Hakikat Keterampilan Berbicara Deskripsi Teoretik
Nurjamal Götz dan Wellmann 2009: 773 mengatakan “ Sprechen ist die fähigkeit haben, aus einzelnen lauten Wörter oder Sätze zu bilden
”. Berbicara adalah kemampuan untuk membunyikan kata atau membuat kalimat.
Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan memproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak,
kebutuhan peradaan dan keinginan kepada orang lain. Keterampilan berbicara juga didasarkan oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, dan
benar dengan menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu dan takut Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 241.
Nurgiyantoro 2010: 399 mengatakan untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus menguasai lafal, struktur, dan kosa
kata yang bersangkutan. Selain itu penguasaan masalah atau gagasan yang akan disampaikan, serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara juga
diperlukan. Kemudian Iskandarwassid dan sunendar 2008: 242-243 menambahkan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara harus mampu
memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk mencapai tujuan yang dicita
– citakan. Akhadiah 1988: 27 mengungkapkan bahwa keterampilan berbicara
merupakan keterampilan bahasa yang kompleks, yang tidak hanya sekedar mencakup persoalan ucapan atau lafal dan intonasi saja. Tujuan keterampilan
berbicara menurut Iskandarwassid dan Sunendar 2008: 286 dapat dirumuskan sebagai berikut. 1 Peserta didik dapat melafalkan bunyi bahasa,
2 menyampaikan informasi, 3 menyatakan setuju atau tidak setuju, 4
menjelaskan identitas diri, 5 menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan, 6 menyatakan ungkapan rasa hormat, 7 bermain peran.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan kemampuan seseorang dalam mengungkapkan ide, pendapat, keinginan,
maupun pandangan kepada orang lain secara lisan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Berbicara memiliki tujuan agar seseorang yang
diajak berbicara mengerti apa yang ada di pikirannya.