelajaran tersebut. Selain itu, menurut Tim Pengembang MKDP (2011), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri siswa, sedangkan


(30)

15

faktor eksternal, yaitu faktor yang berada di luar diri siswa. Faktor internal terdiri dari :

1) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh, dan sebagainya.

2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang meliputi :

a) Faktor intelektual terdiri dari faktor potensial (inteligensi dan bakat) dan faktor aktual (kecakapan nyata dan prestasi).

b) Faktor non-intelektual, yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, penyesuaian diri, emosional, dan sebagainya.

3) Faktor kematangan fisik

Sedangkan, faktor eksternal terdiri dari : 1) Faktor sosial yang terdiri atas :

a) Faktor lingkungan keluarga b) Faktor lingkungan sekolah c) Faktor lingkungan masyarakat d) Faktor kelompok

2) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian, dan sebagainya.

3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim, dan sebagainya.


(31)

16 4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.

g. Pengetahuan Awal Siswa

Ausubel (Dahar, 2011) menyatakan, faktor terpenting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh siswa. Konsep atau pengetahuan baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang telah ada pada struktur kognitif agar terjadi belajar bermakna. Berdasarkan teori kognitivisme, setiap siswa telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan awal yang bertahan dalam struktur kognitifnya. Proses belajar akan lebih baik jika materi pelajaran baru diadaptasi dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh siswa dan ada hubungannya dengan prestasi belajar siswa selanjutnya. Pengetahuan awal yang dimiliki siswa sangat berperan penting dalam pembentukan pengetahuan ilmiah selama proses pembelajaran (Kendeou, Panayiota, Broek, & Den, 2007)

Pengetahuan awal kimia siswa tidak hanya diperoleh siswa dari pembelajaran di sekolah, tetapi pengalaman sehari-hari juga dapat dijadikan sebagai pengetahuan awal. Perpaduan materi yang diajarkan dengan pengalaman sehari-hari akan menghasilkan pengalaman yang kuat dan mendalam, sehingga siswa kaya akan pengetahuan. Guru perlu mengetahui pemahaman siswa tentang materi sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan pemahaman siswa tentang materi yang akan dijelaskan agar strategi pembelajaran yang digunakan dapat direncanakan sesuai dengan pengetahuan awal kimia siswa (Sanjaya, 2009).


(32)

17

h. Materi Pembelajaran Kimia SMA/MA Kelas XI Semester 2

Materi pembelajaran pada mata pelajaran kimia SMA/MA kelas XI Semester 2 adalah Asam Basa. Materi pembelajaran disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang diambil dari Standar Isi sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22 Tahun 2006 yaitu:

Standar Kompetensi:

4. Memahami sifat-sifat larutan asam basa, metode pengukurannya, dan terapanya

Kompetensi Dasar

4.1 Mendeskripsikan teori-teori asam basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH larutan

Indikator

4.1.1 Menjelaskan pengertian asam dan basa menurut Arrhenius

4.1.2 Menjelaskan pengertian asam dan basa menurut Bronsted dan Lowry 4.1.3 Menjelaskan pengertian asam dan basa menurut Lewis

4.1.4 Mengidentifikasi sifat larutan asam dan basa dengan berbagai indikator 4.1.5 Mengetahui konsep pH, pOH, dan pKw

4.1.6 Menghitung pH suatu larutan asam dan basa 4.1.7 Menjelaskan pengertian kekuatan asam dan basa

4.1.8 Menghubungkan kekuatan asam dan basa dengan derajat pengionan dan tetapan asam atau tetapan basa


(33)

18

4.1.9 Memperkirakan pH suatu larutan asam atau basa berdasarkan hasil pengamatan trayek perubahan warna berbagai indikator

2. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh :

a. Nilats Tsurayya, (2014) yang melakukan penelitian berjudul “Perbandingan Penerapan Pendekatan Sistemik dan Konvensional terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas XI Semester II SMA N 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 pada Pokok Bahasan Konsep Asam-Basa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (a) ada perbedaan motivasi belajar kimia peserta didik kelas XI semester 2 di SMA N 2 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistemik, (b) tidak ada perbedaan motivasi belajar kimia peserta didik kelas XI semester 2 di SMA N 2 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konvensional, (c) tidak ada perbedaan motivasi belajar kimia antara peserta didik kelas XI semester 2 di SMA N 2 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik dengan peserta didik yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan konvensional, (d) ada perbedaan prestasi belajar kimia antara peserta didik kelas XI semester 2 di SMA N 2 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik dengan peserta didik yang mengikuti


(34)

19

pembelajaran konvensional, jika pengetahuan awal kimia peserta didik dikendalikan secara statistik.

b. Dwi Fatonah, (2016) yang melakukan penelitian berjudul “Efektivitas Penerapan Pendekatan Pembelajaran Sistemik Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik kelas X Semester II SMA Negeri 1 Pengasih pada Pokok Bahasan Konsep Larutan Elektrolit & Non Elektrolit dan Reaksi Reduksi-Oksidasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti proses pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik dan terdapat korelasi antara kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia peserta didik sesudah mengikuti proses pembelajaran dengan pendekatan sistemik.

c. Ludo Brandt, et al, (2001) yang melakukan penelitian berjudul “The Impact of Concept Mapping and Visualization on the Learning of Secondary School

Chemistry Students”. Hasil penelitian menunjukkan efek positif yang signifikan dari perhatian ekstra untuk visualisasi pada prestasi belajar siswa. Namun, tidak dapat ditemukan efek yang signifikan pada pemetaan konsep sebagai metode pembelajaran.

Relevansi ketiga penelitian tersebut adalah pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan, yaitu pendekatan sistemik dan metode pemetaan konsep. Serta variabel terikat yang diteliti, yaitu prestasi belajar kimia siswa dan kemampuan berpikir analitis.


(35)

20 B. Kerangka Berpikir

Pembelajaran merupakan proses interaksi dua arah antara guru dan siswa yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Pembelajaran memiliki tujuan yaitu siswa dapat menguasai materi pelajaran secara menyeluruh yang ditunjukkan dari aspek kognitifnya. Keberhasilan suatu pembelajaran sangat dipengaruhi oleh strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Strategi tersebut salah satunya adalah penggunaan pendekatan pembelajaran yang tepat. Saat ini dikembangkan lingkungan belajar yang berpusat pada siswa, siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa antara lain pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

Pendekatan pembelajaran sistemik merupakan proses pembelajaran konsep-konsep kimia melalui sistem yang saling berkaitan, sehingga keseluruhan hubungan antar konsep menjadi jelas. Pada pembelajaran kimia terdapat materi-materi yang merupakan suatu konsep-konsep yang tidak dapat dipisahkan, konsep tersebut saling memiliki keterkaitan satu sama lain. Pendekatan pembelajaran sistemik yang digunakan dalam proses pembelajaran kimia dapat mengingatkan kembali siswa dengan konsep-konsep yang sudah dipelajari sebelumnya, selain itu juga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Sedangkan pendekatan pembelajaran pengorganisasian konsep merupakan salah satu pendekatan dalam Teori Belajar Bermakna Ausubel. Pada pendekatan pengorganisasian konsep, siswa memperoleh informasi dengan pemberian peta konsep yang digunakan untuk mengaitkan konsep-konsep dalam suatu materi secara linier. Pendekatan


(36)

21

pengorganisasian konsep juga membantu siswa dalam memahami konsep kimia yang saling terkait.

Mata pelajaran kimia merupakan mata pelajaran yang terdiri dari banyak konsep didalamnya yang saling terkait satu sama lain. Namun, siswa cenderung memisahkan konsep-konsep yang telah didapat sebagai konsep yang saling terpisah dan cenderung mengandalkan kemampuan menghafalnya untuk semua materi kimia yang diberikan, akibatnya siswa mudah lupa dengan materi yang didapatnya. Hal-hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu pendekatan pembelajaran yang digunakan guru belum sepenuhnya sesuai untuk mengarahkan siswa dalam memahami suatu konsep. Pendekatan sistemik dapat menyebabkan pemahaman siswa lebih komprehensif sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa. Pendekatan pengorganisasian konsep dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu materi dikarenakan belajar baik secara visual dan lisan. Jadi, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran sistemik dan yang menggunakan pendekatan pembelajaran pengorganisasian konsep.

C. Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan pada kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep pada kelas XI


(37)

22

Semester II SMA Negeri 1 Mlati, jika pengetahuan awal kimia siswa dikendalikan secara statistik.

Ha : Ada perbedaan pada kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep pada kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Mlati, jika pengetahuan awal kimia siswa dikendalikan secara statistik.


(38)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan Quasi Experimental Design, desain ini memiliki kelompok kontrol, sehingga tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

Quasi Experimental Design, digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian (Sugiyono, 2014). Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group design . Pada penelitian ini terdapat dua kelompok. Kemampuan awal siswa dilihat dari niai ulangan kimia semester 1 kelas XI. Kelompok 1 diberikan perlakuan dengan menggunakan pendekatan sistemik, sedangkan kelompok 2 diberikan perlakuan dengan menggunaan pendekatan pengorganisasian konsep. Pada akhir eksperimen kedua kelompok diukur prestasinya dengan posttest, kemudian hasil kedua pengukuran tersebut dibandingkan. Adapun desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Desain Penelitian nonequivalent control group design. Kelas sebelum diberi

perlakuan Perlakuan

Kelas sesudah diberi perlakuan

01 X (Sistemik) 03


(39)

24 B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama empat minggu efektif, tanggal 2 Januari sampai 1 Februari 2017 di SMA Negeri 1 Mlati.

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan pada penelitian ini, yaitu : 1. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2008). Variabel bebas penelitian ini adalah penerapan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008).Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa kelas XI semester 2 di SMA Negeri 1 Mlati.

3. Variabel Kendali

Variabel yang dikendalikan pada penelitian ini adalah pengetahuan awal kimia siswa yang dilihat dari nilai ulangan akhir semester 1 kelas XI.

D. Populasi, Sampel Penelitian, dan Teknik Sampling 1. Populasi dan Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi (Sugiyono, 2008). Sampel penelitian ini diambil dua


(40)

25

kelas dari keseluruhan populasi kelas X SMA Negeri 1 Mlati pada Semester I. Penarikan sampel memungkinkan peneliti menyelidiki sebagian dari populasi. Satu kelas menggunakan pendekatan sistemik, dan satu kelas menggunakan pendekatan pengorganisasian konsep.

2. Teknik Sampling

Pengambilan sampel menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2014). Jumlah populasi yang ada adalah 2 kelas jurusan IPA yang masing-masing terdapat 32 siswa. Keseluruhan populasi digunakan sebagai sampel, satu kelas menggunakan pendekatan sistemik dan satu kelas menggunakan pendekatan pengorganisasian konsep.

E. Perangkat dan Instrumen Penelitan 1. Perangkat Penelitian

Perangkat penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk membantu proses penelitian.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan instrumen untuk memberi perlakuan terhadap sampel. Penelitian ini menggunakan dua jenis RPP, yaitu untuk kelas dengan penerapan pendekatan sistemik dan untuk kelas dengan penerapan pendekatan pengorganisasian konsep yang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).


(41)

26 b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai siswa. LKS berguna untuk mengarahkan siswa dalam mempelajari materi Asam Basa, bukan sebagai referensi utama. LKS yang digunakan ada dua, yaitu LKS untuk pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik dan LKS untuk pembelajaran menggunakan pendekatan pengorganisasian konsep.

2. Instrumen Penelitian

a. Soal untuk mengukur kemampuan berpikir analitis siswa

Soal analitis adalah soal yang menuntut kemampuan siswa untuk menganalisis atau menguraikan suatu persoalan untuk diketahui bagian-bagiannya (Arikunto, 2001). Pada pengukuran kemampuan berpikir analitis digunakan soal essay. Soal terlebih dahulu divalidasi expert judgement yaitu prinsipnya validitas yang didasarkan pada pertimbangan dari pakar atau ahli materi (Sukardi, 2008). Soal ini dikembangkan dari indikator kemampuan berpikir analitis pada tingkat kognitif C4 menurut taksonomi Bloom. Soal yang diujikan berjumlah 5, dalam memenuhi validasi logis, penyusunan soal didahului dengan pembuatan kisi-kisi soal kemampuan berpikir analitis siswa yang dapat dilihat pada Tabel 2.


(42)

27

Tabel 2. Kisi-kisi Kemampuan Berpikir Analitis Pokok Bahasan Asam Basa No. Indikator Kemampuan

Berpikir Analitis Indikator Soal

Bentuk Soal

Nomor Soal

1. Menganalisis suatu bagian konsep

Menuliskan persamaan reaksi larutan asam-basa dan menggolongkannya berdasarkan teori asam-basa

Esai 1

2. Menganalisis suatu bagian konsep

Menuliskan persamaan reaksi dari suatu

campuran dan

menggolongkannya menjadi larutan asam atau basa berdasarkan struktur Lewis dari senyawanya

Esai 2

3. Menganalisis prinsip-prinsip organisasi konsep

Menentukan tingkat kekuatan asam-basa berdasarkan voltasenya

Esai 3

4. Menganalisis hubungan antar konsep

Menentukan pH suatu larutan berdasarkan data, menentukan perubahan warna indikator yang terjadi, serta menentukan pergeseran

kesetimbangannya

Esai 4

5. Menganalisis suatu bagian konsep

Menghitung konsentrasi [H+], Ka, dan menentukan perubahan warna yang terjadi jika ditetesi dengan indikator asam-basa

Esai 5

6. Menganalisis suatu bagian konsep

Menghitung pH, presentase yang terionisasi, serta menentukan perubahan warna yang terjadi dalam larutan jika dicek dengan indikator asam-basa

Esai 6*


(43)

28

Hasil validitas logis dan saran terhadap soal kemampuan berpikir analitis yaitu:

1) Soal nomor 1 diperbaiki dalam penulisannya dan dibuat poin-poin untuk pertanyaannya.

2) Soal nomor 2 dibuat poin-poin untuk pertanyaannya.

3) Soal nomor 3 ditambahkan gambar agar siswa lebih terbantu untuk mengetahui maksud soal tersebut.

4) Soal nomor 6 tidak diperlukan karena lebih mengarah ke aplikasi (C3).

b. Soal untuk mengukur prestasi belajar kimia siswa

Soal prestasi belajar ini menekankan ke arah aspek kognitif. Aspek kognitif terdiri dari enam jenjang berfikir menurut taksonomi bloom. Keenam tingkatan yang dimaksud adalah C1 mengingat, C2 mengerti, C3 mengaplikasikan, C4 menganalisis, C5 mengevaluasi, C6 mencipta. Soal prestasi belajar kimia siswa berupa soal pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban. 1) Validitas Soal Prestasi Belajar Kimia Siswa

Soal prestasi belajar kimia divalidasi secara logis dan empiris. Validitas suatu instrumen penelitian merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas suatu tes hanya berlaku untuk suatu tujuan tertentu saja (Sukardi, 2003). Untuk memenuhi validasi logis, penyusunan soal didahului dengan pembuatan kisi-kisi soal prestasi belajar kimia yang dapat dilihat pada Tabel 3.


(44)

29

Tabel 3. Kisi-Kisi Soal Prestasi Belajar Kimia Pokok Bahasan Asam Basa Sebelum di validasi

Materi

Aspek Kognitif Jml

C1 C2 C3 C4,5,6

Teori asam-basa 1,3,4,30 2,5,7 6,8,9 10

Sifat larutan 14,33 32,34 15 5

Konsep pH 29,46 18,19,20,24

,36

21,22,23,25 11

Kekuatan asam basa 26,38,40 41,42 10,11,12,31

,35, 37

17,27,28,39 15

Indikator asam-basa 13 49 16,43,44,45,

47,48,50

9

Jumlah 10 9 15 16 50

Presentase 20% 18% 30% 32% 100%

Setelah dilakukan validasi oleh ahli ternyata masih terdapat kekeliruan dengan penentuan tingkat kognitif dari beberapa soal. Tingkat kognitif butir soal yang salah kemudian diperbaiki dan disesuaikan pada kisi-kisi soal. Hasil validitas logis dan saran terhadap soal prestasi belajar yaitu:

a) Soal nomor 2 diperbaiki dalam penggunaan kata agar lebih bermakna.

b) Soal nomor 13 diperbaiki dalam penggunaan kata agar siswa mengetahui indikator apa yang digunakan.

c) Soal nomor 20 diperbaiki kalimatnya agar siswa tidak bingung dengan soalnya.

d) Soal nomor 23 diperbaiki kalimatnya.

e) Soal nomor 25 dicek kembali kunci jawabannya. f) Soal nomor 27 dicek kembali kunci jawabannya.


(45)

30

g) Soal nomor 28 diperbaiki penulisan rumus kimia senyawanya. h) Soal nomor 32 diperbaiki kalimatnya.

i) Soal nomor 40 diperbaiki kalimatnya.

j) Soal nomor 41 diperbaiki karena kurang jelas untuk mengukur apa. k) Soal nomor 44 diperbaiki kalimatnya.

l) Soal nomor 45 diperbaiki kalimatnya.

m) Soal nomor 49 diperbaiki dalam penggunaan kata awalan.

Selain dilakukan validasi logis, butir soal prestasi belajar kimia siswa juga divalidasi secara empiris. Validasi empiris adalah validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal adalah tes itu sendiri yang menjadi kriteria, sedangkan kriteria eksternal adalah hasil ukur tes lain di luar tes itu yang menjadi kriteria. Validitas empiris adalah validitas yang bersumber pada atau diperoleh atas dasar pengamatan di lapangan (Sudaryono, 2012). Validitas empiris ini diperoleh berdasarkan pengamatan di lapangan. Tes hasil belajar dikatakan telah memiliki validitas empiris apabila berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap data hasil pengamatan di lapangan, yang membuktikan bahwa tes hasil belajar tersebut telah mampu mengukur hasil belajar siswa.

Hasil validasi empiris butir soal prestasi belajar dilakukan dengan uji korelasi point biserial menggunakan microsoft excel. Apabila harga rhitung > rtabel

dan bernilai positif pada taraf signifikansi 5% maka butir soal valid, sedangkan jika harga rhitung < rtabel maka butir soal tidak. Validitas empiris dilakukan dengan


(46)

31

pada kelas eksperimen. Uji validitas dilakukan pada 25 siswa dari SMA Negeri 1 Ngaglik, sehingga harga rtabel sebesar 0,396. Soal prestasi belajar kimia siswa

berjumlah 50 butir terdapat 30 butir soal yang valid karena memiliki harga rhitung

> rtabel. Perhitungan uji validitas empiris butir soal prestasi belajar kimia secara

lengkap dapat dilihat pada Lampiran. Hasil validasi logis dan empiris secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Validasi Empiris Soal Prestasi Belajar Kimia Siswa Materi

Aspek Kognitif Jumlah

C1 C2 C3 C4,5,6 Awal Valid

Teori

asam-basa 1*,2*,3,4*,30* 5*,6*,7,8 9 10 4 Sifat larutan 14,33*,34* 32 15 5 3

Konsep pH 24 19,20,22,23,36,

46 18*,21*,25,29* 11 8

Kekuatan asam basa 17,26,27,28*, 31,41*,42* 10*,11,12,35, 37*,38,39,40

15 10

Indikator

asam-basa 13*,49

16,43*,44,45, 47*,48*,50

9 5

Jumlah awal 8 13 17 12 50 30

Jumlah valid 2 8 14 6 30

Presentase

awal 16% 26% 34% 24% 100% Presentase

valid 6% 27% 47% 20% 100%

Keterangan: tanda * menyatakan butir soal prestasi belajar kimia yang gugur 2) Reliabilitas Soal Prestasi Belajar Siswa

Suatu instrumen dikatakan memiliki nilai reliabilitas tinggi jika tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur


(47)

32

(Sukardi, 2003). Suharsimi Arikunto (2001) menyebutkan kriteria reliabilitas instrumen berdasarkan harga koefisien korelasi yang ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Reliabilitas Instrumen

Harga Koefisien Korelasi (r) Kriteria Reliabilitas Instrumen

0,800 – 1,000 Sangat tinggi

0,600 – 0,799 Tinggi

0,400 – 0,599 Cukup

0,200 – 0,399 Rendah

0,000 – 0,199 Sangat rendah

Pada penelitian ini reliabilitas butir soal prestasi belajar kimia siswa diukur menggunakan teknik Kuder-Richardson (KR-20). Pada pengujiannya menggunakan bantuan microsoft excel. Koefisien reliabilitas soal prestasi belajar kimia siswa menunjukkan angka reliabilitas sebesar 0,682. Nilai ini menunjukkan kategori reliabilitas soal prestasi belajar kimia siswa “tinggi”.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini digunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik dokumentasi dan teknik ujian. Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data pengetahuan awal siswa yang merupakan hasil ulangan akhir semester 1 kelas XI. Sedangkan, teknik ujian digunakan untuk mendapat data prestasi belajar kimia siswa. Data tersebut diperoleh melalui ujian pada akhir pembelajaran. Peneliti mengajar di dua kelas yang digunakan penelitian sehingga faktor pengaruh guru diabaikan. Materi yang dijadikan media perlakuan meliputi materi Asam Basa. Alur kerja penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.


(48)

33 G. Teknik Analisis Data

Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan hipotesis. Uji persyaratan hipotesis terdiri dari uji normalitas, uji

Analisis Data Tes Kemampuan Berpikir

Analitis

Tes Kemampuan Berpikir Analitis

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

sistemik

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

pengorganisasian konsep Sampel

Kelas Eksperimen Kelas Pembanding

Populasi

Gambar 3. Alur kerja penelitian Tes Prestasi Belajar

Kimia

Tes Prestasi Belajar Kimia


(49)

34

homogenitas, ada hubungan linear antara variabel dependen dengan variabel konkomitan, kesamaan kemiringan antar perlakuan.

1. Uji Prasyarat Hipotesis a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan terhadap data pengetahuan awal dengan data prestasi belajar kimia siswa dan kemampuan berpikir analitis setelah pembelajaran. Uji yang dipakai dalam penelitian ini adalah uji normalitas data penelitian menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov

dalam program SPSS 21. Uji Kolmogorov-Smirnov adalah test goodness of fit

(kesesuaian) antara frekuensi pengamatan dengan frekuensi yang diharapkan, yang tidak memerlukan asumsi tertentu tentang bentuk distribusi data populasi dari sampel tersebut diambil (Suliyanto, 2014). Hipotesis pada uji tersebut sebagai berikut :

Ho: data mengikuti distribusi normal Ha: data tidak mengikuti distribusi normal

Hipotesis nol (Ho) ditolak apabila signifikansi < 5%, namun jika signifikansi > 5% maka Ho diterima. Hasil uji normalitas soal prestasi belajar dan kemampuan berpikir analitis dapat dilihat pada Tabel 6.


(50)

35

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Nilai Prestasi Belajar Siswa dan Kemampuan Berpikir Analitis

Nilai Prestasi Belajar Kimia Siswa

Nilai Kemampuan Berpikir Analitis Siswa Pendekatan Sistemik Pendekatan Pengorganisasian Konsep Pendekatan Sistemik Pendekatan Pengorganisasian Konsep

p-value 0,082 0,054 0,200 0,103

Berdasarkan Tabel 6. Harga signifikansi untuk nilai prestasi belajar dengan pendekatan sistemik dan pengorganisasian konsep lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa normalitas nilai prestasi belajar siswa berdistribusi normal. Selain data nilai prestasi belajar kimia siswa, data nilai kemampuan berpikir analitis untuk pendekatan sistemik dan pengorganisasian konsep juga ditentukan normalitasnya. Berdasarkan Tabel 6. harga signifikansi nilai kemampuan berpikir analitis untuk kedua pendekatan lebih besar dari 0,05. Sehingga, nilai kemampuan berpikir analitis siswa berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Varian

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas ini dilakukan terhadap data pengetahuan awal dengan data prestasi belajar kimia siswa setelah pembelajaran. Uji homogenitas yang digunakan menggunakan uji Levene dalam program SPSS 21. Hipotesis pengujiannya adalah :

Ho: sampel berasal dari populasi yang homogen Ha: sampel tidak berasal dari populasi yang homogen

Hipotesis nol (Ho) pada uji homogenitas varian diterima jika menunjukkan harga p-value > 0,05 pada taraf signifikansi 5% (α=0,05). Hasil uji homogenitas


(51)

36

soal prestasi belajar dan kemampuan berpikir analitis secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Nilai Prestasi Belajar Siswa dan Kemampuan Berpikir Analitis

Variabel df1 df2 p-value

Prestasi Belajar Kimia Siswa 1 62 0,064 Kemampuan Berpikir Analitis Siswa 1 62 0,262

Hasil uji homogenitas menggunakan SPSS 21 menunjukkan bahwa harga

p-value untuk nilai prestasi belajar siswa dan nilai kemampuan berpikir analitis lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho dapat diterima, yaitu sampel berasal dari populasi yang homogen.

c. Uji Homogenitas Matriks Covarian

Uji homogenitas matriks covarian dilihat dari hasil uji Box. Hipotesis pengujiannya yaitu:

Ho : matriks covarian dari variabel dependen sama ditolak Ha : matriks covarian dari variabel dependen sama diterima

Hipotesis nol (Ho) pada uji homogenitas varian diterima jika menunjukkan harga signifikansi < 0,05 pada taraf signifikansi 5% (α=0,05). Hasil uji homogenitas matriks covarians soal prestasi belajar dan kemampuan berpikir analitis secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 8.


(52)

37

Tabel 8. Hasil Uji Box's M

Box’s M 5,720

F 1,840

df1 3

df2 691920,000

Sig. 0,137

Berdasarkan Tabel 8. harga Box’s M=5,720 memiliki signifikansi 0,137. Hal ini menunjukkan bahwa harga signifikansi Box’s M > 0,05, berarti bahwa hipotesis nol ditolak, yang menunjukkan bahwa matriks covarian dari variabel dependen sama diterima. Setelah ketiga asumsi terpenuhi maka dapat dilakukan analisis lanjut yakni analisis statistik parametrik. Statistik parametrik pada penelitian komparatif memiliki syarat data sampel berdistribusi normal dan homogen, sedangkan untuk statistik nonparametrik pada penelitian komparatif tidak mensyaratkan data sampel berdistribusi normal dan homogen (Suliyanto, 2014).

2. Uji Hipotesis

Statistik parametrik yakni statistik yang mempertimbangkan jenis sebaran atau distribusi data, yaitu apakah data menyebar secara normal atau tidak. Pada penelitian ini data yang diperoleh berdistribusi normal, sehingga dapat dilakukan analisis lanjut dengan statistik parametrik.

a. Uji Mancova

Analisis mancova merupakan analisis untuk dua variabel dependen yang dianggap simultan. Untuk mancova, terdapat beberapa asumsi yang harus


(53)

38

dipenuhi sebelum pengujian dilakukan. Asumsi yang harus terpenuhi yakni, normalitas, homogenitas, ada hubungan linear antara variabel dependen dengan variabel konkomitan dan kesamaan kemiringan antar perlakuan. Pada penelitian ini keempat asumsi tersebut sudah terpenuhi, sehingga dapat dilakukan analisis menggunakan MANCOVA (Multiple Analysis of Covariance). MANCOVA

merupakan gabungan antara MANOVA dan regresi multivariate. Pada MANCOVA, peneliti memperkirakan adanya perbedaan statistik pada variabel terikat ganda dengan mengelompokkan variabel bebas, sementara mengontrol variabel ketiga yakni kovariat. Kovariat diikutsertakan sehingga dapat mereduksi eror serta adanya analisis yang dilakukan dapat mengeliminasi efek kovariat pada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dengan demikian, MANCOVA bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan perlakuan terhadap sekelompok variabel dependen setelah disesuaikan dengan pengaruh variabel konkomitan.

Pada penelitian ini digunakan uji hipotesis MANCOVA, yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pada kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep pada kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Mlati, jika pengetahuan awal kimia siswa dikendalikan secara statistik.

Hipotesis pengujiannya yakni :

Ho : Tidak ada perbedaan pada kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep pada kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Mlati, jika pengetahuan awal kimia siswa dikendalikan secara statistik.


(54)

39

Ha : Ada perbedaan pada kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep pada kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Mlati, jika pengetahuan awal kimia siswa dikendalikan secara statistik.

Kriteria Uji : Ho diterima jika signifikansi uji Mancova Pendekatan> 0,05 Ho ditolak jika signifikansi uji Mancova Pendekatan < 0,05

b. Uji Korelasi

Menurut Yusuf Wibisono (2009: 581), pada analisis korelasi menyelidiki hubungan dua peubah atau lebih dan bila ada, mengukur tinggi derajat hubungan. Salah satu uji statistik korelasi parametrik adalah uji korelasi Pearson. Uji korelasi Pearson pada korelasi bivariate digunakan untuk pasangan pengamatan data rasio yang menunjukkan hubungan linear. Pada penelitian ini uji korelasi Pearson dilakukan menggunakan program SPSS 21 untuk mengetahui hubungan antara kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep. Hipotesis pengujiannya yakni :

H0 : tidak ada hubungan yang positif antara kemampuan berpikir analitis dan

prestasi belajar kimia siswa dengan penerapan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep pada kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Mlati.

Ha : ada hubungan yang positif antara kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa dengan penerapan pendekatan sistemik dan


(55)

40

pendekatan pengorganisasian konsep pada kelas XI Semester II SMA Negeri 1 Mlati.

Kriteria Uji : Ho diterima jika ρ hitung ≤ ρ tabel atau Sig. > 0,05 Ho ditolak jika ρ hitung > ρ tabel atau Sig. ≤ 0,05


(56)

41 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Prestasi Belajar Kimia Siswa dan Kemampuan Berpikir Analitis Siswa Data prestasi belajar kimia siswa dan kemampuan berpikir analitis siswa diperoleh dari nilai ulangan harian yang dilakukan setelah pembelajaran. Nilai pengetahuan awal siswa diperoleh dari nilai ulangan akhir kimia semester 1. Adapun ringkasan data nilai prestasi belajar kimia siswa dan kemampuan berpikir analitis siswa dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Ringkasan Nilai Siswa Pendekatan

Sistemik

Pendekatan Pengorganisasian Konsep

Pengetahuan Awal

Terendah 80 80

Tertinggi 88 83

Rata-rata 82 82

Prestasi Belajar

Terendah 67 57

Tertinggi 97 87

Rata-rata 84 72

Kemampuan Berpikir Analitis

Terendah 39 38

Tertinggi 72 76


(57)

42 B. Analisis Data

1. Uji Hipotesis a. Mancova

Hasil analisis uji Mancova dapat dilihat pada Lampiran 13. dan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Uji Mancova

Effect Value F Error df Sig.

Pendekatan

Pillai’s Trace 0,020 0,603b 59,000 0,550 Wilks’ Lambda 0,980 0,603b 59,000 0,550 Hotelling’s

Trace 0,020 0,603

b

59,000 0,550 Roy’s Largest

Root 0,020 0,603

b

59,000 0,550

Berdasarkan Tabel 10. dapat dilihat bahwa diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,550. Hal ini menunjukkan nilai signifikansi dengan kriteria H0 di terima jika

signifikansi > 0,05, bahwa tidak terdapat perbedaan pada kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep.

b. Uji Korelasi Pearson

Hasil uji korelasi Pearson dapat dilihat pada Lampiran 14. dan secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Hasil Uji Korelasi Pearson

Correlations

Nilai Kemampuan Berpikir Analitis


(58)

43

Berdasarkan Tabel 11. dapat dilihat bahwa nilai signifikansi 0,848, sehingga H0 diterima artinya bahwa tidak ada hubungan positif kemampuan

berpikir analitis terhadap prestasi belajar kimia siswa dalam pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep. Kemampuan berpikir analitis siswa yang masih rendah tidak berpengaruh terhadap nilai prestasi belajar kimia siswa. Nilai prestasi belajar kimia siswa lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kemampuan berpikir analitis siswa yang masih rendah baik pada kelas pendekatan sistemik maupun kelas pendekatan pengorganisasian konsep.

C. Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain penelitian

quasi eksperiment. Pada penelitian ini terdapat dua kelas, yaitu kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 sebanyak 64 peserta didik, menggunakan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep. Penelitian ini mencakup materi pokok asam basa.

1. Pelaksanaan Pembelajaran

a. Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Pendekatan Sistemik

Pembelajaran dengan pendekatan sistemik dilaksanakan di kelas XI IPA 1 berjumlah 32 siswa. Pelaksanaan pembelajaran kimia dilakukan sebanyak 10 kali pertemuan. Pertemuan ke-9 dan ke-10 digunakan untuk evaluasi, yakni pada pertemuan ke-9 dilaksanakan untuk evaluasi kemampuan berpikir analitis siswa dan pertemuan ke-10 dilaksanakan untuk evaluasi prestasi belajar kimia siswa.


(59)

44

Lima kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit dan tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 1 x 45 menit. Pada saat pembelajarannya menggunakan diagram siklik yang menunjukkan keterkaitan konsep Asam-Basa dengan konsep kimia yang lainnya dan telah dipelajari siswa. Sebelum pembelajaran dimulai, terlebih dahulu dijelaskan secara singkat mengenai penggunaan pendekatan sistemik selama proses pembelajaran. Materi yang diajarkan meliputi 1 Kompetensi Dasar, yaitu teori asam-basa, konsep pH, kekuatan asam-basa, dan indikator asam-basa. Pertemuan ke-1 dan ke-2 membahas materi teori asam basa. Pertemuan ke-3 dan ke-4 membahas materi konsep pH. Pertemuan ke-5 dan ke-6 membahas materi kekuatan asam basa. Pertemuan ke-7 dan ke-8 membahas materi indikator asam basa.

Pertemuan ke-1, ke-3, dan ke-5 pembelajaran yang dilakukan yakni pemberian materi kepada siswa. Pada awal pembelajaran guru menampilkan diagram siklik mengenai teori asam-basa dan beberapa materi yang berhubungan dengan materi tersebut. Kemudian, menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari sampai dengan evaluasi. Guru memberikan beberapa pertanyaan agar siswa dapat mengaitkan konsep-konsep yang disajikan dalam diagram siklik tersebut. Namun, siswa masih terlihat bingung dalam menerima pelajaran, hal ini dikarenakan penggunaan diagram siklik dalam pembelajaran merupakan hal baru bagi siswa. Selain itu, banyak siswa yang tidak mengingat konsep-konsep yang sudah mereka pelajari sebelumnya, sehingga siswa membutuhkan waktu yang lama untuk memahami diagram siklik.


(60)

45

Setelah penjelasan materi selesai, siswa diberikan beberapa soal untuk latihan. Latihan tersebut digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang telah dipelajari. Latihan tersebut dilakukan secara berkelompok. Setelah selesai mengerjakan latihan siswa diminta mengerjakan di depan kelas untuk selanjutnya dibahas bersama-sama.

Keaktifan siswa selama pembelajaran masih kurang. Konsentrasi siswa juga masih kurang, karena merasa tidak memahami materi yang diajarkan sehingga malas untuk memperhatikan. Namun, pada pertemuan-pertemuan berikutnya siswa mulai bisa menerima pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik. Siswa mulai bisa memahami hubungan antar konsep yang disajikan pada diagram siklik. Siswa juga mulai aktif dalam pembelajaran, baik bertanya maupun aktif mengerjakan soal latihan didepan kelas.

Pada pertemuan ke-2, ke-4 dan ke-8 guru memberikan lembar kerja siswa (LKS) kepada siswa berupa diagram siklik dan latihan soal. Siswa berdiskusi secara berkelompok untuk menyelesaikan latihan soal yang terdapat dalam LKS. Satu kelompok terdiri dari 4 siswa. Siswa diarahkan untuk menghubungkan konsep-konsep yang berkaitan dengan teori asam-basa yang ada pada diagram siklik. Latihan soal yang diberikan mengacu pada diagram siklik yang disajikan. Guru memberikan kesempatan siswa untuk mencari jawaban sendiri menggunakan semua jenis sumber informasi yang dapat diakses oleh siswa, kemudian setelah siswa selesai guru dan siswa bersama-sama membahas soal tersebut.


(61)

46

Berdasarkan observasi pada pertemuan ke-2 saat mengerjakan LKS siswa masih kesulitan dalam memecahkan masalah dalam soal berbasis sistemik. Siswa kebingungan untuk memahami maksud dari soal yang diberikan. Selain itu, siswa perlu dijelaskan berulang mengenai hubungan diagram siklik dengan latihan soal yang diberikan. Kesulitan siswa tersebut juga ditunjukkan dari jawaban yang diberikan siswa tidak menjelaskan jawaban secara jelas dan rinci. Pada pertemuan ke-4 dan ke-8 siswa mengalami peningkatan dalam mengaitkan diagram siklik yang disajikan. Siswa mulai memahami hubungan antara diagram siklik yang disajikan dengan soal yang harus mereka selesaikan.

Pada pertemuan ke-6 dan ke-7 siswa diminta untuk membuat diagram siklik. Pada pertemuan ke-6 siswa mulai membuat diagram siklik untuk materi kekuatan asam basa. Siswa diberikan LKS yang berisi keterkaitan kekuatan asam-basa dengan konsep lain. Guru memberikan kesempatan siswa untuk mencari konsep lain yang mungkin belum dicantumkan menggunakan semua jenis sumber informasi yang dapat diakses oleh siswa. Siswa masih mengalami kesulitan dalam mengaitkan satu konsep dengan konsep yang lainnya. Guru meminta siswa untuk memberikan penjelasan mengenai diagram siklik yang mereka buat, serta keterkaitan konsep satu sama lain. Pada pertemuan ke-7 siswa membuat diagram siklik untuk konsep indikator asam-basa. Siswa membuat diagram siklik berdasarkan pengetahuan mereka sendiri. Guru tidak memberikan materi keterkaitan konsep indikator asam-basa dengan konsep lain terlebih dahulu. Siswa kesulitan menemukan konsep yang berkaitan dengan konsep


(62)

47

indikator asam-basa. Namun, siswa mampu menyelesaikan diagram siklik tersebut walaupun membutuhkan waktu yang lebih lama.

Berdasarkan observasi siswa mengikuti pembelajaran dengan pendekatan sistemik penuh perhatian. Siswa juga aktif saat proses pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat bahwa peserta didik sering bahkan selalu merespon arahan dari guru dan bertanya secara mandiri pada keseluruhan pembelajaran. Kemampuan siswa dalam mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya mengalami peningkatan, walaupun siswa masih mengalami kesulitan menemukan konsep-konsep yang saling terkait.

b. Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas Pendekatan Pengorganisasian Konsep

Pembelajaran dengan pendekatan pengorganisasian konsep dilaksanakan di kelas XI IPA 2 berjumlah 32 siswa. Pelaksanaan pembelajaran kimia dilakukan sebanyak 10 kali pertemuan. Pertemuan ke-9 dan ke-10 digunakan untuk evaluasi, yakni pada pertemuan ke-9 dilaksanakan untuk evaluasi kemampuan berpikir analitis siswa dan pertemuan ke-10 dilaksanakan untuk evaluasi prestasi belajar kimia siswa. Lima kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 45 menit dan tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 1 x 45 menit. Pada saat pembelajarannya menggunakan peta konsep. Peta konsep yang digunakan menjabarkan suatu konsep yang umum menjadi konsep yang khusus. Sebelum pembelajaran dimulai, terlebih dahulu dijelaskan secara singkat mengenai penggunaan pendekatan pengorganisasian konsep selama proses pembelajaran.


(63)

48

Materi yang diajarkan meliputi 1 kompetensi dasar, yaitu teori asam-basa, konsep pH, kekuatan asam-basa, dan indikator asam-basa.

Pada awal pembelajaran guru menampilkan peta konsep mengenai teori asam-basa, konsep secara umum ke konsep yang khusus. Kemudian, guru menjelaskan secara singkat materi yang akan dipelajari sampai dengan evaluasi. Guru memberikan beberapa pertanyaan agar siswa dapat menjabarkan konsep-konsep pada peta konsep-konsep yang disajikan. Namun, siswa masih terlihat bingung dalam memahami konsep-konsep yang diberikan, hal ini dikarenakan penggunaan peta konsep dalam pembelajaran merupakan hal baru bagi siswa. Selain itu, siswa banyak yang kurang memahami hubungan konsep-konsep tesebut.

Setelah penjelasan materi selesai, siswa diberikan beberapa soal untuk latihan. Latihan tersebut digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang telah dipelajari. Latihan tersebut dilakukan secara berkelompok. Setelah selesai mengerjakan latihan siswa diminta mengerjakan di depan kelas untuk selanjutnya dibahas bersama-sama.

Pertemuan ke-1, ke-3, dan ke-5 pembelajaran yang dilakukan yakni pemberian materi kepada siswa. Pertemuan ke-1 membahas materi teori asam basa. Pertemuan ke-3 membahas materi konsep pH. Pertemuan ke-5 membahas materi kekuatan asam basa. Pada pertemuan ke-1 keaktifan siswa selama pembelajaran masih kurang dan konsentrasi siswa juga masih kurang. Ketika siswa tidak memahami satu konsep yang diberikan mereka cenderung memilih untuk tidak memperhatikan penjelasan selanjutnya karena beranggapan konsep


(64)

49

selanjutnya akan lebih sulit. Namun, pada pertemuan-pertemuan berikutnya siswa mulai bisa menerima pembelajaran menggunakan pendekatan pengorganisasian konsep. Selain itu, konsentrasi siswa selama pembelajaran semakin tinggi, hal ini terlihat dari siswa yang mulai bisa memahami hubungan antar konsep pada peta konsep dan siswa juga mulai aktif dalam pembelajaran, baik bertanya maupun aktif mengerjakan soal latihan didepan kelas.

Pada pertemuan ke-2 guru memberikan lembar kerja siswa (LKS) kepada siswa berupa hubungan antar konsep secara linier dan latihan soal. Siswa berdiskusi secara berkelompok untuk menyelesaikan latihan soal yang terdapat dalam LKS. Satu kelompok terdiri dari 4 siswa. Latihan soal yang diberikan memiliki hubungan satu sama lain secara linier, walaupun tidak disajikan dalam bentuk peta konsep. Guru memberikan kesempatan siswa untuk mencari jawaban sendiri menggunakan semua jenis sumber informasi yang dapat diakses oleh siswa, kemudian setelah siswa selesai guru dan siswa bersama-sama membahas soal tersebut.

Berdasarkan observasi pada pertemuan ke-2 LKS siswa masih kesulitan dalam memecahkan masalah dalam soal. Siswa kebingungan untuk memahami maksud dari soal yang diberikan. Kesulitan siswa tersebut juga ditunjukkan dari jawaban yang diberikan siswa tidak menjelaskan jawaban secara jelas dan rinci. Namun, dengan penjelasan yang diberikan lebih detail siswa mampu memahami setiap konsep serta penjabaran dari konsep tersebut.

Pada pertemuan ke-4, ke-6 dan ke-7 siswa diminta untuk membuat peta konsep. Pada pertemuan ke-4 siswa mulai membuat peta konsep untuk materi


(65)

50

konsep pH. Siswa diminta berdiskusi dalam membuat peta konsep. Siswa membuat peta konsep dari materi yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya. Pada pertemuan ke-6 siswa membuat peta konsep untuk materi kekuatan asam basa. Guru memberikan kesempatan siswa untuk mencari konsep lain yang mungkin belum dicantumkan menggunakan semua jenis sumber informasi yang dapat diakses oleh siswa. Guru meminta siswa untuk memberikan penjelasan mengenai peta konsep yang mereka buat, serta keterkaitan konsep satu sama lain secara linier. Pada pertemuan ke-7 siswa membuat peta konsep untuk konsep indikator asam-basa. Siswa membuat peta konsep berdasarkan pengetahuan mereka sendiri. Guru tidak memberikan materi keterkaitan konsep indikator asam-basa secara linier terlebih dahulu. Siswa mampu menyelesaikan peta konsep tersebut walaupun membutuhkan waktu yang lebih lama.

Pada pertemuan ke-8, guru memberikan latihan soal kepada siswa untuk memperdalam pemahaman siswa tentang materi indikator asam-basa. Saat mengerjakan latihan soal siswa tidak begitu mengalami kesulitan. Hal ini terlihat dari waktu yang dibutuhkan siswa untuk menyelesaikan latihan tidak terlalu lama. Selain itu, hasil pekerjaan mereka hanya terdapat sedikit jawaban yang kurang tepat.

Berdasarkan observasi, siswa aktif saat proses pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat bahwa peserta didik sering merespon arahan dari guru dan bertanya secara mandiri pada keseluruhan pembelajaran. Kemampuan siswa dalam mengaitkan satu konsep secara linier cukup meningkat, walaupun siswa masih megalami kesulitan menemukan konsep-konsep yang saling terkait. Sampai akhir


(66)

51

pertemuan kondisi kelas saat diskusi masih kurang kondusif, karena siswa masih berjalan-jalan ke kelompok lain dan tidak berdiskusi dengan kelompoknya.

2. Perbandingan Penerapan Pendekatan Sistemik dan Pendekatan Pengorganisasian Konsep Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Analitis dan Prestasi Belajar Kimia Siswa

Berdasarkan hasil analisis uji Mancova bahwa tidak terdapat perbedaan pada kemampuan berpikir analitis dan prestasi belajar kimia siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep. Ringkasan hasil uji Mancova dapat dilihat pada Tabel 10. Pendekatan sistemik dan pendekatan pengorganisasian konsep mengacu pada teori belajar konstruktivistik Ausubel, yaitu meaningful learning¸ sehingga siswa dapat memiliki tingkat pemikiran lebih tinggi dalam memahami suatu konsep (high order thinking level).

Berdasarkan penelitian (Al-bashaireh, 2011) penggunaan pendekatan sistemik dapat menunjukkan submateri lebih mudah dan jelas, sehingga peserta didik memahami tiap bagian secara jelas dan menghubungkan konsep satu dengan yang lain. Penggunaan diagram siklik dalam pembelajaran dapat membantu siswa menghubungkan konsep-konsep yang telah mereka pelajari dengan materi yang sedang dipelajari. Pada berbagai publikasi telah menyatakan bahwa pendekatan sistemik dalam pembelajaran, membahas masalah apapun dimulai dengan diagram siklik, yang didasarkan pada pengetahuan sebelumnya yang didapat oleh peserta didik (Nazir & Naqvi, 2012).


(1)

208

Lampiran 13. Hasil Output Uji Mancova

Multivariate Testsa

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.

Intercept

Pillai's Trace ,035 1,059b 2,000 59,000 ,353

Wilks' Lambda ,965 1,059b 2,000 59,000 ,353

Hotelling's Trace ,036 1,059b 2,000 59,000 ,353

Roy's Largest Root ,036 1,059b 2,000 59,000 ,353

Pendekatan

Pillai's Trace ,020 ,603b 2,000 59,000 ,550 Wilks' Lambda ,980 ,603b 2,000 59,000 ,550 Hotelling's Trace ,020 ,603b 2,000 59,000 ,550 Roy's Largest Root ,020 ,603b 2,000 59,000 ,550

Nilai_Pengetahuan_Awal

Pillai's Trace ,028 ,857b 2,000 59,000 ,430 Wilks' Lambda ,972 ,857b 2,000 59,000 ,430 Hotelling's Trace ,029 ,857b 2,000 59,000 ,430 Roy's Largest Root ,029 ,857b 2,000 59,000 ,430

Pendekatan *

Nilai_Pengetahuan_Awal

Pillai's Trace ,021 ,618b 2,000 59,000 ,543

Wilks' Lambda ,979 ,618b 2,000 59,000 ,543

Hotelling's Trace ,021 ,618b 2,000 59,000 ,543

Roy's Largest Root ,021 ,618b 2,000 59,000 ,543

a. Design: Intercept + Pendekatan + Nilai_Pengetahuan_Awal + Pendekatan * Nilai_Pengetahuan_Awal b. Exact statistic


(2)

209

Tests of Between-Subjects Effects

Source Dependent Variable Type III Sum

of Squares

df Mean Square

F Sig. Partial Eta Squared

Corrected Model

NIlai_Prestasi_Belajar 2140,477a

3 713,492 12,425 ,000 ,383 Nilai_Kemampuan_Analitis 149,547b

3 49,849 ,799 ,500 ,038

Intercept NIlai_Prestasi_Belajar 108,885 1 108,885 1,896 ,174 ,031

Nilai_Kemampuan_Analitis 8,636 1 8,636 ,138 ,711 ,002

Pendekatan NIlai_Prestasi_Belajar ,288 1 ,288 ,005 ,944 ,000

Nilai_Kemampuan_Analitis 76,529 1 76,529 1,226 ,273 ,020 Nilai_Pengetahuan_Awal NIlai_Prestasi_Belajar 1,251 1 1,251 ,022 ,883 ,000 Nilai_Kemampuan_Analitis 104,061 1 104,061 1,667 ,202 ,027 Pendekatan *

Nilai_Pengetahuan_Awal

NIlai_Prestasi_Belajar ,022 1 ,022 ,000 ,984 ,000

Nilai_Kemampuan_Analitis 77,367 1 77,367 1,239 ,270 ,020

Error NIlai_Prestasi_Belajar 3445,460 60 57,424

Nilai_Kemampuan_Analitis 3745,312 60 62,422

Total NIlai_Prestasi_Belajar 395274,000 64

Nilai_Kemampuan_Analitis 241673,000 64 Corrected Total

NIlai_Prestasi_Belajar 5585,937 63 Nilai_Kemampuan_Analitis 3894,859 63 a. R Squared = ,383 (Adjusted R Squared = ,352)


(3)

210

Lampiran 14. Hasil Output Uji Korelasi Pearson

Correlations

NIlai_Prestasi_ Belajar

Nilai_Kemampu an_Analitis

NIlai_Prestasi_Belajar

Pearson Correlation 1 ,024

Sig. (2-tailed) ,848

N 64 64

Nilai_Kemampuan_Analitis

Pearson Correlation ,024 1

Sig. (2-tailed) ,848


(4)

211


(5)

212


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25