41
22  PUDP PT Pudjiadi Prestige Tbk.
23  RALS PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk.
24  SHID PT Hotel Sahid Jaya International Tbk.
25  SONA PT Sona Topas Tourism Industry Tbk.
26  SRAJ PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk.
27  TRIO PT Trikomsel Oke Tbk.
3.6 Jenis Data
Jenis  data  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  data  kuantitatif, dimana  penggunaan  data  dalam  bentuk  angka.  Sumber  data  menurut  cara
memperoleh datanya menggunakan data sekunder dan merupakan kumpulan hasil data  publikasi  dari  Bursa  Efek  Indonesia,  jurnal,  buku
–  buku  referensi  dan internet berhubungan dengan variabel
– variabel yang ada di dalam penelitian ini.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode  pengumpulan  data  dalam  penelitian  ini  dilakukan  dengan beberapa cara sebagai berikut :
1.  Dokumentasi,  yaitu  pengumpulan  data  yang  tersedia  pada  obyek penelitian,  dalam  hal  ini  dokumen  laporan  keuangan  perusahaan  jasa,
perdagangan, dan investasi yang terdaftar di BEI periode 2011 - 2013. 2.  Studi  pustaka,  yaitu  dari  literatur
–literatur  yang  berhubungan  dengan permasalahan dalam penulisan penelitian.
42
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis  data  dilakukan  dengan  menggunakan  analisis  kuantitatif,  yaitu suatu  analisis  data  yang  diperlukan  terhadap  data  yang  diperoleh  dari  hasil
responden  yang  diberikan,  kemudian  dilakukan  analisa  berdasarkan  metode statistik  dan  data  tersebut  diklasifikasikan  ke  dalam  kategori  tertentu  dengan
menggunakan tabel untuk mempermudah dalam menganalisa.
3.8.1   Analisis Deskriptif
Statistik  deskriptif  yaitu  analisis  yang  ditunjukkan  pada  perkembangan dan  pertumbuhan  dari  suatu  keadaan  dan  hanya  memberikan  gambaran  tentang
keadaan tertentu dengan cara menguraikan tentang sifat-sifat dari obyek penelitian tersebut  Umar,  2002:  78  dalam  Rahmawati  2012.  Dalam  analisis  deskriptif
data yang dipakai yaitu data minimum, maximum, mean dan standar deviasi.
3.8.2    Uji Asumsi Klasik
Asumsi  klasik  adalah  suatu  pengujian  hipotesis  yang  digunakan  dalam suatu penelitian yang menunjukkan bahwa model regresi tersebut layak atau tidak
untuk  dilakukan  ke  pengujian  selanjutnya  Ghozali,  2013:103.  Adapun penyimpangan asumsi klasik ada empat :
1.    Normalitas Uji  Normalitas  residual  bertujuan  untuk  menguji  apakah  dalam  model
regresi,  variabel  penganggu  atau  residual  memiliki  distribusi  normal  Ghozali, 2013:160.  Seperti  diketahui  bahwa  uji  t  dan  F  mengasumsikan  bahwa  nilai
residual  mengikuti  distribusi  normal.  Kalau  asumsi  ini  dilanggar,  maka  uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk mendeteksi apakah
43
residual berdistribusi normal atau tidak, maka dalam penelitian ini menggunakan analisis  Kolmogorov  -  Smirnov.  Jika  nilai  uji  Kolmogorov
–  Smirnov    0,05 berarti data terdistribusi normal.
Pada penelitian ini untuk menguji kenormalitas data dapat dilihat dengan melihat  normal  probability  plot  yang  membandingkan  distribusi  kumulatif  dan
distribusi  normal.  Distribusi  normal  akan  membentuk  satu  garis  lurus  diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi
data  residual  normal,  maka  garis  yang  menggambarkan  data  sesungguhnya  akan mengikuti garis diagonalnya Ghozali, 2013: 161
2.    Uji Multikolinearitas Sebelum
dilakukan regresi,
terlebih dahulu
dilakukan uji
multikoleniaritas  untuk  menunjukkan  adanya  hubungan  linear  antara  variabel- variabel  bebas  dalam  model  regresi  Sumodiningrat,  1994:281.  Model  regresi
yang  baik  seharusnya  tidak  terjadi  korelasi  diantara  variabel  independen.  Untuk mendekteksi  adanya  multikolinearitas  dilihat  melalui  nilai  tolerance  value  dan
variance  inflation  factor  VIF.  Nilai  cut  off  yang  umumnya  dipakai  untuk menunjukkan  adanya  multikolonearitas  adalah  nilai  tolerance,  0,10  atau  sama
dengan nilai VIF  10 Ghozali, 2013:106.
Tolerance VIF
1 
44
3.  Uji Heteroskedasitas
Uji  heteroskedastisitas  digunakan  untuk  mengetahui  apakah  dalam  model regresi  terjadi  ketidaksamaan  varians  dari  residual  satu  pengamatan  ke  pengamatan
yang  lain.  Jika  varians  dari  residual  satu  pengamatan  ke  pengamatan  tetap  maka disebut  homokedastisitas  dan  jika  berbeda  disebut  heterokedastisitas.  Model  regresi
yang  baik  adalah  yang  homokedastisitas  atau  tidak  terjadi  heterokedastisitas. Ghozali, 2013:139.
Cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap
variabel  independen.  Jika  variabel  independen,  maka  indikasi  terjadi heterokedastisitas.  Jika  variabel  independen  tidak  signifikan  sig    0.05  berarti
model bebas dari heterokedastisitas. 4.    Uji Autokorelasi
Autokorelasi  adalah  korelasi  hubungan  yang  terjadi  diantara  anggota- anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu time
series  atau  yang  tersusun  dalam  rangkaian  ruang  Sumodiningrat,  1994:231. Pengujian  autukorelasi  yang  banyak  digunakan  adalah  model  Durbin-Watson.
Kriteria pengujian Durbin-Watson adalah sebagai berikut Ghozali, 2013:111 : Hipotesis Nol
Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak
0  d  dl Tidak ada autokorelasi positif
No desicison dl ≤ d ≤ du
45
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak
4 – dl  d  4
Tidak ada autokorelasi negatif No desicison
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif
Diterima du  d  4
– du
Jika  nilai  Durbin-Watson  tidak  dapat  memberikan  kesimpulan  apakah data  yang digunakan terbebas dari autokorelasi  atau tidak, maka perlu dilakukan
Run  Test.  Pengambilan  keputusan  didasarkan  pada  acak  atau  tidaknya  data, apabila  bersifat  acak  maka  dapat  diambil  kesimpulan  bahwa  data  tidak  terkena
autokorelasi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa  residual  adalah  random  atau  acak.  Apabila  tingkat  signifikansi  hasil  uji
Run  Test dibawah  α  0,05  maka  didalam  model  terdapat  autokorelasi.  Tetapi
apabila tidak signifikan pada α 0,05 maka tidak terdapat autokorelasi. Hipotesis yang diajukan dalam uji Run Test.
H0 : residual random acak H1 : residual tidak random
3.8.3 Moderated Regression Analysis MRA
Moderated  Regression  Analysis  MRA  menggunakan  pendekatan analitik  yang  mempertahankan  integritas  sampel  dan  memberikan  dasar  untuk
mengontrol  pengaruh  variabel  moderator.  Untuk  menggunakan  MRA  kita  harus membandingkan  tiga  persamaan  regresi  untuk  menentukan  jenis  variabel
moderator Ghozali, 2013:229.
46
Y = α + β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
+ β
4
X
4
+ e 1
Y = α + β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
+ β
4
X
4
+ β
5
Z + e 2
Y = α + β
1
X
1
+ β
2
Z + β
3
X
1
Z + β
4
X
2
+ β
5
X
2
Z + β
6
X
3
+ β
7
X
3
Z + β
8
X
4
+ β
9
X
4
Z + e
3 Keterangan :
Y = Kebijakan Hutang Debt to Equity Ratio
a = Konstanta
β
1
– β
9
= Koefisien Regresi X
1
= Rasio Free Cash Flow X
2
= Presentase Kepemilikan Manajerial X
3
= Presentase Kepemilikan Institosional X
4
= Ukuran Perusahaan Z
= Rasio Investment Opportunity Set Market to Book Value of Asset X
1
Z = Rasio moderating free cash flow dengan investment opportunity set
X
2
Z  = Rasio moderating kepemilikan manajerial dengan IOS X
3
Z = Rasio moderating kepemilikan institusional dengan IOS
X
4
Z  = Rasio moderating Ukuran Perusahaan dengan IOS e
= standart error
3.8.4 Uji Hipotesis
1. Uji Statistik F F-test
Pengujian uji F statistik merupakan pengujian regresi secara keseluruhan yang  menunjukkan  apakah  variabel  bebas  secara  keseluruhan  mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen.
47
Hipotesis : Ho : b
1
= b
2
= b
3
= 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari free cash flow, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan
institusional, ukuran perusahaan, dan invesment opportunity set terhadap kebijakan hutang.
Ha : b
1
≠ b
2
≠ b
3
≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari free  cash  flow,  struktur  kepemilikan  manajerial,  struktur  kepemilikan
institusional, ukuran perusahaan, dan invesment opportunity set terhadap kebijakan hutang.
Pada uji ini dilakukan uji satu sisi dengan tingkat signifikan sebesar 5 untuk  mendapatkan  nilai  F  tabel,  sedangkan  untuk  menarik  kesimpulan  dari
persamaan yang didapat digunakan pedoman sebagai berikut: a.  Jika F hitung lebih kecil dari F tabel, atau terletak didaerah  peneriamaan
Ho, maka Ho diterima. b.  Jika F hitung lebih besar dari F tabel, atau terletak didaerah penolakan Ho,
maka Ho ditolak.
2. Uji Statistik T t - test
Uji  statistik  t  digunakan  untuk  menilai  hubungan  antara  variabel dependen  dan  variabel  independen  apakah  memiliki  pengaruh  satu  dengan
lainnya, dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Uji t dilakukan untuk melihat  pengaruh  variabel  independen  dan  variabel  dependen  secara  parsial.
Apabila t  hitung menunjukkan nilai  lebih besar dibandingkan dengan t  tabel, maka koefisien regresi variabel independen adalah signifikan.
48
Kriteria pengujian yaitu : 1.  Jika  tingkat  signifikansi
α      0,05,  t  tabel    t  hitung,  maka  hipotesis diterima.
2.  Jika tingkat signifikansi α  0,05, t tabel  t hitung, maka hipotesis ditolak.
3.8.5 Uji Koefisien Determinasi R
2
Koefisien  determinasi  dapat  dilihat  pada  nilai  Adjusted  R  Square  yang menunjukkan  seberapa  besar  variabel  independen  dapat  menjelaskan  variabel
dependen.  Semakin  tinggi  nilai  Adjusted  R  Square  maka  berarti  semakin  baik model  regresi  yang  digunakan  karena  menandakan  bahwa  kemampuan  variabel
bebas menjelaskan variabel terikat juga semakin besar,demikian pula apabila yang terjadi  sebaliknya.  Nilai  R
2
besarnya  antara  nol  dan  satu  0  ≤  R
2
≤  1,  jika mendekati  satu  maka  kecocokan  model  dikatakan  cukup  untuk  menjelaskan
variabel dependen.
49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia BEI
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar  modal  atau  bursa  efek  telah  hadir  sejak  jaman  kolonial  Belanda  dan
tepatnya  pada  tahun  1912  di  Batavia.  Pasar  modal  ketika  itu  didirikan  oleh pemerintah  Hindia  Belanda  untuk  kepentingan  pemerintah  kolonial  atau  VOC.
Meskipun  pasar  modal  telah  ada  sejak  tahun  1912,  perkembangan  dan pertumbuhan  pasar  modal  tidak  berjalan  seperti  yang  diharapkan,  bahkan  pada
beberapa  periode  kegiatan  pasar  modal  mengalami  kevakuman.  Hal  tersebut disebabkan  oleh  beberapa  faktor  seperti  perang  dunia  ke  I  dan  II,  perpindahan
kekuasaan  dari  pemerintah  kolonial  kepada  pemerintah  Republik  Indonesia,  dan berbagai  kondisi  yang  menyebabkan  operasi  bursa  efek  tidak  dapat  berjalan
sebagimana  mestinya.  Pemerintah  Republik  Indonesia  mengaktifkan  kembali pasar  modal  pada  tahun  1977,  dan  beberapa  tahun  kemudian  pasar  modal
mengalami  pertumbuhan  seiring  dengan  berbagai  insentif  dan  regulasi  yang dikeluarkan pemerintah.
Secara  singkat,  tonggak  perkembangan  pasar  modal  di  Indonesia  dapat dilihat sebagai berikut:
[Desember  1912]  Bursa  Efek  pertama  di  Indonesia  dibentuk  di  Batavia  oleh Pemerintah Hindia Belanda.
50
[1914 – 1918] Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.
[1925 – 1942] Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek
di Semarang dan Surabaya. [Awal tahun 1939] Karena isu politik Perang Dunia II Bursa Efek di Semarang
dan Surabaya ditutup. [1942
– 1952] Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II.
[1956]  Program  nasionalisasi  perusahaan  Belanda.  Bursa  Efek  semakin  tidak aktif.
[1956 – 1977] Perdagangan di Bursa Efek vakum.
[10  Agustus  1977]  Bursa  Efek  diresmikan  kembali  oleh  Presiden  Soeharto.  BEJ dijalankan  dibawah  BAPEPAM  Badan  Pelaksana  Pasar  Modal.  Pengaktifan
kembali  pasar  modal  ini  juga  ditandai  dengan  go  public  PT  Semen  Cibinong sebagai emiten pertama19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
[1977 –  1987]  Perdagangan  di  Bursa  Efek  sangat  lesu.  Jumlah  emiten  hingga
1987  baru  mencapai  24.  Masyarakat  lebih  memilih  instrumen  perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
[1987]  Ditandai  dengan  hadirnya  Paket  Desember  1987  PAKDES  87  yang memberikan  kemudahan  bagi  perusahaan  untuk  melakukan  Penawaran  Umum
dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
51
[1988 – 1990] Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan.
Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat. [2  Juni  1988]  Bursa  Paralel  Indonesia  BPI  mulai  beroperasi  dan  dikelola  oleh
Persatuan  Perdagangan  Uang  dan  Efek  PPUE,  sedangkan  organisasinya  terdiri dari broker dan dealer.
[Desember  1988]  Pemerintah  mengeluarkan  Paket  Desember  88  PAKDES  88 yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan
lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. [16  Juni  1989]  Bursa  Efek  Surabaya  BES  mulai  beroperasi  dan  dikelola  oleh
Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. [13  Juli  1992]  Swastanisasi  BEJ.  BAPEPAM  berubah  menjadi  Badan  Pengawas
Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. [22  Mei  1995] Sistem  Otomasi  perdagangan  di  BEJ  dilaksanakan  dengan  sistem
computer JATS Jakarta Automated Trading Systems. [10  November  1995]  Pemerintah  mengeluarkan  Undang
–Undang  No.  8  Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari
1996. [1995] Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
[2000] Sistem Perdagangan Tanpa Warkat scripless trading mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
52
[2002]  BEJ  mulai  mengaplikasikan  sistem  perdagangan  jarak  jauh  remote trading.
[2007]  Penggabungan  Bursa  Efek  Surabaya  BES  ke  Bursa  Efek  Jakarta  BEJ dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia BEI.
[02  Maret  2009]  Peluncuran  Perdana  Sistem  Perdagangan  Baru  PT  Bursa  Efek Indonesia: JATS-NextG.
4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan
1. PT AKR Corporindo Tbk
AKR  Corporindo  Tbk  AKRA  didirikan  di  Surabaya  tanggal  28 Nopember 1977 dengan nama PT Aneka Kimia Raya dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada bulan Juni 1978. Kantor pusat AKRA terletak di Wisma AKR, Lantai  8,  JI.  Panjang  No.  5,  Kebon  Jeruk,  Jakarta.  Induk  usaha  dan  induk  usaha
terakhir  AKRA  adalah  PT  Arthakencana  Rayatama  yang  merupakan  bagian  dari kelompok usaha yang dimiliki oleh keluar Soegiarto dan Haryanto Adikoesoemo.
AKRA  saat  ini  bergerak  dalam  bidang  distribusi  produk  bahan  bakar minyak BBM ke pasar industri, distribusi dan perdagangan bahan kimia seperti
caustic  soda,  sodium  sulfat,  PVC  resin  dan  soda  ash  yang  digunakan  oleh berbagai industri di Indonesia sesuai dengan perjanjian distribusi dengan produsen
asing dan lokal, penyewaan gudang, kendaraan angkutan, tangki dan jasa logistik lainnya. Pada bulan September 1994, AKRA memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk  melakukan Penawaran Umum  Perdana Saham  AKRA IPO
53
kepada  masyarakat  sebanyak  15.000.000  dengan  nilai  nominal  Rp1.000,-  per saham  dengan  harga  penawaran  Rp4.000,-  per  saham.  Saham-saham  tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 03 Oktober 1994.
2. PT MNC Investama Tbk
MNC  Investama  Tbk  sebelumnya  PT  Bhakti  Investama  Tbk  BHIT didirikan 02 Nopember  1989 dan beroperasi  secara  komersial mulai  tahun 1989.
Kantor  pusat  BHIT  berdomisili  di  MNC  Financial  Center,  Lantai  21-27,  Jalan Kebon Sirih No. 21-27, Jakarta 10340. Saat ini, BHIT memiliki anak usaha yang
juga  tercatat  di  Bursa  Efek  Indonesia  BEI,  antara  lain:  PT  Global  Mediacom Tbk  BMTR  dan  PT  MNC  Kapital  Indonesia  Tbk  BCAP.  Berdasarkan
Anggaran  Dasar  Perusahaan,  ruang  lingkup  kegiatan  BHIT  terutama  meliputi bidang  perindustrian,  pertambangan,  pengangkutan,  pertanian,  pembangunan
pemborongan, jasa dan perdagangan. Pada  tanggal  28  Oktober  1997,  BHIT  memperoleh  pernyataan  efektif
dari  BAPEPAM-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  BHIT IPO  kepada  masyarakat  sebanyak  123.000.000  dengan  nilai  nominal  Rp500,-
per  saham  dengan  harga  penawaran  Rp700,-  per  saham.  Saham-saham  tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 24 Nopember 1997.
3. PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk
Bintang  Mitra  Semestaraya  Tbk  BMSR  didirikan  dengan  nama  PT Bintang  Mahkota  Semestaraya  pata  tanggal  16  Nopember  1989  dan  mulai
54
beroperasi secara komersial pada tahun 1989. Kantor pusat BMSR berkedudukan di  Panin  Tower
–  Senayan  City  Lt.10  JI.  Asia  Afrika  Lot  19,  Jakarta.  Saat  ini kegiatan usaha utama BMSR adalah bergerak dibidang perdagangan bahan
–bahan kimia  dan  beras  serta  melakukan  investasi  pada  anak  usaha  yang  bergerak
dibidang  kontraktor  minyak  dan  gas  meliputi  aktivitas  pengeboran,  eksplorasi, produksi dan pemasaran minyak bumi.
Pada tanggal 06 Desember 1999, BMSR memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BMSR
IPO  kepada  masyarakat  sebanyak  130.000.000  dengan  nilai  nominal  Rp500,- per  saham  dengan  harga  penawaran  Rp500,-  per  saham.  Saham-saham  tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 29 Desember 1999.
4. PT Catur Sentosa Adiprana Tbk
PT Catur Sentosa Adiprana Tbk CSAP didirikan tanggal 31 Desember 1983 dan memulai kegiatan operasi komersialnya tahun 1983. Kantor pusat CSAP
terletak  di  Jl.  Daan  Mogot  Raya  No.  234,  Jakarta.  Saat  ini  CSAP  memiliki  37 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini CSAP bersama anak usahanya
menjalankan  usaha  di  bidang  distribusi  bahan  bangunan,  distribusi  bahan  kimia, distribusi consumer goods dan toko ritel dengan brand Mitra10 dan Atria.
Pada tanggal 30 Nopember 2007, CSAP memperoleh pernyataan efektif dari  BAPEPAM-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  CSAP
IPO  kepada  masyarakat  sebanyak  600.000.000  dengan  nilai  nominal  Rp100,-
55
per  saham  dengan  harga  penawaran  Rp200,-  per  saham.  Saham-saham  tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 12 Desember 2007.
5. PT Elang Mahkota Teknologi Tbk
Elang  Mahkota  Teknologi  Tbk  Emtek  EMTK  didirikan  tanggal  03 Agustus 1983 dengan nama PT Elang Mahkota Komputer dan memulai aktivitas
secara  komersial  di  tahun  1984.  Kantor  pusat  Emtek  terletak  di  SCTV  Tower lantai 18, Senayan City, Jl. Asia Afrika Lot 19, Jakarta. Saat ini aktivitas EMTK
bergerak dalam bidang media, solusi dan lain-lain melalui penyertaan saham pada beberapa anak usaha. Stasiun televisi di bawah naungan Emtek antara lain SCTV
dan  Indosiar  melalui  anak  usaha  yakni  Surya  Citra  Media  Tbk  SCMA  serta stasiun televisi berbayar NexMedia menjadi official broadcaster Sea Games 2013
di Myanmar. Pada tanggal 30 Desember 2009, EMTK memperoleh pernyataan efektif
dari  Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  EMTK IPO  kepada  masyarakat  sebanyak  512.730.000  dengan  nilai  nominal  Rp200,-
per  saham  saham  dengan  harga  penawaran  Rp720,-  per  saham.  Saham-saham tersebut  dicatatkan  pada  Bursa  Efek  Indonesia  BEI  pada  tanggal  12  Januari
2010.
6. PT Gema Grahasarana Tbk
PT  Gema  Grahasarana  Tbk  GEMA  didirikan  tanggal  07  Desember 1984  dengan  nama  PT  Gema  Gerhana  Sarana  dan  memulai  kegiatan  usaha
56
komersialnya pada tahun 1984. Kantor pusat GEMA berlokasi di  Gedung Office 8,  Lantai  35  Unit  F,  SCBD  Lot  28,  Jl.  Jenderal  Sudirman  Kav.  52-53,  Jakarta
11480. Lokasi pabrik GEMA di Desa Sukaharja, Pasar Kemis, Tangerang. GEMA tergabung  dalam  kelompok  usaha  Vivere  Group.  Berdasarkan  Anggaran  Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan GEMA meliputi perdagangan umum, industri, jasa perancangan dan pemborongan di bidang interior dan furnitur.
Pada  tanggal  24  Juli  2002,  GEMA  memperoleh  pernyataan  efektif  dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham GEMA IPO
kepada masyarakat sebanyak 80.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan  harga  penawaran  Rp225,-  per  saham  dan  disertai  dengan  20.000.000
Waran  Seri  I  dengan  harga  pelaksanaan  sebesar  Rp  275  dan  10.000.000  Waran Seri II dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 225. Periode pelaksanaan waran Seri
I  dan  II  ini  yaitu  mulai  tanggal  12  Pebruari  2003  sampai  dengan  tanggal  11 Agustus 2005. Saham  dan Waran tersebut  dicatatkan pada  Bursa Efek  Indonesia
BEI pada tanggal 12 Agustus 2002.
7. PT Golden Retailindo Tbk
Golden Retailindo Tbk GOLD didirikan dengan nama PT Bima Nuansa Cempaka tanggal 08 Nopember 1995. Golden Retailindo berkantor pusat di Jalan
Gunung  Sahari  No.  59  Jakarta  Pusat.  Induk  usaha  dan  induk  usaha  terakhir Golden  Retailindo  Tbk  adalah  PT  Pasifik  Atlanta  Retailindo.  Saat  ini  kegiatan
usaha utama Golden Retailindo adalah sebagai manajemen perdagangan retail dan pengelolaan  mal  termasuk  di  dalamnya  department  store  dan  pengelola  ruang
57
sewa komersial untuk berbagai tenant seperti toko buku, supermarket, food court, restaurant, salon, pakaian dan lain-lain.
Pada  tanggal  25  Juni  2010,  GOLD  memperoleh  pernyataan  efektif  dari Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  GOLD  IPO
kepada masyarakat sebanyak 86.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham saham  dengan  harga  penawaran  Rp350,-  per  saham.  Saham-saham  tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 07 Juli 2010.
8. PT Island Concepts Indonesia Tbk
PT Island Concepts Indonesia Tbk ICON didirikan tanggal 11 Juli 2001 dan  memulai  kegiatan  usaha  komersialnya  pada  tahun  April  2005.  Kantor  pusat
ICON  terletak  di  Jl.  Raya  Petitenget  No.  469,  Kerobokan,  Kuta,  Badung,  Bali. Saat ini kegiatan utama ICON adalah bergerak dalam bidang penyewaan villa dan
akomodasi,  serta  melalui  anak  usahanya  PT  Patra  Supplies  and  Services, menjalankan kegiatan jasa katering dan jasa pemeliharaan fasilitas perkotaan.
Pada  tanggal  22  Desember  2004,  ICON  memperoleh  pernyataan  efektif dari  Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  ICON
IPO kepada masyarakat sebanyak 125.000.000 dengan nilai nominal Rp112,50,- per saham  dengan harga penawaran Rp112,50 per saham.  Saham-saham  tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 08 Juli 2005.
58
9. PT Indonesian Paradise Property Tbk
Indonesian Paradise Property Tbk INPP didirikan tanggal 14 Juni 1996 dengan nama PT Penta Karsa Lubrindo dan memulai kegiatan usaha komersialnya
pada  tahun  2002.  Kantor  pusat  INPP  berkedudukan  di  Jalan  Tebet  Timur  Raya No.  10C,  Jakarta  12820.  Saat  ini,  Indonesian  Paradise  Property  memiliki  hotel
dengan nama Hotel HARRIS di Jalan Dewi Sartika, Tuban, Bali dan melalui anak usahanya Indonesian Paradise Property, secara tidak langsung memiliki Sheraton
Hotel  Kuta  Bali,  HARRIS  Resort  Kuta  Bali  dan  Beachwalk  Kuta  Bali  pusat perbelanjaan,  Hotel  HARRIS  Batam  Center,  hotel  POP  Tugu  Yogyakarta,  Villa
Puri  Bunga  Ubud  Bali,  hotel  HARRIS  fX-Suite  SUDIRMAN,  dan  Cikini  Gold Center pusat perbelanjaan.
Pada  tanggal  21  September  2004,  INPP  memperoleh  pernyataan  efektif dari  Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  INPP
IPO  kepada  masyarakat.  Saham-saham  tersebut  dicatatkan  pada  Bursa  Efek Indonesia BEI dahulu  Bursa Efek Surabaya  BES pada tanggal 01 Desember
2004.
10. PT Intraco Penta Tbk
Intraco  Penta  Tbk  INTA  didirikan  tanggal  10  Mei  1975  dan  memulai kegiatan  usaha  komersialnya  pada  tahun  1975.  Kantor  pusat  INTA  terletak  Jl.
Raya  Cakung  Cilincing  KM  3,5  Jakarta  14130,  sedangkan  cabang-cabang  INTA terletak  di  beberapa  kota  di  Indonesia.  INTA  memiliki  anak  usaha  yang  juga
tercatat di Bursa Efek Indonesia, yaitu Intan Baruprana Finance Tbk IBFN. Saat
59
ini,  INTA  dan  anak  usahanya  menjalankan  usaha  distribusi  alat  berat  baik  yang baru  maupun  yang  bekas,  pembiayaan,  penyewaan  ala  berat,  manufaktur,
engineering  hingga  kontraktor  tambang.  Selain  itu,  INTA  juga  melayani perusahaan  di  berbagai  sektor  lainnya  seperti  agribisnis,  minyak  dan  gas,
infrastruktur dan konstruksi, serta industri umum. Pada  tanggal  30  Juni  1993,  INTA  memperoleh  pernyataan  efektif  dari
Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  INTA  IPO kepada  masyarakat  sebanyak  6.000.000  dengan  nilai  nominal  Rp1.000,-  per
saham  dengan  harga  penawaran  Rp3.375,-  per  saham.  Saham-saham  tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 23 Agustus 1993.
11. PT Jakarta International Hotels  Dev. Tbk
PT  Jakarta  International  Hotels    Development  Tbk  JIHD  didirikan tanggal  07  Nopember  1969  dengan  nama  PT  Djakarta  International  Hotel  dan
memulai  kegiatan  usaha  komersialnya  pada  tahun  1969.  Kantor  pusat  JIHD terletak  di  Gedung  Artha  Graha
– Lantai 15, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman KNTS, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52
– 53, Jakarta.
Berdasarkan  Anggaran  Dasar  Perusahaan,  ruang  lingkup  kegiatan  JIHD mencakup
pembangunan hotel
dan penyelenggaraan
jasa perhotelan,
pembangunan real estat dan properti, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan niaga  beserta  fasilitasnya.  JIHD  adalah  pemilik  Hotel  Borobudur  Jakarta  Hotel
yang  dikelola  oleh  PT  Dharma  Harapan  Raya.  JIHD  memiliki  anak  usaha  yang
60
juga  tercatat  di  Bursa  Efek  Indonesia,  yakni  PT  Danayasa  Arthatama  Tbk SCBD.
Pada  tahun  1984,  JIHD  memperoleh  pernyataan  efektif  dari  Bapepam- LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  JIHD  IPO  kepada
masyarakat  sebanyak  6.618.600  dengan  nilai  nominal  Rp1.000,-  per  saham dengan harga penawaran Rp1.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 29 Feb 1984.
12. PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk JKON didirikan tanggal 23 Desember  1982  dan  memulai  kegiatan  usaha  komersialnya  pada  tahun  1982.
Kantor  pusat  JKON  berlokasi  di  Taman  Bintaro  Jaya  Gedung  B,  Jalan  Bintaro Raya,  Jakarta.  Saat  ini  JKON,  bertindak  sebagai  pengembang,  pemborong  pada
umumnya  general  contractor,  pemasangan  komponen  bangunan  beratheavy- lifting,  pembangunan  konstruksi  segala  bangunan,  pemasangan  instalasi,
pengembangan wilayah pemukiman, pemborongan bidang pertambangan minyak, gas dan panas bumi, pemborong bidang pertambangan umum, pemborong bidang
petrokimia,  pembangunan  sarana  dan  prasarana  jaringan  telekomunikasi, konstruksi  besi  dan  baja,  pembangunan  lapangan  golf,  penyelenggaraan  proyek
jalan  tol,  konstruksi  sinyal  dan  telekomunikasi  kereta  api,  usaha  penunjang ketenagalistrikan.
Pada tanggal 26 Nopember 2007, JKON memperoleh pernyataan efektif dari  Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  JKON
61
IPO kepada masyarakat sebanyak 300.00.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham  dengan  harga  penawaran  Rp615,-  per  saham.  Saham-saham  tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 04 Desember 2007.
13. PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk
PT  Jasuindo  Tiga  Perkasa  Tbk  JTPE  didirikan  tanggal  10  Nopember 1990  dan  memulai  kegiatan  usaha  komersialnya  pada  tahun  1978.  Kantor  pusat
JTPE  beralamat  di  Jln.  Raya  Betro  No.  21,  Sidoarjo  61253,  Jawa  Timur.  Induk usaha JTPE adalah PT Jasuindo Multi Investama, yang berkedudukan di Sidoarjo,
Jawa  Timur.  Sedangkan  pemegang  saham  pengendali  PT  Jasuindo  Multi Investama adalah Yongky Wijaya.
Saat  ini  JTPE  bergerak  di  bidang  industri  dokumen  niaga  yang terintegrasi.  Produk  yang  dihasilkan  JPTE,  meliputi  Dokumen  Sekuriti  visa
mastercard,  kartu  ATM,  hologram,  kartu  toll,  cek,  bilyet  giro,  dokumen  negara, bilyet  deposito,  polis  asuransi,  KTP  dll.  dan  Non-Dokumen  Sekuriti  EDC  slip,
invoice, rekening koran, rol, direct mail, voucher, billing statement, dll. Pada  tanggal  28  Maret  2002,  JTPE  memperoleh  pernyataan  efektif  dari
Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  JTPE  IPO kepada  masyarakat  sebanyak  100.000.000  dengan  nilai  nominal  Rp100,-  per
saham  dengan  harga  penawaran  Rp225,-  per  saham.  Saham-saham  tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 16 April 2002.
62
14. PT Perdana Bangun Pusaka Tbk
PT  Perdana  Bangun  Pusaka  Tbk  KONI  didirikan  tanggal  07  Oktober 1987  dengan  nama  PT  Konica  Cemerlang  dan  memulai  kegiatan  usaha
komersialnya pada tahun 1987. Kantor pusat KONI berlokasi di Gedung Konica, lantai  6
–  7,  Jalan  Gunung  Sahari  78,  Jakarta  10610.  Saat  ini,  kegiatan  utama KONI  adalah  bergerak  di  bidang  penjualan  dan  distribusi  produk-produk
fotografi. Pada  tanggal  20  Juli  1995,  KONI  memperoleh  pernyataan  efektif  dari
Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  KONI  IPO kepada masyarakat sebanyak 23.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham
dengan  harga  penawaran  Rp950,-  per  saham.  Saham-saham  tersebut  dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 20 Agustus 1995.
15. PT Lautan Luas Tbk
Lautan Luas Tbk LTLS didirikan tanggal 18 Januari 1951 dengan nama Persekutuan  Andil  Maskapai  Dagang  dan  Industri  Lim  Teck  Lee  dan  mulai
beroperasi  secara  komersial  pada  tahun  1951.  Kantor  pusat  LTLS  terletak  di Gedung Graha Indramas, Jl. AIP II K.S. Tubun Raya No. 77, Jakarta Barat 11410,
Indonesia.  Kegiatan  utama  LTLS  adalah  distribusi  bahan  kimia  serta  melakukan penyertaan saham terutama pada perusahaan-perusahaan manufaktur bahan kimia.
Pada  tanggal  18  Juni  1997,  LTLS  memperoleh  pernyataan  efektif  dari Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  LTLS  IPO
63
kepada masyarakat sebanyak 50.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp2.950,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 21 Juli 1997.
16. PT Media Nusantara Citra Tbk
Media  Nusantara  Citra  Tbk  MNCN  didirikan  17  Juni  1997  dan  mulai beroperasi  secara  komersial  pada  bulan  Desember  2001.  Kantor  pusat  MNCN
berlokasi  di  MNC  Tower,  Jalan  Kebon  Sirih  Kav.  17-19,  Jakarta  Pusat. Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha MNC Group, dan induk usaha dari
Perusahaan adalah PT Global Mediacom Tbk BMTR. Kegiatan  usaha  utama  MNCN  meliputi  content  dan  kepemilikan  serta
pengoperasian  3  TV  Free-To-Air  nasional  RCTI,  MNCTV  dan  GlobalTV. MNCN juga memiliki channel-channel yang diproduksi oleh MNC yang disiarkan
di  TV  Berlangganan.  Saat  ini  Perusahaan  juga  memiliki  basis  media  dan  usaha lainnya  yang  bertujuan  untuk  mendukung  kegiatan  utama  Perusahaan.  Bisnis
pendukung tersebut terdiri dari radio, media cetak, talent management dan rumah produksi.
Pada  tanggal  13  Juni  2007,  MNCN  memperoleh  pernyataan  efektif  dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MNCN IPO
kepada  masyarakat  sebanyak  4.125.000.000  dengan  nilai  nominal  Rp100,-  per saham  dengan  harga  penawaran  Rp900,-  per  saham.  Saham-saham  tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 22 Juni 2007.
64
17. PT Metrodata Electronics Tbk
PT  Metrodata  Electronics  Tbk  MTDL  didirikan  17  Februari  1983 dengan  nama  PT  Sarana  Hitech  Systems  dan  mulai  beroperasi  secara  komersial
pada  tahun  1983.  Kantor  pusat  MTDL  berlokasi  di  APL  Tower,  Jalan  Letjen  S. Parman Kav. 28, Jakarta. MTDL dan Anak Usaha mempunyai kantor-kantor yang
berlokasi di Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan dan Makassar. Berdasarkan Anggaran  Dasar  Perusahaan,  ruang  lingkup  kegiatan  MTDL  meliputi  penjualan
berbagai  jenis  komputer  dan  produk-produk  teknologi  tinggi  lainnya  yang berkaitan dengan komputer serta jasa terkait lainnya.
Pada  tanggal  14  Februari  1990,  MTDL  memperoleh  pernyataan  efektif dari  Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  MTDL
IPO kepada masyarakat sebanyak 1.468.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham  dengan  harga  penawaran  Rp6.800,-  per  saham.  Saham-saham  tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 09 April 1990.
18. PT Panorama Sentrawisata Tbk
PT Panorama Sentrawisata Tbk PANR didirikan 22 Juli 1995 dan mulai beroperasi  secara  komersial  pada  tahun  1998.  Kantor  pusat  PANR  berlokasi  di
Gedung  Panorama,  lantai  6,  Jalan  Tomang  Raya  No.  63,  Jakarta  Barat – 11440.
PANR  memiliki  anak  usaha  yang  juga  tercatat  di  Bursa  Efek  Indonesia  BEI, yakni  Panorama  Transportasi  Tbk  White  Horse  WEHA  dan  Destinasi  Tirta
Nusantara  Tbk  PDES.  Kegaitan  usaha  PANR  berfokus  pada  bisnis kepariwisataan yang terintegrasi.
65
Pada tanggal 15 September 2001, PANR memperoleh pernyataan efektif dari  Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  PANR
IPO  kepada  masyarakat  sebanyak  120.000.000  dengan  nilai  nominal  Rp150,- per  saham  dengan  harga  penawaran  Rp500,-  per  saham.  Saham-saham  tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 18 September 2001.
19. PT Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk
Pembangunan  Graha  Lestari  Indah  Tbk  PGLI  didirikan  tanggal  05 Maret  1994  dan  memulai  kegiatan  usaha  komersialnya  pada  tahun  2000.  Kantor
pusat PGLI berdomisili di Jalan T. Amir Hamzah Komplek Ruko Mega  Ria No. 17  M-N,  Medan.  Berdasarkan  Anggaran  Dasar  Perusahaan,  ruang  lingkup
kegiatan PGLI bergerak di bidang jasa perhotelan. Pada  tanggal  05  April  2000,  PGLI  memperoleh  pernyataan  efektif  dari
Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  PGLI  IPO kepada masyarakat sebanyak 60.000.000 dengan nilai nominal Rp50,- per saham
dengan harga penawaran Rp75,- per saham.
20. PT Pudjiadi  Sons Tbk
Pudjiadi And Sons Tbk PNSE didirikan tanggal 17 Desember 1970 dan memulai  kegiatan  usaha  komersialnya  pada  tahun  1970.  Kantor  pusat  PNSE
terletak  di  Jalan  Hayam  Wuruk  No.  126,  Jakarta  11180.  Berdasarkan  Anggaran Dasar  Perusahaan,  ruang  lingkup  kegiatan  PNSE  adalah  di  bidang  perhotelan
dengan segala fasilitas dan sarana penunjang lainnya, antara lain jasa akomodasi,
66
perkantoran, perbelanjaan, apartemen, sarana rekreasi dan hiburan yang berada di lokasi  hotel.  Saat  ini,  hotel  yang  dikelola  PNSE,  antara  lain:  Jayakarta  Jakarta,
Jayakarta  Bandung,  Jayakarta  Anyer,  Jayakarta  Cisarua,  Jayakarta  Yogyakarta, Jayakarta  Lombok,  Jayakarta  Bali,  Jayakarta  Komodo  Flores  dan  Jayakarta
Residence Bali. Pada tanggal 08 Maret 1990, PNSE memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  PNSE  IPO kepada  masyarakat  sebanyak  2.000.000  dengan  nilai  nominal  Rp1.000,-  per
saham  dengan  harga  penawaran  Rp6.800,-  per  saham.  Saham-saham  tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 01 Mei 1990.
21. PT Pusako Tarinka Tbk
Red  Planet  Indonesia  Tbk  sebelumnya  bernama  Pusako  Tarinka  Tbk PSKT didirikan tanggal 10 April 1989 dengan nama PT Mustika Manggilingan.
Kantor  pusat  PSKT  berlokasi  di  Gedung  Sona  Topas  Tower,  Lantai  15A,  Jl. Jendral  Sudirman  Kav.  26,  Jakarta  Selatan.  Berdasarkan  Anggaran  Dasar
Perusahaan,  ruang  lingkup  kegiatan  PSKT  adalah  usaha  perhotelan  dengan menyediakan  segala  fasilitas  diantaranya  bar,  restoran,  tempat  pertemuan  dan
sarana-sarana lain yang dapat menunjang kemajuan usaha tersebut. Pada tanggal 19 September 1995, PSKT memperoleh pernyataan efektif
dari  Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  IPO PSKT kepada masyarakat sebanyak 82.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per
saham  dengan  harga  penawaran  Rp650,-  per  saham.  Saham-saham  tersebut
67
dicatatkan  pada  Bursa  Efek  Surabaya  BES  sekarang  Bursa  Efek  Indonesia BEI pada tanggal 29 September 1995.
22. PT Pudjiadi Prestige Tbk
Pudjiadi  Prestige  Tbk  PUDP  didirikan  dengan  nama  PT  Pudjiadi Prestige  Limited  pada  tanggal  11  September  1980  dan  memulai  kegiatan  usaha
komersialnya pada tahun 1981. Kantor pusat PUDP terletak di Jayakarta Tower lt. 21 Jl. Hayam Wuruk 126 Jakarta. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
lingkup  kegiatan  PUDP  meliputi  bidang  pembangunan  perumahan,  perkantoran dan apartemen. Saat  ini, PUDP bergerak dalam  bidang real  estat, kontraktor dan
penyewaan ruanganapartement. Pada tanggal 28 September 1994, PUDP memperoleh pernyataan efektif
dari  Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  PUDP IPO  kepada  masyarakat  sebanyak  26.000.000  dengan  nilai  nominal  Rp1.000,-
per saham dengan harga penawaran Rp2.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 18 Nopember 1994.
23. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk
Ramayana Lestari Sentosa Tbk RALS didirikan 14 Desember 1983 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1983. Kantor pusat RALS berlokasi
di  Jl.  K.H.  Wahid  Hasyim  No.  220  A-B,  Jakarta  10250.  Saat  ini,  jumlah  gerai yang  dioperasikan  oleh  RALS  terdiri  dari  119  gerai  dengan  nama  “Ramayana”
109  gerai,  “Robinson”  7  gerai  dan  “Cahaya”  3  gerai,  yang  tersebar  di
68
wilayah  Indonesia.  Berdasarkan  Anggaran  Dasar  Perusahaan,  ruang  lingkup kegiatan RALS adalah perdagangan umum yang menjual berbagai macam barang
seperti  pakaian,  aksesoris,  tas,  sepatu,  kosmetik  dan  produk-produk  kebutuhan sehari-hari melalui gerai serba ada Ramayana Supermarket Department Store.
Pada  tanggal  26  Juni  1996,  RALS  memperoleh  pernyataan  efektif  dari Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  RALS  IPO
kepada masyarakat sebanyak 80.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp3.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 24 Juli 1996.
24. PT Hotel Sahid Jaya International Tbk
Hotel  Sahid  Jaya  International  Tbk  SHID  didirikan  23  Mei  1969  dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1971. Kantor pusat SHID berlokasi
di  Hotel  Sahid  Jaya  Jakarta,  Jalan  Jenderal  Sudirman  No.  86,  Jakarta  10220. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SHID terutama
bergerak  di  bidang  industri  perhotelan  dan  jasa  akomodasi  atau  penyewaan ruangan  yang  berhubungan  kegiatan  perhotelan  Hotel  Sahid  Jaya  di  jalan
Jenderal  Sudirman  86, Jakarta  serta  melakukan  dan  mengerjakan  segala  sesuatu yang  berhubungan  dengan  bidang  tersebut  baik  secara  langsung  maupun  tidak
langsung. Pada  tanggal  05  Mei  1990,  SHID  memperoleh  pernyataan  efektif  dari
Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  SHID  IPO kepada  masyarakat  sebanyak  11.000.000  dengan  nilai  nominal  Rp1.000,-  per
69
saham  dengan  harga  penawaran  Rp7.000,-  per  saham.  Saham-saham  tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 08 Mei 1990.
25. PT Sona Topas Tourism Industry Tbk
PT Sona Topas Tourism Industry Tbk SONA didirikan pada tanggal 25 Agustus  1978  dengan  nama  PT  Sona  Topas  Group.  Pada  tahun  1981  nama
Perusahaan diubah menjadi PT Sona Topas. Pada tanggal 13 Oktober 1990, nama Perusahaan  diubah  menjadi  PT  Sona  Topas  Tourism  Industry.  Perusahaan  mulai
beroperasi secara komersial pada tahun 1980. Perusahaan berkedudukan di Jakarta dengan alamat  Menara Sudirman  Lt.  20, Jl. Jenderal  Sudirman Kav. 60. Saat  Ini
Perusahaan  tergabung  dalam  kelompok  usaha  grup  Mayapada.  Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi  bidang
usaha biro perjalanan wisata seperti penjualan tiket wisata terutama dalam negeri, pengurusan dokumen, hotel dan perjalanan wisata tour.
Pada  tanggal  26  Mei  1992,  Perusahaan  memperoleh  pernyataan  efektif dari  Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  atas  1.500.000
saham Perusahaan kepada masyarakat dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dan harga penawaran Rp3.750 per saham.
26. PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk
PT  Sejahteraraya  Anugrahjaya  Tbk  SRAJ  didirikan  tanggal  20  Mei 1991  dan  mulai  operasi  komersial  Rumah  Sakit  Honoris  yang  dimulai  dari  unit
poliklinik  telah  beroperasi  sejak  bulan  Nopember  1994.  SRAJ  berkedudukan  di
70
Jalan  Honoris  Raya,  Perumahan  Modern,  Kota  Madya  Tangerang.  Berdasarkan Anggaran  Dasar  Perusahaan,  ruang  lingkup  kegiatan  utama  SRAJ  adalah
memberikan  jasa  pelayanan  medik  antara  lain  dengan  cara  mendirikan  dan mengusahakan rumah sakit yang lengkap dan modern.
Pada  tanggal  31  Maret  2011,  SRAJ  memperoleh pernyataan  efektif  dari Bapepam-LK  untuk  melakukan  Penawaran  Umum  Perdana  Saham  SRAJ  IPO
kepada  masyarakat  sebanyak  750.000.000  saham  dengan  nilai  nominal  Rp100,- per  saham  dan  harga  penawaran  Rp120  per  saham.  Saham-saham  tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 11 April 2011.
27. PT Trikomsel Oke Tbk
PT  Trikomsel  Oke  Tbk.  TRIO  didirikan  di  Indonesia  tanggal  21 Agustus 1996 dan memulai operasi komersialnya pada tanggal 21 Agustus 1996.
Kantor  TRIO  berkedudukan  di  Equity  Tower  Lantai  30,  SCBD  Lot  9,  Jalan Jenderal  Sudirman  Kav  52-53,  Jakarta  Selatan.  Berdasarkan  Anggaran  Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan utama TRIO meliputi usaha perdagangan dan distribusi  perangkat  telekomunikasi,  yang  mencakup  telepon  selular,  aksesoris,
suku  cadang,  kartu  telepon  pra  bayar  dan  pasca  bayar,  gadget,  serta  jasa  yang terkait  dengan  telekomunikasi  dan  multimedia.  TRIO  memiliki  anak  usaha  yang
juga tercatat di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT Global Teleshop Tbk GLOB. Pada tanggal 31 Maret 2009, TRIO mendapatkan Pernyataan Efektif dari
BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham TRIO IPO kepada  masyarakat  sebanyak  450.000.000  saham  dengan  nilai  nominal  sebesar
71
Rp100,- per saham melalui Bursa Efek Indonesia dengan harga penawaran sebesar Rp225,- per saham.
4.2 Analisis Data
4.2.1 Analisis Data Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat  dari  nilai  rata-rata  mean,  standar  deviasi,  varian,  maksimum,  minimum,
sum,  range,  kurtosis  dan  skewness  kemencengan  distribusi  Ghazali,  2013:19. Variabel  yang digunakan pada penelitian ini adalah  free cash flow,  kepemilikan
manajerial,  kepemilikan  institusional,  dan  ukuran  perusahaan  sebagai  variabel independen,  kebijakan  hutang  sebagai  variabel  dependennya  dan  investment
opportunity  set  sebagai  variabel  moderating.  Statistik  deskriptif  variabel tersebut dari  sampel  perusahaan  sektor  jasa,  investasi  dan  perdagangan  yang  terdaftar  di
BEI selama periode tahun 2011 hingga tahun 2013 disajikan dalam Tabel 4.1:
Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation DER
72 .14
3.34 1.0762
.89694 FCF
72 -.53
.13 -.2054
.16909 MAN
72 .01
40.33 7.3188
8.53585 INST
72 16.99
99.99 64.9425
21.84325 SIZE
72 15.14
29.74 24.0638
4.33909 MBVE
72 .43
5.59 1.6760
1.25014 Valid N listwise
72
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah
72
Berdasarkan  hasil  yang  diperoleh  dari  Tabel  4.1  maka  dapat  dijelaskan bahwa:
1.  Variabel  kebijakan  hutang  dependen  yang  di  proksi  kan  oleh  debt  to equity  ratio  DER  memiliki  jumlah  sampel  72,  nilai  minimum  sebesar
0,14,  nilai  maximum  sebesar  3,34,  mean  nilai  rata-rata  sebesar  1,0762 dan standart deviation simpangan baku sebesar 0,89694.
2.  Variabel free cash flow independen memiliki jumlah sampel 72, dengan nilai  minimun  sebesar  -0,53,  nilai  maksimum  sebesar  0,13,  mean  nilai
rata-rata  sebesar  -0,2054  dan  standart  deviation  simpangan  baku sebesar 0,16909.
3.  Variabel  struktur  kepemilikan  manajerial  independen  memiliki  jumlah sampel  72,  dengan  nilai  minimum  sebesar  0,01,  nilai  maksimum  sebesar
40,33,  mean  nilai  rata-rata  sebesar  7,3188  dan  standart  deviation simpangan baku sebesar 8,53585.
4.  Variabel  struktur kepemilikan institusional independen memiliki jumlah sampel 72, dengan nilai minimum sebesar 16,99, nilai maksimum sebesar
99,99,  mean  nilai  rata-rata  sebesar  64,9425  dan  standart  deviation simpangan baku sebesar 21,84325.
5.  Variabel  ukuran  perusahaan  independen  memiliki  jumlah  sampel  72, dengan  nilai  minimum  sebesar  15,14,  nilai  maksimum  sebesar  29,74,
mean  nilai  rata-rata  sebesar  24,0638  dan  standart  deviation  simpangan baku sebesar 4,33909.
73
6.  Variabel Investment Opportunity Set moderating yang di proksi kan oleh market  to  book  value  of  equity  MBVE  memiliki  jumlah  sampel  72,
dengan  nilai  minimum  sebesar  0,43,  nilai  maksimum  sebesar  5,59,  mean nilai  rata-rata  sebesar  1,6760  dan  standart  deviation  simpangan  baku
sebesar 1,25014.
4.2.2 Pengujian Data
Sebelum  dilakukannya  uji  asumsi  klasik  maka  penelitian  ini  melakukan pembersihan  data  terlebih  dahulu    yaitu  dengan  mengoutlier  data  penelitian.
Setelah  data  dioutlier  maka  data  penelitian  yang  awalnya  berjumlah  81  menjadi 72.  Adapun  langkah-langkah  dalam  melakukan  outlier  tersebut  adalah
www.widhiarso.staff.ugm.ac.id : a.  Tambahkan satu kolom pada data view dengan memberi nomor subjek
b.  Kemudian  pilih  analyze –  regression  -  liniear  kemudian  masukkan
nomor  subjek  menjadi  variabel  dependen  dan  variabel  x,  y  dan  z  pada variabel  independen.  Kemudian  klik  save  dan  checklist  deleted  pada
bagian  residual  dan  pada  bagian  distance  checklist  mahalanobis, kemudian  klik  continue  dan  ok.  Maka  akan  muncul  kolom  baru  pada
data view yaitu kolom mahal. c.  Lihat hasil output pada tabel residual statistic data angka pada bagian
mahal  maksimum,  data  yang  tertera  pada  tabel  tersebut  kemudian dihapus pada data view kolom mahal.
d.  Regresi ulang sehingga data penelitian hingga menjadi lebih baik.
74
4.2.3 Pengujian Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat apakah data telah terdistribusi dengan  normal  dengan  uji  normalitas,  dan  untuk  melihat  apakah  penelitian
tersebut terjadi multikolinearitas, heteroskedasitas, dan autokorelasi atau tidak. 1.  Uji Normalitas
Uji  Normalitas  residual  bertujuan  untuk  menguji  apakah  dalam  model regresi,  variabel  penganggu  atau  residual  memiliki  distribusi  normal  Ghozali,
2013:160. Cara yang digunakan untuk mendekteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak adalah dengan desain grafik dan uji Kolmogorov - Smirnov.
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Gambar 4.1 Grafik Histogram
75
Dengan  melihat  tampilan  grafik  histogram  dapat  disimpulkan  bahwa grafik  tersebut  memberikan  pola  distribusi  yang  normal,  karena  kurvanya  tidak
miring  ke  kiri  atau  ke  kanan.  Untuk  lebih  menjelaskan  bahwa  data  yang  diuji berdistribusi normal dapat juga dilihat dengan grafik normal probability plot yang
menunjukkan  titik-titik  menyebar  disekitar  garis  diagonal,  sebagaimana ditampilkan pada Gambar 4.2 berikut:
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Gambar 4.2 Grafik
Normal Plot
Cara  lain  untuk  melihat  distribusi  data  normal  atau  tidak  adalah  dengan melakukan  uji  Kolmogrov-Smirnov.  Dengan  menggunakan  tingkat  signifikan
sebesar  5,  maka  jika  nilai  Asymp  Sig.  2-tailed  diatas  5  artinya  variabel residual berdistribusi normal. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.2
76
Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 72
Normal Parameters
a,,b
Mean .0000000
Std. Deviation .83206653
Most Extreme Differences Absolute
.145 Positive
.145 Negative
-.099 Kolmogorov-Smirnov Z
1.233 Asymp. Sig. 2-tailed
.096 a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah Pada Tabel 4.2 memperlihatkan nilai Asymp Sig. 2-tailed adalah 0,096
dan diatas nilai signifikansi 0,05. Dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal.
2.  Uji Multikoloniearitas Uji multikoleniaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Dalam penelitian ini uji multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolarance dan variance inflation
factor VIF Ghazali, 2013:105. Multikolonieritas tidak terjadi jika VIF  10 dan nilai tolerance  0,10.
77
Tabel 4.3 Hasi Uji Multikolonieritas
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Tolerance
VIF 1
Constant 1.682
.655 2.567
.013 FCF
.786 .627
.148 1.253
.215 .932
1.072 MAN
-.038 .016
-.358 -2.425
.018 .599
1.669 INST
-.003 .006
-.073 -.464
.644 .524
1.909 SIZE
.005 .026
.022 .177
.860 .853
1.173 MBVE
-.049 .085
-.069 -.579
.564 .928
1.078 a. Dependent Variable: DER
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Dapat dilihat pada Tabel 4.3 hasil perhitungan tolerance menunjukkan
tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai
Variance Inflation Factor VIF juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan
bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi. 3.  Uji Heterokdesitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi  terjadi  ketidaksamaan  varians  dari  residual  satu  pengamatan  ke
pengamatan  yang  lain.  Model  regresi  yang  baik  adalah  yang  homokedastisitas atau  tidak  terjadi  heterokedastisitas  Ghozali,  2013:139.  Beberapa  cara  untuk
mendekteksi  ada  atau  tidaknya  heteroskedasitas  dengan  cara  melihat  Grafik  Plot dan Uji Glejser.
78
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah
Gambar 4.3 Grafik
Scatter Plot
Gambar 4.3 memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar  baik  diatas  maupun  dibawah  angka  0  pada  sumbu  Y.  Hal  ini  dapat
disimpulkan  bahwa  tidak  terjadi  heteroskedasitas  pada  model  regresi,  sehingga model regresi ini layak untuk digunakan.
Tabel 4.4 Hasil Uji Glejser
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 1.181
.359 3.293
.002 FCF
.399 .343
.141 1.162
.249 MAN
-.009 .008
-.161 -1.064
.291 INST
.002 .004
.089 .548
.585 SIZE
-.020 .014
-.180 -1.418
.161 MBVE
-.003 .047
-.008 -.067
.947 a. Dependent Variable: ABSUT
79
Berdasarkan hasil Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil signifikansi lebih besar  dari  0,05  sehingga  pada  kelima  variabel  independen  tersebut  tidak  terjadi
heteroskedasitas. 4.  Uji Autokorelasi
Uji  autokorelasi  bertujuan  menguji  apakah  dalam  model  regresi  linear ada  korelasi  antara  kesalahan  pengganggu  pada  periode  t  dengan  kesalahan
pengganggu  pada  periode  t-1  sebelumnya.  Menurut  Ghazali  2013:110  untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat menggunakan uji Durbin-Watson
DW test.
Tabel 4.5 Hasil Uji Durbin-Watson
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .373
a
.139 .074
.86301 1.583
a. Predictors: Constant, MBVE, SIZE, MAN, FCF, INST b. Dependent Variable: DER
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Berdasarkan  uji  autokorelasi  pada  Tabel  4.5  menunjukkan  bahwa  nilai
Durbin-Watson sebesar 1,583. Nilai d dibandingkan dengan nilai dl dan du pada n = 72 dan k = 5 sehingga diperoleh nilai dl sebesar 1,464 dan du sebesar 1,768. Hal
ini  tidak  sesuai  dengan  ketentuan  du    d      4-du,  yaitu  1,768    1,583    2,232 yang  menunjukkan  bahwa  tidak  terdefinisi,  maka  jika  DW  tidak  dapat
menyimpulkan maka dilakukan Run-Test.
80
Tabel 4.6 Uji
Run-Test
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Value
a
-.25617 Cases  Test Value
36 Cases = Test Value
36 Total Cases
72 Number of Runs
31 Z
-1.424 Asymp. Sig. 2-tailed
.154 a. Median
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah
Dapat  dilihat  dari  Tabel  4.6  bahwa  Asymp.  Sig.  2-tailed  lebih  besar  dari tingkat  signifikansi  0,05  yaitu  sebesar  0,154.  Maka  dapat  disimpulkan  bahwa  dalam
penelitian ini tidak terdapat autokorelasi.
4.2.4 Moderate Regression Analysis MRA
Moderated  Regression  Analysis  MRA  menggunakan  pendekatan analitik  yang  mempertahankan  integritas  sampel  dan  memberikan  dasar  untuk
mengontrol  pengaruh  variabel  moderator.  Untuk  menggunakan  MRA  kita  harus membandingkan  tiga  persamaan  regresi  untuk  menentukan  jenis  variabel
moderator Ghozali, 2013:229.
81
Tabel 4.7 Koefisien Regresi Persamaan 1
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 1.630
.646 2.524
.014 FCF
.860 .611
.162 1.408
.164 MAN
-.038 .015
-.365 -2.499
.015 INST
-.004 .006
-.087 -.564
.575 SIZE
.006 .025
.028 .225
.822 a. Dependent Variable: DER
Sumber : Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Berdasarkan  data  pada  Tabel  4.7  dapat  dirumuskan  suatu  persamaan
regresi  untuk  kebijakan  hutang  pada  perusahaan  jasa,  investasi  dan  perdagangan yang  terdaftar  di  Bursa  Efek  Indonesia  BEI    pada  periode  2011-2013  adalah
sebagai berikut: Y = 1,630 + 0,860X
1
– 0,038X
2
– 0,004X
3
+ 0,006X
4
+ e ........... 1 Dimana:
Y = Kebijakan Hutang Debt to Equity Ratio
X
1
= Rasio Free Cash Flow X
2
= Presentase Kepemilikan Manajerial X
3
= Presentase Kepemilikan Institosional X
4
= Ukuran Perusahaan e
= Standart Error
82
Koefisien-koefisien  dalam  persamaan  moderated  regression  analysis MRA memiliki arti sebagai berikut:
1.  Nilai  konstanta  a  sebesar  1,630  menunjukkan  bahwa  apabila  nilai variabel independen free cash flow FCF, struktur kepemilikan manajerial
MAN, struktur kepemilikan institusional INST, dan ukuran perusahaan SIZE bernilai nol maka variabel dependen kebijakan hutang DER akan
meningkat sebesar 1,630. 2.  Koefisien  regresi  free  cash  flow  FCF  sebesar  0,860  memberikan
pengertian  bahwa  perubahan  variabel  free  cash  flow  FCF  sebesar  1 akan  memberikan  dampak  peningkatan  kebijakan  hutang  DER  sebesar
0,860. 3.  Koefisien  regresi  struktur  kepemilikan  manajerial  MAN  sebesar  -0,038
memberikan  pengertian  bahwa  perubahan  variabel  struktur  kepemilikan manajerial  MAN  sebesar  1  akan  memberikan  dampak  penurunan
kebijakan hutang DER sebesar 0,038. 4.  Koefisien regresi struktur kepemilikan institusional INST sebesar -0,004
memberikan  pengertian  bahwa  perubahan  variabel  struktur  kepemilikan institusional  INST  sebesar  1  akan  memberikan  dampak  penurunan
kebijakan hutang DER sebesar 0,004. 5.  Koefisien  regresi  ukuran  perusahaan  SIZE  sebesar  0,006  memberikan
pengertian  bahwa  perubahan  variabel  ukuran  perusahaan  SIZE  sebesar 1  akan  memberikan  dampak  peningkatan  kebijakan  hutang  DER
sebesar 0,006.
83
Tabel 4.8 Koefisien Regresi Persamaan 2
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 1.682
.655 2.567
.013 FCF
.786 .627
.148 1.253
.215 MAN
-.038 .016
-.358 -2.425
.018 INST
-.003 .006
-.073 -.464
.644 SIZE
.005 .026
.022 .177
.860 MBVE
-.049 .085
-.069 -.579
.564 a. Dependent Variable: DER
Sumber : Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Berdasarkan  data  pada  Tabel  4.8  dapat  dirumuskan  suatu  persamaan
regresi  dengan  penambahan  variabel  moderating  untuk  kebijakan  hutang  pada perusahaan jasa, investasi dan perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
BEI  pada periode 2011-2013 adalah sebagai berikut: Y = 1,682 + 0,786X
1
– 0,038X
2
– 0,003X
3
+ 0,005X
4
- 0,049Z + e ........... 2 Dimana:
Y = Kebijakan Hutang Debt to Equity Ratio
X
1
= Rasio Free Cash Flow X
2
= Presentase Kepemilikan Manajerial X
3
= Presentase Kepemilikan Institosional X
4
= Ukuran Perusahaan Z
= Rasio Investment Opportunity Set Market to Book Value of Equity e
= Standart Error
84
Koefisien-koefisien  dalam  persamaan  moderated  regression  analysis MRA memiliki arti sebagai berikut:
1.  Nilai  konstanta  a  sebesar  1,682  menunjukkan  bahwa  apabila  nilai variabel independen free cash flow FCF, struktur kepemilikan manajerial
MAN, struktur kepemilikan institusional INST dan ukuran perusahaan SIZE  dan  variabel  moderating  investment  opportunity  set  MBVE
bernilai  nol  maka  variabel  dependen  kebijakan  hutang  DER  akan meningkat sebesar 1,682.
2.  Koefisien  regresi  free  cash  flow  FCF  sebesar  0,786  memberikan pengertian  bahwa  perubahan  variabel  free  cash  flow  FCF  sebesar  1
akan  memberikan  dampak  peningkatan  kebijakan  hutang  DER  sebesar 0,786.
3.  Koefisien  regresi  struktur  kepemilikan  manajerial  MAN  sebesar  -0,038 memberikan  pengertian  bahwa  perubahan  variabel  struktur  kepemilikan
manajerial  MAN  sebesar  1  akan  memberikan  dampak  penurunan kebijakan hutang DER sebesar 0,038.
4.  Koefisien regresi struktur kepemilikan institusional INST sebesar -0,003 memberikan  pengertian  bahwa  perubahan  variabel  struktur  kepemilikan
institusional  INST  sebesar  1  akan  memberikan  dampak  penurunan kebijakan hutang DER sebesar 0,003.
5.  Koefisien  regresi  ukuran  perusahaan  SIZE  sebesar  0,005  memberikan pengertian  bahwa  perubahan  variabel  ukuran  perusahaan  SIZE  sebesar
85
1  akan  memberikan  dampak  peningkatan  kebijakan  hutang  DER sebesar 0,005.
6.  Koefisien  regresi  investment  opportunity  set  MBVE  sebesar  -0,049 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel  investment opportunity
set  MBVE  sebesar  1  akan  memberikan  dampak  penurunan  kebijakan hutang DER sebesar 0,049.
Tabel 4.9 Koefisien Regresi Persamaan 3
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 5.460
1.006 5.427
.000 FCF
2.709 .897
.511 3.020
.004 MBVE
-2.154 .487
-3.002 -4.423
.000 moderat_1
-1.628 .448
-.889 -3.638
.001 MAN
-.086 .029
-.818 -2.983
.004 moderat_2
.010 .013
.256 .779
.439 INST
-.003 .009
-.084 -.382
.704 moderat_3
-.006 .006
-.674 -.962
.340 SIZE
-.125 .036
-.604 -3.490
.001 moderat_4
.088 .019
3.088 4.664
.000 a. Dependent Variable: DER
Sumber : Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Berdasarkan  data  pada  Tabel  4.9  dapat  dirumuskan  suatu  persamaan
regresi  dengan  penambahan  variabel  moderating  dan  interaksi  antara  variabel independen dengan variabel moderating untuk kebijakan hutang pada perusahaan
86
jasa,  investasi  dan  perdagangan  yang  terdaftar  di  Bursa  Efek  Indonesia  BEI pada periode 2011-2013 adalah sebagai berikut:
Y = 5,460 + 2,709X
1
– 2,154Z – 1,628X
1
Z – 0,086X
2
+ 0,010X
2
Z – 0,003X
3
– 0,006X
3
Z – 0,125X
4
+ 0,088X
4
Z +e ........................... 3 Dimana:
Y = Kebijakan Hutang Debt to Equity Ratio
X
1
= Rasio Free Cash Flow X
2
= Presentase Kepemilikan Manajerial X
3
= Presentase Kepemilikan Institosional X
4
= Ukuran Perusahaan Z
= Rasio Investment Opportunity Set Market to Book Value of Equity X
1
Z = Rasio moderating free cash flow dengan investment opportunity set
X
2
Z  = Rasio moderating kepemilikan manajerial dengan IOS X
3
Z = Rasio moderating kepemilikan institusional dengan IOS
X
4
Z  = Rasio moderating Ukuran Perusahaan dengan IOS e
= standart error Koefisien-koefisien  dalam  persamaan  moderated  regression  analysis
MRA memiliki arti sebagai berikut: 1.  Nilai  konstanta  a  sebesar  5,460  menunjukkan  bahwa  apabila  nilai
variabel independen free cash flow FCF, struktur kepemilikan manajerial MAN,  struktur  kepemilikan  institusional,  dan  ukuran  perusahaan    dan
variabel moderating investment oppotyunity set MBVE bernilai nol maka variabel dependen kebijakan hutang DER akan meningkat sebesar 5,460.
87
2.  Koefisien  regresi  free  cash  flow  FCF  sebesar  2,709  memberikan pengertian  bahwa  perubahan  variabel  free  cash  flow  FCF  sebesar  1
akan  memberikan  dampak  peningkatan  kebijakan  hutang  DER  sebesar 2,709.
3.  Koefisien  regresi  investment  opportunity  set  MBVE  sebesar  -2,154 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel investment opportunity
set  MBVE  sebesar  1  akan  memberikan  dampak  penurunan  kebijakan hutang DER sebesar 2,154.
4.  Koefisien  regresi  interaksi  free  cash  flow  FCF  dan  investment opportunity  set  MBVE  sebesar  -1,628  memberikan  pengertian  bahwa
perubahan interaksi free cash flow dan investment opportunity set sebesaar 1 akan memberikan dampak penurunan kebijakan hutang DER sebesar
1,628. 5.  Koefisien  regresi  struktur  kepemilikan  manajerial  MAN  sebesar  -0,086
memberikan  pengertian  bahwa  perubahan  variabel  struktur  kepemilikan manajerial  MAN  sebesar  1  akan  memberikan  dampak  penurunan
kebijakan hutang DER sebesar 0,086. 6.  Koefisien  regresi  interaksi  struktur  kepemilikan  manajerial  MAN  dan
investment opportunity set MBVE sebesar 0,010 memberikan pengertian bahwa perubahan interaksi struktur kepemilikan manajerial dan investment
opportunity  set  sebesaar  1  akan  memberikan  dampak  peningkatan kebijakan hutang DER sebesar 0,010.
88
7.  Koefisien regresi struktur kepemilikan institusional INST sebesar -0,003 memberikan  pengertian  bahwa  perubahan  variabel  struktur  kepemilikan
institusional  INST  sebesar  1  akan  memberikan  dampak  penurunan kebijakan hutang DER sebesar 0,003.
8.  Koefisien  regresi  interaksi  struktur  kepemilikan  institusional  INST  dan investment  opportunity  set  MBVE  sebesar  -0,006  memberikan
pengertian  bahwa  perubahan  interaksi  struktur  kepemilikan  institusional dan  investment  opportunity  set  sebesaar  1  akan  memberikan  dampak
penurunan kebijakan hutang DER sebesar 0,006. 9.  Koefisien  regresi  ukuran  perusahaan  SIZE  sebesar  -0,125  memberikan
pengertian  bahwa  perubahan  variabel  ukuran  perusahaan  SIZE  sebesar 1 akan memberikan dampak penurunan kebijakan hutang DER sebesar
0,125. 10. Koefisien  regresi  interaksi  ukuran  perusahaan  SIZE  dan  investment
opportunity  set  MBVE  sebesar  0,088  memberikan  pengertian  bahwa perubahan  interaksi  ukuran  perusahaan  dan  investment  opportunity  set
sebesaar  1  akan  memeberikan  dampak  peningkatan  kebijakan  hutang DER sebesar 0,088.
89
4.2.5 Uji  Statistik  F,  Uji  Statistik  t  dan  Koefisien  Determinasi  R
2
sebelum di Moderasi 1.
Uji Statistik F
Pengujian uji F statistik merupakan pengujian regresi secara keseluruhan yang  menunjukkan  apakah  variabel  bebas  secara  keseluruhan  mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis :
Ho : b
1
= b
2
= b
3
= 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari free cash flow, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan
institusional, ukuran perusahaan, dan invesment opportunity set terhadap kebijakan hutang.
Ha : b
1
≠ b
2
≠ b
3
≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari free  cash  flow,  struktur  kepemilikan  manajerial,  struktur  kepemilikan
institusional, ukuran perusahaan, dan invesment opportunity set terhadap kebijakan hutang.
Pada uji ini dilakukan uji satu sisi dengan tingkat signifikan sebesar 5 untuk  mendapatkan  nilai  F  tabel,  sedangkan  untuk  menarik  kesimpulan  dari
persamaan yang didapat digunakan pedoman sebagai berikut: a.  Jika F hitung lebih kecil dari F tabel, atau terletak didaerah  peneriamaan
Ho, maka Ho diterima. b.  Jika F hitung lebih besar dari F tabel, atau terletak didaerah penolakan Ho,
maka Ho ditolak.
90
Tabel 4.10 Hasil Uji F statistik
ANOVA
b
Model Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
1 Regression
7.964 5
1.593 2.139
.072
a
Residual 49.156
66 .745
Total 57.120
71 a. Predictors: Constant, MBVE, SIZE, MAN, FCF, INST
b. Dependent Variable: DER
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Tabel 4.10 adalah hasil dari uji statistik simultan uji-F memperlihatkan
nilai  F
hitung
adalah  2,139  dengan  tingkat  signifikasi  0,072,  sedangkan  F
tabel
pada tingkat kepercayaan 95
α = 0,05 adalah 2,354. Karena pada kedua perhitungan yaitu  F
hitung
2,139    F
tabel
2,354  dan  tingkat  signifikansinya  0,072    0,05, menunjukkan  bahwa  pengaruh  variabel  independen  free  cash  flow,  struktur
kepemilikan  manajerial,  struktur  kepemilikan  institusional,  dan  ukuran perusahaan  dan  variabel  moderating  investment  opportunity  set  tidak
berpengaruh  dan  signifikan  secara  serempak  terhadap  kebijakan  hutang,  dan menunjukkan bahwasannya H
diterima dan H
a
ditolak.
2. Uji Statistik t
Uji  statistik  t  digunakan  untuk  menilai  hubungan  antara  variabel dependen  dan  variabel  independen  apakah  memiliki  pengaruh  satu  dengan
lainnya, dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Uji t dilakukan untuk melihat  pengaruh  variabel  independen  dan  variabel  dependen  secara  parsial.
Apabila t  hitung menunjukkan nilai  lebih besar dibandingkan dengan t  tabel, maka koefisien regresi variabel independen adalah signifikan.
91
Kriteria pengujian yaitu : 4.
Jika tingkat signifikansi  α 0,05, t tabel  t hitung, maka hipotesis diterima.
5. Jika tingkat signifikansi  α 0,05, t tabel  t hitung, maka hipotesis
ditolak.
Tabel 4.11 Hasil Uji t Statistik
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 1.682
.655 2.567
.013 FCF
.786 .627
.148 1.253
.215 MAN
-.038 .016
-.358 -2.425
.018 INST
-.003 .006
-.073 -.464
.644 SIZE
.005 .026
.022 .177
.860 MBVE
-.049 .085
-.069 -.579
.564 a. Dependent Variable: DER
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Nilai t
tabel
dalam penelitian ini sebesar 1,995. Tabel 4.11 memperlihatkan hasil  uji  statistik  parsial  uji-t  maka  diketahui  pengaruh  variabel  independen
secara parsial terhadap variabel dependen, yaitu: a. Variabel  free  cash  flow  berpengaruh  secara  positif  dan  tidak  signifikan
terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,215 lebih besar  dari  0,05  dan  nilai  t
hitung
1,253    1,995.  Dengan  ini  menunjukkan bahwa H
a
ditolak dan H diterima.
92
b. Variabel  struktur  kepemilikan  manajerial  berpengaruh  secara  negatif  dan signifikan  terhadap  kebijakan  hutang,  hal  ini  terlihat  dari  nilai  signifikan
0,018  lebih  kecil  dari  0,05  dan  nilai  t
hitung
-2,425    1,995.  Dengan  ini menunjukkan bahwa H
ditolak dan H
a
diterima. c. Variabel struktur kepemilikan institusional berpengaruh secara negatif dan
tidak  signifikan  terhadap  kebijakan  hutang,  hal  ini  terlihat  dari  nilai signifikan  0,644  lebih  besar  dari  0,05  dan  nilai  t
hitung
0,464    1,995. Dengan ini menunjukkan bahwa H
diterima dan H
a
ditolak. d. Variabel  ukuran  perusahaan  berpengaruh  secara  positif  dan  tidak
signifikan  terhadap  kebijakan  hutang,  hal  ini  terlihat  dari  nilai  signifikan 0,860  lebih  besar  dari  0,05  dan  nilai  t
hitung
0,177    1,995.  Dengan  ini menunjukkan bahwa H
a
ditolak dan H diterima.
e. Variabel  investment  opportunity  set  berpengaruh  secara  negatif  dan  tidak signifikan  terhadap  kebijakan  hutang,  hal  ini  terlihat  dari  nilai  signifikan
0,564  lebih  besar  dari  0,05  dan  nilai  t
hitung
0,579    1,995.  Dengan  ini menunjukkan bahwa H
diterima dan H
a
ditolak. 3.
Koefisien Determinasi R
2
Koefisien  determinasi  dapat  dilihat  pada  nilai  Adjusted  R  Square  yang menunjukkan  seberapa  besar  variabel  independen  dapat  menjelaskan  variabel
dependen.  Semakin  tinggi  nilai  Adjusted  R  Square  maka  berarti  semakin  baik model  regresi  yang  digunakan  karena  menandakan  bahwa  kemampuan  variabel
bebas  menjelaskan  variabel  terikat  juga  semakin  besar,  demikian  pula  apabila yang  terjadi  sebaliknya.  Nilai  R
2
besarnya antara nol dan satu 0 ≤ R
2
≤ 1, jika
93
mendekati  satu  maka  kecocokan  model  dikatakan  cukup  untuk  menjelaskan variabel dependen.
Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi R
2
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.373
a
.139 .074
.86301 a. Predictors: Constant, MBVE, SIZE, MAN, FCF, INST
b. Dependent Variable: DER
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Pada Tabel 4.12 memperlihatkan hasil analisis regresi secara keseluruhan
menunjukkan  nilai  R  sebesar  0,373  menunjukkan  bahwa  korelasi  atau  hubungan antara  kebijakan  hutang  dengan  free  cash  flow,  struktur  kepemilikan  manajerial,
struktur kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan investment opportunity set mempunyai hubungan yang kurang erat yaitu sebesar 37,3. Dapat diketahui
Adjusted R Square sebesar 0,074 yang berarti 7,4 faktor-faktor kebijakan hutang dapat  dijelaskan  oleh  free  cash  flow,  struktur  kepemilikan  manajerial,  struktur
kepemilikan  institusional,  ukuran  perusahaan  dan  investment  opportunity  set, sedangkan  sisanya  sebesar  92,6  dapat  dijelaskan  oleh  faktor-faktor  lain  yang
tidak diteliti pada peneltian ini.
4.2.6 Uji Statistik F, Uji Statistik t dan Koefisien Determinasi R
2
sesudah di Moderasi
1. Uji Statistik F
94
Pengujian uji F statistik merupakan pengujian regresi secara keseluruhan yang  menunjukkan  apakah  variabel  bebas  secara  keseluruhan  mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen.
Hipotesis : Ho : b
1
= b
2
= b
3
= 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari free cash flow, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan
institusional, ukuran perusahaan, dan invesment opportunity set terhadap kebijakan hutang.
Ha : b
1
≠ b
2
≠ b
3
≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari free  cash  flow,  struktur  kepemilikan  manajerial,  struktur  kepemilikan
institusional, ukuran perusahaan, dan invesment opportunity set terhadap kebijakan hutang.
Pada uji ini dilakukan uji satu sisi dengan tingkat signifikan sebesar 5 untuk  mendapatkan  nilai  F  tabel,  sedangkan  untuk  menarik  kesimpulan  dari
persamaan yang didapat digunakan pedoman sebagai berikut: c.  Jika F hitung lebih kecil dari F tabel, atau terletak didaerah  peneriamaan
Ho, maka Ho diterima. d.  Jika F hitung lebih besar dari F tabel, atau terletak didaerah penolakan Ho,
maka Ho ditolak.
Tabel 4.13 Hasil Uji F Statistik dengan Variabel
Moderating
ANOVA
b
Model Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
1 Regression
24.822 9
2.758 5.294
.000
a
95
Residual 32.298
62 .521
Total 57.120
71 a. Predictors: Constant, moderat_4, MAN, FCF, SIZE, INST, moderat_1, moderat_2, MBVE,
moderat_3 b. Dependent Variable: DER
Tabel 4.13 adalah hasil dari uji statistik simultan uji-F dengan variabel moderating  memperlihatkan  nilai  F
hitung
sebesar  5,294  dengan  tingkat  signifikasi 0,000,  sedangkan  F
tabel
pada  tingkat  kepercayaan  95  α  =  0,05  adalah  2,035. Karena  pada  kedua  perhitungan  yaitu  F
hitung
5,294    F
tabel
2,035  dan  tingkat signifikansinya 0,000  0,05, menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen
free  cash  flow,  struktur  kepemilikan  manajerial,  struktur  kepemilikan institusional,  dan  ukuran  perusahaan,  variabel  moderating  investment
opportunity  set  dan  interaksi  variabel  independen  dengan  variabel  moderating moderat1,  moderat2,  moderat3  dan  moderat4  secara  serempak  adalah
berpengaruh  positif  dan  signifikan  terhadap  kebijakan  hutang,  dan  menunjukkan bahwasanya H
ditolak dan H
a
diterima.
2. Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk menilai hubungan antara variabel dependen dan variabel  independen apakah memiliki pengaruh satu  dengan  lainnya,  dengan
asumsi  variabel  bebas  lainnya  konstan.  Uji  t  dilakukan  untuk  melihat  pengaruh variabel  independen  dan  variabel  dependen  secara  parsial.  Apabila  t  hitung
menunjukkan  nilai  lebih  besar  dibandingkan  dengan  t  tabel,  maka  koefisien regresi variabel independen adalah signifikan.
Kriteria pengujian yaitu :
96
1.  Jika tingkat  signifikansi    α  0,05,  t  tabel    t  hitung,  maka  hipotesis
diterima. 2.
Jika  tingkat  signifikansi    α  0,05,  t  tabel    t  hitung,  maka  hipotesis ditolak.
Tabel 4.14 Hasil Uji t Statistik dengan Variabel
Moderating
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 5.460
1.006 5.427
.000 FCF
2.709 .897
.511 3.020
.004 MAN
-.086 .029
-.818 -2.983
.004 INST
-.003 .009
-.084 -.382
.704 SIZE
-.125 .036
-.604 -3.490
.001 MBVE
-2.154 .487
-3.002 -4.423
.000 moderat_1
-1.628 .448
-.889 -3.638
.001 moderat_2
.010 .013
.256 .779
.439 moderat_3
-.006 .006
-.674 -.962
.340 moderat_4
.088 .019
3.088 4.664
.000 a. Dependent Variable: DER
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Nilai t
tabel
dalam penelitian ini sebesar 1,995. Tabel 4.14 memperlihatkan hasil  uji  statistik  parsial  uji-t  maka  diketahui  pengaruh  variabel  independen
secara parsial terhadap variabel dependen, yaitu: a.  Variabel free cash flow berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,004 lebih kecil dari
97
0,05  dan  nilai  t
hitung
3,020    1,995.  Dengan  ini  menunjukkan  bahwa  H ditolak dan H
a
diterima. b. Variabel  struktur  kepemilikan  manajerial  berpengaruh  secara  negatif  dan
signifikan  terhadap  kebijakan  hutang,  hal  ini  terlihat  dari  nilai  signifikan 0,004  lebih  kecil  dari  0,05  dan  nilai  t
hitung
-2,983    1,995.  Dengan  ini menunjukkan bahwa H
ditolak dan H
a
diterima. c. Variabel struktur kepemilikan institusional berpengaruh secara negatif dan
tidak  signifikan  terhadap  kebijakan  hutang,  hal  ini  terlihat  dari  nilai signifikan  0,704  lebih  besar  dari  0,05  dan  nilai  t
hitung
-0,382    1,995. Dengan ini menunjukkan bahwa H
diterima dan H
a
ditolak. d. Variabel  ukuran  perusahaan  berpengaruh  secara  negatif  dan  signifikan
terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,001 lebih kecil dari 0,05 dan nilai  t
hitung
-3,490  1,995.  Dengan ini menunjukkan bahwa H
ditolak dan H
a
diterima. e.  Variabel  investment  opportunity  set  berpengaruh  secara  positif  dan  tidak
signifikan  terhadap  kebijakan  hutang,  hal  ini  terlihat  dari  nilai  signifikan 0,000  lebih  kecil  dari  0,05  dan  nilai  t
hitung
-4,423    1,995.  Dengan  ini menunjukkan bahwa H
diterima dan H
a
ditolak. f.  Variabel  moderat1  berpengaruh  secara  negatif  dan  signifikan  terhadap
kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,001 lebih kecil dari 0,05 dan nilai t
hitung
-3,638  1,995. Dengan ini menunjukkan bahwa H ditolak dan H
a
diterima.
98
g.  Variabel  moderat2  berpengaruh  secara  positif  dan  tidak  signifikan terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,439 lebih
besar  dari  0,05  dan  nilai  t
hitung
0,779    1,995.  Dengan  ini  menunjukkan bahwa H
diterima dan H
a
ditolak. h.  Variabel  moderat3  berpengaruh  secara  negatif  dan  tidak  signifikan
terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,340 lebih besar dari 0,05 dan nilai t
hitung
-0,962  1,995. Dengan ini menunjukkan bahwa H
a
ditolak dan H diterima.
i.
Variabel  moderat4  berpengaruh  secara  positif  dan  signifikan  terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,000 lebih besar dari
0,05  dan  nilai  t
hitung
4.664    1,995.  Dengan  ini  menunjukkan  bahwa  H diterima dan H
a
ditolak.
3. Koefisien Determinasi R
2
Koefisien  determinasi  dapat  dilihat  pada  nilai  Adjusted  R  Square  yang menunjukkan  seberapa  besar  variabel  independen  dapat  menjelaskan  variabel
dependen.  Semakin  tinggi  nilai  Adjusted  R  Square  maka  berarti  semakin  baik model  regresi  yang  digunakan  karena  menandakan  bahwa  kemampuan  variabel
bebas  menjelaskan  variabel  terikat  juga  semakin  besar,  demikian  pula  apabila yang  terjadi  sebaliknya.  Nilai  R
2
be sarnya antara nol dan satu 0 ≤ R
2
≤ 1, jika mendekati  satu  maka  kecocokan  model  dikatakan  cukup  untuk  menjelaskan
variabel dependen.
Tabel 4.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi R
2
dengan Variabel Moderating
Model Summary
99
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.561
a
.315 .228
.17331 a. Predictors: Constant, moderat4, FCF, moderat2, INST, SIZE,
moderat3, MAN, moderat1, MBVE
Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Pada Tabel 4.15 memperlihatkan hasil analisis regresi secara keseluruhan
dengan  berinteraksi    dengan  variabel  moderating  menunjukkan  nilai  R  sebesar 0,561  menunjukkan  bahwa  korelasi  atau  hubungan  antara  kebijakan  hutang
dengan  free  cash  flow,  struktur  kepemilikan  manajerial,  struktur  kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, investment opportunity set, moderat1, moderat2,
moderat3,  dan  moderat4  mempunyai  hubungan  yang  cukup  erat  yaitu  sebesar 56,1.  Dapat  diketahui  Adjusted  R  Square  sebesar  0,315  yang  berarti  31,5
faktor-faktor  kebijakan  hutang  dapat  dijelaskan  oleh  free  cash  flow,  struktur kepemilikan  manajerial,  struktur  kepemilikan  institusional,  ukuran  perusahaan,
investment  opportunity  set,  moderat1,  moderat2,  moderat3,  dan  moderat4, sedangkan  sisanya  sebesar  68,5  dapat  dijelaskan  oleh  faktor-faktor  lain  yang
tidak diteliti pada peneltian ini. Terjadi  peningkatan  Adjusted  R  Square  setelah  menambah  interaksi
variabel  independen  dengan  variabel  moderating.  Ini  dapat  membuktikan  bahwa investment  opportunity  set  sebagai  variabel  moderating  dapat  memperkuat  atau
memperlemah hubungan variabel independen dengan variabel dependen.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan  pengujian  secara  simultan  diketahui  bahwa  nilai  F
hitung
sebesar 2,139 dengan nilai signifikan 0,072 dan dapat disimpulkan diperoleh hasil
100
bahwa  free  cash  flow,  struktur  kepemilikan  manajerial,  struktur  kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan investment opportunity set secara serempak
berpengaruh  positif  dan  tidak  signifikan  terhadap  kebijakan  hutang  pada perusahaan  sektor  jasa,  perdagangan  dan  investasi  yang  terdaftar  di  Bursa  Efek
Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Berbeda  dengan  pengujian  secara  simultan  setelah  berinteraksi  dengan
variabel  moderating  dan  diketahui  bahwa  nilai  F
hitung
sebesar  5,294  dengan  nilai signifikan  0,000  dan  dapat  disimpulkan  diperoleh  hasil  bahwa  free  cash  flow,
struktur  kepemilikan  manajerial,  struktur  kepemilikan  institusional,  ukuran perusahaan,  investment  opportunity  set,  moderat_1,  moderat_2,  moderat_3  dan
moderat_4 secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang  pada  perusahaan  sektor  jasa,  perdagangan  dan  investasi  yang  terdaftar  di
Bursa  Efek  Indonesia  dari  tahun  2011  sampai  dengan  tahun  2013.  Dengan  hasil signifikansi  uji  simultan  terlihat  bahwa  investment  opportunity  set  sebagai
variabel  moderat  dapat  memperkuat  hubungan  variabel  independen  dengan variabel dependen secara simultan.
Berdasarkan pengujian secara parsial diketahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut:
1. Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Hutang
Berdasarkan pengujian secara parsial, diperoleh hasil bahwa variabel free cash  flow  FCF  berpengaruh  positif  dan  tidak  signifikan  terhadap  kebijakan
hutang  DER  pada  perusahaan  disektor  jasa,  perdagangan  dan  investasi  yang
101
terdaftar  di  Bursa  Efek  Indonesia.  Hal  ini  terlihat  dari  nilai  signifikansinya  yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,215 dan nilai t
hitung
1,253  t
tabel
1,99. Hasil  penelitian  ini  sejalan  dengan  teori  yang  diungkapkan  oleh  Jensen
1986  dalam  Gusti  2013  yang  menyatakan  bahwa  perusahaan-perusahaan dengan  free  cash  flow  yang  besar  akan  meningkatkan  level  hutangnya  untuk
mnurunkan agency cost of free cash flow. Dengan adanya hutang dapat digunakan untuk  mengendalikan  penggunaan  free  cash  flow  yang  berlebihan  oleh  manajer
dengan  demikin  dapat  menghindari  investasi  yang  sia-sia,  karena  harus menyisihkan dana untuk membayar hutang berupa bunga dan pokok pinjaman.
Hasil  penelitian  ini  tidak  sejalan  dengan  penelitian  sebelumnya  yang dilakukan  oleh  Gusti  2013,  Faisal  2004,  dan  Tarjo  dan  Jogiyanto  2003.
Penelitian  ini  membuktikan  bahwa  free  cash  flow  mempunyai  pengaruh  yang positif  dan  signifikan  dengan  kebijakan  hutang.  Sedangkan  pada  penelitian  ini
free cash flow berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil  penelitian  ini  menunjukkan  kemungkinan  bahwa  jika  free  cash  flow
perusahaan besar belum tentu arus kas bebas tersebut digunakan untuk membayar utang,  bisa  saja  arus  kas  bebas  tersebut  di  gunakan  untuk  investasi,  membayar
dividen ataupun ekspansi perusahaan.
2. Pengaruh  Struktur  Kepemilikan  Manajerial  terhadap  Kebijakan
Hutang
Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa struktur kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Hal ini
102
ditunjukkan dengan nilai signifikan sebesar 0,018 dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai α 0,05 dan nilai t
hitung
-2,425  t
tabel
1,99. Hasil  penelitian  ini  berbeda  dengan  penelitian  Phitaloka  2009,
Pramudita  2010  dan  Gusti  2013  yang  menyatakan  kepemilikan  manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang, dikarenakan masih
rendahnya  kepemilikan  saham  yang  dimiliki  oleh  pihak  manajer  dan  lebih besarnya  kepemilikan  oleh  pihak  luar  publik  atau  institusional  sehingga  pihak
manajer  yang  memiliki  saham  tidak  dapat  mengambil  keputusan  berdasarkan keinginan sendiri.
Tetapi  hasil  penelitian  ini  sejalan  dengan  penelitian  Faisal  2004  yang menyatakan  kepemilikan  manajerial  berpengaruh  negatif  dan  signifikan  terhadap
kebijakan hutang. Sehingga pada penelitian ini dapat menjelaskan bahwa dengan meningkatnya  struktur  kepemilikan  manajerial  maka  penggunaan  hutang  akan
berkurang,  dikarenakan  para  manajer  dapat  mengambil  keputusan  sesuai keinginan oleh pihak manajemen.
3. Pengaruh  Struktur  Kepemilikan  Institusional  terhadap  Kebijakan
Hutang
Berdasarkan  hasil  dari  pengujian  secara  parsial  menunjukkan  bahwa struktur  kepemilikan  institusional  berpengaruh  negatif  dan  tidak  signifikan
terhadap  kebijakan  hutang.  Dapat  dilihat  dari  hasil  statistik  yaitu  sebesar  0,644 lebih besar dari nilai α 0,05 dan nilai t
hitung
-0,464  t
tabel
1,99. Hasil  dari  penelitian  ini  tidak  sejalan  dengan  penelitian  Indahningrum
dan  Handayani  2009  yang  menyatakan  bahwa  struktur  kepemilikan  istitusional
103
berpengaruh negatif. Sedangkan hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Shleifer dan Vishny 1986 dalam Gusti 2013 yang menyatakan bahwa dengan
adanya pemegang saham yang besar seperti kepemilikan institusional, maka para investor  dapat  memonitor  tim  manajemen  secara  lebih  efektif  sehingga  akan
membatasi perilaku opportunistik  yang mungkin  akan diambil manajer.  Semakin tinggi  struktur  kepemilikan  institusional  maka  para  investor  akan  semakin
meningkatkan  pengawasan  internal  terhadap  perusahaan,  sehingga  dapat mengurangi  biaya  keagenan  perusahaan  termasuk  penggunaan  hutang  oleh  para
manajer.
4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang
Berdasarkan  pengujian  secara  parsial,  diperoleh  hasil  bahwa  variabel ukuran  perusahaan  berpengaruh  positif  dan  tidak  signifikan  terhadap  kebijakan
hutang.  Hal  ini  terlihat  dari  nilai  signifikansinya  0,860  yang  lebih  besar  dari α
0,05 dan nilai t
hitung
0,177  t
tabel
1,99. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulunya, seperti
penelitian  Tarjo  dan  Jogiyanto  2003,  Faisal  2004  dan  Phitaloka  2009  yang menyatakan  bahwa  ukuran  perusahaan  berpengaruh  positif  dan  signifikan
terhadap  kebijakan  hutang.  Sedangkan  pada  penelitian  ini  menunjukkan  ukuran perusahaan  berpengaruh  positif  dan  tidak  signifikan  terhadap  kebijakan  hutang.
Berdasarkan  hasil  penelitian,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa  ukuran  perusahaan yang  besar  belum  tentu  memiliki  hutang  yang  besar  pula,  bisa  saja  perusahaan
mengekspansi  perusahaannya  dengan  menggunakan  kas,  laba  ditahan  ataupun modal perusahaan.
104
5. Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Hutang yang dimoderasi
oleh Investment Opportunity Set
Berdasarkan pengujian secara parsial, diperoleh hasil bahwa variabel free cash  flow  FCF  berpengaruh  negatif  dan  signifikan  terhadap  kebijakan  hutang
DER setelah dimoderasi oleh investment opportunity set MBVE diperusahaan sektor jasa, perdagangan dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal
ini terlihat dari nilai signifikansinya  yang lebih kecil dari 0,05 sebesar 0,001 dan nilai  t
hitung
-3,638    t
tabel
1,99.  Hasil  ini  menunjukkan  bahwa  investment opportunity  set  memperkuat  hubungan  antara  free  cash  flow  dengan  kebijakan
hutang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Gull dan Jaggi 1999 yang
menyatakan
free  cash  flow  dengan  kebijakan  hutang  berbeda  antar  perusahaan  yang memiliki investment opportunity set rendah dengan perusahaan yang memiliki IOS yang
tinggi.  Selain  itu  beberapa  penelitian  yang  sejalan  dengan  penelitian  ini  adalah  Gusti 2013  dan Tarjo  dan Jogiyanto  2003  yang  menyatakan  bahwa  investment  opportunity
set  mempunyai  pengaruh  terhadap  hubungan  antara  free  cash  flow  dengan  kebijakan hutang  dengan  memperlemah  hubungan  keduanya.  Sedangkan  penelitian  Pramudita
2010  tidak  sesuai  dengan  penelitian  ini  dikarenakan  penelitian  Pramudita  2010 menyatakan variabel moderating tidak mampu memperkuat atau memperlemah hubungan
free cash flow dengan kebijakan hutang.
Pada  penelitian  ini  menunjukkan  dengan  adanya  pengaruh  investment opportunity  set  yang  kuat  sehingga  dapat  mengubah  hubungan  free  cash  flow
yang  awalnya  positif  dan  tidak  signifikan  terhadap  kebijakan  hutang  menjadi negatif  dan  signifikan.  Hal  ini  dikarenakan  arus  kas  bebas  digunakan  untuk
105
berinvestasi  sehingga  arus  kas  bebas  untuk  membayar  hutang  berkurang dikarenakan sebagian dananya untuk investasi.
6. Pengaruh  Struktur  Kepemilikan  Manajerial  terhadap  Kebijakan
Hutang yang dimoderasi oleh Investment Opportunity Set
Berdasarkan  pengujian  secara  parsial,  diperoleh  hasil  bahwa  variabel kepemilikan manajerial MAN berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
kebijakan  hutang  DER  setelah  dimoderasi  oleh  investment  opportunity  set MBVE pada perusahaan disektor jasa, perdagangan dan investasi yang terdaftar
di  Bursa  Efek  Indonesia.  Hal  ini  terlihat  dari  nilai  signifikansinya  0,439  yang lebih besar dari 0,05 dan nilai t
hitung
0,779  t
tabel
1,99. Hasil ini menunjukkan bahwa  investment  opportunity  set  memperkuat  hubungan  antara  struktur
kepemilikan manajerial dengan kebijakan hutang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tarjo dan Jogiyanto 2003
yang  menyatakan  bahwa  set  kesempatan  investasi  memperkuat  hubungan  antara struktur kepemilikan manajerial dengan kebijakan hutang. Pada saat kepemilikan
manajerial  dalam  perusahaan  tinggi,  kebijakan  hutang  perusahaan  akan  rendah karena  pada  saat  manajer  memiliki  presentase  saham  dalam  perusahaan  akan
mensejajarkan  kepentingannya  dengan  pemegang  saham  yang  tidak  ingin perusahaan  dalam  kondisi  tinggi  resiko  kebangkrutan.  Dan  para  manajer  sebagai
pemegang saham akan lebih memilih berinvestasi dari pada membayar hutang.
106
7. Pengaruh  Struktur  Kepemilikan  Institusional  terhadap  Kebijakan
Hutang yang dimoderasi oleh Investment Opportunity Set
Berdasarkan  pengujian  secara  parsial,  diperoleh  hasil  bahwa  variabel struktur kepemilikan institusional INST berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kebijakan hutang DER setelah dimoderasi oleh investment opportunity set MBVE diperusahaan disektor jasa, perdagangan dan investasi yang terdaftar
di  Bursa  Efek  Indonesia.  Hal  ini  terlihat  dari  nilai  signifikansinya  0,340  yang lebih besar dari 0,05 dan nilai t
hitung
-0,962  t
tabel
1,99. Hasil ini menunjukkan bahwa  investment  opportunity  set  tidak  mampu  memoderasi  hubungan  antara
struktur kepemilikan institusional dengan kebijakan hutang. Hasil  penelitian  ini  tidak  sejalan  dengan  penelitian  Gusti  2013  yang
menyatakan perusahaan dengan investment opportunity set yang tinggi akan tetap menurunkan tingkat hutang yang digunakan dalam perusahaan karena perusahaan
lebih memilih untuk berinvestasi dari pada menggunakan hutang yang tinggi.
8. Pengaruh  Ukuran  Perusahaan  terhadap  Kebijakan  Hutang  yang
dimoderasi oleh Investment Opportunity Set
Berdasarkan  pengujian  secara  parsial,  diperoleh  hasil  bahwa  variabel ukuran perusahaan SIZE berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan
hutang  DER  setelah  dimoderasi  oleh  investment  opportunity  set  MBVE  pada perusahaan disektor jasa, perdagangan dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.  Hal  ini  terlihat  dari  nilai  signifikansinya  yang  lebih  kecil  dari  0,05 sebesar 0,000 dan nilai t
hitung
4,664  t
tabel
1,99. Hasil ini menunjukkan bahwa investment  opportunity  set  mampu  memperkuat  hubungan  antara  ukuran
107
perusahaan  dengan  kebijakan  hutang.  Perusahaan  yang  akan  tumbuh  semakin besar memerlukan dana yang besar pula sehingga jika terdapat  peluang investasi
maka  perusahaanpun  akan  membutuhkan  dana  yang  lebih  banyak  pula.  Dan  hal ini  dapat  mempengaruhi  kebijakan  hutang  karena  jika  perusahaan  dihadapkan
pada  peluang  investasi  maka  perusahaan  akan  mencari  dana  tambahan  sehingga hutang  perusahaanpun  akan  bertambah  yang  kemungkinan  dana  berasal  dari
hutang.
108
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan