Gambar 2. Dokumen Bagan Alir Pemrosesan Lanjutan
Sumber: Marshall B.Romney dan Paul John Steinbart 2014:69 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Pengendalian Internal
1. Pengertian Pengendalian Intern
Pengendalian internal merupakan salah satu fungsi menajemen dalam operasinya, yaitu tindakan pengaturan pengarahan pelaksanaan pekerjaan
dengan maksud tercapainya tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Pengendalian intern digunakan baik dalam perusahaan yang
berskala kecil yang mengelola inormasinya secara manual maupun dengan sistem komputerisasi. Menurut Mulyadi 2016:129 Sistem pengendalian
internal meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga asset organisasi, mengecek ketelitian dan
keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Tujuan sistem pengendalian internal berdasarkan
definisi tersebut adalah:
a. Menjaga aset organisasi
b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
c. Mendorong efisiensi
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
2. Tujuan Pengendalian Intern
Menurut tujuannya, sistem pengendalian internal tersebut dapat dibagi menjadi dua macam:
a. Pengendalian internal akuntansi
internal accounting control
Pengendalian internal akuntansi meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga aset
organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. b.
Pengendalian internal administratif
internal administrative control
Pengendalian internal administratif meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong
efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.
3. Unsur-Unsur Pengendalian Intern
Menurut Mulyadi 2016:130 unsur pokok pengendalian intern adalah: a.
Struktur organisasi merupakan rerangka
framework
pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-
prinsip berikut ini: 1
Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi
2 Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk
melaksanakan semua tahap suatu transaksi. b.
Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap aset, utang, pendapatan, dan beban.
Dalam suatu organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya
transaksi tersebut. Oleh karena itu, dalam organisasi harus dibuat sistem PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi.
c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan setiap tugas dan fungsi unit
organisasi. Pembagian tanggung jawab fungsional dan sistem wewenang dan
prosedur pencatatan yang telah ditetapkan tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan cara-cara untuk menjamin praktik yang sehat
dalam pelaksanaannya. Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah:
1 Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya
harus dipertanggung jawabkan oleh pihak yang berwenang. 2
Pemeriksaan mendadak
surprised audit
. Pemeriksaan mendadak dilaksanakan tanpa adanya pemberitahuan terlebih dahulu kepada
pihak yang akan diperiksa, dengan jadwal yang tidak teratur. 3
Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari
orang atau unit organisasi lain. 4
Perputaran jabatan
job rotation
yang diadakan secara rutin dapat menjaga independensi pejabat dalam melaksanakan tugasnya,
sehingga persekongkolan diantara mereka dapat dihindari. 5
Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak. Selama cuti, karyawan yang besangkutan digantikan sementara oleh pejabat lain,
sehingga seandainya terjadi kecurangan dalam departemen yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bersangkutan, diharapkan dapat diungkapkan oleh pejabat yang menggantikan untuk sementara waktu tesebut.
6 Secara periodik diadakan pencocokan fisik aset dengan catatannya.
7 Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek
efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian internal yang lain. d.
Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya Diantara unsur-unsur pengendalian intern, unsur mutu karyawan
merupakan unsur sistem pengendalian intern yang paling penting. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur
pengendalian yang lain dapat dikurangi sampai batas minimum, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggung jawaban keuangan
yang dapat diandalkan. Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya adalah:
a Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh
pekerjaannya. b
Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.
4. Pengendalian Intern Penggajian
Suatu pengendalian intern penggajian mempunyai suatu tujuan yaitu untuk menentukan kelebihan jumlah yang dibayarkan kepada setiap pegawai
atau karyawan untuk menjamin bahwa jumlah yang dibayarkan kepada setiap karyawan yang berhak menerimanya atau untuk menjaga kebenaran
jumlah karyawan yang ada. La Midjan dan Azhar Susanto 2001:259
mengemukakan prinsip pengendalian intern penggajian yaitu:
1. Harus terdapat organisasi intern yang memadai, dimana terdapat
pemisahan fungsi yang serasi antar: a.
Fungsi penguasaan yang berwenang untuk menyetujui penetapan besarnya gaji dan upah oleh kepala bagian personalia.
b. Fungsi pencatatan yang melakukan pencatatan atas absensi.
c. Fungsi penghitungan atas gaji oleh bagian akuntansi, bagian
akuntansi umum, baik gaji kotor maupun gaji bersih. d.
Fungsi pembayaran gaji oleh bagian keuangan dan juru bayar
paymaster
2. Harus dapat ditentukan jumlah pembayaran yang jumlahnya tepat untuk
karyawan. Hal ini untuk menghindari adanya pembayaran kepada sumber daya manusia fiktif, waktu kehadiran fiktif, dan jumlah kurang
bayar. 3.
Harus terdapat
budget
atau standar atau norma kerja dan tarif gaji yang memadai.
4. Secara periodik dan mendadak harus dilakukan pengamatan atas
pembayaran gaji dan pencatatan kehadiran. 5.
Harus ada prosedur yang baik mengenai pembayaran gaji. 6.
Dikembangkan pegawasan fisik ketiga oleh karyawan sendiri mengenai kebenaran gaji yang diterimanya dengan prestasi yang diberikan.
7. Untuk mengembangkan
internal check
yang baik, sistem pencatatan presensi menggunakan presensi terkomputrisasi.
8. Tunjangan dan potongan termasuk penjumlahan jumlah gaji harus benar
dan sesuai dengan pengecekan. 9.
Sedapat mungkin petugas kas meneliti tiap karyawan yang akan mengambil gaji baik mengenai orangnya maupun tanda tangannya.
10. Harus di cek bahwa karyawan yang tercantum di dalam daftar gaji
tersebut memang berhak untuk dicantumkan dalam daftar gaji. 11.
Perlu dicek bahwa potongan-potongan yang dilakukan dari gaji adalah benar dan dapat dipertanggung jawabkan.
5. Hubungan antara Prosedur Penggajian dengan Pengendalian Intern
Penyusunan prosedur penggajian harus diperhatikan dengan baik karena masalah gaji adalah masalah yang sangat penting yang sering terjadi
kecurangan dan manipulasi, untuk menghindari hal tersebut maka prosedur penggajian memerlukan pengendalian intern. Hubungan antara prosedur
penggajian dengan pengendalian intern yang baik memerlukan unsur-usur
sebagai berikut:
a. Prosedur
Prosedur penetapan dan pembayaran gaji dibagi: 1
Penentuan dan pencatatan waktu kerja sebagai dasar untuk penghitungan gaji.
2 Mengadakan pemeriksaan atas perhitungan pencatatan dan
pembuatan daftar gaji. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI