Solusi atas Kendala Pelayanan Ketatausahaan Peserta Didik

89 Negeri 2 Sewon meliputi 4 empat hal, yaitu ruang tata usaha sekolah sebagai tempat pelaksanaan pelayanan ketatausahaan yang belum representatif, jumlah pegawai tata usaha sekolah sebagai pihak yang bertugas memeberikan pelayanan belum memadai, mobilitas kerja kepala sekolah yang tinggi, serta kesadaran petugas tata usaha terhadap tugas dan tanggung jawabnya masih rendah.

b. Solusi atas Kendala Pelayanan Ketatausahaan Peserta Didik

Berdasarkan berbagai kendala yang dihadapi selama memberikan pelayanan ketatausahaan peserta didik maka peneliti menganalisis lebih lanjut mengenai cara yang ditempuh petugas pelayanan untuk mengantisipasi atau meminimalisasi kendala tersebut. Mengutip apa yang disampaikan kepala tata usaha sekolah pada tanggal 28 Mei 2014, bahwa : “Pekerjaan yang idealnya harus dikerjakan oleh TU terpaksa harus dimintakan bantuan kepada guru, misalnya untuk petugas inventaris barang yang seharusnya menjadi pekerjaan dari TU tetapai karena pegawai belum cukup jadi harus ditangani oleh guru. Dengan demikian, beban kerja TU untuk melayani siswa tidak akan terbebani penuh dengan pekerjaan yang lain. Mengenai ruangan yang belum representatif ya terpaksa seadanya harus terima dulu karena memang tidak memungkinkan secara instan untuk diperbaiki karena ini mengenai fasilitas sekolah sehingga harus melalui prosedur. Sekarang ini juga baru diupayakan pembangunanan namun pembangunanpun harus dilakukan secara bertahap. Tidak menutup kemungkinan adanya pembangunan ruang untuk pelayanan ketatausahaan di gedung unit 2. Tetapi kembali lagi ya mba, namanya pembangunan fasilitas sekolah pasti tidak dapat dilakukan secara instan karena harus melalui prosedur”. Petugas tata usaha sekolah memaparkan hal sependapat dengan kepala tata usaha sekolah pada tanggal 28 Mei 2014 sebagai berikut: “Mengenai mobilitasi kerja kepala sekolah yang tinggi maka ketika siswa membutuhkan sesuatu terutama surat yang perlu pengesahan kepala sekolah maka siswa tersebut harus mengisi blangko yang sudah disediakan oleh TU 90 untuk kemudian menuliskan apa yang menjadi kebutuhannya. Kalau untuk ruangan yang terbatas sementara ini masih demikian adanya, lebih di desain sederhana saja agar tidak terlihat penuh. Sementara itu untuk pegawai yang terbatas menuntut semua pegawai dapat berperan mengelola atau bertugas memberikan layanan ketatausahaan kepada siswa. Jadi siapa pegawai yang pada saat itu sedang tidak ada pekerjaan harus secara cekatan dapat memberikan pelayanan. Kemudian beberapa kegiatan adminitrasi berupa inventaris dan bendahara dibantu oleh guru jadi beban tugas tata usaha berkurang ”. Berkaitan dengan solusi yang telah diupayakan oleh pihak sekolah untuk mengantisipasi dan meminimalisasi kendala pada pelayanan ketatausahaan peserta didik maka perlu diketahui pencapaian dari upaya tersebut. Kepala tata usaha sekolah pada tangal 28 Mei 2014 mengemukakan bahwa: “Sejuah ini sudah diupayakan mengenai bagaimana agar sekolah dapat memberikan pelayanan ketatausahaan kepada siswa yang baik terlepas dari segala keterbatasan tetapi tidak semua dapat dipenuhi secara instan, terlebih untuk memenuhi ruangan TU yang representatif”. Pada kesempatan yang sama, petugas tata usaha sekolah memberikan penilaian bahwa: “Kalau untuk meminimalkan bisa dibilang sudah namun masih belum bisa maksimal”. Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa sejauh ini pihak sekolah telah berupaya meminimalisasi kendala yang mungkin muncul selama pelayanan ketatausahaan peserta didik. Meskipun demikian, hasil yang dicapai belum maksimal. Hal tersebut sebagaimana telah dikemukakan oleh kepala tata usaha sekolah pada penuturan sebelumnya bahwa tidak semua kendala dapat diatasi dengan upaya yang instan. Terdapat beberapa kendala yang merupakan keterbatasan kemampuan dan kondisi sekolah sehingga tidak dapat dibenahi dalam waktu yang singkat. 91

C. Pembahasan

Berdasarkan penyajian data hasil penelitian lapangan di SMK Negeri 2 Sewon sebagaimana dipaparkan di atas maka peneliti melakukan analisis untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Berikut ini pemaparan pembahasan penelitian pelayanan ketatausahaan peserta didik pada penyelenggaraan pendidikan di SMK Negeri 2 Sewon.

1. Bentuk Pelayanan Ketatausahaan Peserta Didik

Tata usaha sekolah memiliki fungsi pelayanan, salah satu pelayanan tersebut mengenai ketatausahaan peserta didik. Ketatausahaan peserta didik berkaitan dengan pencatatan data dan pengaturan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan peserta didik mulai dari masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah Mulyasa, 2007:46. Bentuk ketatausahaan peserta didik tersebut menurut Abdul Aziz Wahab 2008: 107 berkaitan dengan kesekretariatan, persuratan, keterangan, dan informasi. Adapun, untuk memudahkan peneliti mendapatkan informasi mengenai bentuk pelayanan ketatausahaan peserta didik di SMK Negeri 2 Sewon maka bentuk pelayanan dapat indentifikasi berdasarkan ruang lingkup manajemen peserta didik. Ruang lingkup manajemen pendidikan sebagaimana dikemukakan Meilina Bustari dan Tina Rahmawati 2005: 9 meliputi perencanaan peserta didik, pembinaan peserta didik, evaluasi belajar peserta didik, dan mutasi peserta didik. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, perlu dibahas pula mengenai pelayanan ketatausahaan pascakelulusan karena pelayanan ketatausahaan juga diberikan kepada peserta didik yang telah lulus sekolah.