Daya Pembeda Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan Indeks Kesukaran

commit to user liii liii dengan rumus Alpha Cronbach, diperoleh r 11 = 0.874 Koefisien Alpha = 0.6. sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil tes kuesioner reliabilitas tinggi. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran. Sedangkan untuk tes uji coba soal gerak lurus kepada 40 siswa kelas VII SMP Al Ikhlas Sumbawa Barat dengan jumlah item soal 30 pilihan ganda dihitung dengan rumus KR-20, diperoleh r 11 = 0.880 r table = 0.361. Dapat disimpulkan bahwa reliabilitas butir soal sangat tinggi. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

3. Daya Pembeda Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang tidak pandai berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut juga dengan indeks deskriminasi daya pembeda. Untuk menghitung daya pembeda DP digunakan rumus : A B A JS JB JB DP - = Suharsimi Arikunto,2002:213. Di mana, DP = daya pembeda JB A = jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas JB B = jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah JS A = Banyaknya siswa pada kelompok atas Kriteria indeks daya pembeda yang digunakan adalah kriteria yang dikemukakan Suherman dan Sukjaya 1990 : 202 sebagai berikut : DP £ 0,00 Sangat jelek commit to user liv liv 0,00 DP £ 0,20 Jelek 0,20 DP £ 0,40 Cukup 0,40 DP £ 0,70 baik 0,70 DP £ 1,00 Sangat baik Dari hasil perhitungan daya beda soal kemampuan awal siswa yang berjumlah 30 soal pilihan ganda didapat 2 Item baik soal nomor : 3,13 17 item cukup soal nomor: 2,5,6,8,10,11,16,17,19,20,21,22,24,26,27,28, dan 29 dan 11 item jelek soal nomor: 1,4,7,9,12,14,15,18,23,25, dan 30. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran. Dari hasil perhitungan daya beda soal Gerak Lurus yang berjumlah 30 soal pilihan ganda didapat 12 item baik soal nomor : 3,4,6,8,12,15,17,18,20,24,27, dan 30, 12 item cukup soal nomor: 2,7,10,13,14,16,19,23,25,26,28, dan 29, 3 item jelek soal nomor : 1,11, dan 22 dan 3 item sangat jelek soal nomor: 5,9, dan 21. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

4. Indeks Kesukaran

Indeks atau taraf kesukaran suatu butir soal, menunjukkan apakah butir soal tersebut tergolong butir soal yang sukar, sedang, atau mudah. Butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk menghitung Indeks kesukaran IK butir soal bentuk essai, digunakan rumus yang dikemukakan Karnoto 1996 : 16 sebagai berikut : commit to user lv lv B A B A JS JS JB JB IK + + = di mana, IK = indeks kesukaran JB A = jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas JB B = jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah JS A = Banyaknya siswa apda kelompok atas JS B = Banyaknya siswa apda kelompok bawah Suharsimi Arikunto,2002:208 . Kriteria indeks kesukaran butir soal yang digunakan seperti yang dikemukakan oleh Suherman dan Sukjaya 1990 : 213 yaitu : IK = 0,00 terlalu sukar 0,00 IK £ 0,30 sukar 0,30 IK £ 0,70 sedang 0,70 IK 1,00 mudah IK = 1,00 terlalu mudah Dari hasil perhitungan indeks kesukaran soal kemampuan awal siswa yang berjumlah 30 soal pilihan ganda didapat 16 Item sedang soal nomor : 1,2,3,5,8,10,11,13,20,21,22,24,26,27,28, dan 29, 14 item mudah soal nomor: commit to user lvi lvi 4,6,7,9,12,14,15,16,17,18,19,23,25, dan 30 dst. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran. Untuk hasil perhitungan indeks kesukaran soal Gerak Lurus, siswa yang berjumlah 30 soal pilihan ganda didapat 17 item sedang soal nomor : 2,3,4,6,7,8,11,12,13,15,16,17,19,20,22,27, dan 30, 13 item mudah soal nomor: 1,5,9,10,14,18,21,23,24,25,26,28, dan 29. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran.

I. Teknik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis Data hasil belajar merupakan data dari tes hasil belajar yang dipergunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah dalam materi gerak lurus. Sebelumnya telah diuji cobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas tes, serta analisis butir soal yang meliputi daya beda dan tingkat kesukarann. Untuk keperluan pertama akan dilakukan analisis menggunakan rumus statistik menguji kesamaan beberapa rataan atau analisis varians ANAVA dan kesamaan dua rataan uji t. Sebelumnya terlebih dahulu peneliti harus menentukan skor rataan dan simpangan baku dari skor tersebut. Karena pengujian hipotesis menggunakan rumus statistik yang disyaratkan berdistribusi normal serta diketahui keadaan variansnya, maka perlu dilakukan pengujian normalitas data dan homogenitas varians.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data ini, bertujuan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji Normalitas dengan Metode Kolmogorov-Smirnov tidak jauh beda dengan metode Lilliefors. Langkah-langkah penyelesaian dan commit to user lvii lvii penggunaan rumus sama, namun pada signifikansi yang berbeda. Signifikansi metode Kolmogorov-Smirnov menggunakan tabel pembanding Kolmogorov-Smirnov, sedangkan metode Lilliefors menggunakan tabel pembanding metode Lilliefors. Rumus Keterangan : Xi = Angka pada data Z = Transformasi dari angka ke notasi pada distribusi normal FT = Probabilitas komulatif normal FS = Probabilitas komulatif empiris FT = komulatif proporsi luasan kurva normal berdasarkan notasi Zi, dihitung dari luasan kurva mulai dari ujung kiri kurva sampai dengan titik Z. Persyaratan a. Data berskala interval atau ratio kuantitatif b. Data tunggal belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi c. Dapat untuk n besar maupun n kecil. Siginifikansi Signifikansi uji, nilai | FT – FS | terbesar dibandingkan dengan nilai tabel Kolmogorov Smirnov. Jika nilai | FT – FS | terbesar kurang dari nilai tabel Kolmogorov Smirnov, maka Ho diterima ; H1 ditolak. Jika nilai | FT – FS | terbesar lebih besar dari commit to user lviii lviii nilai tabel Kolmogorov Smirnov, maka Ho ditolak ; H1 diterima. Tabel Nilai Quantil Statistik Kolmogorov Distribusi Normal. Untuk perhitungannya menggunakan program SPSS.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians ini bertujuan untuk mengetahui apakah varians kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 homogen ataukah tidak. Uji homogenitas varians ini dilakukan terhadap hasil tes awal pretes maupun tes akhir postes. Karena terdapat satu kelas eksperimen 1 dan satu kelas eksperimen 2, maka uji homogenitas varians menggunakan uji Bartlett dengan pasangan hipotesis : H o : 2 2 2 1 s s = varians homogen H a : paling sedikit satu tanda sama dengan tidak berlaku varians tidak homogen Rumus statistik yang digunakan seperti yang dikemukakan Sudjana 1996 : 263 sebagai berikut : 2 c = } log 1 { 10 ln 2 i i S n B - S - dengan rumus : 1 log 2 - S = i n S B dan 1 1 2 2 - S - S = i i i n S n S Keterangan : n i = Jumlah sampel kelompok i S i 2 = Varians kelompok i commit to user lix lix S 2 = Varians gabungan Kriteria uji adalah tolak hipotesis H o jika 2 hitung c ³ 2 tabel c . 2 tabel c didapat dari tabel dengan peluang 1 - a , a adalah taraf nyata atau taraf kepercayaan dan derajad kebebasan dk = k – 1 dengan k merupakan banyaknya kelas atau kelompok sampel.

2. Uji Hipotesis

Dokumen yang terkait

Pembelajaran fisika dengan pendekatan induktif melalui metode eksperimen dan demonstrasi pada pokok bahasan kalor ditinjau dari kemampuan awal siswa SMA kelas x

0 12 126

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING DAN KETRAMPILAN PROSES DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP

1 14 115

PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE DEMONSTRASI MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI DAN 2D DITINJAU DARI KEMAMPUAN TINGKAT BERPIKIR DAN GAYA BELAJAR SISWA

0 11 133

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN SERTA DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

0 3 10

Pembelajaran kimia dengan inkuiri terbimbing melalui metode eksperimen dan demonstrasi ditinjau dari kemampuan awal dan sikap ilmiah siswa

0 13 156

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN CTL MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI DAN KIT IPA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA

4 28 229

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MEDIA PETA KONSEP DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN KREATIVITAS SISWA

0 1 126

Pembelajaran Fisika dengan Pendekatan Inkuiri melalui Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi ditinjau dari Kreativitas dan Motivasi Berprestasi Siswa.

0 0 17

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DISKUSI DAN EKSPERIMEN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA.

0 0 17

Pembelajaran fisika dengan media satket dan media interaktif ditinjau dari motivasi belajar dan gaya belajar siswa saiful

0 9 137