PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS X MELALUI AKTIVITAS AESOP’S BERBANTUAN GUIDANCE WORKSHEET

(1)

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DAN

SIKAP ILMIAH SISWA KELAS X MELALUI AKTIVITAS

AESOP

’S BE

RBANTUAN GUIDANCE WORKSHEET

Skripsi

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

oleh

Ragil Meita Alfathy 4201411141

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015


(2)

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi berjudul “Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X melalui Aktivitas Aesop’s Berbantuan Guidance Worksheet” bena -benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan atau hasil karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 17 Juni 2015

Ragil Meita Alfathy 4201411141

r


(4)

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

1. Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak (Aldus Huxley).

2. Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik (Evelyn Underhill). 3. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya

sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al Insyirah 94:5-6).

PERSEMBAHAN:

Skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Ibunda, Ayahanda, Kakak dan Abang. 2. Budiono, S.Si.

3. Almamater.


(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X melalui Aktivitas Aesop’s Berbantuan Guidance Worksheet”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menyelesaikan studi di UNNES.

2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian.

3. Ketua Jurusan Fisika yang telah memberikan kelancaran dalam penyusunan skripsi.

4. Drs. Hadi Susanto, M.Si., Dosen pembimbing I yang penuh kesabaran dalam membimbing, memberikan arahan, motivasi dan nasehat yang luar biasa dalam penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Putut Marwoto, M.S., Dosen pembimbing II yang penuh kesabaran dalam membimbing, memberikan arahan, motivasi dan nasehat yang luar biasa dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Ibu dosen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah membagi ilmu dan pengalaman.


(7)

7. Drs. H. Mohamad Alwi, M.Pd.I., Kepala MAN 1 Purwokerto yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di MAN 1 Purwokerto.

8. Sulis Marsudi, S.Pd., Guru Fisika MAN 1 Purwokerto yang telah berkenan membantu dan bekerjasama dalam melaksanakan penelitian.

9. Ibunda Ani Endaryati, Ayahanda Zaenal Abidin, Kak Dian Wulandari A.F., Bang Galih Nurul Islami dan keluarga besar yang tiada henti-hentinya memberikan doa, dukungan baik moril maupun materil serta kasih sayang yang tak ternilai harganya.

10. Budiono, S.Si., yang tiada henti-hentinya memberikan semangat serta dukungan yang nyata kepada penulis.

11. Sahabatku Riska Lebdiana, S.Pd., Ajeng Dian Pertiwi, Nila Listyani Utami, Yosana Pranti Sayekti, Iis Kurningsih, yang telah menemaniku dalam suka dan duka, berbagi ilmu, memberikan dukungan serta semangat selama menjadi mahasiswa UNNES.

12. Saudara-saudari seperjuangan KKN UNNES Desa Keniten Kec. Pecalungan Kab. Batang ’11 Elva, Aul, Marjinal, Tril, Adul, Arif, Iqro, teman-teman Sejuk kost dan Lumintu Kost terima kasih atas dukungan dan semangatnya. 13. Teman-teman Fisika FMIPA UNNES angkatan 2011 terima kasih atas

kebersamaannya dalam suka maupun duka, berbagi ilmu dan saling mendukung.

14. Semua pihak yang telah berkenan membantu penulis selama penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(8)

Kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.

Semarang, Juni 2015 Penulis


(9)

ABSTRAK

Alfathy, Ragil Meita. 2015. “Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X melalui Aktivitas Aesop’s Berbantuan Guidance

Worksheet”. Skripsi. Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Drs. Hadi Susanto, M.Si. dan Dr. Putut Marwoto, M.S.

Kata kunci: Aktivitas Aesop’s, Guidance Worksheet, Sikap Ilmiah, Pemahaman Konsep Fisika.

Salah satu tujuan pembelajaran sains adalah mengembangkan seluruh potensi dan memperoleh pengalaman yang bermanfaat bagi siswa dalam penerapan metode ilmiah. Tujuan ini akan tercapai bila didukung oleh suatu pendekatan pembelajaran yang tepat. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan yaitu pendekatan Aktivitas Aesop’s berbantuan media pembelajaran Guidance Worksheet yang meliputi keterampilan berpikir berbasis observasi, hipotesis-deduktif, analisis data, dan inkuiri terbimbing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan pemahaman konsep Fisika materi kalor dan konservasi energi, sikap ilmiah siswa, dan tanggapan siswa MAN 1 Purwokerto dengan penerapan Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet. Populasi penelitian ini adalah kelas X semester genap MAN 1 Purwokerto. Teknik sampling yang digunakan yaitu cluster random sampling dan diperoleh sampel penelitian kelas X-4 sebagai kelompok eksperimen dan kelas X- 2 sebagai kelompok kontrol. Desain penelitian yang digunakan yaitu pretest and postest group design. Hasil uji perbedaan dua rata-rata data postes diperoleh thitung

(2,3230) > ttabel (1,99) yang berarti rata-rata kelas eksperimen lebih baik dari

kontrol. Hasil uji N-gain pemahaman konsep diperoleh rata-rata N-gain kelompok eksperimen sebesar 0,73 dan kelompok kontrol sebesar 0,60. Hasil uji N-gain setiap aspek sikap ilmiah diperoleh rerata N-gain kelompok eksperimen sebesar 0,45 dan kelompok kontrol sebesar 0,31. Hal ini menunjukkan rata-rata sikap ilmiah awal dan akhir kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendekatan Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet dapat meningkatkan pemahaman konsep Fisika dan sikap ilmiah siswa kelas X MAN 1 Purwokerto. Kemudian dari hasil angket diketahui respon siswa terhadap pembelajaran Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet tinggi, yaitu sebesar 92,5%.


(10)

Alfathy, Ragil Meita. 2015. “Improvement of Conceptual Physics Comprehension and Scientific Attitude of 10th Grade Students by Aesop’s Activity Assisted by Guidance Worksheet”. Script. Department of Physics Faculty of Mathematic and Natural Science Universitas Negeri Semarang. Drs. Hadi Susanto, M.Si. and Dr. Putut Marwoto, M.S.

Keywords: Aesop’s activity, guidance worksheet, scientific attitude,

comprehension of physics concept.

One of the goals of scientific lesson is to develop all of students potential besides to get useful experiences to apply scientific methods. This goal will be reached if supported by some pleasure and optimal learning approach using proper learning media. One of proper learning approach can used is Aesop’s Activity assisted by Guidance Worksheet which includes thinking skills-based observation, hypothesis-deductive, data analysis, and guided inquiry. This research aim to knowing the improvement of comprehension of physics concept about Heat and Energy Conservation, to knowing the improvement scientific attitude, and students of MAN 1 Purwokerto responses by Aesop’s Activity assisted by Guidance Worksheet. Populations of this research are second semester class of 10th grade student in MAN 1 Purwokerto. The sampling technique that used is Cluster Random Sampling. It gets class of X-4 used to an experiment group and class of X-2 as a control group. Design of this research is pretest and posttest group. The result of two different test averages of posttest data is tcalculated (2.3230)

> ttable (1.99) that means average value of experiment group is better than control

group. The result of N-gain test in comprehension concept shows N-gain value of experiment and control group are 0.73 and 0.60. The result for each aspect of scientific attitude shows average N-gain of experiment group is 0.45 and 0.31 for control group. It shows average of scientific attitude before and after treatment of experiment group is better than control group. Based on this result, Aesop’s activity assisted by Guidance Worksheet can improve comprehension of physics concept and scientific attitude of 10th grade student in MAN 1 Purwokerto. Furthermore, questionnaire shows high positive response of student in Aesop’s activity assisted by Guidance Worksheet learning, which is 92.5%.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul... i

Pernyataan Keaslian Tulisan ... iii

Pengesahan ... iv

Motto dan Persembahan ... v

Prakata... vi

Abstrak ... ix

Daftar Isi... xi

Daftar Tabel ... xv

Daftar Gambar... xvii

Daftar lampiran ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Fokus Penelitian... 3

1.3 Rumusan Masalah... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.5.1 Manfaat Teoritis... 5

1.5.2 Manfaat Praktis ... 6

1.6 Penegasan Istilah ... 7

1.6.1 Pemahaman Konsep... 7

1.6.2 Sikap Ilmiah ... 7

1.6.3 Aktivitas Aesop’s... 8

1.6.4 Guidance Worksheet ... 8

1.6.5 Materi Kalor... 8

1.7 Sistematika Penulisan ... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 10


(12)

2.1.1 Pemahaman Konsep... 10

2.1.2 Sikap Ilmiah ... 11

2.1.3 Aktivitas Aesop’s Berbantuan Guidance Worksheet ... 15

2.1.4 Materi Kalor... 19

2.1.4.1 Pengaruh Kalor terhadap Perubahan Suhu Benda ... 19

2.1.4.2 Pengaruh Perubahan Suhu Benda terhadap Ukuran Benda ... 20

2.1.4.3 Pengaruh Kalor terhadap Perubahan Wujud Benda ... 24

2.1.4.4 Asas Black ... 25

2.1.4.5 Perpindahan Kalor ... 25

2.2 Penelitian Terkait ... 28

2.3 Kerangka Berpikir ... 28

2.4 Hipotesis ... 29

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian ... 31

3.2 Subjek Penelitian ... 31

3.2.1 Populasi ... 31

3.2.2 Sampel ... 32

3.3 Variabel Penelitian... 32

3.4 Desain Penelitian ... 33

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.5.1 Dokumentasi ... 35

3.5.2 Tes... 35

3.5.3 Pengamatan ... 35

3.5.4 Wawancara... 35

3.5.5 Angket... 35

3.6 Prosedur Penelitian ... 36

3.6.1 Tahap Persiapan ... 37

3.6.2 Tahap Uji Coba ... 37

3.6.3 Tahap Pelaksanaan Penelitian... 37


(13)

3.6.3.1 Kelompok Eksperimen ... 38

3.6.3.2 Kelompok Kontrol ... 38

3.7 Instrumen Penelitian ... 39

3.7.1 Instrumen Soal Tes ... 39

3.7.1.1 Validitas Butir Soal... 40

3.7.1.2 Reliabilitas Item ... 41

3.7.1.3 Daya Pembeda ... 42

3.7.1.4 Uji Taraf Kesukaran ... 44

3.7.2 Instrumen Non Tes... 45

3.7.2.1 Lembar Pengamatan ... 45

3.7.2.2 Lembar Angket ... 46

3.8 Analisis Data Tahap Awal ... 49

3.8.1 Uji Normalitas Data ... 50

3.8.2 Uji Kesamaan Varians (Homogenitas) ... 51

3.8.3 Uji Anava ... 52

3.9 Analisis Data Akhir ... 53

3.9.1 Analisis Data Tes (Pretes dan Postes)... 53

3.9.1.1 Uji Normalitas ... 53

3.9.1.2 Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas) ... 54

3.9.1.3 Uji Hipotesis ... 54

3.9.2 Analisis Data Non Tes (Sikap Ilmiah) ... 58

3.9.2.1 Uji Normalized Gain ... 58

3.9.2.2 Uji Paired Sample... 58

3.9.2.3 Analisis Deskriptif ... 59

3.9.3 Analisis Angket Tanggapan Siswa ... 60

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 61

4.1.1 Hasil Penelitian Pemahaman Konsep ... 61

4.1.1.1 Uji Normalitas ... 62

4.1.1.2 Uji Kesamaan Dua Varians ... 62


(14)

4.1.1.3 Uji Hipotesis ... 63

4.1.2 Hasil Penelitian Sikap Ilmiah ... 65

4.1.2.1 Uji Normalized Gain ... 65

4.1.2.2 Uji Paired Sample... 67

4.1.2.3 Analisis Deskriptif Sikap Ilmiah ... 68

4.1.3 Hasil Penelitian Data Angket Tanggapan Siswa ... 69

4.2 Pembahasan ... 71

4.2.1 Penerapan Aktivitas Aesop’s Berbantuan Guidance 4.2.2 Worksheet terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa.... Penerapan Aktivitas Aesop’s Berbantuan Guidance 71 Worksheet terhadap Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa ... 75

4.2.3 Hasil Angket Tanggapan Siswa ... 81

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 85

5.2 Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 87

LAMPIRAN ... 90


(15)

Tabel

DAFTAR TABEL

Halaman 2.1 Struktur Dimensi Proses Kognitif dalam Revisi Taksonomi

Bloom ………. 11

2.2 Pengelompokan Sikap Ilmiah Siswa ……….. 13

2.3 Dimensi dan Indikator Sikap Ilmiah menurut Harlen W ……... 14

3.1 Populasi Penelitian ………. 31

3.2 Desain penelitian Pretes-Postes Control Group Design ……… 34

3.3 Jenis data, Aspek yang dinilai, Metode dan Instrumen Penelitian ……… 36

3.4 Kegiatan Pembelajaran Kelompok Eksperimen ………. 38

3.5 Kegiatan Pembelajaran Kelompok Kontrol ………... 38

3.6 Kisi-kisi Instrumen Soal Uji Coba ………. 39

3.7 Kriteria Penetapan Reliabilitas ………... 41

3.8 Kriteria daya pembeda soal ……… 43

3.9 3.10 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba ……… Kriteria indeks kesukaran ………... 43 44 3.11 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba ………… 45

3.12 3.13 Dimensi dan Indikator Sikap Ilmiah yang Dinilai ………. Data Nilai UH Alat Optik Kelas X MAN 1 Purwokerto ……… 46 50 3.14 Hasil Uji Normalitas Populasi ……… 51

3.15 Hasil Uji Homogenitas Populasi ……… 52

3.16 Hasil Uji Kesamaan Keadaan Awal Populasi (Uji Anava) ... 53

3.17 Kriteria Penilaian Faktor Gain ………... 57

3.18 Interval Nilai Sikap ilmiah ………. 60

4.1 Nilai Pretes dan Postes Pemahaman Konsep ………. 61

4.2 Hasil Uji Normalitas Data Pretes dan Postes ………. 62

4.3 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretes dan Postes ……. 62

4.4 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata ……… 63

4.5 Hasil Uji Normalized Gain Rerata Nilai Pretes dan Postes …... 64


(16)

4.6 Hasil Uji Paired Sampel Test Pretes-Postes Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………... 65 4.7 Skor Sikap Ilmiah Awal dan Akhir pada Kelompok Kontrol dan

Eksperimen ……….. 66 4.8 Hasil Uji Paired Sampel Test Rata-rata Sikap Ilmiah Awal dan

Akhir Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……….. 67 4.9 Analisis Deskriptif Nilai Sikap Ilmiah Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ………... 68


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Pemuaian panjang ……….. 20

2.2 Pemuaian Luas ………... 21

2.3 Pemuaian volume ………... 23

2.4 Diagram kerangka berpikir ………. 29

4.1 Hasil Uji Normalized Gain Rerata Nilai Pretes dan Posttes ….. 64

4.2 Nilai N-gain Kelompok eksperimen dan kelompok control ….. 67

4.3 Persentase Sikap Ilmiah Kelompok Eksperimen (K-E) dan Kelompok Kontrol (K-K) ………... 69

4.4 Persentase Persebaran Tanggapan Siswa ………... 70


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Silabus Kelompok Eksperimen...………. 90

2 Silabus Kelompok Kontrol……….. 92

3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen... 94

4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol…………. 103

5 LDS Kelompok Kontrol ……….. 112

6 Kisi-kisi dan Rubrik Lembar Pengamatan Sikap Ilmiah… ………. 114

7 Kisi-kisi dan Rubrik Angket Sikap Ilmiah ………. 119

8 Angket Sikap Ilmiah ………... 124

9 Angket Tanggapan Siswa ………... 126

10 Kisi-kisi Soal Uji Coba Pemahaman Konsep...……… 127

11 Soal Uji Coba Pemahaman Konsep ………... 128

12 Kunci Jawaban dan Penilaian Soal Uji Coba ……..……… 136

13 Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran, dan Daya Pembeda Soal Uji Coba ………... 139

14 Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Sikap Ilmiah …………... 141

15 Soal Pretes dan Postes ………. 143

16 Data Nilai UH Alat Optik Populasi….. ………... 149

17 Uji Normalitas Kelas X2 ………. 150

18 Uji Normalitas Kelas X3 ………. 151

19 Uji Normalitas Kelas X4 ………. 152

20 Uji Homogenitas Populasi ………... 153

21 Uji Anava Populasi ……….. 154

22 Data Nilai Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .. 155

23 Uji Normalitas Data Pretes Kelompok Eksperimen ……… 156

24 Uji Normalitas Data Pretes Kelompok Kontrol ………... 157

25 Uji Kesamaan Dua Varians Data Pretes ……….. 158

26 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretes ……… 159

27 Data Nilai Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.. 160


(19)

28 Uji Normalitas Data Postes Kelompok Eksperimen ………... 161

29 Uji Normalitas Data Pretes Kelompok Kontrol ………... 162

30 Uji Kesamaan Dua Varians Data Postes ……….. 163

31 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Postes ………... 164

32 Uji N-Gain Pemahaman Konsep ………. 165

33 Uji Paired Sampel Peningkatan Rata-rata Pemahaman Konsep…. 166 34 Rekap Nilai Sikap Ilmiah Awal Kelompok Kontrol…...……... 169

35 Rekap Nilai Sikap Ilmiah Akhir Kelompok Kontrol…....………… 170

36 Rekap Nilai Sikap Ilmiah Awal Kelompok Eksperimen...………... 171

37 Rekap Nilai Sikap Ilmiah Akhir Kelompok Eksperimen..………... 172

38 Uji N-Gain Tiap Aspek Sikap Ilmiah Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ….……….. 173

39 Uji Paired Sampel Peningkatan Rata-rata Sikap Ilmiah Kelompok Eksperimen ………... 174

40 Data Angket Tanggapan Siswa ………... 177

41 Dokumentasi Penelitian...………. 178 42 Guidance Worksheet (dicetak terpisah)………


(20)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran sains di sekolah menengah saat ini cenderung monoton dengan aktivitas sains yang rendah, guru cenderung berceramah atau menjelaskan sementara siswa hanya mendengarkan dan mencatat. Menurut Bruner proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang di jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2012: 41).

Basar (2004: 57) menyatakan pengajar fisika di sekolah lebih sering membahas teori dari buku pegangan yang digunakan, kemudian memberikan rumus-rumusnya dan dilanjutkan dengan memberikan contoh soal. Akibatnya ilmu fisika tereduksi menjadi bacaan dan siswa hanya dapat membayangkannya. Jika fenomena fisika yang sedang dibahas dialami sendiri oleh siswa, maka siswa akan lebih mudah merekonstruksinya kembali menjadi pemahaman yang lebih baik.

Menurut Simanjuntak (2012: 55), salah satu tujuan siswa mempelajari fisika adalah untuk mengembangkan pemahaman konsep fisika sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai bekal untuk melanjutkan studi pada jenjang selanjutnya.


(21)

2

Pernyataan ini mengandung makna bahwa selain untuk kepentingan penerapan dalam kehidupan sehari-hari dan untuk pengembangan teknologi, pemahaman konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika merupakan persyaratan keberhasilan belajar fisika dan meningkatnya minat siswa terhadap fisika.

Menurut Harso et al. (2012: 3), selain pemahaman konsep salah satu tujuan pembelajaran fisika ditingkat SMA/MA berdasarkan KTSP yang disempurnakan kembali dalam kurikulum 2013 adalah menumbuhkembangkan sikap ilmiah siswa.

Siswa yang memiliki sikap ilmiah yang tinggi akan memiliki kelancaran dalam berpikir sehingga akan termotivasi untuk selalu berprestasi dan memiliki komitmen yang kuat untuk mencapai keberhasilan dan keunggulan. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajarnya (Budiningsih, 2012: 34).

Hal ini dibuktikan oleh penelitian para ahli dalam jurnal Lee & Fen (2004: 484) bahwa sikap ilmiah sangat berhubungan dekat dengan hasil belajar dalam bidang sains. Hubungan signifikan ditemukan dengan rata-rata korelasi dari 0,16 hingga 0,70 antara sikap ilmiah terhadap sains dan hasil belajarnya.

Harso et al. (2014: 3) menjelaskan sikap ilmiah berguna pula dalam kehidupan bermasyarakat karena dapat membentuk pribadi manusia dalam melakukan pertimbangan yang rasional pada saat pengambilan suatu keputusan.

Salah satu pendekatan pembelajaran yang cocok untuk diterapkan yaitu Aktivitas Aesop’s yang dikembangkan oleh Rusbult (2000). Aktivitas Aesop’s


(22)

adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan mengkoordinasikan aktivitas dan metode yang terarah pada tujuan (goal directed). Pendekatan ini akan membantu siswa memperoleh pengalaman yang bermanfaat (useful experience) dan juga akan membantu siswa belajar dari pengalaman mereka serta mengingat lebih kuat apa yang telah mereka pelajari.

Dalam Aktivitas Aesop’s, siswa tidak hanya diajak untuk mempelajari sains, melainkan dibimbing dan dibiasakan sebagai saintis muda dengan menumbuhkembangkan sikap ilmiahnya selama proses pembelajaran berlangsung dan diharapkan siswa dapat menghubungkan sains yang sedang dipelajari dengan kejadian di lingkungan sekitar.

Menurut Sudarmin et al. (2012: 124), pendekatan pembelajaran dengan Aktivitas Aesop’s dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif yang ditunjang dengan media lembar kerja terbimbing (Guidance Worksheet). Maka dalam penelitian ini dikembangkan Guidance Worksheet yang dapat membimbing siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ilmiah.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti melakukan penelitian yang berjudul

Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X melalui Aktivitas Aesop’s Berbantuan Guidance Worksheet.

1.2 Fokus Penelitian

Penelitian ini menganalisis pemahaman konsep serta sikap ilmiah siswa kelas X melalui pembelajaran fisika dengan menggunakan Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet.


(23)

4

Untuk Menghindari meluasnya permasalahan dalam penelitian ini, fokus penelitian yang ingin dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:

(1) Objek atau sasaran dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MAN 1 Purwokerto.

(2) Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah materi kalor dan konservasi energi yang dibatasi pada standar kompetensi 4, menerapkan konsep kalor dan prinsip konservasi energi pada berbagai perubahan energi. Kompetensi dasar 4.1 Menganalisis pengaruh kalor terhadap suatu zat. Indikator: menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda, menganalisis pengaruh perubahan suhu benda terhadap ukuran benda (pemuaian) dan menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda. 4.2 Menganalisis cara perpindahan kalor. Indikator: Menganalisis perpindahan kalor dengan cara konduksi, konveksi dan radiasi.

(3) Pemahaman konsep yang akan diukur dalam penelitian ini hanya dibatasi pada dimensi proses kognitif dari revisi taksonomi Bloom yang terbagi dalam 6 jenjang C1-C6 yaitu: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, menilai, dan kreasi.

(4) Sikap ilmiah dalam penelitian ini meliputi sikap ingin tahu, respek terhadap data/fakta, penemuan dan kreativitas, berpikiran terbuka dan kerjasama, ketekunan, dan peka terhadap lingkungan sekitar.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(24)

(1) Apakah penerapan Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa kelas X MAN 1 Purwokerto? (2) Apakah penerapan Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet dapat

meningkatkan sikap ilmiah siswa kelas X MAN 1 Purwokerto?

(3) Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet yang diterapkan?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:

(1) Mengetahui peningkatan pemahaman konsep fisika siswa kelas X MAN 1 Purwokerto dengan penerapan Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet.

(2) Mengetahui peningkatan sikap ilmiah siswa kelas X MAN 1 Purwokerto dengan penerapan Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet.

(3) Mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet yang diterapkan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran terhadap upaya peningkatan pemahaman konsep dan sikap ilmiah siswa berdasarkan aktivitas siswa itu sendiri.


(25)

6

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi siswa

Proses pembelajaran dengan Aktivitas Aesop’s melatih siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan mengembangkan kemampuan belajar mandiri siswa. 2. Bagi peneliti

a) Memperoleh pelajaran dan pengalaman dalam melakukan penelitian terhadap pembelajaran fisika di sekolah.

b) Menambah pengalaman dalam melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengajar serta mengembangkan pembelajaran.

3. Bagi pendidik

Sebagai bahan referensi atau masukan tentang model pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengajar dalam rangka upaya peningkatan pemahaman konsep dan sikap ilmiah siswa khususnya pada materi kalor dan konservasi energi.

4. Bagi sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang baik untuk sekolah dalam rangka perbaikan dan pengembangan proses pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan pemahaman konsep dan sikap ilmiah siswa serta tercapainya ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran fisika.


(26)

1.6 Penegasan Istilah

Definisi operasional ini sangat diperlukan untuk memberikan penjelasan yang tegas terhadap beberapa istilah dari judul penelitian ini sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda bagi para pembaca. Adapun berbagai istilah yang perlu didefinisikan secara operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.6.1 Pemahaman Konsep

Pemahaman berarti proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan (Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990: 636), sedangkan konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk mengartikan hal-hal lain (Wisudawati & Sulistyowati, 2014: 269). Pemahaman konsep dalam penelitian ini adalah konsep siswa yang sama dengan konsep para Fisikawan yang menyangkut pemahaman siswa dalam memahami hubungan antar konsep pada materi kalor dan konservasi energi.

1.6.2 Sikap Ilmiah

Harlen dalam kutipan Harso et al. (2014: 3) menyatakan sikap ilmiah terbagi menjadi dua makna yaitu “attitude toward science and attitude of science”. Sikap yang pertama mengacu pada sikap terhadap sains sedangkan sikap yang kedua mengacu pada sikap yang melekat dalam diri siswa setelah mempelajari sains.


(27)

8

1.6.3 Aktivitas Aesop’s

Aktivitas Aesop’s merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengkoordinasikan antara aktivitas dan metode yang terarah pada tujuan (goal directed). Penelitian ini didesain berdasarkan empat aktivitas yang terdapat dalam pendekatan Aktivitas Aesop’s yaitu keterampilan berpikir berbasis observasi, logika hipotesis deduktif, analisis data, dan inkuiri terbimbing, yang dimaksudkan untuk membantu siswa agar memperoleh pengalaman belajar yang bermakna dalam pembelajaran.

1.6.4 Guidance Worksheet

Guidance Worksheet adalah lembar kerja terbimbing yang menuntun siswa untuk melaksanakan suatu kegiatan yang isinya terbagi menurut langkah-langkah disetiap halamannya. Pada setiap langkah ada bagian yang harus diisi oleh siswa sebagai tes. Penjelasan dan pertanyaan yang terdapat pada setiap langkah dibuat sedemikian rupa sehingga memberi peluang kepada siswa untuk menjawab secara benar. Di akhir program diadakan tes untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan program (Santyasa, 2007: 14).

1.6.5 Materi Kalor

Materi kalor dan konservasi energi merupakan materi pokok yang diajarkan di kelas X pada semester genap. Submateri kalor dan konservasi energi meliputi: 1) Pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda.

2) Pengaruh perubahan suhu benda terhadap ukuran benda. 3) Pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda.


(28)

1.7 Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri atas tiga bagian. Bagian awal skripsi, terdiri atas halaman judul, persetujuan pembimbing, pernyataan, pengesahan, persembahan, motto, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

Bagian isi merupakan bagian pokok skripsi yang terdiri atas lima bab, yaitu: (1) Bab 1 Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi; (2) Bab 2 Tinjauan Pustaka, berisi kajian teori tentang pemahaman konsep, sikap ilmiah, pembelajaran Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet, materi kalor, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, serta hipotesis; (3) Bab 3 Metode Penelitian, berisi lokasi penelitian, subjek penelitian, variabel penelitian, rancangan penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian, instrumen penelitian, analisis data awal dan analisis data akhir; (4) Bab 4 Hasil penelitian dan pembahasan, berisi hasil penelitian dan pembahasan dan (5) Bab 5 : Penutup, berisi simpulan dan saran.

Bagian akhir, merupakan bagian yang terdiri dari daftar pustaka yang digunakan sebagai acuan serta lampiran-lampiran.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pemahaman Konsep

Pemahaman berarti proses, perbuatan, cara memahami atau memahamkan (Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990: 636), sedangkan konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk mengartikan hal-hal lain (Wisudawati & Sulistyowati, 2014: 269).

Menurut Gagne, sebagai mana di kutip oleh Nasution (2008: 161) mengatakan bahwa bila seorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep. Jadi seorang siswa dikatakan telah memahami konsep apabila ia telah mampu mengenali dan mengetahui sifat yang sama, yang merupakan ciri khas dari konsep yang dipelajari, dan telah mampu membuat generalisasi terhadap konsep tersebut. Artinya siswa telah memahami keberadaan konsep tertentu atau peristiwa tertentu tetapi bersifat umum.

Pengukuran pemahaman konsep dapat dinilai berdasarkan dimensi proses kognitif berdasarkan revisi taksonomi Bloom terdiri atas 6 tingkatan yang dapat dilihat pada Tabel 2.1.


(30)

Tabel 2.1 Struktur Dimensi Proses Kognitif dalam Revisi Taksonomi Bloom

Dimensi Keterangan 1.0 Mengingat

1.1 Mengenal 1.2 Mengingat 2.0 Memahami

2.1 Mengartikan

2.2 Memberikan contoh 2.3 Mengklasifikasi 2.4 Menyimpulkan 2.5 Menduga 2.6 Membandingkan 2.7 Menjelaskan 3.0 Menerapkan 3.1 Menjalankan 3.2 Melaksanakan 4.0 Menganalisa 4.1 Membedakan 4.2 Mengorganisasi 4.3 Mendekonstruksi 5.0 Menilai 5.1 Memeriksa 5.2 Mengkritik 6.0 Menciptakan 6.1 Menghasilkan 6.2 Merencanakan 6.3 Membangun

Mendapatkan pengetahuan yang relevan dari memori yang panjang. Membangun pengertian dari pesan pembelajaran. Diantaranya oral, tulisan, komunikasi grafik.

Menggunakan prosedur dalam situasi yang diberikan.

Memecah materi menjadi bagian- bagian pokok dan mendeskripsikan bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu sama lain maupun menjadi sebuah struktur keseluruhan atau tujuan.

Membuat penelitian yang didasarkan pada kriteria standar.

Menempatkan bagian-bagian secara bersama-sama ke dalam suatu ide, semuanya saling berhubungan untuk membuat hasil yang baik.

(Krathwohl, 2002: 215) Penelitian ini hanya akan menilai pemahaman konsep siswa berdasarkan dimensi proses kognitif revisi taksonomi Bloom C1-C6.

2.1.2 Sikap Ilmiah

Harlen dalam kutipan Harso et al. (2014: 3) menyatakan sikap ilmiah terbagi menjadi dua makna yaitu “attitude toward science and attitude of


(31)

12

science”. Sikap yang pertama mengacu pada sikap terhadap sains sedangkan sikap yang kedua mengacu pada sikap yang melekat dalam diri siswa setelah mempelajari sains. Dari pandangan Harlen di atas, sikap ilmiah dikelompokkan menjadi dua yaitu; (1) seperangkat sikap yang menekankan sikap tertentu terhadap sains sebagai suatu cara memandang dunia serta dapat berguna bagi pengembangan karir di masa datang, dan (2) seperangkat sikap yang jika diikuti akan membantu proses pemecahan masalah.

Karhami (1998: 6) menyatakan hakikat belajar fisika tentu saja tidak cukup sekedar mengingat dan memahami temuan saintis. Akan tetapi yang juga penting adalah pembiasaan perilaku saintis dalam mencari temuan ilmiah. Untuk keperluan ini, anak sekolah menengah perlu diperlakukan sebagai seorang saintis muda di kelas selama pembelajaran fisika berlangsung.

Harlen dalam kutipan Anwar (2009: 107-108) membuat pengelompokan sikap ilmiah siswa mencakup kedua pengelompokan yang dikemukakan oleh Gegga dan American Association for Advancement of Science (AAAS) dan peneliti mencoba memasukkan pendapat Pitafi & Farooq (2012: 383) untuk melihat kesamaan dimensi yang ada. Secara singkat pengelompokan sikap ilmiah siswa dapat dilihat pada Tabel 2.2.


(32)

Tabel 2.2 Pengelompokan Sikap Ilmiah Siswa

Gegga (1997) Harlen (1996) AAAS (1993) Pitafi & Farooq (2012) Sikap ingin

tahu Sikap ingin tahu

Sikap ingin

tahu Sikap ingin tahu Sikap

penemuan

Sikap respek terhadap data

Sikap jujur Sikap kejujuran intelektual Sikap berpikir

kritis

Sikap teguh pendirian

Sikap refleksi kritis Sikap berpikiran terbuka Sikap ketekunan Sikap keragu-

raguan

Sikap berpikir kritis

Sikap rasional

Sikap bekerjasama Sikap rendah hati Sikap berpikiran

terbuka

Sikap kreatifitas dan penemuan

Sikap peka terhadap lingkungan Sikap berpikiran terbuka Sikap objektif Sikap keinginan untuk menangguhkan penilaian

Dari berbagai pendapat para ahli dimaksud terdapat beberapa kesamaan dimensi namun dengan nama yang berbeda. Seperti penjelasan dari Anwar (2009: 106), bahwa pengelompokan sikap ilmiah oleh para ahli cukup bervariasi, meskipun kalau ditelaah lebih jauh hampir tidak ada perbedaan yang berarti. Variasi muncul hanya dalam penempatan dan penamaan sikap ilmiah yang menonjol.

Sehingga pada penelitian ini digunakan dimensi sikap ilmiah beserta pengelompokan indikator skala sikap ilmiah menurut kategori Harlen W.


(33)

14

Tabel 2.3 Dimensi dan Indikator Sikap Ilmiah menurut Harlen W Dimensi Indikator

Sikap ingin tahu Analisis mencari jawaban

Perhatian pada obyek yang diamati Antusias pada proses Sains

Menanyakan setiap langkah kegiatan Sikap respek terhadap

data/fakta

Obyektif/jujur

Tidak memanipulasi data Tidak berburuk sangka

Mengambil keputusan sesuai fakta Tidak mencampur fakta dengan pendapat Sikap berpikir kritis Meragukan temuan teman

Menanyakan setiap perubahan/hal baru Mengulangi kegiatan yang dilakukan Tidak mengabaikan data meskipun kecil Sikap penemuan dan

kreativitas

Sikap berpikiran terbuka dan kerjasama

Menggunakan fakta-fakta untuk dasar konklusi Menunjukkan laporan berbeda dengan teman kelas

Merubah pendapat dalam merespons terhadap fakta

Menggunakan alat tidak seperti biasanya Menyarankan percobaan-percobaan baru Menguraikan konklusi baru hasil pengamatan Menghargai pendapat/temuan orang lain Mau merubah pendapat jika data kurang Menerima saran dari teman

Tidak merasa selalu benar

Menganggap setiap kesimpulan adalah tentative Berpartisipasi aktif dalam kelompok

Sikap ketekunan Melanjutkan meneliti sesudah “kebaruannya” hilang

Mengulangi percobaan meskipun berakibat kegagalan

Melengkapi satu kegiatan meskipun teman kelasnya selesai lebih awal

Sikap peka terhadap lingkungan sekitar

Perhatian terhadap peristiwa sekitar Partisipasi pada kegiatan sosial

Menjaga kebersihan lingkungan sekolah


(34)

Berdasarkan Tabel 2.3 indikator-indikator skala yang dimaksud dapat dikembangkan guna memudahkan menyusun butir instrumen skala sikap ilmiah.

2.1.3 Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet

Aktivitas Aesop’s adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dikembangkan oleh Rusbult (2000). Pengembangan pendekatan ini pada awalnya terinspirasi dari Aesop’s fables. Aesop’s fables merupakan sebuah cerita yang bertujuan mengajarkan nilai bijak tentang kehidupan yang disampaikan melalui pengalaman-pengalaman tokoh dalam cerita tersebut. Berdasarkan hal ini Rusbult mengembangkan pendekatan Aktivitas Aesop’s, pendekatan ini digunakan untuk membantu siswa agar dapat memperoleh pemahaman belajar dari pengalamannya (learning from experience) yang mengarahkannya pada tujuan (goal directed).

Rusbult (2000) menjabarkan beberapa aktivitas yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa memperoleh pengalaman belajarnya antara lain: (1) keterampilan berpikir berbasis observasi, (2) logika hipotesis-deduktif, (3) menganalisis data, (4) inkuiri terbimbing, (5) membuat dan menganalisis grafis, (6) mengevaluasi teori, (7) membuat flowchart hipotesis-deduktif, (8) menggunakan logika retroduktif, (9) merumuskan masalah ilmiah, (10) menganalisis eksperimen yang ada, (11) melakukan pencarian literatur, (12) memeriksa penulisan ilmiah, (13) menganalisis situasi yang kompleks, (14) mengaplikasikan konsep, (15) membangun konsep, (16) mengubah instruksi tertulis ke dalam tindakan pribadi dan (17) melakukan keterampilan kognitif atau fisik.


(35)

16

Pada penelitian ini digunakan empat aktivitas dari tujuh belas jenis Aktivitas Aesop’s yang dianggap tepat untuk pembelajaran tingkat sekolah menengah yaitu (1) keterampilan berpikir berbasis observasi, (2) logika hipotesis-deduktif, (3) analisis data, dan (4) inkuiri terbimbing. Empat aktivitas ini merupakan langkah awal dari Aktivitas Aesop’s yang diharapkan akan tepat digunakan untuk membangun pribadi siswa menjadi saintis muda. Surekso (2013: 9) berpendapat empat aktivitas ini dipilih dengan pertimbangan bahwa aktivitas tersebut merupakan aktivitas yang sesuai diterapkan dalam kegiatan pembelajaran sains dan dapat menunjang prinsip dari pembelajaran sains.

1. Ketrampilan Berpikir Berbasis Observasi

Observasi yaitu “melakukan penelitian, pengamatan apa yang terjadi. Dengan kata lain siswa diajak untuk melakukan percobaan, untuk menguji kebenaran prediksi yang mereka sampaikan” (Restami, 2013: 8).

2. Logika Hipotesis-Deduktif

Wisudawati & Sulistyowati (2014:117) menjelaskan berpikir deduktif merupakan cara berpikir dengan menggunakan silogisme yang terdiri premis, yaitu dasar untuk menarik kesimpulan sebagai pernyataan akhir yang mengandung kebenaran. Hal ini menunjukkan dalam mengambil suatu hipotesis, haruslah bertolak dari suatu teori, prinsip, ataupun kesimpulan yang dianggap benar dan bersifat umum yang kemudian diterapkan pada fenomena-fenomena yang khusus.


(36)

3. Kemampuan Analisis Data

Kemampuan analisis termasuk dalam taksonomi Bloom bagian ranah kognitif. Kemampuan analisis dapat diartikan sebagai kemampuan memecah materi menjadi bagian-bagian pokok dan mendiskripsikan bagaimana bagian- bagian tersebut dihubungkan satu sama lain maupun menjadi sebuah struktur keseluruhan atau tujuan (Kuswana, 2012: 118). Pentingnya kemampuan analisis dijelaskan oleh Prabhuswamy et al. dalam Surekso (2013: 10) yaitu membuat seseorang lebih peka terhadap masalah yang terjadi disekitarnya. 4. Inkuiri Terbimbing

Vlasi & Alexandra (2013: 494) menjelaskan inkuiri terbimbing adalah metode berbasis konstruktivisme yang berpusat pada aktivitas siswa. Siswa diarahkan untuk menyelesaikan permasalahan atau menemukan jawaban. Untuk penemuan solusi permasalahan, siswa menerapkan metode yang telah mereka pelajari (konstruktivisme). Mereka menggunakan pola pemikiran prespektif dan analogi. Siswa melakukan kegiatan eksplorasi sementara guru membimbing selama penelitian.

Sehingga inkuiri dapat diartikan sebagai proses bertanya, menyelidiki dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang telah diajukan. Wisudawati & Sulistyowati (2013: 84) menjelaskan pada tingkat ini guru berperan menentukan topik penelitian yang akan dilakukan, mengembangkan pertanyaan terkait, menentukan prosedur yang harus dilaksanakan siswa, membimbing siswa dalam menganalisis data dan menyediakan worksheet yang telah dibentuk kolom-kolom sehingga siswa cukup melengkapi.


(37)

18

Berdasarkan penjabaran dari empat Aktivitas Aesop’s, dibutuhkan suatu media pembelajaran untuk membimbing siswa melaksanakan aktivitas ini agar terarah pada tujuan (goal directed). Sistem pengajaran jenis ini dapat dikategorikan sebagai sistem pengajaran berprogram. Menurut Santyasa (2007: 14), Pengajaran berprogram adalah salah satu sistem penyampaian pengajaran dengan media cetak yang memungkinkan siswa belajar secara individual sesuai dengan kemampuan dan kesempatan belajarnya serta memperoleh hasil sesuai dengan kemampuannya juga. Lebih lanjut media pembelajaran cetak terprogram ini dikenal sebagai Guidance Worksheet.

Guidance Worksheet pada penelitian ini akan berisi kegiatan yang dibagi menurut langkah-langkah, pada setiap halaman terdiri dari beberapa langkah. Santyasa (2007: 14) menjelaskan pada setiap langkah ada bagian yang harus diisi oleh siswa sebagai tes. Penjelasan dan pertanyaan yang terdapat pada setiap langkah dibuat sedemikian rupa sehingga memberi peluang kepada siswa untuk menjawab secara benar. Di akhir program diadakan tes untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan program.

Di dalam Guidance Worksheet disajikan materi singkat yang disertai dengan panduan observasi, pertanyaan-pertanyaan, dan tugas-tugas kelompok yang harus dikonsultasikan dengan guru. Aktivitas tersebut dapat meningkatkan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa terutama pemahaman konsep dan sikap ilmiah siswa sehingga terarah pada tujuan (goal directed) yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran Aktivitas Aesop’s.


(38)

2.1.4 Materi Kalor

Materi kalor merupakan salah satu materi yang termasuk dalam materi fisika yang banyak mengalami miskonsepsi. Suparno (2013: 19) menjelaskan contoh miskonsepsi yang dilakukan siswa pada konsep suhu dan kalor, banyak siswa yang menyatakan suatu benda yang memiliki suhu lebih tinggi memiliki kalor yang lebih tinggi pula. Mereka menyamakan begitu saja pengertian suhu dengan kalor. Misalnya sebuah besi dengan massa 10 gram dan sebuah aluminium dengan massa 10 kg dipanaskan dari . Dengan sumber yang sama besi dipanaskan sampai

, sedangkan aluminium dipanaskan sampai . Pertanyaannya manakan bahan yang membutuhkan kalor lebih besar pada saat waktu t.

Siswa secara otomatis menyatakan besi membutuhkan kalor lebih besar dari aluminium karena suhu akhir besi lebih besar dari suhu akhir aluminium. Miskonsepsi terjadi karena siswa tidak mempertimbangkan massa dan kapasitas panas masing-masing bahan menurut rumusan kalor. Dikarenakan adanya miskonsepsi ini, dilaksanakan suatu penelitian menggunakan materi kalor.

Subbab materi yang akan digunakan sebagai bahan penelitian adalah: (1) pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda, (2) pengaruh perubahan suhu benda terhadap ukuran benda, (3) pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda dan (4) perpindahan kalor secara konduksi, konveksi dan radiasi.

2.1.4.1 Pengaruh Kalor terhadap Perubahan Suhu Benda

Secara induktif, makin besar kenaikan suhu suatu benda, makin besar pula kalor yang diserapnya. Selain itu, kalor yang diserap benda juga bergantung massa benda dan bahan penyusun benda.


(39)

20

Secara matematis dapat di tulis seperti berikut:

Keterangan:

Q = Kalor yang diserap/dilepas benda (J). m = Massa benda (kg).

c = Kalor jenis benda (J/kg°C). ∆T = Perubahan suhu (°C).

2.1.4.2 Pengaruh perubahan suhu benda terhadap ukuran benda

Pemuaian merupakan gerakan atom penyusun benda karena mengalami pemanasan. Semakin panas suhu suatu benda, makin cepat getaran antar atom yang menyebar kesegala arah. Karena adanya getaran atom inilah yang menjadikan benda tersebut memuai kesegala arah.

1. Pemuaian pada Zat Padat a. Pemuaian Panjang

Jika sebuah batang mempunyai panjang mula-mula , koefisien muai panjang , suhu mula-mula , lalu dipanaskan sehingga panjangnya menjadi , dan suhunya menjadi .


(40)

Panjang batang setelah pemuaian adalah:

Keterangan:

= Pertambahan panjang batang = (m). = Panjang mula-mula batang ( ).

= Panjang akhir batang ( ).

= Selisih suhu = ). = Koefisien muai panjang ( .

b. Pemuaian Luas

Jika suatu benda berbentuk bujur sangkar tipis dengan sisi dipanaskan sehingga suhunya berubah sebesar , maka bujur sangkar akan memuai pada kedua sisinya seperti Gambar 2.2. Luas benda mula-mula adalah


(41)

22

Karena setiap sisi memuai sebesar , maka akan membentuk bujur sangkar baru dengan sisi (lo+ ). Jadi luas akhir benda adalah:

Karena cukup kecil, maka nilai 2 mendekati nol sehingga dapat diabaikan. Dengan anggapan ini diperoleh luas benda saat dipanaskan seperti berikut ini.

Dengan memasukkan lo , , dengan perubahan luas akibat

pemuaian maka luas akhir benda setelah pemuaian menjadi

Nilai kemudian dikenal sebagai koefisien muai luas , sehingga diperoleh

) Dengan

= Pertambahan luas benda = (m2). A = Luas akhir (m2).

Ao = Luas mula-mula (m2).

= , koefisien muai luas (oC-1 atau K-1). = Selisih suhu (oC atau K).


(42)

c. Pemuaian Volume

Jika suatu benda berbentuk kubus dengan sisi lo dipanaskan sehinnga

suhunya berubah menjadi , maka kubus akan memuai pada ketiga sisinya seperti Gambar 2.3. Volume benda awal adalah .

lo

Gambar 2.3 Pemuaian volume

Karena setiap sisi memuai sebesar , maka akan terbentuk kubus baru

dengan sisi (lo+ ). Jadi volume akhir benda adalah

Mengingat cukup kecil, maka nilai 2 dan 3 mendekati nol sehingga dapat diabaikan. Menggunakan anggapan ini, kita peroleh volume akhir benda setelah pemuaian menjadi

Dengan memasukkan lo , , maka volume akhir benda


(43)

24

Nilai kemudian dikenal sebagai koefisien muai volume , sehingga diperoleh

Perubahan volume akibat pemuaian adalah

Dengan,

V = Volume akhir (m3). Vo = Volume mula-mula (m2).

= 3 , koefisien muai volume (oC-1 atau K-1). = Perbedaan suhu (oC atau K).

2.1.4.3 Pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda

Kalor yang diserap benda digunakan untuk dua kemungkinan, yaitu untuk menaikkan suhu atau untuk mengubah wujud benda. Kalor yang dibutuhkan 1 kg zat untuk berubah wujud pada suhu tetap disebut kalor laten. Terdapat dua jenis kalor laten yaitu kalor laten lebur (kalor lebur) dan kalor laten didih (kalor didih). Kalor lebur merupakan kalor yang dibutuhkan 1 kg zat untuk melebur. Kalor didih merupakan kalor yang dibutuhkan 1 kg zat untuk mendidih. Kalor yang dibutuhkan untuk melebur sejumlah zat yang massanya m dan kalor leburnya dirumuskan sebagai berikut


(44)

Sementara itu, Kalor yang dibutuhkan untuk mendidihkan sejumlah zat yang massanya m dan kalor didihnya dirumuskan sebagai berikut

Keterangan

= Kalor lebur = Kalor beku (J/kg).

= Kalor didih = Kalor embun (J/kg).

= Massa zat (kg). = Kalor (J).

2.1.4.4 Asas Black

Kalor berpindah dari benda yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Kalor merupakan energi yang dapat berpindah, prinsip ini merupakan prinsip hukum kekekalan energi. Hukum kekekalan energi pertama kali diajukan oleh Joseph Black (1728-1899) yaitu “pada pencampuran dua zat, banyaknya kalor yang dilepaskan oleh zat yang suhunya lebih tinggi sama dengan banyaknya kalor yang diserap oleh zat yang suhunya lebih rendah”.

2.1.4.5 Perpindahan Kalor

1. Perpindahan Kalor secara Konduksi

Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Pada perpindahan kalor secara konduksi, energi termal dipindahkan melalui interaksi antara atom-atom atau molekul walaupun atom-atom atau molekul tersebut tidak berpindah.


(45)

26

Laju perpindahan kalor secara konduksi pada suatu benda yang ujung- ujungnya memiliki suhu T1 dan T2 dapat dinyatakan dengan persamaan

sebagai berikut

Keterangan:

T1 = Ujung batang logam bersuhu tinggi (°C).

T2 = Ujung batang logam bersuhu rendah (°C).

A = Luas penampang hantaran kalor dan batang logam (m2). l = Panjang batang (m).

k = Konduktivitas kalor (J/s m °C). 2. Perpindahan Kalor secara Konveksi

Perpindahan kalor secara konveksi adalah perpindahan kalor yang disertai dengan perpindahan partikel-partikel zat. Konveksi biasanya dibedakan menjadi konveksi alamiah dan konveksi paksa. Pada konveksi alamiah, aliran fluida terjadi karena perbedaan massa jenis, sedangkan pada konveksi paksa aliran fluida diarahkan secara sengaja untuk tujuan tertentu menggunakan alat.

Laju perpindahan kalor secara konveksi bergantung pada luas permukaan yang bersentuhan, dan perbedaan suhu antara fluida dengan benda. Banyaknya kalor yang dialirkan secara konveksi dapat dirumuskan sebagai berikut.


(46)

Dengan,

= Koefisien konveksi termal ( . = Luas penampang area perpindahan kalor (m2). = Perubahan suhu (°C).

3. Perpindahan Kalor secara Radiasi

Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui perantara dalam arti lain terjadi perpindahan panas yang dipancarkan oleh asal panas. Laju radiasi berbanding lurus dengan luas penampang, berbanding lurus dengan pangkat empat suhu mutlaknya, dan bergantung pada sifat permukaan benda atau biasa disebut emisivitas bahan, yaitu kemampuan suatu permukaan bahan untuk memancarkan radiasi yang diukur sebagai perbandingan energi yang dipancarkan oleh suatu permukaan dengan energi yang diradiasikan oleh

benda hitam pada suhu yang sama. Untuk benda hitam sempurna

Keterangan:

H = Laju Kalor radiasi (J/s). e = Emisivitas benda .

= Konstanta Stefan Boltzmann (5,67.10-8 watt m-2K-4). A = Luas permukaan (m2).


(47)

28

2.2 Penelitian Terkait

Penelitian terdahulu yang mendukung rencana penelitian ini diantaranya adalah penelitian Sudarmin et al. (2012) di SMAN 11 Semarang menggunakan design eksperimen nyata dengan rancangan pretest and postest group design. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pendekatan Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet berpengaruh terhadap hasil belajar kimia materi pokok hidrokarbon dan setelah penerapannya menambah keefektivan belajar siswa di SMAN 11 Semarang. Selain itu, penelitian Sri Susilogati et al. (2006) terhadap mahasiswa prodi pendidikan kimia FMIPA UNNES tahun akademik 2005/2006. Hasil penelitian menunjukkan Aktivitas Aesop’s berorientasi Chemoentrepreneurship yang terpadu memberi pengalaman belajar yang bervariasi dan secara keseluruhan hasil belajar mahasiswa meningkat ditunjukkan perbedaan signifikan antara hasil pretes dan postes. Surekso (2013) turut melaksanakan penelitian Aktivitas Aesop’s dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan Aktivitas Aesop’s Berorientasi Lingkungan Pada Pembelajaran Materi Pencemaran Lingkungan Di SMAN 2 Pemalang” dengan design penelitian one shot case study. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas seluruh siswa kelas X-1 dan X-3 mencapai tingkat aktivitas belajar dengan criteria sangat aktif dan aktif, hasil belajar siswa kelas X-1 dan siswa kelas X-3 berturut-turut sebanyak 84% dan 94% memperoleh nilai akhir >80.

2.3 Kerangka Berpikir

Untuk menyusun hipotesis, disusun kerangka berpikir berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka dapat disusun kerangka berpikir penelitian


(48)

yang ditunjukkan pada Gambar 2.4. Pada penelitian ini akan digunakan dua pendekatan pembelajaran yaitu pembelajaran Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet untuk kelompok eksperimen sedangkan pembelajaran konvensional untuk kelompok kontrol.

Sistem pengajaran saat ini

1. Guru lebih sering membahas teori dari buku pegangan yang digunakan 2. Guru cenderung berceramah atau menjelaskan sementara siswa hanya mendengarkan dan mencatat

akibatnya

Anggapan siswa:

pembelajaran Fisika hanya sekedar menghapal teori, hukum, postulat, dan rumus-rumus.

Siswa tidak dapat mengembangkan pemahaman konsep, kompetensi observasi, eksperimen, serta berpikir dan bersikap

solusi

Penggunaan pendekatan Aesop’s Ciri-ciri:

1. Berfikir berbasis observasi 2. Logika hipotesis-deduktif 3. Analisis data

4. Inkuiri terbimbing

berbantuan

Guidance Worksheet

Ada pengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok hidrokarbon

Gambar 2.4. Diagram kerangka berpikir

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2010: 96). Berdasarkan permasalahan yang ditentukan maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah:

1) Penerapan Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet pada materi kalor dan konservasi energi meningkatkan pemahaman konsep siswa.


(49)

30

2) Penerapan Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet pada materi kalor dan konservasi energi meningkatkan sikap ilmiah siswa.

3) Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet pada materi kalor dan konservasi energi.


(50)

BAB III METODE

PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Purwokerto yang beralamat di Jalan Senopati 1 Arcawinangun Purwokerto Timur. Alasan dipilihnya MAN 1 Purwokerto sebagai lokasi penelitian dikarenakan, sekolah ini jarang melaksanakan kegiatan praktikum pada pembelajaran fisika dan belum diterapkan pembiasaan sikap ilmiah selama pembelajaran, terutama pembelajaran fisika.

3.2 Subjek Penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah kelas X MAN 1 Purwokerto tahun ajaran 2014/2015.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian Kelas Jumlah Siswa

X-2 42 X-3 39 X-4 40

Populasi penelitian seperti yang termuat pada Tabel 3.1 mempunyai kesamaan seperti berikut:

(1) Siswa berada dalam tingkatan kelas yang sama, yaitu kelas X MAN 1 Purwokerto tahun ajaran 2014/2015 yang sempat menjadi kelas X MIA pada kurikulum 2013 di semester I.


(51)

32

(2) Siswa belum mendapatkan materi kalor dan konservasi energi.

(3) Dalam pelaksanaan pengajarannya, siswa diajar dengan guru, kurikulum, media, dan jumlah jam pelajaran yang sama.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010: 174). Cara pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik cluster random sampling yaitu pengambilan sampel penelitian berupa kelompok yang dilakukan secara acak dengan pertimbangan populasi yang ada terbagi dalam kelas-kelas yang berdistribusi normal dan memiliki homogenitas yang sama. Salah satu kelas bertindak sebagai kelompok eksperimen sedangkan kelas lainnya sebagai kelompok kontrol.

Setelah dilakukan analisis tahap awal yang meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji anava, anggota populasi normal dan memiliki sebaran homogen, sehingga memenuhi syarat untuk diambil sampel secara cluster random sampling. Pemilihan sampel dilakukan dengan mengambil salah dua dari tiga buah gulungan kertas yang masing-masing bertuliskan anggota populasi yaitu kelas X-2, X-3, dan X-4. Didapatkan kelas X-4 sebagai kelompok eksperimen dan X-2 sebagai kelompok kontrol.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi, 2006: 118). Variabel dalam penelitian ini adalah: (1) Variabel bebas yaitu pembelajaran yang menggunakan pendekatan

pembelajaran Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet pada kelompok


(52)

eksperimen dan pembelajaran menggunakan metode konvensional pada kelompok kontrol.

(2) Variabel terikat pada penelitian ini adalah pemahaman konsep kalor dan konservasi energi dan sikap ilmiah siswa pada kelompok eksperimen dan kontrol semester genap MAN 1 Purwokerto.

Instrumen yang digunakan untuk menilai pemahaman konsep siswa adalah soal tes tertulis berbentuk pilihan ganda beralasan rentang C1 sampai C6 sesuai revisi taksonomi Bloom tahun 2002. Pemahaman konsep yang dinilai terdiri dari enam tingkatan yaitu (1) Remember, (2) Understand, (3) Apply, (4) Analze, (5) Evaluate dan (6) Create. Penilaian pemahaman konsep menggunakan soal pretes dan postes yang dapat dilihat pada Lampiran 15.

Instrumen yang digunakan untuk menilai sikap ilmiah adalah lembar pengamatan sikap ilmiah dan angket sikap ilmiah. Aspek sikap ilmiah yang dinilai terdiri dari tujuh aspek yaitu: sikap ingin tahu, respek terhadap data/fakta, berpikir kritis, penemuan dan kreativitas, berpikiran terbukan dan kerjasama, ketekunan, dan peka terhadap lingkungan sekitar. Untuk melengkapi data lembar pengamatan sikap ilmiah digunakan angket sikap ilmiah yang diisi langsung oleh siswa bersamaan dengan lembar pretes dan postes diberikan. Lembar pengamatan dan angket sikap ilmiah dapat dilihat pada Lampiran 6 sampai 8.

3.4 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Quasi Experimental Design dengan rancangan Pretest and Postets Control Group Design, dua kelompok diberi soal pretes dan postes pemahaman konsep untuk mengetahui keadaan awal


(53)

34

dan akhir, adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretes yang baik bila nilai kelompok eksperimen dan kontrol tidak berbeda secara signifikan.

Tabel 3.2 Desain penelitian Pretes-Postes Control Group Design kelompok Pretes Perlakuan Postes

I X II Y

Keterangan:

I = Kelompok eksperimen (menggunakan pembelajaran dengan Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet).

II = Kelompok kontrol (menggunakan pembelajaran konvensional). X = Pembelajaran dengan Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance

Worksheet.

Y = Pembelajaran dengan metode konvensional (metode yang digunakan guru mitra).

O1 dan O3 = Keadaan sebelum diberi perlakuan (pretes).

O2 dan O4 = Keadaan setelah diberi perlakuan (postes).

Sikap ilmiah awal siswa diperoleh dengan mengamati sikap ilmiah siswa melalui lembar pengamatan setelah pelaksanaan pretes, yaitu ketika siswa diberikan pengenalan secara garis besar materi kalor dan konservasi energi. Sikap ilmiah akhir siswa diperoleh dengan mengamati sikap ilmiah siswa melalui lembar pengamatan pada setiap proses pembelajaran. Selain itu, untuk melengkapi data sikap ilmiah lembar pengamatan digunakan angket sikap ilmiah.


(54)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data mengenai nilai ulangan harian populasi dan nama-nama siswa anggota sampel sebagai data untuk analisis data awal.

3.5.2 Tes

Metode tes yang digunakan adalah pretes dan postes pemahaman konsep. Tipe tes yang digunakan adalah pilihan ganda beralasan. Siswa dikatakan paham terhadap konsep apabila menjawab dengan benar soal tes pilihan ganda dan disertai dengan alasan yang tepat. Bentuk penilaian tes pilihan ganda beralasan selengkapnya terdapat pada Lampiran 12.

3.5.3 Pengamatan

Metode pengamatan digunakan untuk mengamati sikap ilmiah siswa yang diamati selama proses pembelajaran sebagai fokus penelitian.

3.5.4 Wawancara

Wawancara berupa interview bebas kepada siswa untuk melengkapi data sikap ilmiah melalui pengamatan.

3.5.5 Angket

Metode angket digunakan untuk mengukur sikap ilmiah siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dan juga untuk mengetahui tanggapan siswa kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan dengan pendekatan Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet.


(55)

36

Tabel 3.3 Jenis data, Aspek yang dinilai, Metode dan Instrumen Penelitian

No Jenis Data Aspek yang dinilai Metode Instrumen

1 Pemahaman 1) Pengaruh kalor terhadap Tes Soal pretes dan

konsep perubahan temperatur benda. postes

2) Pengaruh perubahan temperatur pemahaman

benda terhadap ukuran benda konsep

(pemuaian).

3) Pengaruh kalor terhadap perubahan wujud benda

4) Perpindahan kalor dengan cara

konduksi.

5) Perpindahan kalor dengan cara

konveksi.

6) Perpindahan kalor dengan cara

radiasi.

2 Sikap ilmiah 1) Rasa ingin tahu Pengamatan Lembar

siswa 2)

3)

Respek terhadap data/fakta Berpikir kritis

pengamatan sikap ilmiah 4) Penemuan dan kreativitas Angket Angket sikap

5) Berpikiran terbukan dan ilmiah kerjasama

6) Ketekunan

7) Peka terhadap lingkungan

3 Tanggapan 1) Menarik dan menyenangkan Angket Angket siswa terhadap 2) Pemahaman konsep tanggapan penerapan 3) Peningkatan kemampuan siswa Aktivitas mengingat konsep

Aesop’s 4) Motivasi belajar

berbantuan 5) Kecocokan dengan materi Guidance kalor dan konservasi energi Worksheet 6) Penerapan untuk materi lain

3.6 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari tahap persiapan, tahap uji coba, dan tahap pelaksanaan penelitian.


(56)

3.6.1 Tahap persiapan

Tahap persiapan merupakan pengumpulan berkas pendukung penelitian berupa:

1) Menganalisis standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator materi kalor dan konservasi energi dalam kurikulum KTSP.

2) Membuat kisi-kisi instrumen penelitian berdasarkan dimensi ranah kognitif pemahaman konsep yang digunakan dan indikator sikap ilmiah.

Menyusun instrumen penelitian berupa soal tertulis pilihan ganda beralasan pemahaman konsep, lembar pengamatan sikap ilmiah, angket sikap ilmiah, dan angket tanggapan siswa.

3.6.2 Tahap uji coba

Instrumen tes pemahaman konsep dan angket sikap ilmiah diuji cobakan pada siswa kelas X-1 MAN 1 Purwokerto pada tanggal 14 April 2015, kemudian menentukan instrumen yang akan digunakan pada pelaksanaan penelitian dengan memberi skor dan menganalisis hasil tes uji coba.

3.6.3 Tahap pelaksanaan penelitian

Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Purwokerto semester genap tahun ajaran 2014/2015 pada tanggal 28 April sampai tanggal 19 Mei 2015 dengan empat kali pertemuan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.


(57)

38

3.6.3.1 Kelompok Eksperimen

Pada penelitian ini, sebagai kelompok eksperimen adalah kelas X-4. Pembelajaran dilaksanakan dalam empat kali pertemuan. Rincian kegiatan pembelajaran kelompok eksperimen disajikan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kegiatan Pembelajaran Kelompok Eksperimen Pertemuan Jam pelajaran Kegiatan Pembelajaran

1 2 Pretes, pengisian angket sikap ilmiah dan pengenalan materi kalor dan konservasi energi. Melaksanakan Aktivitas Aesop’s untuk

2 2 menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda, dan wujud benda (aktivitas siswa berpedoman pada Guidance Worksheet). Penemuan konsep pemuaian benda secara 3 2 sistematis dan perpindahan kalor secara

konduksi (aktivitas siswa berpedoman pada Guidance Worksheet).

4 2 Postes, pengisian angket sikap ilmiah, dan angket tanggapan siswa.

3.6.3.2 Kelompok Kontrol

Pada penelitian ini, sebagai kelompok kontrol adalah kelas X-2. Pembelajaran dilaksanakan dalam empat kali pertemuan. Rincian kegiatan pembelajaran kelompok kontrol disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Kegiatan Pembelajaran Kelompok Kontrol Pertemuan Jam pelajaran Kegiatan Pembelajaran

1 2 Pretes, pengisian angket sikap ilmiah dan

pengenalan materi kalor dan konservasi energi. Penjelasan pengaruh kalor terhadap perubahan 2 2 suhu benda, dan pengaruh kalor terhadap wujud

benda.

3 2 Penjelasan materi pemuaian benda dan perpindahan kalor (diskusi).

4 2 Postes, pengisian angket sikap ilmiah, dan angket tanggapan siswa.


(58)

3.7 Instrumen Penelitian

3.7.1 Instrumen Soal Tes

Instrumen soal tes digunakan untuk mengukur pemahaman konsep siswa. Tes pemahaman konsep berupa tes pilihan ganda beralasan dengan tiga pilihan alternatif jawaban dan satu jawaban yang tepat. Soal terdiri atas jenjang soal C1 (Mengingat), C2 (Memahami), C3 (Menerapkan), C4 (Menganalisis), C5 (Menilai) dan C6 (Kreasi) sesuai dimensi proses kognitif revisi taksonomi Bloom tahun 2002. Jumlah soal uji coba adalah 20 buah soal yang diujicobakan pada kelas X-1 dengan waktu pengerjaan 60 menit.

Tabel 3.6 Kisi-kisi Instrumen Soal Uji Coba

Penyebaran Soal Jumlah No Sub Materi

1 Pengaruh kalor terhadap

C1 C2 C3 C4 C5 C6

3 1, 2,

Soal

perubahan suhu benda

5, 6 5

2 Pemuaian 8, 9 10 3 3 Perubahan wujud

benda 4, 11 12 3 4 Perpindahan kalor

secara konduksi 7, 14 2 5 Perpindahan kalor

secara konveksi

14,

15, 13,

19 4 6 Perpindahan kalor

16

secara radiasi 18 15 20 17 3 Jumlah Soal 3 7 2 4 2 2 20 Setelah soal diujicobakan dan dilakukan analisis hasil uji coba berupa uji validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran, kemudian soal yang memenuhi kriteria dapat dipakai untuk soal pretes dan postes.


(59)

40

3.7.1.1 Validitas Butir Soal

Validitas soal pilihan ganda beralasan (Suharsimi, 2006: 274) dihitung menggunakan rumus korelasi product momment yaitu:

√ Keterangan:

= Koefisien korelasi skor item dengan skor total.

N = Banyaknya siswa. ∑X = Jumlah skor item. ∑Y = Jumlah skor total.

∑XY = Jumlah perkalian skor item dengan skor total. ∑X2 = Jumlah kuadrat skor item.

∑Y2

= Jumlah kuadrat skor total.

Suharsimi (2009: 72) menyatakan hasil perhitungan kemudian

digunakan untuk mencari signifikasi ( ) dengan rumus:

Kriteria: Dari rumus tersebut diperoleh besar , kemudian besar

dibandingkan dengan . Item-item yang mempunyai lebih

besar dari termasuk item yang valid. Item yang kurang dari termasuk item yang tidak valid perlu direvisi atau tidak digunakan.

Hasil analisis nilai uji coba menunjukkan bahwa dalam soal uji coba terdapat 14 butir soal pilihan ganda beralasan yang valid, yaitu nomor 1, 2, 4, 5, 6,


(60)

7, 8, 9, 10, 11, 13, 16, 17, 19, 20. Perhitungan validitas butir soal uji coba selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.

3.7.1.2 Reliabilitas Item

Suatu hasil tes dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi apabila memberikan hasil yang relatif tetap bila digunakan pada kesempatan lain. Reliabilitas soal pilihan ganda beralasan dalam penelitian ini menggunakan rumus KR-21 (Suharsimi, 2009: 103) yang dinyatakan dengan rumus:

K  M

K M



r 11 1 

K  1 KVt 

Keterangan :

= Reliabilitas tes secara keseluruhan. = Varians skor total.

Y

M = N = Rata – rata skor total.

K = Jumlah butir soal.

Menurut Suharsimi (1989: 167), kriteria instrumen reliabel yaitu harga . Harga yang dihasilkan dikonsultasikan dengan aturan penetapan reliabel.

Tabel 3.7 Kriteria Penetapan Reliabilitas Rentang Reliabilitas Kategori

0,00 ≤ ≤ 0,19 Sangat Rendah 0,20 ≤ ≤ 0,39 Rendah 0,40 ≤ ≤ 0,59 Cukup 0,60 ≤ ≤ 0,79 Tinggi 0,80 ≤ ≤ 1,00 Sangat Tinggi


(61)

42

Analisis butir soal pilihan ganda menghasilkan harga sebesar 0,94 dalam kategori sangat tinggi. Harga tersebut dikonsultasikan dengan harga r pada tabel r product moment dengan taraf signifikansi 5 % dan n = 36 yaitu 0.334.

Berdasarkan hasil analisis butir soal pilihan ganda beralasan dapat disimpulkan bahwa soal uji coba penelitian ini reliabel. Perhitungan reliabilitas butir soal uji coba selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.

3.7.1.3 Daya pembeda

Menurut Suharsimi (2009: 211), daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

Analisis daya beda dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang termasuk pandai (kelompok atas) dan siwa yang termasuk kelompok kurang (kelompok bawah).

Cara menentukan daya pembeda adalah sebagai berikut: 1) Seluruh siswa tes dibagi dua yaitu kelompok atas dan bawah.

2) Seluruh pengikut tes diurutkan mulai dari yang mendapat skor teratas sampai terbawah.

3) Menghitung daya beda soal dengan rumus:

Keterangan :

D = Daya pembeda.


(62)

- 1 dan 6 2, 3, dan

5 - - 5

- 9 8 dan 10 - - 3

12 - 4 11 - 3 13 dan

-

15 14 7 - 4 15 dan

16

19 14 - - 2 BB = Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar. JA = Banyaknya siswa pada kelompok atas.

JB = Banyaknya siswa pada kelompok bawah.

Kriteria soal-soal yang dapat dipakai sebagai instrumen berdasarkan daya bedanya diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 3.8 Kriteria daya pembeda soal

Rentang indeks kesukaran Kategori soal D ≤ 0,00 Sangat Rendah 0,00 ˂D ≤ 0,20 Rendah 0,20 ˂D ≤ 0,40 Cukup 0,40 ˂ D ≤ 0,70 Tinggi 0,70 ˂ D ≤ 1,00 Sangat Tinggi

(Suharsimi, 2009: 218) Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba

Kriteria (Nomor Soal) Submateri Pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda Pemuaian Perubahan wujud benda Perpindahan kalor secara konduksi Perpindahan kalor secara konveksi Perpindahan kalor Sangat

Rendah Rendah Cukup Tinggi

Sangat Tinggi

Jumlah soal

secara radiasi 18 - 17 20 - 3 Jumlah soal 3 6 8 3 20

Berdasarkan Tabel 3.9, terdapat 3 soal berkategori sangat rendah dan 6 soal kategori rendah. Soal yang mendapat kategori sangat rendah dan rendah dapat


(63)

44

terjadi karena siswa kelas bawah lebih banyak menjawab soal dengan benar dibandingkan dengan kelompok atas. Soal yang berkategori sangat rendah tidak dipakai untuk instrumen tes. sedangkan untuk kategori rendah dapat dipakai dengan revisi. Hasil perhitungan daya beda, terdapat 8 soal berkategori cukup dan 3 soal berkategori tinggi. Soal yang mempunyai kategori cukup dan tinggi dapat langsung digunakan sebagai instrumen tes. Perhitungan daya beda soal uji coba selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 13.

3.7.1.4 Uji Taraf Kesukaran

Suharsimi (2009: 207) menyatakan soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal digunakan rumus sebagai berikut:

dengan: = Indeks kesukaran

= Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut Suharsimi (2009: 210), indeks kesukaran dapat diklasifikasikan seperti pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10 Kriteria indeks kesukaran Rentang indeks kesukaran Kategori soal

0,10 ≤ P≤ 0,30 Sukar 0,31 ≤ P≤ 0,70 Sedang 0,71 ≤ P ≤ 1,00 Mudah


(64)

17 dan 20 - 3 Berdasarkan perhitungan tingkat kesukaran soal uji coba terdapat 10 soal berkategori sukar, 9 soal berkategori sedang dan 1 soal berkategori mudah. Hasil uji tingkat kesukaran soal uji coba ditampilkan pada Tabel 3.11.

Analisis soal uji coba yang meliputi analisis validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran mendapatkan 15 soal yang dapat digunakan sebagai instrumen tes. Ke-15 soal uji coba tersebut adalah soal nomor: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 16, 17, 19, dan 20. Hasil analisis dan perubahan nomor soal pretes dan postes dapat dilihat pada Lampiran 15.

Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Kriteria (Nomor Soal) Jumlah Submateri

Pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda

Sukar Sedang Mudah soal 1 dan 5 2, 3, dan 6 - 5

Pemuaian 9 8 10 3

Perubahan wujud benda 4 dan 12 11 - 3 Perpindahan kalor secara

konduksi 14 dan 15 7 dan 13 - 4 Perpindahan kalor secara

konveksi

14, 15, 16, dan

19 - - 2

Perpindahan kalor secara

radiasi 18

Jumlah soal 10 9 1 20

3.7.2 Instrumen Non Tes

3.7.2.1 Lembar Pengamatan

Lembar pengamatan digunakan untuk mengukur sikap ilmiah siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar pengamatan sikap ilmiah kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol yang terdiri dari 7 dimensi sikap


(65)

46

ilmiah dan indikatornya. Dimensi dan indikator sikap ilmiah terdapat pada tabel 3.12.

Tabel 3.12 Dimensi dan Indikator Sikap Ilmiah yang Dinilai No Dimensi Sikap Ilmiah Indikator

1 Rasa ingin tahu 1) Antusias pada proses sains

2) Menanyakan setiap langkah kegiatan 2 Respek terhadap 3) Tidak mencampur fakta dengan pendapat data/fakta 4) Objektif/jujur

3 Berpikir kritis 5) Menanyakan setiap perubahan atau hal baru 4 Penemuan dan 6) Merubah pendapat dalam merespon terhadap kreativitas fakta

5 Berpikiran terbukan 7) Menerima saran dari teman

dan kerjasama 8) Berpartisipasi aktif dalam kelompok 6 Ketekunan 9) Melengkapi satu kegiatan meskipun teman

sekelas selesai lebih awal 7 Peka terhadap

lingkungan

10) Perhatian terhadap peristiwa sekitar

Pengamatan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dengan mengacu pada indikator pencapaian sikap ilmiah, untuk melihat adanya perilaku yang berkenaan dengan sikap ilmiah siswa diberikan suatu tugas yang berisikan suatu persoalan atau kejadian yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan sikap ilmiah yang dimilikinya. Kriteria yang menggambarkan rendahnya nilai suatu aspek diberi skor 0, sebaliknya kriteria yang menggambarkan nilai aspek tertinggi diberi skor 4. Rentang skor antara 0 sampai 4.

3.7.2.2 Lembar Angket

Terdapat dua instrumen angket yang digunakan yaitu angket untuk mengukur sikap ilmiah siswa dan angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet


(66)

pada kelompok eksperimen seusai pembelajaran. Angket yang disusun adalah angket tertutup berupa rating scale yang sudah disediakan 4 pilihan jawaban.

Angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan Aktivitas Aesop’s berbantuan Guidance Worksheet digunakan skala Likert dalam bentuk Check List, dimana terdapat pernyataan yang membutuhkan umpan balik jawaban dalam bentuk 4 respon, yaitu:

(1) “Sangat setuju” menunjukkan gradasi paling tinggi. Untuk kondisi tersebut diberi nilai 4.

(2) “Setuju”, menunjukkan peringkat lebih rendah dibandingkan dengan kata “Sangat”. Oleh karena itu kondisi tersebut diberi nilai 3.

(3) “Tidak Setuju” yang berada di bawah “Kurang Setuju”, diberi nilai 2. (4) “Sangat Tidak Setuju” yang berada di gradasi paling bawah, diberi nilai 1.

Pada angket sikap ilmiah digunakan rating scale dalam bentuk pilihan ganda. Skala ini bentuknya seperti soal dalam bentuk pilihan ganda, yaitu sejumlah pertanyaan yang diikuti oleh sejumlah alternatif (Suharsimi, 2009:180). Makna setiap alternatif dijabarkan sebagai berikut:

(1) “Pilihan A” menunjukkan gradasi paling rendah, diberi nilai 1. (2) “Pilihan B” berada diatas “Pilihan A”, diberi nilai 2.

(3) “Pilihan C” yang berada di atas “Pilihan B”, diberi nilai 3. (4) “Pilihan D” yang berada di gradasi paling atas, diberi nilai 4.

Sama halnya dengan soal pretes-postes, angket sikap ilmiah diujicobakan pada kelas X-1. Hasil ujicoba dinilai, dianalisis validitas dan reliabilitasnya untuk


(1)

_________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ _________________ ____ ___________ ___________ ___________ ___________ ___________ ___________ ___________ ___________ __________ __________ __________ __________ __________

Analisis

Berdasarkan data yang diperoleh, uraikanlah hubungan antara warna permukaan suatu benda terhadap laju radiasi kalor. Kemudian hubungkan analisismu untuk menjawab pertanyaan disamping.

(a) Baju seragam sekolah umumnya berwarna terang atau putih.

(b) Permukaan pemanas air yang memanfaatkan panas matahari berwarna gelap atau hitam. Mengapa?

(c) Warna panci dan peralatan masak lainnya yang

bersentuhan dengan

api tidak dibuat

mengkilap, tetapi kusam. Mengapa?


(2)

37

Laju Radiasi kalor suatu benda sebanding dengan luas benda dan dengan pangkat empat temperatur absolutnya. Hasil ini, ditemukan secara empiris oleh Josef Stefan pada 1879 dan diturunkan secara teoritis oleh Ludwig Boltzmann lima tahun kemudian, sehingga dinamakan hukum Stefan-Boltzmann:

Emisivitas e adalah pecahan yang berkisar dari 0 sampai 1 dan tergantung pada komposisi permukaan benda. Bila radiasi jatuh pada benda tak tembus cahaya, sebagian radiasi direfleksikan dan sebagian diserap. Benda-benda berwarna terang memantulkan sebagian besar radiasi, sedangkan benda-benda gelap menyerap sebagian besar daripadanya. Semua benda yang


(3)

menyerap semua radiasi yang datang padanya memiliki emisivitas 1 dan dinamakan benda hitam.

Gambar 8. Untuk menghangatkan tubuhnya, hewan berdarah dingin seperti buaya ini memanfaatkan radiasi panas matahari. Kalor dari matahari diserap oleh buaya (dengan cara membuka

mulutnya) sehingga suhu tubuhnya naik dan buaya dapat beraktivitas dengan mudah.


(4)

39

Bagaimana termos dapat mencegah

perpindahan kalor baik konduksi, konveksi, maupun radiasi?

Sumbat, dibuat dari plastik atau gabus. Bahan ini isolator yang baik.

Celah antara gelas dengan wadah luar dibuat hampa udara. Jadi, tidak ada penghantar panas secara konduksi dan konveksi Dua lapis gelas, gelas isolator panas yang baik

Gelas dilapisi perak yang mengkilat, mengapa harus


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Indrajit, Dudi. 2009. BSE Mudah dan Aktif Belajar Fisika untuk Kelas X Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Karyono, Dwi S. P., dan Suharyanto. 2009. BSE Fisika untuk Kelas X SMA dan MA. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Kemendikbud. 2013. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan kebudayaan.

Tipler, Paul A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.


(6)

41

BIODATA PENULIS

Nama : Ragil Meita Alfathy TTL : Tanah Datar, 25 Mei 1993

Alamat : Jl. Rasamala Raya No. 78 Perumahan Teluk, Purwokerto

Pendidikan :

1. TK Aisyiyah Batusangkar, Sumatra Barat (Lulus 1999)

2. SD Negeri 5 Kampung Baru, Sumatra Barat (Lulus 2005)

3. SMP Negeri 7 Purwokerto (Lulus 2008) 4. SMA Negeri 2 Purwokerto (Lulus 2011) 5. Universitas Negeri Semarang (Lulus 2015) Email : meita.alfathy@gmail.com

Website : musicphysic.wordpress.com Twitter : @rimeitha_a


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARANKONTEKSTUAL BERBANTUAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X

0 15 148

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar (PTK Siswa Kelas VIII Semester G

0 4 13

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN LEMBAR Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning Berbantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi D

0 3 15

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI Peningkatan Aktivitas Dan Pemahaman Konsep Bangun Ruang Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Van Hiele (PTK Pembelajaran Matematika Siswa K

0 2 18

PENGGUNAAN PETA KONSEP BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SMP.

3 14 38

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSEPTUAL INTERAKTIF BERBANTUAN MEDIA CMAPTOOLS TERHADAP KUANTITAS MISKONSEPSI DAN PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA SMA.

5 5 36

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK KECIL BERBANTUAN LEMBAR KERJA SISWA

0 0 10

LEARNING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS VIII

0 0 88

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DAN AKTIVITAS MAHASISWA MELALUI PhET SIMULATION

0 0 6

PENERAPAN AKTIVITAS AESOP’S BERBANTUAN GUIDANCE WORKSHEET UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DAN SIKAP ILMIAH

0 0 10