24
jaminanagunan seperti yang dipersyaratkan oleh perbankan bahkan dalam beberapa jenis LKM pinjaman didasarkan pada kepercayaan karena biasanya
peminjam beserta aktivitasnya sudah dikenal oleh LKM, kemudahan yang lain adalah pencairan dan pengembalian pinjaman yang fleksibel yang juga sering
disesuaikan dengan cash flow peminjam. Jenis LKM lebih banyak didominasi oleh Unit Simpan Pinjam USP,
namun dari aspek besarnya perputaran pinjaman lebih didominasi oleh perbankan yaitu BRI Unit dan BPR. Hal ini terjadi karena skim kredit yang ditawarkan oleh
BRI Unit dan BPR lebih besar daripada USP. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Peta Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia Tahun 2002
Jenis LKM Jumlah
Unit Simpanan
Rp- miliar
Penyimpan juta rek
Pinjaman Rp –
miliar Jumlah
Peminjam juta rek
Rata-rata Pinjaman
Rp juta
BPR 2,148 9,254.00
5.61 9,431.00
2.40 3.93
BRI Unit 3.916
27,429.00 29.87 14,182.00 3.10 4.57
Badan Kredit Desa
5,345 0.38 0.48 0,20 0.40 0.00
KSP 1,097 85.00
n.a. 531.00
0.67 0.79
USP 35,218 1,157.00
n.a. 3,629.00
n.a. n.a. LDKP 2,272
334.00 n.a. 358.00 1.30 0.27
Pegadaian 264 -
- 157.70 0.02
9.34 BMT 3,038
209.00 n.a.
157.00 1.20 0.13
Credit Union
NGO 1,146 188.01
0,29 505.73
0.40 1.27
Total 54,444 38,656.39
36,25 28,951.00
9.48 3.05
Sumber : Ismawan, B 2003 Dilihat dari besarnya kredit yang disalurkan maka dua jenis LKM yang
memiliki penyelenggara kredit mikro adalah BRI-unit dan BPR yang masing- masing menyumbang sebesar 49 dan 33 terhadap total kredit mikro. Jika
diamati lebih lanjut segmen kredit mikro papan atas memang sebagian terbesar ditangani BRI meskipun rata-rata peminjamnya hanya Rp. 4.570.000,- jauh
dibawah batas maksimum Rp. 50 Juta. Sementara BPR masih merupakan lembaga yang meminjamkan dananya dibawah BRI. Koperasi dan perkreditan lain
nampaknya benar-benar melayani lapisan paling bawah dari pelaku kegiatan produktif karena secara rata-rata menangani peminjam dibawah Rp. 1 Juta.
25
Menurut Wijono 2005, permasalahan yang dihadapi oleh LKM terutama LKM bukan bank pada dasarnya dapat digolongkan ke dalam hal-hal yang
bersifat internal dan eksternal. Yang bersifat internal meliputi keterbatasan sumberdaya manusia, manajemen yang belum efektif sehingga kurang efisien
serta keterbatasan modal. Sementara faktor yang bersifat eksternal meliputi kemampuan monitoring yang belum efektif, pengalaman yang lemah serta
infrastruktur yang kurang mendukung. Kondisi inilah yang mengakibatkan jangkauan pelayanan LKM terhadap usaha mikro masih belum mampu
menjangkau secara luas, sehingga pengembangan LKM yang luas akan sangat penting perannya dalam membantu investasi bagi usaha mikro dan kecil.
Dalam memperkuat USPKSP ke depan paling tidak ada tiga langka yang harus dilakukan : Pertama, harus dilakukan pemisahan koperasi simpan pinjam
dan tidak boleh dicampurdilaksanakan sebagai bagian dari koperasi serba usaha, terutama bila USP sudah menjadi besar dan sangat dominan; Kedua, harus
segera diorganisir kedalam
kelompok-kelompok KSP sejenis untuk melaksanakan integrasi secara utuh, sehingga peminjaman dan penyaluran dana
antar KSP dapat terjadi dan berjalan efektif; Ketiga, perlu dikembangkan sistem asuransi tabungan anggota, asuransi resiko kredit serta lembaga keuangan
pendukung lainnya. Disamping itu mekanisme pengawasan yang baik dan efektif akan menjamin bekerjanya mekanisme mobilisasi dana dan pemanfaatannya
secara efektif. Arah Lembaga Keuangan Mikro ke depannya adalah sebagai berikut:
1. Mengatasi legal status agar jelas, diarahkan menjadi Bank, Koperasi atau
LKM yang saat ini sedang disiapkan RUU LKM; 2.
Pengawasan lebih intensif untuk melindungi pihak ketiga penabung; 3.
Pengembangan jaringan melalui penumbuhan lembaga keuangan sekunder, jaringan on line untuk peningkatan mutu pelayanan kepada
masyarakat lokal.
2.2 Penelitian Terdahulu