Jenis Data Metode Pengumpulan Data Pembahasan

41 22 PUDP PT Pudjiadi Prestige Tbk. 23 RALS PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. 24 SHID PT Hotel Sahid Jaya International Tbk. 25 SONA PT Sona Topas Tourism Industry Tbk. 26 SRAJ PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. 27 TRIO PT Trikomsel Oke Tbk.

3.6 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, dimana penggunaan data dalam bentuk angka. Sumber data menurut cara memperoleh datanya menggunakan data sekunder dan merupakan kumpulan hasil data publikasi dari Bursa Efek Indonesia, jurnal, buku – buku referensi dan internet berhubungan dengan variabel – variabel yang ada di dalam penelitian ini.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut : 1. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang tersedia pada obyek penelitian, dalam hal ini dokumen laporan keuangan perusahaan jasa, perdagangan, dan investasi yang terdaftar di BEI periode 2011 - 2013. 2. Studi pustaka, yaitu dari literatur –literatur yang berhubungan dengan permasalahan dalam penulisan penelitian. 42

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kuantitatif, yaitu suatu analisis data yang diperlukan terhadap data yang diperoleh dari hasil responden yang diberikan, kemudian dilakukan analisa berdasarkan metode statistik dan data tersebut diklasifikasikan ke dalam kategori tertentu dengan menggunakan tabel untuk mempermudah dalam menganalisa.

3.8.1 Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif yaitu analisis yang ditunjukkan pada perkembangan dan pertumbuhan dari suatu keadaan dan hanya memberikan gambaran tentang keadaan tertentu dengan cara menguraikan tentang sifat-sifat dari obyek penelitian tersebut Umar, 2002: 78 dalam Rahmawati 2012. Dalam analisis deskriptif data yang dipakai yaitu data minimum, maximum, mean dan standar deviasi.

3.8.2 Uji Asumsi Klasik

Asumsi klasik adalah suatu pengujian hipotesis yang digunakan dalam suatu penelitian yang menunjukkan bahwa model regresi tersebut layak atau tidak untuk dilakukan ke pengujian selanjutnya Ghozali, 2013:103. Adapun penyimpangan asumsi klasik ada empat : 1. Normalitas Uji Normalitas residual bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal Ghozali, 2013:160. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar, maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk mendeteksi apakah 43 residual berdistribusi normal atau tidak, maka dalam penelitian ini menggunakan analisis Kolmogorov - Smirnov. Jika nilai uji Kolmogorov – Smirnov 0,05 berarti data terdistribusi normal. Pada penelitian ini untuk menguji kenormalitas data dapat dilihat dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya Ghozali, 2013: 161 2. Uji Multikolinearitas Sebelum dilakukan regresi, terlebih dahulu dilakukan uji multikoleniaritas untuk menunjukkan adanya hubungan linear antara variabel- variabel bebas dalam model regresi Sumodiningrat, 1994:281. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mendekteksi adanya multikolinearitas dilihat melalui nilai tolerance value dan variance inflation factor VIF. Nilai cut off yang umumnya dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonearitas adalah nilai tolerance, 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10 Ghozali, 2013:106. Tolerance VIF 1  44 3. Uji Heteroskedasitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan tetap maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Ghozali, 2013:139. Cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen, maka indikasi terjadi heterokedastisitas. Jika variabel independen tidak signifikan sig 0.05 berarti model bebas dari heterokedastisitas. 4. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi hubungan yang terjadi diantara anggota- anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian waktu time series atau yang tersusun dalam rangkaian ruang Sumodiningrat, 1994:231. Pengujian autukorelasi yang banyak digunakan adalah model Durbin-Watson. Kriteria pengujian Durbin-Watson adalah sebagai berikut Ghozali, 2013:111 : Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 d dl Tidak ada autokorelasi positif No desicison dl ≤ d ≤ du 45 Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dl d 4 Tidak ada autokorelasi negatif No desicison 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Diterima du d 4 – du Jika nilai Durbin-Watson tidak dapat memberikan kesimpulan apakah data yang digunakan terbebas dari autokorelasi atau tidak, maka perlu dilakukan Run Test. Pengambilan keputusan didasarkan pada acak atau tidaknya data, apabila bersifat acak maka dapat diambil kesimpulan bahwa data tidak terkena autokorelasi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah random atau acak. Apabila tingkat signifikansi hasil uji Run Test dibawah α 0,05 maka didalam model terdapat autokorelasi. Tetapi apabila tidak signifikan pada α 0,05 maka tidak terdapat autokorelasi. Hipotesis yang diajukan dalam uji Run Test. H0 : residual random acak H1 : residual tidak random

3.8.3 Moderated Regression Analysis MRA

Moderated Regression Analysis MRA menggunakan pendekatan analitik yang mempertahankan integritas sampel dan memberikan dasar untuk mengontrol pengaruh variabel moderator. Untuk menggunakan MRA kita harus membandingkan tiga persamaan regresi untuk menentukan jenis variabel moderator Ghozali, 2013:229. 46 Y = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + e 1 Y = α + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 Z + e 2 Y = α + β 1 X 1 + β 2 Z + β 3 X 1 Z + β 4 X 2 + β 5 X 2 Z + β 6 X 3 + β 7 X 3 Z + β 8 X 4 + β 9 X 4 Z + e 3 Keterangan : Y = Kebijakan Hutang Debt to Equity Ratio a = Konstanta β 1 – β 9 = Koefisien Regresi X 1 = Rasio Free Cash Flow X 2 = Presentase Kepemilikan Manajerial X 3 = Presentase Kepemilikan Institosional X 4 = Ukuran Perusahaan Z = Rasio Investment Opportunity Set Market to Book Value of Asset X 1 Z = Rasio moderating free cash flow dengan investment opportunity set X 2 Z = Rasio moderating kepemilikan manajerial dengan IOS X 3 Z = Rasio moderating kepemilikan institusional dengan IOS X 4 Z = Rasio moderating Ukuran Perusahaan dengan IOS e = standart error

3.8.4 Uji Hipotesis

1. Uji Statistik F F-test

Pengujian uji F statistik merupakan pengujian regresi secara keseluruhan yang menunjukkan apakah variabel bebas secara keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. 47 Hipotesis : Ho : b 1 = b 2 = b 3 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari free cash flow, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan invesment opportunity set terhadap kebijakan hutang. Ha : b 1 ≠ b 2 ≠ b 3 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari free cash flow, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan invesment opportunity set terhadap kebijakan hutang. Pada uji ini dilakukan uji satu sisi dengan tingkat signifikan sebesar 5 untuk mendapatkan nilai F tabel, sedangkan untuk menarik kesimpulan dari persamaan yang didapat digunakan pedoman sebagai berikut: a. Jika F hitung lebih kecil dari F tabel, atau terletak didaerah peneriamaan Ho, maka Ho diterima. b. Jika F hitung lebih besar dari F tabel, atau terletak didaerah penolakan Ho, maka Ho ditolak.

2. Uji Statistik T t - test

Uji statistik t digunakan untuk menilai hubungan antara variabel dependen dan variabel independen apakah memiliki pengaruh satu dengan lainnya, dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen dan variabel dependen secara parsial. Apabila t hitung menunjukkan nilai lebih besar dibandingkan dengan t tabel, maka koefisien regresi variabel independen adalah signifikan. 48 Kriteria pengujian yaitu : 1. Jika tingkat signifikansi α 0,05, t tabel t hitung, maka hipotesis diterima. 2. Jika tingkat signifikansi α 0,05, t tabel t hitung, maka hipotesis ditolak.

3.8.5 Uji Koefisien Determinasi R

2 Koefisien determinasi dapat dilihat pada nilai Adjusted R Square yang menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Semakin tinggi nilai Adjusted R Square maka berarti semakin baik model regresi yang digunakan karena menandakan bahwa kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat juga semakin besar,demikian pula apabila yang terjadi sebaliknya. Nilai R 2 besarnya antara nol dan satu 0 ≤ R 2 ≤ 1, jika mendekati satu maka kecocokan model dikatakan cukup untuk menjelaskan variabel dependen. 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia BEI

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: [Desember 1912] Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. 50 [1914 – 1918] Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I. [1925 – 1942] Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. [Awal tahun 1939] Karena isu politik Perang Dunia II Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup. [1942 – 1952] Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II. [1956] Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif. [1956 – 1977] Perdagangan di Bursa Efek vakum. [10 Agustus 1977] Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM Badan Pelaksana Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara. [1977 – 1987] Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal. [1987] Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 PAKDES 87 yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. 51 [1988 – 1990] Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat. [2 Juni 1988] Bursa Paralel Indonesia BPI mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek PPUE, sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer. [Desember 1988] Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 PAKDES 88 yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. [16 Juni 1989] Bursa Efek Surabaya BES mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. [13 Juli 1992] Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. [22 Mei 1995] Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS Jakarta Automated Trading Systems. [10 November 1995] Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. [1995] Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. [2000] Sistem Perdagangan Tanpa Warkat scripless trading mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. 52 [2002] BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh remote trading. [2007] Penggabungan Bursa Efek Surabaya BES ke Bursa Efek Jakarta BEJ dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia BEI. [02 Maret 2009] Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG.

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan

1. PT AKR Corporindo Tbk

AKR Corporindo Tbk AKRA didirikan di Surabaya tanggal 28 Nopember 1977 dengan nama PT Aneka Kimia Raya dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada bulan Juni 1978. Kantor pusat AKRA terletak di Wisma AKR, Lantai 8, JI. Panjang No. 5, Kebon Jeruk, Jakarta. Induk usaha dan induk usaha terakhir AKRA adalah PT Arthakencana Rayatama yang merupakan bagian dari kelompok usaha yang dimiliki oleh keluar Soegiarto dan Haryanto Adikoesoemo. AKRA saat ini bergerak dalam bidang distribusi produk bahan bakar minyak BBM ke pasar industri, distribusi dan perdagangan bahan kimia seperti caustic soda, sodium sulfat, PVC resin dan soda ash yang digunakan oleh berbagai industri di Indonesia sesuai dengan perjanjian distribusi dengan produsen asing dan lokal, penyewaan gudang, kendaraan angkutan, tangki dan jasa logistik lainnya. Pada bulan September 1994, AKRA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham AKRA IPO 53 kepada masyarakat sebanyak 15.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp4.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 03 Oktober 1994.

2. PT MNC Investama Tbk

MNC Investama Tbk sebelumnya PT Bhakti Investama Tbk BHIT didirikan 02 Nopember 1989 dan beroperasi secara komersial mulai tahun 1989. Kantor pusat BHIT berdomisili di MNC Financial Center, Lantai 21-27, Jalan Kebon Sirih No. 21-27, Jakarta 10340. Saat ini, BHIT memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia BEI, antara lain: PT Global Mediacom Tbk BMTR dan PT MNC Kapital Indonesia Tbk BCAP. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BHIT terutama meliputi bidang perindustrian, pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan pemborongan, jasa dan perdagangan. Pada tanggal 28 Oktober 1997, BHIT memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BHIT IPO kepada masyarakat sebanyak 123.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp700,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 24 Nopember 1997.

3. PT Bintang Mitra Semestaraya Tbk

Bintang Mitra Semestaraya Tbk BMSR didirikan dengan nama PT Bintang Mahkota Semestaraya pata tanggal 16 Nopember 1989 dan mulai 54 beroperasi secara komersial pada tahun 1989. Kantor pusat BMSR berkedudukan di Panin Tower – Senayan City Lt.10 JI. Asia Afrika Lot 19, Jakarta. Saat ini kegiatan usaha utama BMSR adalah bergerak dibidang perdagangan bahan –bahan kimia dan beras serta melakukan investasi pada anak usaha yang bergerak dibidang kontraktor minyak dan gas meliputi aktivitas pengeboran, eksplorasi, produksi dan pemasaran minyak bumi. Pada tanggal 06 Desember 1999, BMSR memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BMSR IPO kepada masyarakat sebanyak 130.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 29 Desember 1999.

4. PT Catur Sentosa Adiprana Tbk

PT Catur Sentosa Adiprana Tbk CSAP didirikan tanggal 31 Desember 1983 dan memulai kegiatan operasi komersialnya tahun 1983. Kantor pusat CSAP terletak di Jl. Daan Mogot Raya No. 234, Jakarta. Saat ini CSAP memiliki 37 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Saat ini CSAP bersama anak usahanya menjalankan usaha di bidang distribusi bahan bangunan, distribusi bahan kimia, distribusi consumer goods dan toko ritel dengan brand Mitra10 dan Atria. Pada tanggal 30 Nopember 2007, CSAP memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham CSAP IPO kepada masyarakat sebanyak 600.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- 55 per saham dengan harga penawaran Rp200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 12 Desember 2007.

5. PT Elang Mahkota Teknologi Tbk

Elang Mahkota Teknologi Tbk Emtek EMTK didirikan tanggal 03 Agustus 1983 dengan nama PT Elang Mahkota Komputer dan memulai aktivitas secara komersial di tahun 1984. Kantor pusat Emtek terletak di SCTV Tower lantai 18, Senayan City, Jl. Asia Afrika Lot 19, Jakarta. Saat ini aktivitas EMTK bergerak dalam bidang media, solusi dan lain-lain melalui penyertaan saham pada beberapa anak usaha. Stasiun televisi di bawah naungan Emtek antara lain SCTV dan Indosiar melalui anak usaha yakni Surya Citra Media Tbk SCMA serta stasiun televisi berbayar NexMedia menjadi official broadcaster Sea Games 2013 di Myanmar. Pada tanggal 30 Desember 2009, EMTK memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham EMTK IPO kepada masyarakat sebanyak 512.730.000 dengan nilai nominal Rp200,- per saham saham dengan harga penawaran Rp720,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 12 Januari 2010.

6. PT Gema Grahasarana Tbk

PT Gema Grahasarana Tbk GEMA didirikan tanggal 07 Desember 1984 dengan nama PT Gema Gerhana Sarana dan memulai kegiatan usaha 56 komersialnya pada tahun 1984. Kantor pusat GEMA berlokasi di Gedung Office 8, Lantai 35 Unit F, SCBD Lot 28, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 11480. Lokasi pabrik GEMA di Desa Sukaharja, Pasar Kemis, Tangerang. GEMA tergabung dalam kelompok usaha Vivere Group. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan GEMA meliputi perdagangan umum, industri, jasa perancangan dan pemborongan di bidang interior dan furnitur. Pada tanggal 24 Juli 2002, GEMA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham GEMA IPO kepada masyarakat sebanyak 80.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp225,- per saham dan disertai dengan 20.000.000 Waran Seri I dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 275 dan 10.000.000 Waran Seri II dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 225. Periode pelaksanaan waran Seri I dan II ini yaitu mulai tanggal 12 Pebruari 2003 sampai dengan tanggal 11 Agustus 2005. Saham dan Waran tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 12 Agustus 2002.

7. PT Golden Retailindo Tbk

Golden Retailindo Tbk GOLD didirikan dengan nama PT Bima Nuansa Cempaka tanggal 08 Nopember 1995. Golden Retailindo berkantor pusat di Jalan Gunung Sahari No. 59 Jakarta Pusat. Induk usaha dan induk usaha terakhir Golden Retailindo Tbk adalah PT Pasifik Atlanta Retailindo. Saat ini kegiatan usaha utama Golden Retailindo adalah sebagai manajemen perdagangan retail dan pengelolaan mal termasuk di dalamnya department store dan pengelola ruang 57 sewa komersial untuk berbagai tenant seperti toko buku, supermarket, food court, restaurant, salon, pakaian dan lain-lain. Pada tanggal 25 Juni 2010, GOLD memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham GOLD IPO kepada masyarakat sebanyak 86.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham saham dengan harga penawaran Rp350,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 07 Juli 2010.

8. PT Island Concepts Indonesia Tbk

PT Island Concepts Indonesia Tbk ICON didirikan tanggal 11 Juli 2001 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun April 2005. Kantor pusat ICON terletak di Jl. Raya Petitenget No. 469, Kerobokan, Kuta, Badung, Bali. Saat ini kegiatan utama ICON adalah bergerak dalam bidang penyewaan villa dan akomodasi, serta melalui anak usahanya PT Patra Supplies and Services, menjalankan kegiatan jasa katering dan jasa pemeliharaan fasilitas perkotaan. Pada tanggal 22 Desember 2004, ICON memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ICON IPO kepada masyarakat sebanyak 125.000.000 dengan nilai nominal Rp112,50,- per saham dengan harga penawaran Rp112,50 per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 08 Juli 2005. 58

9. PT Indonesian Paradise Property Tbk

Indonesian Paradise Property Tbk INPP didirikan tanggal 14 Juni 1996 dengan nama PT Penta Karsa Lubrindo dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2002. Kantor pusat INPP berkedudukan di Jalan Tebet Timur Raya No. 10C, Jakarta 12820. Saat ini, Indonesian Paradise Property memiliki hotel dengan nama Hotel HARRIS di Jalan Dewi Sartika, Tuban, Bali dan melalui anak usahanya Indonesian Paradise Property, secara tidak langsung memiliki Sheraton Hotel Kuta Bali, HARRIS Resort Kuta Bali dan Beachwalk Kuta Bali pusat perbelanjaan, Hotel HARRIS Batam Center, hotel POP Tugu Yogyakarta, Villa Puri Bunga Ubud Bali, hotel HARRIS fX-Suite SUDIRMAN, dan Cikini Gold Center pusat perbelanjaan. Pada tanggal 21 September 2004, INPP memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INPP IPO kepada masyarakat. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI dahulu Bursa Efek Surabaya BES pada tanggal 01 Desember 2004.

10. PT Intraco Penta Tbk

Intraco Penta Tbk INTA didirikan tanggal 10 Mei 1975 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1975. Kantor pusat INTA terletak Jl. Raya Cakung Cilincing KM 3,5 Jakarta 14130, sedangkan cabang-cabang INTA terletak di beberapa kota di Indonesia. INTA memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia, yaitu Intan Baruprana Finance Tbk IBFN. Saat 59 ini, INTA dan anak usahanya menjalankan usaha distribusi alat berat baik yang baru maupun yang bekas, pembiayaan, penyewaan ala berat, manufaktur, engineering hingga kontraktor tambang. Selain itu, INTA juga melayani perusahaan di berbagai sektor lainnya seperti agribisnis, minyak dan gas, infrastruktur dan konstruksi, serta industri umum. Pada tanggal 30 Juni 1993, INTA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham INTA IPO kepada masyarakat sebanyak 6.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp3.375,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 23 Agustus 1993.

11. PT Jakarta International Hotels Dev. Tbk

PT Jakarta International Hotels Development Tbk JIHD didirikan tanggal 07 Nopember 1969 dengan nama PT Djakarta International Hotel dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1969. Kantor pusat JIHD terletak di Gedung Artha Graha – Lantai 15, Kawasan Niaga Terpadu Sudirman KNTS, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52 – 53, Jakarta. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan JIHD mencakup pembangunan hotel dan penyelenggaraan jasa perhotelan, pembangunan real estat dan properti, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan niaga beserta fasilitasnya. JIHD adalah pemilik Hotel Borobudur Jakarta Hotel yang dikelola oleh PT Dharma Harapan Raya. JIHD memiliki anak usaha yang 60 juga tercatat di Bursa Efek Indonesia, yakni PT Danayasa Arthatama Tbk SCBD. Pada tahun 1984, JIHD memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam- LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham JIHD IPO kepada masyarakat sebanyak 6.618.600 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp1.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 29 Feb 1984.

12. PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk

PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk JKON didirikan tanggal 23 Desember 1982 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1982. Kantor pusat JKON berlokasi di Taman Bintaro Jaya Gedung B, Jalan Bintaro Raya, Jakarta. Saat ini JKON, bertindak sebagai pengembang, pemborong pada umumnya general contractor, pemasangan komponen bangunan beratheavy- lifting, pembangunan konstruksi segala bangunan, pemasangan instalasi, pengembangan wilayah pemukiman, pemborongan bidang pertambangan minyak, gas dan panas bumi, pemborong bidang pertambangan umum, pemborong bidang petrokimia, pembangunan sarana dan prasarana jaringan telekomunikasi, konstruksi besi dan baja, pembangunan lapangan golf, penyelenggaraan proyek jalan tol, konstruksi sinyal dan telekomunikasi kereta api, usaha penunjang ketenagalistrikan. Pada tanggal 26 Nopember 2007, JKON memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham JKON 61 IPO kepada masyarakat sebanyak 300.00.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp615,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 04 Desember 2007.

13. PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk

PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk JTPE didirikan tanggal 10 Nopember 1990 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1978. Kantor pusat JTPE beralamat di Jln. Raya Betro No. 21, Sidoarjo 61253, Jawa Timur. Induk usaha JTPE adalah PT Jasuindo Multi Investama, yang berkedudukan di Sidoarjo, Jawa Timur. Sedangkan pemegang saham pengendali PT Jasuindo Multi Investama adalah Yongky Wijaya. Saat ini JTPE bergerak di bidang industri dokumen niaga yang terintegrasi. Produk yang dihasilkan JPTE, meliputi Dokumen Sekuriti visa mastercard, kartu ATM, hologram, kartu toll, cek, bilyet giro, dokumen negara, bilyet deposito, polis asuransi, KTP dll. dan Non-Dokumen Sekuriti EDC slip, invoice, rekening koran, rol, direct mail, voucher, billing statement, dll. Pada tanggal 28 Maret 2002, JTPE memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham JTPE IPO kepada masyarakat sebanyak 100.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp225,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 16 April 2002. 62

14. PT Perdana Bangun Pusaka Tbk

PT Perdana Bangun Pusaka Tbk KONI didirikan tanggal 07 Oktober 1987 dengan nama PT Konica Cemerlang dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1987. Kantor pusat KONI berlokasi di Gedung Konica, lantai 6 – 7, Jalan Gunung Sahari 78, Jakarta 10610. Saat ini, kegiatan utama KONI adalah bergerak di bidang penjualan dan distribusi produk-produk fotografi. Pada tanggal 20 Juli 1995, KONI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham KONI IPO kepada masyarakat sebanyak 23.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp950,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 20 Agustus 1995.

15. PT Lautan Luas Tbk

Lautan Luas Tbk LTLS didirikan tanggal 18 Januari 1951 dengan nama Persekutuan Andil Maskapai Dagang dan Industri Lim Teck Lee dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1951. Kantor pusat LTLS terletak di Gedung Graha Indramas, Jl. AIP II K.S. Tubun Raya No. 77, Jakarta Barat 11410, Indonesia. Kegiatan utama LTLS adalah distribusi bahan kimia serta melakukan penyertaan saham terutama pada perusahaan-perusahaan manufaktur bahan kimia. Pada tanggal 18 Juni 1997, LTLS memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham LTLS IPO 63 kepada masyarakat sebanyak 50.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp2.950,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 21 Juli 1997.

16. PT Media Nusantara Citra Tbk

Media Nusantara Citra Tbk MNCN didirikan 17 Juni 1997 dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Desember 2001. Kantor pusat MNCN berlokasi di MNC Tower, Jalan Kebon Sirih Kav. 17-19, Jakarta Pusat. Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha MNC Group, dan induk usaha dari Perusahaan adalah PT Global Mediacom Tbk BMTR. Kegiatan usaha utama MNCN meliputi content dan kepemilikan serta pengoperasian 3 TV Free-To-Air nasional RCTI, MNCTV dan GlobalTV. MNCN juga memiliki channel-channel yang diproduksi oleh MNC yang disiarkan di TV Berlangganan. Saat ini Perusahaan juga memiliki basis media dan usaha lainnya yang bertujuan untuk mendukung kegiatan utama Perusahaan. Bisnis pendukung tersebut terdiri dari radio, media cetak, talent management dan rumah produksi. Pada tanggal 13 Juni 2007, MNCN memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MNCN IPO kepada masyarakat sebanyak 4.125.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp900,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 22 Juni 2007. 64

17. PT Metrodata Electronics Tbk

PT Metrodata Electronics Tbk MTDL didirikan 17 Februari 1983 dengan nama PT Sarana Hitech Systems dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1983. Kantor pusat MTDL berlokasi di APL Tower, Jalan Letjen S. Parman Kav. 28, Jakarta. MTDL dan Anak Usaha mempunyai kantor-kantor yang berlokasi di Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan dan Makassar. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MTDL meliputi penjualan berbagai jenis komputer dan produk-produk teknologi tinggi lainnya yang berkaitan dengan komputer serta jasa terkait lainnya. Pada tanggal 14 Februari 1990, MTDL memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MTDL IPO kepada masyarakat sebanyak 1.468.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp6.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 09 April 1990.

18. PT Panorama Sentrawisata Tbk

PT Panorama Sentrawisata Tbk PANR didirikan 22 Juli 1995 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1998. Kantor pusat PANR berlokasi di Gedung Panorama, lantai 6, Jalan Tomang Raya No. 63, Jakarta Barat – 11440. PANR memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia BEI, yakni Panorama Transportasi Tbk White Horse WEHA dan Destinasi Tirta Nusantara Tbk PDES. Kegaitan usaha PANR berfokus pada bisnis kepariwisataan yang terintegrasi. 65 Pada tanggal 15 September 2001, PANR memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PANR IPO kepada masyarakat sebanyak 120.000.000 dengan nilai nominal Rp150,- per saham dengan harga penawaran Rp500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 18 September 2001.

19. PT Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk

Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk PGLI didirikan tanggal 05 Maret 1994 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 2000. Kantor pusat PGLI berdomisili di Jalan T. Amir Hamzah Komplek Ruko Mega Ria No. 17 M-N, Medan. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PGLI bergerak di bidang jasa perhotelan. Pada tanggal 05 April 2000, PGLI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PGLI IPO kepada masyarakat sebanyak 60.000.000 dengan nilai nominal Rp50,- per saham dengan harga penawaran Rp75,- per saham.

20. PT Pudjiadi Sons Tbk

Pudjiadi And Sons Tbk PNSE didirikan tanggal 17 Desember 1970 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1970. Kantor pusat PNSE terletak di Jalan Hayam Wuruk No. 126, Jakarta 11180. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PNSE adalah di bidang perhotelan dengan segala fasilitas dan sarana penunjang lainnya, antara lain jasa akomodasi, 66 perkantoran, perbelanjaan, apartemen, sarana rekreasi dan hiburan yang berada di lokasi hotel. Saat ini, hotel yang dikelola PNSE, antara lain: Jayakarta Jakarta, Jayakarta Bandung, Jayakarta Anyer, Jayakarta Cisarua, Jayakarta Yogyakarta, Jayakarta Lombok, Jayakarta Bali, Jayakarta Komodo Flores dan Jayakarta Residence Bali. Pada tanggal 08 Maret 1990, PNSE memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PNSE IPO kepada masyarakat sebanyak 2.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp6.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 01 Mei 1990.

21. PT Pusako Tarinka Tbk

Red Planet Indonesia Tbk sebelumnya bernama Pusako Tarinka Tbk PSKT didirikan tanggal 10 April 1989 dengan nama PT Mustika Manggilingan. Kantor pusat PSKT berlokasi di Gedung Sona Topas Tower, Lantai 15A, Jl. Jendral Sudirman Kav. 26, Jakarta Selatan. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PSKT adalah usaha perhotelan dengan menyediakan segala fasilitas diantaranya bar, restoran, tempat pertemuan dan sarana-sarana lain yang dapat menunjang kemajuan usaha tersebut. Pada tanggal 19 September 1995, PSKT memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham IPO PSKT kepada masyarakat sebanyak 82.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp650,- per saham. Saham-saham tersebut 67 dicatatkan pada Bursa Efek Surabaya BES sekarang Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 29 September 1995.

22. PT Pudjiadi Prestige Tbk

Pudjiadi Prestige Tbk PUDP didirikan dengan nama PT Pudjiadi Prestige Limited pada tanggal 11 September 1980 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1981. Kantor pusat PUDP terletak di Jayakarta Tower lt. 21 Jl. Hayam Wuruk 126 Jakarta. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PUDP meliputi bidang pembangunan perumahan, perkantoran dan apartemen. Saat ini, PUDP bergerak dalam bidang real estat, kontraktor dan penyewaan ruanganapartement. Pada tanggal 28 September 1994, PUDP memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham PUDP IPO kepada masyarakat sebanyak 26.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp2.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 18 Nopember 1994.

23. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk

Ramayana Lestari Sentosa Tbk RALS didirikan 14 Desember 1983 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1983. Kantor pusat RALS berlokasi di Jl. K.H. Wahid Hasyim No. 220 A-B, Jakarta 10250. Saat ini, jumlah gerai yang dioperasikan oleh RALS terdiri dari 119 gerai dengan nama “Ramayana” 109 gerai, “Robinson” 7 gerai dan “Cahaya” 3 gerai, yang tersebar di 68 wilayah Indonesia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan RALS adalah perdagangan umum yang menjual berbagai macam barang seperti pakaian, aksesoris, tas, sepatu, kosmetik dan produk-produk kebutuhan sehari-hari melalui gerai serba ada Ramayana Supermarket Department Store. Pada tanggal 26 Juni 1996, RALS memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham RALS IPO kepada masyarakat sebanyak 80.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp3.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 24 Juli 1996.

24. PT Hotel Sahid Jaya International Tbk

Hotel Sahid Jaya International Tbk SHID didirikan 23 Mei 1969 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1971. Kantor pusat SHID berlokasi di Hotel Sahid Jaya Jakarta, Jalan Jenderal Sudirman No. 86, Jakarta 10220. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan SHID terutama bergerak di bidang industri perhotelan dan jasa akomodasi atau penyewaan ruangan yang berhubungan kegiatan perhotelan Hotel Sahid Jaya di jalan Jenderal Sudirman 86, Jakarta serta melakukan dan mengerjakan segala sesuatu yang berhubungan dengan bidang tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada tanggal 05 Mei 1990, SHID memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SHID IPO kepada masyarakat sebanyak 11.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per 69 saham dengan harga penawaran Rp7.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 08 Mei 1990.

25. PT Sona Topas Tourism Industry Tbk

PT Sona Topas Tourism Industry Tbk SONA didirikan pada tanggal 25 Agustus 1978 dengan nama PT Sona Topas Group. Pada tahun 1981 nama Perusahaan diubah menjadi PT Sona Topas. Pada tanggal 13 Oktober 1990, nama Perusahaan diubah menjadi PT Sona Topas Tourism Industry. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1980. Perusahaan berkedudukan di Jakarta dengan alamat Menara Sudirman Lt. 20, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 60. Saat Ini Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha grup Mayapada. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi bidang usaha biro perjalanan wisata seperti penjualan tiket wisata terutama dalam negeri, pengurusan dokumen, hotel dan perjalanan wisata tour. Pada tanggal 26 Mei 1992, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana atas 1.500.000 saham Perusahaan kepada masyarakat dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dan harga penawaran Rp3.750 per saham.

26. PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk

PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk SRAJ didirikan tanggal 20 Mei 1991 dan mulai operasi komersial Rumah Sakit Honoris yang dimulai dari unit poliklinik telah beroperasi sejak bulan Nopember 1994. SRAJ berkedudukan di 70 Jalan Honoris Raya, Perumahan Modern, Kota Madya Tangerang. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan utama SRAJ adalah memberikan jasa pelayanan medik antara lain dengan cara mendirikan dan mengusahakan rumah sakit yang lengkap dan modern. Pada tanggal 31 Maret 2011, SRAJ memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham SRAJ IPO kepada masyarakat sebanyak 750.000.000 saham dengan nilai nominal Rp100,- per saham dan harga penawaran Rp120 per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia BEI pada tanggal 11 April 2011.

27. PT Trikomsel Oke Tbk

PT Trikomsel Oke Tbk. TRIO didirikan di Indonesia tanggal 21 Agustus 1996 dan memulai operasi komersialnya pada tanggal 21 Agustus 1996. Kantor TRIO berkedudukan di Equity Tower Lantai 30, SCBD Lot 9, Jalan Jenderal Sudirman Kav 52-53, Jakarta Selatan. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan utama TRIO meliputi usaha perdagangan dan distribusi perangkat telekomunikasi, yang mencakup telepon selular, aksesoris, suku cadang, kartu telepon pra bayar dan pasca bayar, gadget, serta jasa yang terkait dengan telekomunikasi dan multimedia. TRIO memiliki anak usaha yang juga tercatat di Bursa Efek Indonesia, yaitu PT Global Teleshop Tbk GLOB. Pada tanggal 31 Maret 2009, TRIO mendapatkan Pernyataan Efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham TRIO IPO kepada masyarakat sebanyak 450.000.000 saham dengan nilai nominal sebesar 71 Rp100,- per saham melalui Bursa Efek Indonesia dengan harga penawaran sebesar Rp225,- per saham.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Analisis Data Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata mean, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness kemencengan distribusi Ghazali, 2013:19. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah free cash flow, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan sebagai variabel independen, kebijakan hutang sebagai variabel dependennya dan investment opportunity set sebagai variabel moderating. Statistik deskriptif variabel tersebut dari sampel perusahaan sektor jasa, investasi dan perdagangan yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2011 hingga tahun 2013 disajikan dalam Tabel 4.1: Tabel 4.1 Analisis Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation DER 72 .14 3.34 1.0762 .89694 FCF 72 -.53 .13 -.2054 .16909 MAN 72 .01 40.33 7.3188 8.53585 INST 72 16.99 99.99 64.9425 21.84325 SIZE 72 15.14 29.74 24.0638 4.33909 MBVE 72 .43 5.59 1.6760 1.25014 Valid N listwise 72 Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah 72 Berdasarkan hasil yang diperoleh dari Tabel 4.1 maka dapat dijelaskan bahwa: 1. Variabel kebijakan hutang dependen yang di proksi kan oleh debt to equity ratio DER memiliki jumlah sampel 72, nilai minimum sebesar 0,14, nilai maximum sebesar 3,34, mean nilai rata-rata sebesar 1,0762 dan standart deviation simpangan baku sebesar 0,89694. 2. Variabel free cash flow independen memiliki jumlah sampel 72, dengan nilai minimun sebesar -0,53, nilai maksimum sebesar 0,13, mean nilai rata-rata sebesar -0,2054 dan standart deviation simpangan baku sebesar 0,16909. 3. Variabel struktur kepemilikan manajerial independen memiliki jumlah sampel 72, dengan nilai minimum sebesar 0,01, nilai maksimum sebesar 40,33, mean nilai rata-rata sebesar 7,3188 dan standart deviation simpangan baku sebesar 8,53585. 4. Variabel struktur kepemilikan institusional independen memiliki jumlah sampel 72, dengan nilai minimum sebesar 16,99, nilai maksimum sebesar 99,99, mean nilai rata-rata sebesar 64,9425 dan standart deviation simpangan baku sebesar 21,84325. 5. Variabel ukuran perusahaan independen memiliki jumlah sampel 72, dengan nilai minimum sebesar 15,14, nilai maksimum sebesar 29,74, mean nilai rata-rata sebesar 24,0638 dan standart deviation simpangan baku sebesar 4,33909. 73 6. Variabel Investment Opportunity Set moderating yang di proksi kan oleh market to book value of equity MBVE memiliki jumlah sampel 72, dengan nilai minimum sebesar 0,43, nilai maksimum sebesar 5,59, mean nilai rata-rata sebesar 1,6760 dan standart deviation simpangan baku sebesar 1,25014.

4.2.2 Pengujian Data

Sebelum dilakukannya uji asumsi klasik maka penelitian ini melakukan pembersihan data terlebih dahulu yaitu dengan mengoutlier data penelitian. Setelah data dioutlier maka data penelitian yang awalnya berjumlah 81 menjadi 72. Adapun langkah-langkah dalam melakukan outlier tersebut adalah www.widhiarso.staff.ugm.ac.id : a. Tambahkan satu kolom pada data view dengan memberi nomor subjek b. Kemudian pilih analyze – regression - liniear kemudian masukkan nomor subjek menjadi variabel dependen dan variabel x, y dan z pada variabel independen. Kemudian klik save dan checklist deleted pada bagian residual dan pada bagian distance checklist mahalanobis, kemudian klik continue dan ok. Maka akan muncul kolom baru pada data view yaitu kolom mahal. c. Lihat hasil output pada tabel residual statistic data angka pada bagian mahal maksimum, data yang tertera pada tabel tersebut kemudian dihapus pada data view kolom mahal. d. Regresi ulang sehingga data penelitian hingga menjadi lebih baik. 74

4.2.3 Pengujian Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat apakah data telah terdistribusi dengan normal dengan uji normalitas, dan untuk melihat apakah penelitian tersebut terjadi multikolinearitas, heteroskedasitas, dan autokorelasi atau tidak. 1. Uji Normalitas Uji Normalitas residual bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi normal Ghozali, 2013:160. Cara yang digunakan untuk mendekteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan desain grafik dan uji Kolmogorov - Smirnov. Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah Gambar 4.1 Grafik Histogram 75 Dengan melihat tampilan grafik histogram dapat disimpulkan bahwa grafik tersebut memberikan pola distribusi yang normal, karena kurvanya tidak miring ke kiri atau ke kanan. Untuk lebih menjelaskan bahwa data yang diuji berdistribusi normal dapat juga dilihat dengan grafik normal probability plot yang menunjukkan titik-titik menyebar disekitar garis diagonal, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 4.2 berikut: Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah Gambar 4.2 Grafik Normal Plot Cara lain untuk melihat distribusi data normal atau tidak adalah dengan melakukan uji Kolmogrov-Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan sebesar 5, maka jika nilai Asymp Sig. 2-tailed diatas 5 artinya variabel residual berdistribusi normal. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4.2 76 Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 72 Normal Parameters a,,b Mean .0000000 Std. Deviation .83206653 Most Extreme Differences Absolute .145 Positive .145 Negative -.099 Kolmogorov-Smirnov Z 1.233 Asymp. Sig. 2-tailed .096 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah Pada Tabel 4.2 memperlihatkan nilai Asymp Sig. 2-tailed adalah 0,096 dan diatas nilai signifikansi 0,05. Dengan kata lain variabel residual berdistribusi normal. 2. Uji Multikoloniearitas Uji multikoleniaritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Dalam penelitian ini uji multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolarance dan variance inflation factor VIF Ghazali, 2013:105. Multikolonieritas tidak terjadi jika VIF 10 dan nilai tolerance 0,10. 77 Tabel 4.3 Hasi Uji Multikolonieritas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 1.682 .655 2.567 .013 FCF .786 .627 .148 1.253 .215 .932 1.072 MAN -.038 .016 -.358 -2.425 .018 .599 1.669 INST -.003 .006 -.073 -.464 .644 .524 1.909 SIZE .005 .026 .022 .177 .860 .853 1.173 MBVE -.049 .085 -.069 -.579 .564 .928 1.078 a. Dependent Variable: DER Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Dapat dilihat pada Tabel 4.3 hasil perhitungan tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor VIF juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi. 3. Uji Heterokdesitas Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas Ghozali, 2013:139. Beberapa cara untuk mendekteksi ada atau tidaknya heteroskedasitas dengan cara melihat Grafik Plot dan Uji Glejser. 78 Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Gambar 4.3 Grafik Scatter Plot Gambar 4.3 memperlihatkan bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedasitas pada model regresi, sehingga model regresi ini layak untuk digunakan. Tabel 4.4 Hasil Uji Glejser Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 1.181 .359 3.293 .002 FCF .399 .343 .141 1.162 .249 MAN -.009 .008 -.161 -1.064 .291 INST .002 .004 .089 .548 .585 SIZE -.020 .014 -.180 -1.418 .161 MBVE -.003 .047 -.008 -.067 .947 a. Dependent Variable: ABSUT 79 Berdasarkan hasil Tabel 4.4 menunjukkan bahwa hasil signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga pada kelima variabel independen tersebut tidak terjadi heteroskedasitas. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Menurut Ghazali 2013:110 untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat menggunakan uji Durbin-Watson DW test. Tabel 4.5 Hasil Uji Durbin-Watson Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .373 a .139 .074 .86301 1.583 a. Predictors: Constant, MBVE, SIZE, MAN, FCF, INST b. Dependent Variable: DER Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Berdasarkan uji autokorelasi pada Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,583. Nilai d dibandingkan dengan nilai dl dan du pada n = 72 dan k = 5 sehingga diperoleh nilai dl sebesar 1,464 dan du sebesar 1,768. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan du d 4-du, yaitu 1,768 1,583 2,232 yang menunjukkan bahwa tidak terdefinisi, maka jika DW tidak dapat menyimpulkan maka dilakukan Run-Test. 80 Tabel 4.6 Uji Run-Test Runs Test Unstandardized Residual Test Value a -.25617 Cases Test Value 36 Cases = Test Value 36 Total Cases 72 Number of Runs 31 Z -1.424 Asymp. Sig. 2-tailed .154 a. Median Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data Diolah Dapat dilihat dari Tabel 4.6 bahwa Asymp. Sig. 2-tailed lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 yaitu sebesar 0,154. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat autokorelasi.

4.2.4 Moderate Regression Analysis MRA

Moderated Regression Analysis MRA menggunakan pendekatan analitik yang mempertahankan integritas sampel dan memberikan dasar untuk mengontrol pengaruh variabel moderator. Untuk menggunakan MRA kita harus membandingkan tiga persamaan regresi untuk menentukan jenis variabel moderator Ghozali, 2013:229. 81 Tabel 4.7 Koefisien Regresi Persamaan 1 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 1.630 .646 2.524 .014 FCF .860 .611 .162 1.408 .164 MAN -.038 .015 -.365 -2.499 .015 INST -.004 .006 -.087 -.564 .575 SIZE .006 .025 .028 .225 .822 a. Dependent Variable: DER Sumber : Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Berdasarkan data pada Tabel 4.7 dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk kebijakan hutang pada perusahaan jasa, investasi dan perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI pada periode 2011-2013 adalah sebagai berikut: Y = 1,630 + 0,860X 1 – 0,038X 2 – 0,004X 3 + 0,006X 4 + e ........... 1 Dimana: Y = Kebijakan Hutang Debt to Equity Ratio X 1 = Rasio Free Cash Flow X 2 = Presentase Kepemilikan Manajerial X 3 = Presentase Kepemilikan Institosional X 4 = Ukuran Perusahaan e = Standart Error 82 Koefisien-koefisien dalam persamaan moderated regression analysis MRA memiliki arti sebagai berikut: 1. Nilai konstanta a sebesar 1,630 menunjukkan bahwa apabila nilai variabel independen free cash flow FCF, struktur kepemilikan manajerial MAN, struktur kepemilikan institusional INST, dan ukuran perusahaan SIZE bernilai nol maka variabel dependen kebijakan hutang DER akan meningkat sebesar 1,630. 2. Koefisien regresi free cash flow FCF sebesar 0,860 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel free cash flow FCF sebesar 1 akan memberikan dampak peningkatan kebijakan hutang DER sebesar 0,860. 3. Koefisien regresi struktur kepemilikan manajerial MAN sebesar -0,038 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel struktur kepemilikan manajerial MAN sebesar 1 akan memberikan dampak penurunan kebijakan hutang DER sebesar 0,038. 4. Koefisien regresi struktur kepemilikan institusional INST sebesar -0,004 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel struktur kepemilikan institusional INST sebesar 1 akan memberikan dampak penurunan kebijakan hutang DER sebesar 0,004. 5. Koefisien regresi ukuran perusahaan SIZE sebesar 0,006 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel ukuran perusahaan SIZE sebesar 1 akan memberikan dampak peningkatan kebijakan hutang DER sebesar 0,006. 83 Tabel 4.8 Koefisien Regresi Persamaan 2 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 1.682 .655 2.567 .013 FCF .786 .627 .148 1.253 .215 MAN -.038 .016 -.358 -2.425 .018 INST -.003 .006 -.073 -.464 .644 SIZE .005 .026 .022 .177 .860 MBVE -.049 .085 -.069 -.579 .564 a. Dependent Variable: DER Sumber : Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Berdasarkan data pada Tabel 4.8 dapat dirumuskan suatu persamaan regresi dengan penambahan variabel moderating untuk kebijakan hutang pada perusahaan jasa, investasi dan perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI pada periode 2011-2013 adalah sebagai berikut: Y = 1,682 + 0,786X 1 – 0,038X 2 – 0,003X 3 + 0,005X 4 - 0,049Z + e ........... 2 Dimana: Y = Kebijakan Hutang Debt to Equity Ratio X 1 = Rasio Free Cash Flow X 2 = Presentase Kepemilikan Manajerial X 3 = Presentase Kepemilikan Institosional X 4 = Ukuran Perusahaan Z = Rasio Investment Opportunity Set Market to Book Value of Equity e = Standart Error 84 Koefisien-koefisien dalam persamaan moderated regression analysis MRA memiliki arti sebagai berikut: 1. Nilai konstanta a sebesar 1,682 menunjukkan bahwa apabila nilai variabel independen free cash flow FCF, struktur kepemilikan manajerial MAN, struktur kepemilikan institusional INST dan ukuran perusahaan SIZE dan variabel moderating investment opportunity set MBVE bernilai nol maka variabel dependen kebijakan hutang DER akan meningkat sebesar 1,682. 2. Koefisien regresi free cash flow FCF sebesar 0,786 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel free cash flow FCF sebesar 1 akan memberikan dampak peningkatan kebijakan hutang DER sebesar 0,786. 3. Koefisien regresi struktur kepemilikan manajerial MAN sebesar -0,038 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel struktur kepemilikan manajerial MAN sebesar 1 akan memberikan dampak penurunan kebijakan hutang DER sebesar 0,038. 4. Koefisien regresi struktur kepemilikan institusional INST sebesar -0,003 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel struktur kepemilikan institusional INST sebesar 1 akan memberikan dampak penurunan kebijakan hutang DER sebesar 0,003. 5. Koefisien regresi ukuran perusahaan SIZE sebesar 0,005 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel ukuran perusahaan SIZE sebesar 85 1 akan memberikan dampak peningkatan kebijakan hutang DER sebesar 0,005. 6. Koefisien regresi investment opportunity set MBVE sebesar -0,049 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel investment opportunity set MBVE sebesar 1 akan memberikan dampak penurunan kebijakan hutang DER sebesar 0,049. Tabel 4.9 Koefisien Regresi Persamaan 3 Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 5.460 1.006 5.427 .000 FCF 2.709 .897 .511 3.020 .004 MBVE -2.154 .487 -3.002 -4.423 .000 moderat_1 -1.628 .448 -.889 -3.638 .001 MAN -.086 .029 -.818 -2.983 .004 moderat_2 .010 .013 .256 .779 .439 INST -.003 .009 -.084 -.382 .704 moderat_3 -.006 .006 -.674 -.962 .340 SIZE -.125 .036 -.604 -3.490 .001 moderat_4 .088 .019 3.088 4.664 .000 a. Dependent Variable: DER Sumber : Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Berdasarkan data pada Tabel 4.9 dapat dirumuskan suatu persamaan regresi dengan penambahan variabel moderating dan interaksi antara variabel independen dengan variabel moderating untuk kebijakan hutang pada perusahaan 86 jasa, investasi dan perdagangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI pada periode 2011-2013 adalah sebagai berikut: Y = 5,460 + 2,709X 1 – 2,154Z – 1,628X 1 Z – 0,086X 2 + 0,010X 2 Z – 0,003X 3 – 0,006X 3 Z – 0,125X 4 + 0,088X 4 Z +e ........................... 3 Dimana: Y = Kebijakan Hutang Debt to Equity Ratio X 1 = Rasio Free Cash Flow X 2 = Presentase Kepemilikan Manajerial X 3 = Presentase Kepemilikan Institosional X 4 = Ukuran Perusahaan Z = Rasio Investment Opportunity Set Market to Book Value of Equity X 1 Z = Rasio moderating free cash flow dengan investment opportunity set X 2 Z = Rasio moderating kepemilikan manajerial dengan IOS X 3 Z = Rasio moderating kepemilikan institusional dengan IOS X 4 Z = Rasio moderating Ukuran Perusahaan dengan IOS e = standart error Koefisien-koefisien dalam persamaan moderated regression analysis MRA memiliki arti sebagai berikut: 1. Nilai konstanta a sebesar 5,460 menunjukkan bahwa apabila nilai variabel independen free cash flow FCF, struktur kepemilikan manajerial MAN, struktur kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan dan variabel moderating investment oppotyunity set MBVE bernilai nol maka variabel dependen kebijakan hutang DER akan meningkat sebesar 5,460. 87 2. Koefisien regresi free cash flow FCF sebesar 2,709 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel free cash flow FCF sebesar 1 akan memberikan dampak peningkatan kebijakan hutang DER sebesar 2,709. 3. Koefisien regresi investment opportunity set MBVE sebesar -2,154 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel investment opportunity set MBVE sebesar 1 akan memberikan dampak penurunan kebijakan hutang DER sebesar 2,154. 4. Koefisien regresi interaksi free cash flow FCF dan investment opportunity set MBVE sebesar -1,628 memberikan pengertian bahwa perubahan interaksi free cash flow dan investment opportunity set sebesaar 1 akan memberikan dampak penurunan kebijakan hutang DER sebesar 1,628. 5. Koefisien regresi struktur kepemilikan manajerial MAN sebesar -0,086 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel struktur kepemilikan manajerial MAN sebesar 1 akan memberikan dampak penurunan kebijakan hutang DER sebesar 0,086. 6. Koefisien regresi interaksi struktur kepemilikan manajerial MAN dan investment opportunity set MBVE sebesar 0,010 memberikan pengertian bahwa perubahan interaksi struktur kepemilikan manajerial dan investment opportunity set sebesaar 1 akan memberikan dampak peningkatan kebijakan hutang DER sebesar 0,010. 88 7. Koefisien regresi struktur kepemilikan institusional INST sebesar -0,003 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel struktur kepemilikan institusional INST sebesar 1 akan memberikan dampak penurunan kebijakan hutang DER sebesar 0,003. 8. Koefisien regresi interaksi struktur kepemilikan institusional INST dan investment opportunity set MBVE sebesar -0,006 memberikan pengertian bahwa perubahan interaksi struktur kepemilikan institusional dan investment opportunity set sebesaar 1 akan memberikan dampak penurunan kebijakan hutang DER sebesar 0,006. 9. Koefisien regresi ukuran perusahaan SIZE sebesar -0,125 memberikan pengertian bahwa perubahan variabel ukuran perusahaan SIZE sebesar 1 akan memberikan dampak penurunan kebijakan hutang DER sebesar 0,125. 10. Koefisien regresi interaksi ukuran perusahaan SIZE dan investment opportunity set MBVE sebesar 0,088 memberikan pengertian bahwa perubahan interaksi ukuran perusahaan dan investment opportunity set sebesaar 1 akan memeberikan dampak peningkatan kebijakan hutang DER sebesar 0,088. 89

4.2.5 Uji Statistik F, Uji Statistik t dan Koefisien Determinasi R

2 sebelum di Moderasi 1. Uji Statistik F Pengujian uji F statistik merupakan pengujian regresi secara keseluruhan yang menunjukkan apakah variabel bebas secara keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis : Ho : b 1 = b 2 = b 3 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari free cash flow, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan invesment opportunity set terhadap kebijakan hutang. Ha : b 1 ≠ b 2 ≠ b 3 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari free cash flow, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan invesment opportunity set terhadap kebijakan hutang. Pada uji ini dilakukan uji satu sisi dengan tingkat signifikan sebesar 5 untuk mendapatkan nilai F tabel, sedangkan untuk menarik kesimpulan dari persamaan yang didapat digunakan pedoman sebagai berikut: a. Jika F hitung lebih kecil dari F tabel, atau terletak didaerah peneriamaan Ho, maka Ho diterima. b. Jika F hitung lebih besar dari F tabel, atau terletak didaerah penolakan Ho, maka Ho ditolak. 90 Tabel 4.10 Hasil Uji F statistik ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 7.964 5 1.593 2.139 .072 a Residual 49.156 66 .745 Total 57.120 71 a. Predictors: Constant, MBVE, SIZE, MAN, FCF, INST b. Dependent Variable: DER Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Tabel 4.10 adalah hasil dari uji statistik simultan uji-F memperlihatkan nilai F hitung adalah 2,139 dengan tingkat signifikasi 0,072, sedangkan F tabel pada tingkat kepercayaan 95 α = 0,05 adalah 2,354. Karena pada kedua perhitungan yaitu F hitung 2,139 F tabel 2,354 dan tingkat signifikansinya 0,072 0,05, menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen free cash flow, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan dan variabel moderating investment opportunity set tidak berpengaruh dan signifikan secara serempak terhadap kebijakan hutang, dan menunjukkan bahwasannya H diterima dan H a ditolak.

2. Uji Statistik t

Uji statistik t digunakan untuk menilai hubungan antara variabel dependen dan variabel independen apakah memiliki pengaruh satu dengan lainnya, dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen dan variabel dependen secara parsial. Apabila t hitung menunjukkan nilai lebih besar dibandingkan dengan t tabel, maka koefisien regresi variabel independen adalah signifikan. 91 Kriteria pengujian yaitu : 4. Jika tingkat signifikansi α 0,05, t tabel t hitung, maka hipotesis diterima. 5. Jika tingkat signifikansi α 0,05, t tabel t hitung, maka hipotesis ditolak. Tabel 4.11 Hasil Uji t Statistik Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 1.682 .655 2.567 .013 FCF .786 .627 .148 1.253 .215 MAN -.038 .016 -.358 -2.425 .018 INST -.003 .006 -.073 -.464 .644 SIZE .005 .026 .022 .177 .860 MBVE -.049 .085 -.069 -.579 .564 a. Dependent Variable: DER Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Nilai t tabel dalam penelitian ini sebesar 1,995. Tabel 4.11 memperlihatkan hasil uji statistik parsial uji-t maka diketahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, yaitu: a. Variabel free cash flow berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,215 lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung 1,253 1,995. Dengan ini menunjukkan bahwa H a ditolak dan H diterima. 92 b. Variabel struktur kepemilikan manajerial berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,018 lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung -2,425 1,995. Dengan ini menunjukkan bahwa H ditolak dan H a diterima. c. Variabel struktur kepemilikan institusional berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,644 lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung 0,464 1,995. Dengan ini menunjukkan bahwa H diterima dan H a ditolak. d. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,860 lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung 0,177 1,995. Dengan ini menunjukkan bahwa H a ditolak dan H diterima. e. Variabel investment opportunity set berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,564 lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung 0,579 1,995. Dengan ini menunjukkan bahwa H diterima dan H a ditolak. 3. Koefisien Determinasi R 2 Koefisien determinasi dapat dilihat pada nilai Adjusted R Square yang menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Semakin tinggi nilai Adjusted R Square maka berarti semakin baik model regresi yang digunakan karena menandakan bahwa kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat juga semakin besar, demikian pula apabila yang terjadi sebaliknya. Nilai R 2 besarnya antara nol dan satu 0 ≤ R 2 ≤ 1, jika 93 mendekati satu maka kecocokan model dikatakan cukup untuk menjelaskan variabel dependen. Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi R 2 Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .373 a .139 .074 .86301 a. Predictors: Constant, MBVE, SIZE, MAN, FCF, INST b. Dependent Variable: DER Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Pada Tabel 4.12 memperlihatkan hasil analisis regresi secara keseluruhan menunjukkan nilai R sebesar 0,373 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara kebijakan hutang dengan free cash flow, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan investment opportunity set mempunyai hubungan yang kurang erat yaitu sebesar 37,3. Dapat diketahui Adjusted R Square sebesar 0,074 yang berarti 7,4 faktor-faktor kebijakan hutang dapat dijelaskan oleh free cash flow, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, ukuran perusahaan dan investment opportunity set, sedangkan sisanya sebesar 92,6 dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti pada peneltian ini.

4.2.6 Uji Statistik F, Uji Statistik t dan Koefisien Determinasi R

2 sesudah di Moderasi

1. Uji Statistik F

94 Pengujian uji F statistik merupakan pengujian regresi secara keseluruhan yang menunjukkan apakah variabel bebas secara keseluruhan mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Hipotesis : Ho : b 1 = b 2 = b 3 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari free cash flow, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan invesment opportunity set terhadap kebijakan hutang. Ha : b 1 ≠ b 2 ≠ b 3 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan secara serentak dari free cash flow, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan invesment opportunity set terhadap kebijakan hutang. Pada uji ini dilakukan uji satu sisi dengan tingkat signifikan sebesar 5 untuk mendapatkan nilai F tabel, sedangkan untuk menarik kesimpulan dari persamaan yang didapat digunakan pedoman sebagai berikut: c. Jika F hitung lebih kecil dari F tabel, atau terletak didaerah peneriamaan Ho, maka Ho diterima. d. Jika F hitung lebih besar dari F tabel, atau terletak didaerah penolakan Ho, maka Ho ditolak. Tabel 4.13 Hasil Uji F Statistik dengan Variabel Moderating ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 24.822 9 2.758 5.294 .000 a 95 Residual 32.298 62 .521 Total 57.120 71 a. Predictors: Constant, moderat_4, MAN, FCF, SIZE, INST, moderat_1, moderat_2, MBVE, moderat_3 b. Dependent Variable: DER Tabel 4.13 adalah hasil dari uji statistik simultan uji-F dengan variabel moderating memperlihatkan nilai F hitung sebesar 5,294 dengan tingkat signifikasi 0,000, sedangkan F tabel pada tingkat kepercayaan 95 α = 0,05 adalah 2,035. Karena pada kedua perhitungan yaitu F hitung 5,294 F tabel 2,035 dan tingkat signifikansinya 0,000 0,05, menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen free cash flow, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, dan ukuran perusahaan, variabel moderating investment opportunity set dan interaksi variabel independen dengan variabel moderating moderat1, moderat2, moderat3 dan moderat4 secara serempak adalah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, dan menunjukkan bahwasanya H ditolak dan H a diterima.

2. Uji Statistik t

Uji statistik t digunakan untuk menilai hubungan antara variabel dependen dan variabel independen apakah memiliki pengaruh satu dengan lainnya, dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan. Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen dan variabel dependen secara parsial. Apabila t hitung menunjukkan nilai lebih besar dibandingkan dengan t tabel, maka koefisien regresi variabel independen adalah signifikan. Kriteria pengujian yaitu : 96 1. Jika tingkat signifikansi α 0,05, t tabel t hitung, maka hipotesis diterima. 2. Jika tingkat signifikansi α 0,05, t tabel t hitung, maka hipotesis ditolak. Tabel 4.14 Hasil Uji t Statistik dengan Variabel Moderating Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 5.460 1.006 5.427 .000 FCF 2.709 .897 .511 3.020 .004 MAN -.086 .029 -.818 -2.983 .004 INST -.003 .009 -.084 -.382 .704 SIZE -.125 .036 -.604 -3.490 .001 MBVE -2.154 .487 -3.002 -4.423 .000 moderat_1 -1.628 .448 -.889 -3.638 .001 moderat_2 .010 .013 .256 .779 .439 moderat_3 -.006 .006 -.674 -.962 .340 moderat_4 .088 .019 3.088 4.664 .000 a. Dependent Variable: DER Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Nilai t tabel dalam penelitian ini sebesar 1,995. Tabel 4.14 memperlihatkan hasil uji statistik parsial uji-t maka diketahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen, yaitu: a. Variabel free cash flow berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,004 lebih kecil dari 97 0,05 dan nilai t hitung 3,020 1,995. Dengan ini menunjukkan bahwa H ditolak dan H a diterima. b. Variabel struktur kepemilikan manajerial berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,004 lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung -2,983 1,995. Dengan ini menunjukkan bahwa H ditolak dan H a diterima. c. Variabel struktur kepemilikan institusional berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,704 lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung -0,382 1,995. Dengan ini menunjukkan bahwa H diterima dan H a ditolak. d. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,001 lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung -3,490 1,995. Dengan ini menunjukkan bahwa H ditolak dan H a diterima. e. Variabel investment opportunity set berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung -4,423 1,995. Dengan ini menunjukkan bahwa H diterima dan H a ditolak. f. Variabel moderat1 berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,001 lebih kecil dari 0,05 dan nilai t hitung -3,638 1,995. Dengan ini menunjukkan bahwa H ditolak dan H a diterima. 98 g. Variabel moderat2 berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,439 lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung 0,779 1,995. Dengan ini menunjukkan bahwa H diterima dan H a ditolak. h. Variabel moderat3 berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,340 lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung -0,962 1,995. Dengan ini menunjukkan bahwa H a ditolak dan H diterima. i. Variabel moderat4 berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,000 lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung 4.664 1,995. Dengan ini menunjukkan bahwa H diterima dan H a ditolak.

3. Koefisien Determinasi R

2 Koefisien determinasi dapat dilihat pada nilai Adjusted R Square yang menunjukkan seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Semakin tinggi nilai Adjusted R Square maka berarti semakin baik model regresi yang digunakan karena menandakan bahwa kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat juga semakin besar, demikian pula apabila yang terjadi sebaliknya. Nilai R 2 be sarnya antara nol dan satu 0 ≤ R 2 ≤ 1, jika mendekati satu maka kecocokan model dikatakan cukup untuk menjelaskan variabel dependen. Tabel 4.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi R 2 dengan Variabel Moderating Model Summary 99 Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .561 a .315 .228 .17331 a. Predictors: Constant, moderat4, FCF, moderat2, INST, SIZE, moderat3, MAN, moderat1, MBVE Sumber: Hasil Penelitian, 2015 Data diolah Pada Tabel 4.15 memperlihatkan hasil analisis regresi secara keseluruhan dengan berinteraksi dengan variabel moderating menunjukkan nilai R sebesar 0,561 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara kebijakan hutang dengan free cash flow, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, investment opportunity set, moderat1, moderat2, moderat3, dan moderat4 mempunyai hubungan yang cukup erat yaitu sebesar 56,1. Dapat diketahui Adjusted R Square sebesar 0,315 yang berarti 31,5 faktor-faktor kebijakan hutang dapat dijelaskan oleh free cash flow, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, investment opportunity set, moderat1, moderat2, moderat3, dan moderat4, sedangkan sisanya sebesar 68,5 dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti pada peneltian ini. Terjadi peningkatan Adjusted R Square setelah menambah interaksi variabel independen dengan variabel moderating. Ini dapat membuktikan bahwa investment opportunity set sebagai variabel moderating dapat memperkuat atau memperlemah hubungan variabel independen dengan variabel dependen.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan pengujian secara simultan diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 2,139 dengan nilai signifikan 0,072 dan dapat disimpulkan diperoleh hasil 100 bahwa free cash flow, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, dan investment opportunity set secara serempak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan sektor jasa, perdagangan dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Berbeda dengan pengujian secara simultan setelah berinteraksi dengan variabel moderating dan diketahui bahwa nilai F hitung sebesar 5,294 dengan nilai signifikan 0,000 dan dapat disimpulkan diperoleh hasil bahwa free cash flow, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, investment opportunity set, moderat_1, moderat_2, moderat_3 dan moderat_4 secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan sektor jasa, perdagangan dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Dengan hasil signifikansi uji simultan terlihat bahwa investment opportunity set sebagai variabel moderat dapat memperkuat hubungan variabel independen dengan variabel dependen secara simultan. Berdasarkan pengujian secara parsial diketahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut:

1. Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Hutang

Berdasarkan pengujian secara parsial, diperoleh hasil bahwa variabel free cash flow FCF berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang DER pada perusahaan disektor jasa, perdagangan dan investasi yang 101 terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini terlihat dari nilai signifikansinya yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0,215 dan nilai t hitung 1,253 t tabel 1,99. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Jensen 1986 dalam Gusti 2013 yang menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan free cash flow yang besar akan meningkatkan level hutangnya untuk mnurunkan agency cost of free cash flow. Dengan adanya hutang dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan free cash flow yang berlebihan oleh manajer dengan demikin dapat menghindari investasi yang sia-sia, karena harus menyisihkan dana untuk membayar hutang berupa bunga dan pokok pinjaman. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gusti 2013, Faisal 2004, dan Tarjo dan Jogiyanto 2003. Penelitian ini membuktikan bahwa free cash flow mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan dengan kebijakan hutang. Sedangkan pada penelitian ini free cash flow berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Hasil penelitian ini menunjukkan kemungkinan bahwa jika free cash flow perusahaan besar belum tentu arus kas bebas tersebut digunakan untuk membayar utang, bisa saja arus kas bebas tersebut di gunakan untuk investasi, membayar dividen ataupun ekspansi perusahaan.

2. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan

Hutang Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa struktur kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Hal ini 102 ditunjukkan dengan nilai signifikan sebesar 0,018 dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai α 0,05 dan nilai t hitung -2,425 t tabel 1,99. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Phitaloka 2009, Pramudita 2010 dan Gusti 2013 yang menyatakan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang, dikarenakan masih rendahnya kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajer dan lebih besarnya kepemilikan oleh pihak luar publik atau institusional sehingga pihak manajer yang memiliki saham tidak dapat mengambil keputusan berdasarkan keinginan sendiri. Tetapi hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Faisal 2004 yang menyatakan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Sehingga pada penelitian ini dapat menjelaskan bahwa dengan meningkatnya struktur kepemilikan manajerial maka penggunaan hutang akan berkurang, dikarenakan para manajer dapat mengambil keputusan sesuai keinginan oleh pihak manajemen.

3. Pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan

Hutang Berdasarkan hasil dari pengujian secara parsial menunjukkan bahwa struktur kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Dapat dilihat dari hasil statistik yaitu sebesar 0,644 lebih besar dari nilai α 0,05 dan nilai t hitung -0,464 t tabel 1,99. Hasil dari penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Indahningrum dan Handayani 2009 yang menyatakan bahwa struktur kepemilikan istitusional 103 berpengaruh negatif. Sedangkan hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Shleifer dan Vishny 1986 dalam Gusti 2013 yang menyatakan bahwa dengan adanya pemegang saham yang besar seperti kepemilikan institusional, maka para investor dapat memonitor tim manajemen secara lebih efektif sehingga akan membatasi perilaku opportunistik yang mungkin akan diambil manajer. Semakin tinggi struktur kepemilikan institusional maka para investor akan semakin meningkatkan pengawasan internal terhadap perusahaan, sehingga dapat mengurangi biaya keagenan perusahaan termasuk penggunaan hutang oleh para manajer.

4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang

Berdasarkan pengujian secara parsial, diperoleh hasil bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Hal ini terlihat dari nilai signifikansinya 0,860 yang lebih besar dari α 0,05 dan nilai t hitung 0,177 t tabel 1,99. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulunya, seperti penelitian Tarjo dan Jogiyanto 2003, Faisal 2004 dan Phitaloka 2009 yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan pada penelitian ini menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan yang besar belum tentu memiliki hutang yang besar pula, bisa saja perusahaan mengekspansi perusahaannya dengan menggunakan kas, laba ditahan ataupun modal perusahaan. 104

5. Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Hutang yang dimoderasi

oleh Investment Opportunity Set Berdasarkan pengujian secara parsial, diperoleh hasil bahwa variabel free cash flow FCF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang DER setelah dimoderasi oleh investment opportunity set MBVE diperusahaan sektor jasa, perdagangan dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini terlihat dari nilai signifikansinya yang lebih kecil dari 0,05 sebesar 0,001 dan nilai t hitung -3,638 t tabel 1,99. Hasil ini menunjukkan bahwa investment opportunity set memperkuat hubungan antara free cash flow dengan kebijakan hutang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Gull dan Jaggi 1999 yang menyatakan free cash flow dengan kebijakan hutang berbeda antar perusahaan yang memiliki investment opportunity set rendah dengan perusahaan yang memiliki IOS yang tinggi. Selain itu beberapa penelitian yang sejalan dengan penelitian ini adalah Gusti 2013 dan Tarjo dan Jogiyanto 2003 yang menyatakan bahwa investment opportunity set mempunyai pengaruh terhadap hubungan antara free cash flow dengan kebijakan hutang dengan memperlemah hubungan keduanya. Sedangkan penelitian Pramudita 2010 tidak sesuai dengan penelitian ini dikarenakan penelitian Pramudita 2010 menyatakan variabel moderating tidak mampu memperkuat atau memperlemah hubungan free cash flow dengan kebijakan hutang. Pada penelitian ini menunjukkan dengan adanya pengaruh investment opportunity set yang kuat sehingga dapat mengubah hubungan free cash flow yang awalnya positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang menjadi negatif dan signifikan. Hal ini dikarenakan arus kas bebas digunakan untuk 105 berinvestasi sehingga arus kas bebas untuk membayar hutang berkurang dikarenakan sebagian dananya untuk investasi.

6. Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan

Hutang yang dimoderasi oleh Investment Opportunity Set Berdasarkan pengujian secara parsial, diperoleh hasil bahwa variabel kepemilikan manajerial MAN berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang DER setelah dimoderasi oleh investment opportunity set MBVE pada perusahaan disektor jasa, perdagangan dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini terlihat dari nilai signifikansinya 0,439 yang lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung 0,779 t tabel 1,99. Hasil ini menunjukkan bahwa investment opportunity set memperkuat hubungan antara struktur kepemilikan manajerial dengan kebijakan hutang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tarjo dan Jogiyanto 2003 yang menyatakan bahwa set kesempatan investasi memperkuat hubungan antara struktur kepemilikan manajerial dengan kebijakan hutang. Pada saat kepemilikan manajerial dalam perusahaan tinggi, kebijakan hutang perusahaan akan rendah karena pada saat manajer memiliki presentase saham dalam perusahaan akan mensejajarkan kepentingannya dengan pemegang saham yang tidak ingin perusahaan dalam kondisi tinggi resiko kebangkrutan. Dan para manajer sebagai pemegang saham akan lebih memilih berinvestasi dari pada membayar hutang. 106

7. Pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan

Hutang yang dimoderasi oleh Investment Opportunity Set Berdasarkan pengujian secara parsial, diperoleh hasil bahwa variabel struktur kepemilikan institusional INST berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang DER setelah dimoderasi oleh investment opportunity set MBVE diperusahaan disektor jasa, perdagangan dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini terlihat dari nilai signifikansinya 0,340 yang lebih besar dari 0,05 dan nilai t hitung -0,962 t tabel 1,99. Hasil ini menunjukkan bahwa investment opportunity set tidak mampu memoderasi hubungan antara struktur kepemilikan institusional dengan kebijakan hutang. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Gusti 2013 yang menyatakan perusahaan dengan investment opportunity set yang tinggi akan tetap menurunkan tingkat hutang yang digunakan dalam perusahaan karena perusahaan lebih memilih untuk berinvestasi dari pada menggunakan hutang yang tinggi.

8. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang yang

dimoderasi oleh Investment Opportunity Set Berdasarkan pengujian secara parsial, diperoleh hasil bahwa variabel ukuran perusahaan SIZE berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang DER setelah dimoderasi oleh investment opportunity set MBVE pada perusahaan disektor jasa, perdagangan dan investasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hal ini terlihat dari nilai signifikansinya yang lebih kecil dari 0,05 sebesar 0,000 dan nilai t hitung 4,664 t tabel 1,99. Hasil ini menunjukkan bahwa investment opportunity set mampu memperkuat hubungan antara ukuran 107 perusahaan dengan kebijakan hutang. Perusahaan yang akan tumbuh semakin besar memerlukan dana yang besar pula sehingga jika terdapat peluang investasi maka perusahaanpun akan membutuhkan dana yang lebih banyak pula. Dan hal ini dapat mempengaruhi kebijakan hutang karena jika perusahaan dihadapkan pada peluang investasi maka perusahaan akan mencari dana tambahan sehingga hutang perusahaanpun akan bertambah yang kemungkinan dana berasal dari hutang. 108 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Ukuran Kap, Proporsi Komisaris Independen, Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, Dan Ukuranperusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei

0 69 100

Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow dan Investment Opportunity Set terhadap Cash Dividend dengan Likuiditas sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008 - 2011

1 64 141

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 46 91

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Industri Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 99 107

Analisis Pengaruh Free Cash Flow Dan Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Utang Dengan Investment Opportunity Set Sebagai Variabel Moderating Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia

1 70 120

Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, Ukuran Perusahaan, Dan Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan LQ45 Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia

3 69 98

Pengaruh Free Cash Flow, Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang dengan Investment Opportunity Set sebagai Variabel Moderating

1 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebijakan Hutang 2.1.1 Pengertian Hutang dan Jenis-jenis Hutang - Pengaruh Free Cash Flow, Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang dengan Investment Opportunity Set sebagai Variabel Moderating

0 0 24

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Free Cash Flow, Struktur Kepemilikan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang dengan Investment Opportunity Set sebagai Variabel Moderating

0 0 8

ABSTRAK PENGARUH FREE CASH FLOW, STRUKTUR KEPEMILIKAN DAN UKURAN PERUUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG DENGAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET SEBAGAI

0 1 10