3.9.3.2 Afektif dan Psikomotorik Siswa
Hasil belajar afektif dan psikomotorik dari siswa dapat dianalisis secara deskriptif. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai afektif dan
psikomotorik siswa adalah:
Sugiyono, 2010 keterangan:
P = persentase
f = jumlah skor yang diperoleh
N = skor total
Hasil ini kemudian diklasifikasikan sesuai dengan kriteria Kunandar, 2013 yang ditetapkan pada Tabel 3.13.
Tabel 3.13 Kriteria Penilaian Afektif dan Psikomotorik Persentase
Kriteria 83,34 skor ≤ 100
Sangat baik 66,67 skor ≤ 83,34
Baik 50 skor ≤ 66,67
Cukup baik 33,33 skor ≤ 50
Tidak baik Siswa dapat dikatakan hasil belajar pada segi afektif maupun psikomotorik
baik apabila skor penilaian 66, 67.
3.9.4 Analisis Ketuntasan Belajar Klasikal Siswa
Pembelajaran dianggap berhasil jika minimal 85 secara klasikal siswa mencapai KKM ≥ 75. Ketuntasan belajar siswa dalam satu kelas bisa dicari
dengan rumus yang diadopsi dari Sugiyono 2010.
keterangan : P
= persentase ketuntasan belajar f = jumlah siswa yang yang menguasi konsep Nilai akhir ≥ KKM
N = jumlah total siswa dimana nilai KKM di SMP N 3 Ungaran yaitu 75.
Nilai Akhir NA penentu ketuntasan tema bunyi dan pendengaran dihitung dengan proporsi rata-rata nilai tugas rumah 20, LKS dan LDS 30 dan
nilai ulangan harian posttest 50 yang diadopsi dari Arikunto 2012 dengan
skala 0-100 dimana bobot nilai tugas : nilai ulangan harian : nilai ulangan akhir semester adalah 2:3:5. Oleh karena itu, nilai akhir Tema Bunyi dan Pendengaran
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus: �
keterangan : NA = nilai akhir
PR = nilai tugas rumah T = nilai LKS dan LDS
H
= nilai ulangan harian posttest
3.9.5 Analisis Angket Tanggapan Siswa terhadap Model PBL
Hasil angket tanggapan siswa IPA dihitung dalam tabulasi data kemudian jawaban dimasukkan sesuai skornya. Skor angket adalah:
a Skor 0 untuk jawaban tidak
b Skor 1 untuk jawaban ya
Sugiyono, 2010 keterangan:
P = persentase
f = jumlah skor yang diperoleh
N = skor total
Persentase penilaian dapat dijadikan menjadi 4 kategori. Cara menentukan kriteria tanggapan siswa adalah dengan menentukan persentase tertinggi dan
terendah terlebih dahulu menggunakan rumus: Persentase tertinggi =
x 100 = x 100 = 100
Persentase terendah = x 100 =
x 100 = 25 Interval Kelas =
= = 18,75
Hasil persentase tersebut kemudian dikonversikan dengan kriteria pada Tabel 3.14.
Tabel 3.14 Kriteria Hasil Persentase Tanggapan Siswa Persentase
Kriteria
25,00 x ≤ 43,75
Kurang Baik
43,75 x ≤ 62,50
Cukup Baik
62,50 x ≤ 81,25
Baik
81,25 x ≤ 100
Sangat Baik Analisis angket tanggapan siswa dapat ditarik suatu simpulan bahwa
model PBL dapat dikatakan baik untuk diterapkan apabila minimal didapatkan skor penilaian 62,50.
71
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:
1. Model Problem Based Learning PBL berbantuan alat peraga tiga dimensi efektif
terhadap kemampuan berpikir kritis pada tema bunyi dan pendengaran. Keefektivan dilihat dari peningkatan nilai kemampuan berpikir kritis dengan N-gain 1,01 kategori
tinggi untuk kelas VIII A dan 0,55 kategori sedang untuk kelas VIII B. Peningkatan N-gain terjadi secara signifikan.
2. Model Problem Based Learning PBL berbantuan alat peraga tiga dimensi efektif
terhadap hasil belajar siswa pada tema bunyi dan pendengaran. Keefektivan ditunjukkan dari N-gain kelas VIII A sebesar 0,67 dan kelas VIII B 0,47 dengan
kategori sedang dan terjadi peningkatan yang signifikan pada ranah kognitif. Peningkatan juga terjadi untuk rata-rata nilai afektif dan psikomotor secara klasikal
setiap pertemuan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan: 1.
Bila siswa belum terbiasa mengalami proses pembelajaran menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning PBL, butuh penyesuaian sehingga sediakan
waktu untuk berproses. 2.
Bentuklah ketua setiap kelompok untuk mengefektifkan waktu mengkondisikan anggotanya.
3. Pembelajaran menggunakan alat peraga berupa alat musik dapat menambah
efektivitas belajar, namun untuk menghindari kegaduhan buatlah aturan untuk membuat kesepakatan satu kelas.