Tabel 4.15 Hasil Kualitas Pembelajaran Pendekatan Saintifik dengan Model PBL
Pertemuan Persentase
Kriteria
I Baik
II Sangat Baik
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1 Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik
Berdasarkan hasil analisis data akhir yaitu nilai pre-test dan post-test kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi segiempat sub pokok
bahasan persegi panjang dan persegi diperoleh bahwa kedua kelas sampel berdistribusi normal. Oleh karena itu, uji selanjutnya dapat menggunakan
statistika parametrik. Pada uji homogenitas data akhir diperoleh bahwa kedua kelas mempunyai varians yang homogen.
Dari hasil uji kemampuan pemecahan masalah peserta didik menunjukkan bahwa peserta didik pada kelas yang menggunakan pendekatan
saintifik dengan model PBL telah mencapai ketuntasan belajar secara individual pada aspek kemampuan pemecahan masalah, sedangkan dari hasil uji perbedaan
diperoleh bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada kelas yang menggunakan pendekatan saintifik dengan model PBL lebih baik daripada
kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada kelas yang menggunakan pembelajaran ekspositori.
Hasil uji ketuntasan belajar klasikal menunjukkan bahwa peserta didik pada kelas yang menggunakan pendekatan saintifik dengan model PBL telah
mencapai ketuntasan belajar secara klasikal pada aspek kemampuan pemecahan masalah, sedangkan berdasarkan uji perbedaan diperoleh bahwa peserta didik
yang telah tuntas pada kelas yang menggunakan pendekatan saintifik dengan model PBL lebih baik daripada peserta didik yang telah tuntas pada kelas yang
menggunakan pembelajaran ekspositori. Pada kelas yang menggunakan pendekatan saintifik dengan model PBL
dilihat dari rata-rata pre-test adalah sedangkan rata-rata post-test adalah
. Kriteria gain ternormalisasi sebesar , hal ini berarti bahwa peningkatan pre-test dan post-test secara klasikal kelas yang menggunakan
pendekatan saintifik dengan model PBL dalam kategori sedang. Dilihat dari peningkatan pre-test dan post-test secara individual didapat bahwa
dalam kategori rendah, dalam kategori sedang, dan dan
kategori tinggi. Menurut Gunantara 2014 terjadinya peningkatan kemampuan
pemecahan masalah pada peserta didik disebabkan karena model PBL memungkinkan peserta didik dapat meningkatkan kemandirian dalam berpikir
menganalisa permasalahan.
Kemampuan menganalisa
permasalahan menyebabkan peserta didik mampu memecahkan masalah. Kemampuan
pemecahan masalah merupakan seperangkat prosedur atau strategi yang memungkinkan seseorang dapat meningkatkkan kemandirian dalam berpikir.
Selain itu, ditahap selanjutnya guru mengkoreksi dengan seksama jawaban yang benar, untuk disempurnakan sesuai dengan konsep pemecahan masalah
matematika. Dengan demikian, bimbingan belajar mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika.
Dari hasil post-test kemampuan pemecahan masalah salah satu peserta didik pada kelas yang menggunakan pendekatan saintifik dengan model PBL
pendekatan saintifik dengan model PBL pada gambar 4.1 terlihat bahwa peserta didik mengerjakan dengan mengikuti keempat langkah pemecahan masalah
menurut Polya: 1 memahami masalah yaitu peserta didik dapat menuliskan apa saja yang diketahui dan apa yang ditanyakan; 2 merencanakan pemecahan yaitu
peserta didik dapat menuliskan langkah penyelesaian masalah dengan runtut; 3 melakukan perhitungan yaitu peserta didik dapat menghitung dengan jawaban
yang benar; dan 4 memeriksa kembali hasil. Hal ini dikarenakan pada kelas yang menggunakan pendekatan saintifik dengan model PBL peserta didik dihadapkan
pada masalah-masalah yang berkaitan dengan dunia nyata sehingga membuat pesera didik tertantang untuk menyelesaikannya dengan menggunakan
pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada kelas yang menggunakan pendekatan saintifik dengan model
Gambar 4.1
PBL lebih baik dari kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada kelas yang menggunakan model ekspositori sebagai berikut:
1 Pada kelas yang menggunakan pendekatan saintifik dengan model PBL,
pembelajaran dilaksanakan dalam bentuk kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 peserta didik sehingga peserta didik dapat berdiskusi menyelesaikan masalah
dengan bimbingan guru. Peserta didik dibiasakan berdiskusi untuk memecahkan masalah, berani menyampaikan pendapat dan berani memberi
alasan atas jawaban yang telah diperoleh, sedangkan peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator. Ketika dalam diskusi, peserta didik
mengalami kesulitan maka guru dapat membimbing dengan memberi pertanyaan yang dapat membantu peserta didik dalam menyelesaikan
kesulitanya sehingga dapat memancing ide peserta didik. Hal sesuai pendapat Duch, et.al. 2000 peran guru dalam model PBL adalah membimbing,
menggali pemahaman yang lebih dalam dan mendukung inisiatif peserta didik. Pada kelas yang menggunakan pembelajaran ekspositori pembelajaran
tidak menekankan pada aktivitas peserta didik dan pembelajaran masih terpusat pada guru sehingga peserta didik cenderung pasif sehingga peserta
didik tidak dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan Hamruni 2012: 86, model ekspositori sulit mengembangkan
kemampuan sosial, hubungan interpersonal, dan berpikir kritis peserta didik karena proses pembelajaran lebih banyak melalui metode ceramah. Hmelo-
silver, Chernoblisky dan Da Costa 2004 menyatakan bahwa peserta didik yang belajar pengetahuan dan konteks pemecahan masalah seperti model PBL
kemungkinan besar dapat mengingat kembali dan mentransfer pengetahuan mereka untuk masalah baru, sedangkan pada kelas yang menggunakan
pembelajaran ekspositori, guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci tentang bahan pengajaran. Guru hanya berperan memindahkan
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kepada peserta didik sehingga peserta didik hanya menerima informasi yang sudah jadi dari guru.
2 Pada kelas yang menggunakan pendekatan saintifik dengan model PBL,
peserta didik diberikan tugas untuk menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan nyata peserta didik pada lembar masalah sehingga peserta
didik tidak hanya menerima informasi saja tetapi dapat mengkonstruk pengetahuan baru melalui lembar masalah yang diberikan. Hal ini sesuai
dengan karakteristik pendekatan saintifik Hosnan, 2014: 36 bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik melibatkan keterampilan dalam
mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip. Pada kelas yang menggunakan model ekpositori, guru sebagai pemberi informasi sehingga materi yang
didapatkan peserta didik berasal dari guru bukan atas penemuan sendiri.
4.2.2 Karakter Rasa Ingin Tahu Peserta Didik