waktu mahasiswa sudah baik dapat dilihat pada selalu atau tidak pernahnya mahasiswa terhadap penyataan pada kuesioner. Apabila
mahasiswa menjawab selalu, sering, atau kadang-kadang maka manajemen waktu terhadap poin pernyataan positif tersebut sudah
baik, pada pernyataan negatif manajemen waktu dikatakan baik jika menjawab pernyataan tidak pernah atau jarang-jarang.
Mahasiswa membuat daftar list kegiatan harian dengan intensitas kadang-kadang sebesar 56,5 dengan jumlah mahasiswa 48 orang.
Mahasiswa membuat jadwal aktifitas kerja dengan intensitas kadang- kadang sebesar 40 dengan jumlah mahasiswa 34 orang. Mahasiswa
juga sering menetapkan target pencapaian sebesar 45,9 dengan jumlah mahasiswa 39 orang. Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa
sering dilakukan dengan perencanaan 52,9. Rencana mingguan yang dibuat mahasiswa jelas dengan intensitas kadang-kadang sebesar
45,9. Semua kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa yang lebih Perencanaan Jangka Pendek
Jawaban Responden Selalu
Sering Kadang Jarang Tidak
pernah Membuat daftar list kegiatan
1,2 12,9
56,5 20
9,4 Membuat jadwal aktifitas
1,2 16,5
40 27,1
15,3 Kegiatan dimulai perencanaan
16,5 52,9
18,8 10,6
1,2 Menetapkan target pencapain
24,7 45,9
24,7 3,5
1,2 Memiliki rencana mingguan jelas
14,1 21,2
45,9 18,8
Menggunakan waktu sesuai rencana 3,5
36,5 48,2
11,8 Mendahulukan penetapan prioritas
36,5 42,4
18,8 2,4
prioritas sering didahulukan 42,4 dengan jumlah mahasiswa 36 orang, sehingga waktu yang dihabiskan digunakan sesuai dengan
perencanaan sekitar 48,2.
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa mahasiswa tidak bisa mengatakan tidak pada ajakan orang lain sebesar 43,5, yang dapat
mengganggu belajar mahasiswa, sehingga banyak waktu habis pada kegiatan yang tidak bermanfaat sebesar 52,9. Mahasiswa kadang-
kadang mempunyai waktu untuk merencanakan ulang waktu yang telah direncanakan sebesar 44,7 dengan jumlah mahasiswa 38 orang,
bertanggung jawab terhadap waktu sebesar 48,2 dengan jumlah mahasiswa 41 orang, dan merencanakan waktu untuk hal bermanfaat
sebesar 49,4. Sikap terhadap Waktu
Jawaban Responden Selalu Sering Kadang Jarang
Tidak pernah
Waktu habis pada kegiatan tidak bermanfaat
14,1 52,9
28,2 4,7
Punya waktu untuk merencanakan ulang waktu yang telah direncanakan
30,6 44,7
23,5 1,2
Tidak bisa mengatakan tidak pada ajakan orang lain
2,4 27,1
43,5 22,4
4,7 Bertanggung jawab terhadap waktu
sendiri 15,3
48,2 31,8
4,7 Merencanakan waktu untuk hal
bermanfaat 20
49,4 30,6
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mahasiswa
Keperawatan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang Subvariabel Sikap terhadap Waktu n=85
Tabel 5.7 berikut menunjukkan bahwa mahasiswa kadang-kadang meriview catatan secara rutin walaupun ketika sedang tidak ada ujian
sejumlah 50,6. Mahasiswa jarang memiliki rencana untuk 3 bulan ke depan sebesar 36,5. Mahasiswa lebih sering mengerjakan tugas
secara langsung dari pada deadline sebesar 48,2 dengan jumlah
mahasiswa 41 orang, dan mahasiswa sering mengerjakan tugas secara bertahap sebesar 42,4.
Perencanaan Jangka Panjang Jawaban Responden
Selalu Sering Kadang Jarang Tidak
Pernah Memiliki rencana 3 bulan ke
depan 16,5
35,3 36,5
11,8 Lebih sering mengerjakan tugas
langsung dari pada deadline 5,9
15,3 48,2
27,1 3,5
Lebih memilih
bertahap mengerjakan tugas
14,1 42,4
31,8 10,6
1,2 Meriview catatan secara rutin,
walau sedang tidak ada ujian 1,2
15,3 50,6
29,4 3,5
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Mahasiswa
Keperawatan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang Subvariabel Perencanaan Jangka Panjang n=85
BAB VI PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden 1. Angkatan Tahun Pembelajaran
Pada penelitian gambaran manajemen waktu belajar mahasiswa keperawatan dalam melaksanakan metode PBL di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta diperoleh sebanyak 85 responden sesuai dengan mahasiswa yang telah melaksanakan metode PBL.
85 responden yang diteliti adalah responden angkatan tahun pembelajaran 2012 dan 2013. Mahasiswa angkatan 2012 memiliki
persentase lebih besar dalam manajemen waktu yang baik 56,8 dibandingkan dengan mahasiswa angkatan 2013 yaitu 45,8.
Mahasiswa angkatan 2013 memiliki persentase lebih besar dalam manajemen waktu tidak baik dibandingkan dengan mahasiswa
angkatan 2012. Pengalaman
manajemen waktu
ini menyebabkan
mahasiswa angkatan 2012 sudah menemukan pola adaptasi atau koping yang adaptif dalam pelaksanaan metode pembelajaran yang
digunakan, yaitu PBL. Mahasiswa angkatan 2012 sudah mengetahui bagaimana metode PBL yang dilaksanakan sehingga
sudah mampu mengatur waktunya dengan baik, karena sudah memasuki tahun kedua perkuliahan. Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian Kocaman 2009 yang menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa mahasiswa yang memasuki tahun pertama
71
perkuliahan memiliki tingkat kesiapan yang lebih rendah dalam pelaksanaan PBL dibandingkan dengan mahasiswa yang telah
memasuki tahun kedua perkuliahan.
2. Jenis Kelamin
Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah mahasiswa keperawatan berjenis kelamin perempuan dengan
jumlah mahasiswa laki-laki yang menjadi responden adalah 2 orang. Mahasiswa berjenis kelamin laki-laki dengan responden 2
orang menunjukkan keduanya memiliki manajemen waktu tidak baik, sedangkan mahasiswa berjenis kelamin perempuan
menghasilkan persentase lebih besar dalam manajemen waktu yang baik. Hasil penelitian ini belum bisa menggambarkan perbandingan
manajemen waktu yang baik antara perempuan dan laki-laki karena lebih dari setengah mahasiswa berjenis kelamin perempuan dengan
jumlah responden laki - laki 2 orang. Keperawatan dikenal dengan istilah m
o ther instinct
, sebab perawat dari suatu golongan naluriah. Naluri yang berperan
adalah naluri keibuan, naluri untuk memberikan perlindungan dan naluri sosial. Perempuan secara tabiat lebih peka dari pada laki-
laki. Sebagai suatu pekerjaan yang didasarkan naluri, keperawatan banyak dilakukan oleh perempuan Asmadi, 2008. Terdapat
pendapat yang mengatakan bahwa bila perempuan mempunyai waktu luang, mereka lebih suka mengisi dengan mengerjakan
berbagai kegiatan ringan dari pada hanya santai saja. Hal serupa
dinyatakan dalam penelitian macan dkk dalam Kusuma 2008 bahwa manajemen waktu mahasiswa perempuan lebih baik
dibandingkan dengan laki-laki. Penelitian Anand 2007 juga menyatakan bahwa laki-laki memiliki frekuensi lebih tinggi
bermain gam e
atau menghabiskan waktu dengan kegiatan tidak bermanfaat dibandingkan dengan perempuan.
3. Tempat Tinggal
Faktor stress dalam belajar menurut Alvin 2007 ada yang berasal dari eksternal, yaitu: lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan belajar, berbagai peristiwa kehidupan yang dihadapi anak, dan faktor fisik seperti suhu udara dan bau. Lingkungan
tempat tinggal responden dalam penelitian ini beraneka ragam. Proporsi responden yang tinggal di kost sebesar 52,9 dan di
asrama sekitar kampus sebesar 16,5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang tinggal di asrama
menghasilkan persentase lebih besar dalam manajemen waktu yang baik yaitu 64,3. Sedangkan mahasiswa yang tinggal di kost
memiliki persentase yang lebih besar dalam manajemen waktu yang tidak baik yaitu 53,3. Perbedaan hasil ini dikarenakan
mahasiswa yang tinggal di asrama akan lebih fokus dalam mengerjakan kegiatan akademik. Selain itu, mahasiswa memiliki
jadwal kegiatan yang lebih teratur sehingga mahasiswa harus bisa mengatur waktunya dengan baik.
4. Kegiatan Selain Kuliah
Responden dalam penelitian ini mayoritas memiliki kegiatan lain selain kuliah, yaitu berorganisasi sebanyak 67,1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang
berorganisasi memiliki persentase yang lebih besar dalam manajemen waktu tidak baik 50,9. Mahasiswa yang tidak
memiliki kegiatan selain kuliah memiliki persentase yang lebih besar dalam manajemen waktu yang baik yaitu sebesar 53,6.
Kesibukan yang dialami oleh mahasiswa berorganisasi tentu saja memerlukan manajemen waktu yang baik untuk dirinya
sendiri dan kegiatan yang dilakukannya. Peran mahasiswa sebagai organisator dan pelajar tentu akan menjadi sebuah tanggung jawab
yang besar agar kedua peran tersebut dapat berjalan dengan baik. Hal ini menjadi sangat berbeda dibandingkan mahasiswa yang
hanya aktif secara akademik. Mahasiswa yang memiliki kegiatan selain kuliah seperti berorganisasi
tentu akan terbagi konsentrasinya kepada kegiatan tersebut. Mahasiswa yang
berorganisasi harus mengorbankan sebagian dari pikiran, tenaga, materi, dan waktu untuk kegiatan organisasi yang diikutinya.
Penelitian Ahmaini 2010 menyatakan bahwa terdapat perbedaan prokrastinasi akademik antara mahasiswa yang aktif dengan yang
tidak aktif dalam organisasi. Mahasiswa yang ikut dalam kegiatan organisasi memiliki nilai akademik yang rendah akibat tidak dapat
membagi waktu antara kegiatan perkuliahan dan kegiatan organisasi.
5. Indeks Prestasi Terakhir
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas mahasiswa dalam indeks prestasi 2,5-3,5 dengan katagori sangat memuaskan
menghasilkan persentase yang lebih besar dalam manajemen waktu yang baik. Manajemen waktu yang baik berhubungan dengan
tingkat akademik yang baik seperti pada penelitian Puspitasari 2013 bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan
antara manajemen waktu dengan prestasi akademik, artinya semakin tinggi manajemen waktu maka semakin tinggi prestasi
akademik sebaliknya semakin rendah manajemen waktu maka semakin rendah pula prestasi akademik.
B. Gambaran Manajemen Waktu
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 50,6 responden memiliki manajemen waktu yang baik dalam melaksanakan metode
PBL di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan 49,4 memiliki manajemen waktu tidak baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mahasiswa angkatan 2012 memiliki persentase yang lebih besar dalam manajemen waktu yang baik sebesar 56,8 dibandingkan mahasiswa
angkatan 2013. Pengalaman yang dimiliki oleh mahasiswa angkatan 2012 sudah lebih mulai terbiasa dengan paparan metode pembelajaran
PBL dibandingkan dengan mahasiswa angkatan 2013. Saat dilakukan penelitian, mahasiswa angkatan tahun 2013 baru memasuki tahun