Modul II: Risk Evaluation Modul III: Perencanaan Jadwal Perawatan

5.2.4.2. Modul II: Risk Evaluation

Setelah total resiko ditentukan maka dihitung juga persentase resikonya dengan cara membandingkan total revenue yang didapatkan oleh perusahaan yang seharusnya. Selanjutnya persentase tersebut dibandingkan dengan acceptance criteria. Umumnya penentuan criteria penerimaan atau acceptance criteria akibat kerusakan mesin oleh perusahaan adalah berkisar 5 Sutrisno, Penentuan Perencanaan Perawatan Mesin Cetak Goss Community Menggunakan RBM, Orfa Silwana. Semakin kecil acceptance criteria semakin sensitive penentuan komponen kritis untuk perancangan jadwal perawatan rutin untuk pencegahan. Setelah acceptance criteria telah ditentukan, maka dibandingkan dengan persentase total resiko dari tiap komponen tersebut. Untuk risk estimation yang melebihi 5 artinya perlu diilakukann perbaikan berupa jadwal perawatan yang berkala atau disebut dengan preventive maintenance. Dari data pada Tabel 5.47 dapat dilihat bahwa komponen yang memiliki risk estimation lebih besar dari 5 adalah Beater mesin grinder 311 dan Beater mesin grinder 310. Maka komponen ini lah yang perlu dilanjutkan ke modul berikutnya.

5.2.4.3. Modul III: Perencanaan Jadwal Perawatan

Pada modul ini dicari waktu optimal untuk dilakukannya perawatan, yaitu dengan melihat cost yang dikeluarkan. Adapun perhitungnnya dapat dilihat pada Lampiran II dan III. Dari perhitungan waktu optimal Lampiran II tersebut didapatkan periode perawatan pencegahan yang optimal untuk komponen Beater Universitas Sumatera Utara Mesin Grinder 311 adalah 121 jam, sedangkan untuk komponen Beater mesin grinder 310 adalah 113 jam. Selanjutnya dihitung kembali resiko kerusakannya untuk melihat penurunan resiko yang terjadi, yaitu dapat dilihat pada Tabel 5.48 dan Tabel 5.49. Loss of revenue Rp 300.150.000 Biaya Tooling Preventive Rp 164.626 Biaya Teknisi Preventive Rp 22.500 Biaya Komponen Rp 2.720.000 Jam kerja preventive hari 1 jam Periode 744 hari Tabel 5.48. Perhitungan Resiko Kerusakan dari Komponen Kritis Beater Mesin Grinder 311 Beater Mesin Grinder 310 T jam 118 110 RT 96,88 96,31 Risk Rp 9.361.009 11.081.996 Biaya Maintenance Rp 18.329.677 19.662.744 Total Resiko Rp 27.690.776 30.744.740 Tabel 5.49. Penurunan Resiko Revenue Production per days Rp Total Risk Rp Risk Percentage Acrual Risk Percentage Acceptance Beater Mesin Grinder 311 1.600.800.000 27.690.776 1,73 10,31 5 Beater Mesin Grinder 310 1.600.800.000 30.744.740 1,92 10,49 5 Universitas Sumatera Utara

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Overall Equipment Effectiveness

Overall equipment effectiveness merupakan alat pengukur kinerja keseluruhan peralatan, dalam arti bahwa peralatan dapat bekerja seperti yang seharusnya. Nilai overall equipment effectiveness terdiri dari nilai availability, performance dan quality efficiency. Dari masing-masing nilai tersebut dapat dianalisis kekurangan kinerja suatu sistem atau peralatan. Berdasarkan buku Seiichi Nakajima yang berjudul TPM: Introduction to TPM Total Productive Maintenance tahun 1988, nilai overall yang optimal adalah 85. Sedangkan jika diperhatikan nilai OEE pada setiap bulan untuk tahun 2008-2011 Tabel 5.17, seluruhnya berada dibawah standard 85, yaitu dengan nilai OEE tertinggi sebesar 71,21041 dan OEE yang terendah sebesar 39,99225. Jika dianalisis dari komposit OEE pada empat tahun tersebut, maka nilai yang paling rendah adalah nilai availability. Yaitu rasio yang menggambarkan pemanfaatan waktu yang tersedia untuk kegiatan operasi mesin atau peralatan. Hal ini berkaitan dengan operation time, loading time, dan downtime pada sistem. Untuk itu, diperlukan improvement yang berujung pada pengurangan downtime mesin. Pengurangan downtime dapat dilakukan dengan meningkatkan atau mempertahankan reliability mesin sehingga terjadi peningkatkan jam kerja mesin. Dilihat dari sistem manajemen sebelumnya, bahwa perawatan yang dilakukan Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Peningkatan Efektifitas Mesin Blowing Berdasarkan Evaluasi Overall Equipment Effectiveness dan FMEA pada Industri Manufaktur Plastik

13 124 92

Integrasi Overall Equipment Effectiveness dan Failure Mode and Effect Analysis untuk Meningkatkan Efektivitas Mesin Hammer Mill di PT. Salix Bintama Prima

12 167 136

Pengukuran Nilai Overall Equipment Effectiviness (OEE) Sebagai Dasar Implementasi Total Productive Maintenance (TPM) (Studi Kasus di PT INALUM Batu Bara Sumatera Utara)

11 110 156

Study Peningkatan Overall Equipment Effectiveness Melalui Penerapan Total Productive Maintenance Di PTPN IV PKS Pasir Mandoge

19 90 160

Evaluasi Jadwal Perawatan Mesin dengan Pendekatan Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk Melakukan Perbaikan Perawatan dengan Metode Risk Based Maintenance pada PT. Gold Coin Indonesia

1 4 20

Evaluasi Jadwal Perawatan Mesin dengan Pendekatan Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk Melakukan Perbaikan Perawatan dengan Metode Risk Based Maintenance pada PT. Gold Coin Indonesia

0 0 1

Evaluasi Jadwal Perawatan Mesin dengan Pendekatan Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk Melakukan Perbaikan Perawatan dengan Metode Risk Based Maintenance pada PT. Gold Coin Indonesia

2 16 7

Evaluasi Jadwal Perawatan Mesin dengan Pendekatan Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk Melakukan Perbaikan Perawatan dengan Metode Risk Based Maintenance pada PT. Gold Coin Indonesia

0 0 34

Evaluasi Jadwal Perawatan Mesin dengan Pendekatan Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk Melakukan Perbaikan Perawatan dengan Metode Risk Based Maintenance pada PT. Gold Coin Indonesia

0 0 3

Evaluasi Jadwal Perawatan Mesin dengan Pendekatan Overall Equipment Effectiveness (OEE) untuk Melakukan Perbaikan Perawatan dengan Metode Risk Based Maintenance pada PT. Gold Coin Indonesia

0 1 50