Pola Jalan yang Tidak Teratur Pola Jalan Radial Konsentris Pola Jalan Bersudut Siku atau Grid

Gambar 2.7. Perembetan Meloncat Pembiayaan untuk pembangunan jaringan-jaringannya sangat tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang diberi fasilitas. Khususnya apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang tinggal di areal perkotaan yang kompak.

2.9 Pola Jalan Sebagai Indikator Morfologi Kota

Yunus HS 1999, pola jalan di kota merupakan salah satu unsur dari morfologi kota. Pola jalan sangat mempengaruhi pola keruangan kota, ada 3 tiga tipe sistem pola jalan yang dikenal, yaitu: pola jalan yang tidak teratur irregular system, pola jalan radial konsentris radial concentric system dan pola jalan bersudut siku atau grid rectangular of grid system.

2.9.1 Pola Jalan yang Tidak Teratur

Pada sistem ini terlihat adanya ketidakteraturan sistem jalan baik ditinjau dari segi lebar maupun arah jalannya, begitu juga dengan perletakan rumah satu dengan Thomas Andrian : Evaluasi Kinerja Angkutan Kota Medan Jenis Mobil Penumpang Umum MPU Studi Kasus : Koperasi Pengangkutan Medan KPUM Trayek 64, 2008 USU Repository © 2008 yang lainnya tidak menunjukkan keteraturan. Pada umumnya kota-kota pada awal pertumbuhannya selalu ditandai dengan sistem ini.

2.9.2 Pola Jalan Radial Konsentris

Pada sistem ini terdapat beberapa sifat khusus antara lain bagian pusatnya merupakan pusat kegiatan dan sekaligus tempat pertahanan terakhir pada suatu kekuasaan, daerah pusat ini berupa pasar, kompleks perbentengan, kastil, komplek ibadah dan lain lain serta secara keseluruhan membentuk jaringan sarang laba-laba, mempunyai keteraturan geometris serta jalan besar menjari dari titik pusat dan membentuk asterik shaped patten.

2.9.3 Pola Jalan Bersudut Siku atau Grid

Sistem ini merupakan bentuk paling cocok untuk pembagian lahan dan untuk daerah luar kota masih banyak disediakan lahan kosong, pengembangan kotanya akan nampak teratur dengan mengikuti pola yang sudah terbentuk. Keuntungan retcangular of grid system adalah i shortest dimension on the street side, ii growing more lots sheets frontage, iii easier to asemble individual lots into larger unit seperti blok. Thomas Andrian : Evaluasi Kinerja Angkutan Kota Medan Jenis Mobil Penumpang Umum MPU Studi Kasus : Koperasi Pengangkutan Medan KPUM Trayek 64, 2008 USU Repository © 2008 Gambar 2.8. Jaringan Jalan dengan Pola Grid 2.10 Tata Guna Lahan dan Transportasi Persoalan transportasi dalam kaitannya dengan pertumbuhan wilayah perkotaan pada dasarnya dapat diindikasikan oleh 3 tiga aspek, yaitu: i Meningkatnya pertumbuhan dan sebaran penduduk pada kawasan perkotaan. ii Meningkatnya kegiatan sosial-ekonomi yang ada di dalamnya. iii Perkembangan dan perubahan guna lahan. Interaksi yang terjadi antara ketiga aspek tersebut dipresentasikan dalam wujud arus pergerakan, baik dalam bentuk lalu lintas orang maupun lalu lintas barang. Menurut Manheim 1979 di dalam kaitannya dengan perlakuan atau intervensi terhadap sistem transportasi, terdapat 3 tiga demensi perubahan secara kritis mempengaruhi sistem transportasi, yaitu: i Perubahan dalam sistem permintaan transportasi, seperti pertumbuhan dan populasi, peningkatan pendapatan serta perubahan guna lahan akan mempengaruhi permintaan terhadap jasa transportasi, baik jumlah permintaan ataupun perubahan sebaran permintaan pada kerangka ruang atau waktu; Thomas Andrian : Evaluasi Kinerja Angkutan Kota Medan Jenis Mobil Penumpang Umum MPU Studi Kasus : Koperasi Pengangkutan Medan KPUM Trayek 64, 2008 USU Repository © 2008 ii Perubahan pada kemajuan tehnologi, seperti adanya kemajuan teknologi angkutan, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan pelayanan angkutan kecepatan, kenyamanan, keamanan dan lain sebagainya, serta penghematan energi; iii Perubahan tata nilai dalam pengambilan keputusan transportasi. Sebagai suatu sistem, tentunya interaksi antar elemen ruang akan saling mempengaruhi secara dinamis. Berbagai tindak perlakuan terhadap sistem kegiatan akan saling mempengaruhi sistem transportasi, demikian pula berlaku sebaliknya. Selanjutnya, dalam usaha mempelajari dan menganalisis sistem transportasi dan kaitannya dengan sistem kegiatan, Manhein 1979, menyatakan adanya 3 tiga unsur yang saling berinteraksi yaitu sistem kegiatan activity system, sistem transportasi transportation system dan sistem pergerakan flow. Interaksi antar ketiga unsur tersebut akan saling mempengaruhi, dalam arti setiap perlakuanintervensi pada salah satu unsur akan mempengaruhi unsur yang lain. Lebih jauh Vaughan 1978, menyatakan bahwa interaksi antar unsur tersebut tidak saja mempengaruhi besaran kegiatan unsur, akan tetapi juga akan mempengaruhi pola struktur ruang geografis yang akan terjadi. Karenanya dalam usaha untuk mempelajari dan menganalisis sistem transportasi suatu wilayah atau kawasan, pada dasarnya harus selalu mengacu kepada pola dan karakteristik pertumbuhan wilayah serta berbagai aspek yang ada di dalamnya, baik karakteristik Thomas Andrian : Evaluasi Kinerja Angkutan Kota Medan Jenis Mobil Penumpang Umum MPU Studi Kasus : Koperasi Pengangkutan Medan KPUM Trayek 64, 2008 USU Repository © 2008 penduduk, karakteristik kegiatan sosio-ekonomi, ataupun karakteristik guna lahannya serta sistem transportasinya. Kasus pertumbuhan wilayah perkotaan pada dasarnya ditujukan oleh meningkatnya aktivitas kota serta perkembangan fisik kota. Salah satu dampak yang sangat dirasakan, diindikasikan oleh adanya pertumbuhan arus pergerakan kendaraan yang sangat pesat pada setiap ruas jalan yang ada. Sebagai contoh implikasi dari adanya peningkatan arus kendaraan pada sebagian ruas jalan yang ada di kawasan perkotaan adalah terhadap peningkatan kebutuhan prasarana sarana transportasi yang memadai, khususnya untuk melayani interaksi antar pusat pelayanan yang ada di kawasan perkotaan, bahkan interaksi arus pergerakan menerus.

2.11 Temuan dari Studi Literatur