Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Bakso Sehat Bakso Atom (Kasus Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor)

(1)

PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN

PEMBELIAN BAKSO SEHAT BAKSO ATOM

(Kasus Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor)

SKRIPSI

DINI SILFIANTI H34086025

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

RINGKASAN

DINI SILFIANTI. H34086025. Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Bakso Sehat Bakso Atom (Kasus Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Dibimbing Oleh Rachmat Pambudy).

Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya makanan sehat bergizi kini semakin meningkat, khususnya untuk makanan jadi atau makanan cepat saji. Makanan yang serba praktis dan efisien tersebut kini tidak lagi hanya menjadi kebutuhan sebagian masyarakat tetapi juga menjadi trend atau gaya hidup. Hal ini yang melatarbelakangi beberapa bisnis kuliner bersaing untuk menciptakan makanan jadi atau makanan cepat saji dengan menerapkan konsep ”makanan bukan sekedar untuk menghilangkan rasa lapar saja, tetapi juga sehat dan bergizi”. Salah satu pemasar makanan jadi atau makanan cepat saji yang menerapkan konsep makanan sehat dan bergizi adalah Bakso Sehat Bakso Atom.

Bisnis kuliner memiliki pangsa pasar yang sangat luas dan apabila dikaitkan dengan sosial budaya masyarakat Indonesia, bisnis yang berprospek cerah saat ini adalah bisnis bakso. CV Atom Indonesia dengan unit usaha bakso menonjolkan keunggulannya sebagai bakso sehat. Bakso Sehat Bakso Atom telah menjawab keraguan konsumen akan isu-isu yang sering beredar di kalangan masyarakat tentang penggunaan boraks, nitrit, bahan pengenyal dan formalin pada proses pembuatan bakso. Menciptakan inovasi makanan dengan memperhatikan tingkat kesehatan makanan, telah menjadikan bisnis Bakso Sehat Bakso Atom mampu bertahan di tengah persaingan sejenis.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengidentifikasi karakteristik konsumen Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor, (2) Menganalisis proses pengambilan keputusan dalam memilih Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor, (3) Mengkaji dan menganalisis pengaruh atribut produk, atribut pelayanan, tempat dan fasiitas pada Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor terhadap keputusan pembelian konsumen Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor.

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari analisis deskriptif dan analisis regresi logistik. Penelitian ini mengambil studi kasus di gerai Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor. Pengambilan sampel menggunakan teknikJudgement Sampling dengan jumlah responden sebanyak 30 orang.

Responden yang mengkonsumsi produk Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor memiliki karakteristik yang bervariasi. Usia responden sebagian besar berumur 20-45 tahun (66,7 persen) yang didominasi oleh jenis kelamin laki-laki sebesar 60 persen dengan status menikah sebesar 60 persen dan sudah bekerja sebesar 66,7 persen. Pendapatan per bulan responden sebagian besar adalah Rp 2.500.000 sampai dengan Rp 5.000.000 (36,7 persen) dan pendidikan akhir responden terbanyak yaitu Sarjana atau S1 (50 persen).

Pada tahap proses keputusan pembelian, pengenalan kebutuhan konsumen terhadap bakso dilakukan berdasarkan motivasi pembelian produk yaitu dikarenakan kemudahan dalam memperoleh produk dan produk yang tergolong makanan jadi atau cepat saji tersebut mampu memenuhi kepuasan. Sedangkan pengenalan kebutuhan terhadap Bakso Sehat Bakso Atom dikarenakan variasi


(3)

bakso yang cukup beragam dan BSBA merupakan bakso yang berbeda dengan bakso-bakso pada umumnya yaitu menerapkan konsep kesehatan. Pencarian informasi untuk produk bakso biasanya diperoleh dari teman karena sumber informasi yang akurat adalah dari teman dan keluarga, dipercaya mampu membuat konsumen terpengaruh untuk membeli. Begitu pula halnya dengan pencarian informasi Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor. Berdasarkan evaluasi alternatif yang menjadi alasan konsumen memilih Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor adalah cita rasa, variasi bakso yang ditawarkan berbeda dengan bakso-bakso pada umumnya dan dalam pembuatan Bakso Sehat Bakso Atom tidak menggunakan formalin dan zat-zat yang membahayakan tubuh. Keputusan pembelian yang dilakukan konsumen dan mempengaruhi konsumen untuk membeli BSBA yaitu apabila kondisi hati (mood) mereka baik dan sudah direncanakan terlebih dahulu. Responden melakukan keputusan pembelian biasanya dipengaruhi teman dan keluarga. Apabila gerai BSBA tutup, responden akan tetap membeli produk bakso di warung bakso lainnya. Responden merasa puas terhadap produk BSBA dan tetap melakukan pembelian bila terjadi kenaikan harga.

Hasil penelitian dengan menggunakan analisis regresi logistik menunjukkan bahwa atribut produk yang berpengaruh signifikan atau berpengaruh nyata terhadap keputusan pembelian danoutputdari keputusan pembelian tersebut yaitu keinginan melakukan pembelian atau tidak membeli produk Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor adalah Harga, Cita Rasa dan Label Halal, Izin DepKes dan Uji Laboraturium. Sedangkan atribut produk lainnya seperti Variasi Bakso, Merek dan Kebersihan Makanan tidak terlalu berpengaruh signifikan terhadap keinginan datang lagi ke Bakso Sehat Bakso Atom. Atribut pelayanan, tempat dan fasilitas yang dianggap penting oleh konsumen dan berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian adalah Lokasi Gerai, Kebersihan dan Kenyaman Tempat dan Areal Parkir Gerai. Nilai Analisis Regresi Logistik menyatakan bahwa 60 persen responden konsumen Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor akan melakukan pembelian kembali produk Bakso Sehat Bakso Atom.

Berdasarkan analisisi yang telah dilakukan, masukan bagi pihak Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor adalah pihak BSBA tidak perlu menambah variasi bakso dan mengusahakan agar bakso tidak lagi mengalami kenaikan harga, walaupun jika terjadi kenaikan harga konsumen akan tetap mengkonsumsi BSBA. Selain itu perlunya penambahan gerai terutama di pusat kota agar seluruh konsumen di Bogor bisa menikmati BSBA. Untuk pelayanan dan fasilitas gerai, tetap mempertahankan kualitas pelayanan dengan penambahan fasilitas-fasilitas yang bermanfaat bagi konsumen seperti fasilitas musholla.


(4)

PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN

PEMBELIAN BAKSO SEHAT BAKSO ATOM (KASUS BAKSO

SEHAT BAKSO ATOM CABANG BOGOR)

DINI SILFIANTI H34086025

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(5)

Judul Skripsi : Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Bakso Sehat Bakso Atom (Kasus Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor)

Nama : Dini Silfianti

NIM : H34086025

Disetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS NIP. 19591223 198903 1002

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Bakso Sehat Bakso Atom (Kasus Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor)” adalah benar karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2011

Dini Silfianti H34086025


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 20 Januari 1987. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Drs. Syaifuddin dan Ibunda Sri Sudianti.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Islam Al-Falah Jambi pada tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama pada tahun 2001 di SLTPN 11 Jambi. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 5 Jambi pada tahun 2004 serta pendidikan Diploma III pada tahun 2007 di Ekowisata Institut Pertanian Bogor.

Pada tahun 2008, penulis diterima pada Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus dan panitia beberapa acara di kampus seperti Acara Pelepasan Wisuda dan Penerimaan Mahasiswa Baru. Selain belajar, penulis juga bekerja sebagai karyawan / staff Pelayanan Pelanggan pada PT PLN (Persero) UPJ Bogor Kota.


(8)

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur tersebut, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, waktu dan saran mulai dari persiapan proposal sampai penulisan skripsi ini berakhir.

2. Febriantina Dewi, SP, MM selaku dosen evaluator proposal penelitian dan dosen penguji utama pada ujian sidang yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen dosen penguji dari Komisi Pendidikan dalam sidang skripsi yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan skripsi peneliti.

4. Rahmat Yanuar, SP, MSi yang telah menjadi dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen serta staf Departemen Agribisnis.

5. Orangtua tercinta (Drs. Syaifuddin dan Sri Sudianti) yang selalu memberikan dukungan, motivasi, cinta dan doa selama penelitian hingga penulisan skripsi. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

6. Kakak dan adikku tercinta (Dian Puspita Novrianti, SE dan Gustini Rizki Fudianti) terima kasih atas semua dukungan, semangat dan doanya.

7. Bapak BR Prabowo sebagai pemilik Bakso Sehat Bakso Atom, Bapak Sabar Basuki&Istri sebagai pemilik BSBA Cabang Bogor yang telah memberikan izin penelitian, informasi, saran dan masukan yang dibutuhkan peneliti.

8. Seluruh karyawan Bakso Sehat Bakso Atom dan Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor atas waktu, kesempatan, informasi dan dukungan yang diberikan.

9. Aris Rahman, SE dan Irfan Wijaya Trilaksono, S.Hut yang selalu memberikan bantuan, dorongan, semangat dan doanya.


(10)

10. Bapak Yusep Junaedi selaku Supervisor Pelayanan Pelanggan dan teman-teman kantor PLN UPJ Bogor Kota (Rinda dan Mbak Dina). Terima kasih atas dukungan, semangat dan izin yang telah diberikan kepada peneliti.

11. Teman dan sahabat terbaikku, Lillah Wedelia, Anggi Meiri, Widodo Hardian, Hendro Lisa, Cyntia Natalia dan seluruh teman-teman Ekstensi Agribisnis angkatan satu sampai tujuh, atas doa, semangat, dorongan, dansharingselama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya.

Bogor, Mei 2011 Dini Silfianti


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Sejarah Perkembangan Bakso ………... 10

2.2 Cara Pembuatan Bakso ……….. 11

2.3 Cara Pembuatan Bakso Sehat Bakso Atom ………... 12

2.4 Penelitian Terdahulu ……….. 13

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

3.1.1 Teori Perilaku Konsumen ... 18

3.1.2 Proses Pengambilan Keputusan ... 18

A. Pengenalan Kebutuhan ... 18

B. Pencarian Informasi ………... 20

C. Evaluasi Alternatif ………... 21

D. Keputusan Pembelian ………... 22

E. Evaluasi Hasil Pembelian ………... 23

3.1.3 Faktor Utama yang Mempengaruhi Perilaku Membeli … 24 3.1.4 Atribut Produk ………. 27

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 27

IV. METODE PENELITIAN ... 31

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 32

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 32

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 32

4.4.1 Analisis Deskriptif ... 32

4.4.2 Pengujian Kuesioner ………. 32

4.4.3 Analisis Regresi Logistik ... 35

4.5 Definisi Operasional ………... 41

V. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN ……… 43


(12)

5.2 Sejarah, Pertumbuhan&Perkembangan BSBA Cabang Bogor .. 45

5.3. Sumber Daya Manusia dan Tanggung Jawab Sosial BSBA …. 46 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 47

6.1 Karakteristik Responden BSBA Cabang Bogor ……….... 47

6.1.1 Usia Responden ………... 47

6.1.2 Jenis Kelamin Responden ……… 48

6.1.3 Status Pernikahan Responden ……….. 49

6.1.4 Pekerjaan Responden ……….. 50

6.1.5 Pendapatan Per Bulan Responden ………... 50

6.1.6 Pendidikan Terakhir Responden ………. 51

6.2 Perilaku Konsumen dalam ProsesPengambilan Keputusan …. 52 6.2.1 Pengenalan Kebutuhan ……… 52

6.2.2 Pencarian Informasi ………. 54

6.2.3 Evaluasi Alternatif ………... 57

6.2.4 Keputusan Pembelian ……….. 59

6.2.5 Evaluasi Pasca Pembelian ………... 63

6.3 Analisis Atribut-Atribut yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor (Analisis Regresi Logistik) ……… 65

6.3.1 Atribut Produk ………. 67

6.3.2 Atribut Pelayanan, Tempat dan Fasilitas ………. 71

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ………... 76

7.1 Kesimpulan ………. 76

7.2 Saran ………... 78

DAFTAR PUSTAKA ………... 80


(13)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia selalu berhubungan dengan konsumsi, hal ini dilakukan guna untuk memenuhi kebutuhan fisiologis. Seperti yang dinyatakan Abraham Maslow (Sunu,1999:6) bahwa kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan paling penting dibandingkan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan fisiologis yang paling utama bagi setiap manusia, hal ini berdampak pada pengeluaran konsumsi makanan menjadi pengeluaran terbesar masyarakat di negara-negara berkembang, termasuk negara Indonesia. Perkembangan persentase pengeluaran rumah tangga untuk makanan dan non makanan di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Persentase Pengeluaran Rumah Tangga di Indonesia Tahun 2005-2009

Tahun Pengeluaran Rumah Tangga (%)

Makanan Non Makanan

2005 51.37 48.63

2006 53.01 46.99

2007 49.24 50.76

2008 50.17 49.83

2009 50.62 49.38

Sumber : Badan Pusat Statistik, (2009)

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tahun 2009 50,62 persen dari pengeluaran rumah tangga masyarakat Indonesia digunakan untuk mengkonsumsi makanan dan persentasenya lebih tinggi dibandingkan pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi non makanan yang hanya sebesar 49,38 persen. Persentase pengeluaran konsumsi non makanan terdiri dari pengeluaran untuk perumahan dan fasilitas rumah tangga, barang dan jasa, pakaian serta barang-barang tahan lama. Tingginya pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi makanan menunjukkan bahwa kebutuhan pangan akan selalu menjadi prioritas utama masyarakat Indonesia.


(14)

Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, meningkatnya pendapatan mampu memberikan kemungkinan seseorang untuk mengkonsumsi makanan menjadi lebih sering dilakukan. Salah satu pilihan makanan yang sekarang diminati masyarakat adalah makanan jadi atau makanan cepat saji, hal ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya aktivitas untuk melakukan pekerjaan sehingga sebagian orang membutuhkan makanan yang praktis dan terjamin kualitas kebersihan makanannya. Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa makanan jadi menjadi pilihan masyarakat Indonesia untuk di konsumsi sehari-hari, selain padi-padian, minyak dan lemak.

Tabel 2. Konsumsi Kalori per Kapita Sehari Menurut Kelompok Makanan Tahun 2005-2009

No. Komoditi Tahun (per Kapita)

2005 2006 2007 2008 2009

1. Padi-padian 1.009,13 992.93 953.16 968.48 939.99

2. Umbi-umbian 56.01 51.08 52.49 52.75 39.97

3. Ikan 47.59 44.56 46.71 47.64 43.52

4. Daging 41.45 31.27 41.89 38.6 35.72

5. Telur dan Susu 47.17 43.35 56.96 53.6 51.59

6. Sayur-sayuran 38.72 40.2 46.39 45.46 38.95

7. Kacang-kacangan 69.97 64.42 73.02 60.58 55.94

8. Buah-Buahan 39.85 36.95 49.08 48.01 39.04

9. Minyak dan Lemak 241.87 234.5 246.34 239.3 228.35

10. Bahan Minuman 110.73 103.69 113.94 109.87 101.73

11. Bumbu-Bumbuan 19.25 18.81 17.96 17.11 15.61

12. Konsumsi Lainnya 52.84 48.14 70.93 66.92 58.75

13. Makanan Jadi 233.08* 216.83* 246.04* 289.85* 278.46

14. Minuman Beralkohol - - - -

-15. Tembakau dan Sirih 0 0 0 0 0

Sumber : Badan Pusat Statistik, (2009)

Berdasarkan Tabel 2, Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan Badan Pusat Statistik di Indonesia, dapat dilihat dari konsumsi kalori per Kapita


(15)

sehari menurut kelompok makanan, Padi-padian menjadi urutan pertama konsumsi kalori per kapita sehari-hari dengan nilai 939.99 sedangkan makanan jadi atau makanan cepat saji berada pada urutan kedua yang dipilh masyarakat untuk dikonsumsi, terutama pada tahun 2009 jumlah yang dikonsumsi cukup besar yaitu 278.46. Hal ini membuktikan bahwa makanan jadi atau makanan cepat saji menjadi alternatif masyarakat dalam memutuskan untuk mengkonsumsi makanan.

Mengkonsumsi makanan jadi atau makanan cepat saji biasanya lebih sering dilakukan di restoran atau rumah makan, bertujuan bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan, namun lebih dijadikan gaya hidup dan trend sosial. Selain itu mengkonsumsi makanan di restoran atau rumah makan kini tidak hanya untuk menghilangkan rasa lapar saja, oleh karena itu dalam mengkonsumsi makanan jadi atau cepat saji harus memperhatikan nilai, kesehatan dan kehalalan.

Perubahan perilaku makan dari sebagian masyarakat, mendorong pemasar makanan untuk menciptakan makanan yang sehat, berkualitas, bergizi dan praktis. Selain itu perubahan pola konsumsi, selera dan kebiasaan makan masyarakat Indonesia yang menyukai makan di luar rumah membawa dampak positif bagi industri jasa makanan. Industri jasa makanan yang memilki perkembangan cukup besar adalah industri restoran cepat saji, restoran atau rumah makan yang menyediakan makanan dengan cepat tanpa harus menunggu proses pembuatannya. Saat ini berbagai jenis dan sistem pengelolaan restoran cepat saji hadir di Indonesia, mulai dari restoran cepat saji lokal sampai akulturasi restoran luar negeri dan salah satu usaha makanan cepat saji yang dikaitkan dengan pola konsumsi serta kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia adalah bakso. Bakso merupakanan makanan selingan atau jajanan yang digemari sebagian besar masyarakat Indonesia. Bakso dapat di konsumsi oleh berbagai kalangan dan umur serta mudah ditemui di beberapa daerah. Namun sayangnya, belum ada data yang pasti mengenai populasi pengusaha bakso di Indonesia. Untuk pengelolaan usahanya, perdagangan bakso kini mengalami pergeseran, mulai dari pengelolaan secara tradisional yaitu dengan menggunakan gerobak sampai cara yang modern yaitu sistem waralaba. Konsumen dapat menjumpai pedagang bakso mulai dari pinggir jalan yang berdebu sampai mall yang sejuk dan hotel berbintang.


(16)

Berdasarkan kenyataan diatas, bisnis bakso mampu merespon kebutuhan dan kegemaran masyarakat Indonesia, tentunya hal ini dimanfaatkan oleh pebisnis makanan untuk mengembangkan usahanya. Bakso Sehat Bakso Atom merupakan salah satu bisnis bakso yang menjadi alternatif pilihan makanan cepat saji dengan mengutamakan konsep sehat dan bergizi. Bakso Sehat Bakso Atom juga menjadi pelopor makanan sehat yang mampu meningkatkan kesadaran konsumen akan pentingnya kesehatan. Selain itu, Bakso Sehat Bakso Atom juga dikenal sebagai bakso sehat yang bebas dari boraks, nitrit, dan formalin. Produk Bakso Sehat Bakso Atom juga bebas dari pengenyal dan pengawet1.

Pada tahun 2006 Bakso Sehat Bakso Atom telah membuka 18 gerai di Jakarta dan Bandung, hingga saat ini (tahun 2011) gerai Bakso Sehat Bakso Atom berjumlah lebih dari 26 buah. Salah satu gerai Bakso Sehat Bakso Atom berada di Bogor. Bogor merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang dipilih Bakso Sehat Bakso Atom sebagai gerai cabang. Adapun latar belakang pemilihan lokasi dikarenakan Bogor dipercaya mampu sebagai daerah potensi strategis bagi pertumbuhan ekonomi dan investasi. Hal ini dikuatkan dengan data besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Bogor tahun 2008 untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 30,04 persen dari total PDRB (BPS, 2008). Sedangkan untuk kegiatan investasi yang masuk di Kota Bogor pada tahun 2008 adalah sebesar Rp 868,42 milyar. Dan pada tahun 2009 sektor perdagangan, hotel dan restoran juga menjadi sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kota Bogor.

1 Daniel Krishna. 2010. Bakso atom Pelopor Makanan Sehat. http://baksosehat-baksoatom.com. Di akses 24 Agustus 2010.


(17)

1.2. Perumusan Masalah

Pada dasarnya setiap kegiatan pembelian merupakan salah satu tahap dari keseluruhan proses mental dan kegiatan-kegiatan fisik lainnya yang terjadi dalam proses pembelian pada periode waktu serta pemenuhan kebutuhan tertentu. Umumnya sebelum perilaku membeli terjadi, konsumen didahului oleh adanya minat atau keinginan untuk membeli yang didorong oleh suatu motif tertentu. Minat membeli antara individu yang satu dengan yang lain tidak selalu sama dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Di samping itu konsumen kini lebih rasional dan lebih cermat dalam melakukan pembelian serta mengumpulkan informasi mengenai suatu produk atau barang yang akan dibelinya serta pemilihan tempat di mana pembelian tersebut akan dilakukan. Misalnya dalam melakukan pembelian bakso, secara tidak sadar konsumen telah melalui beberapa tahapan dalam proses pengambilan keputusan pembelian. Selain faktor kesehatan dan keamanan pangan, proses pengambilan keputusan Bakso Sehat Bakso Atom dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu pengaruh lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologis yang ada pada konsumen. Atribut merupakan salah satu kriteria yang digunakan oleh konsumen ketika mengevaluasi alternatif penjual Bakso yang akan dipilih.

Terkait dengan proses keputusan pembelian bakso, karakteristik konsumen merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Disamping itu, variabel-variabel lainnya yang mempengaruhi proses keputusan pembelian seperti kelas sosial (pendidikan, pendapatan), keluarga (pengambilan keputusan, status pekerjaan), pengaruh situasi (sumber informasi, media yang paling mempengaruhi, frekuensi konsumsi), pengetahuan atribut produk (cita rasa, merek, varians produk, ukuran atau porsi, harga, kehalalan, dan sebagainya), perubahan sikap dan perilaku (pengaruh promosi) juga sangat penting diteliti guna memahami perilaku konsumen dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen terhadap produk bakso.

Keinginan dan kebutuhan konsumen untuk mengkonsumsi makanan cepat saji yang sehat dan berkualitas, telah diwujudkan oleh pendirian Bakso Sehat Bakso Atom. Konsep pendirian Bakso Sehat Bakso Atom berawal dari pemikiran bahwa semakin hari manusia semakin sadar akan pentingya kesehatan, cermat


(18)

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 10000

Target Realisasi


(19)

Gambar 1. menunjukkan bahwa realisasi pengunjung di Bakso Sehat Bakso Atom pada bulan Mei sampai dengan bulan Desember 2010 berfluktuasi terhadap target penjualan produk di Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor. Pada bulan Oktober 2010 pengunjung mengalami peningkatan sebesar 20 persen dari target yang diinginkan, hal ini dikarenakan adanya hari libur nasional seperti Hari Raya Idul Fitri, dimana banyak keluarga memanfaatkan waktu luang dengan berkumpul bersama sambil menikmati makanan selingan tersebut. Akan tetapi pada bulan November 2010 pengunjung mengalami penurunan sebesar 10 persen dari target yang diinginkan, hal ini dikarenakan adanya prediksi dan asumsi berdasarkan pengalaman penjualan terdahulu bahwa penjualan produk akan mengalami penurunan, sehingga pemasar pun harus gencar melakukan promosi guna meningkatkan penjualan. Dan ternyata hal ini terbukti, dengan adanya peningkatan penjualan pada bulan Desember 2010 sebesar 15 persen dari target yang diharapkan.

Selain pengunjung yang telah mencapai target, jumlah penjualan produk di Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor juga sesuai dengan apa yang diharapkan. Penjualan bakso di hari biasa bisa mencapai 300-600 butir, sedangkan di hari libur bisa mencapai 2 kali lipatnya, yaitu 600-1400 butir dengan jumlah produksi bakso yang dikirim dari pusat mencapai 45.000 bakso per harinya.

Berdasarkan pernyataan di atas, target yang diterapkan dan realisasi yang terjadi sangat jauh berbeda (realisasi lebih tinggi daripada target). Hal ini menjadikan suatu keunggulan bagi pemasar Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor, namun untuk memperoleh penjualan yang tinggi, pemasar Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor tidak hanya menciptakan produk semata tetapi juga disertai kemampuan untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan konsumen akan produk yang diciptakannya. Terbukti dengan dilakukannya inovasi seperti diferensiasi produk dan peningkatan pelayanan.

Sebagai salah satu restoran bakso yang memiliki keunggulan dan keunikan dibandingkan restoran atau gerai bakso lainnya, Bakso Sehat Bakso Atom harus dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Begitu pula dengan produk bakso, konsumen juga memiliki faktor-faktor yang dapat dipertimbangkan dalam memutuskan pembelian sehingga nantinya tercipta kepuasan pasca pembelian dan


(20)

konsumen memutuskan untuk kembali mengkonsumsi produk tersebut. Tentunya hal ini perlu di analisis pihak Bakso Sehat Bakso Atom terutama Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor guna mengikuti perkembangan dan selera konsumen. Dharmesta (1999) menyatakan bahwa keberhasilan perusahaan menjalin hubungan dengan pelanggan menjadikan perusahaan bisa bertahan dalam jangka panjang dan dapat mempertahankan hubungan dengan pelanggan secara berkesinambungan merupakan suatu keunggulan kompetitif bagi perusahaan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik konsumen Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor? 2. Bagaimana pengambilan keputusan konsumen dalam mengkonsumsi Bakso

Sehat Bakso Atom Cabang Bogor?

3. Bagaimana atribut produk, atribut pelayanan, tempat dan fasilitas mempengaruhi keputusan pembelian (membeli atau tidak membeli) Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi karakteristik konsumen Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor

2. Menganalisis pengambilan keputusan dalam memilih Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor

3. Mengkaji pengaruh atribut produk, atribut pelayanan, tempat dan fasilitas terhadap keputusan pembelian Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai referensi dan masukan bagi pihak Bakso Sehat Bakso Atom dalam mengikuti perkembangan keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga diharapkan usaha tersebut menjadi lebih berkembang.


(21)

2. Sebagai data dan informasi bagi pihak Bakso Sehat Bakso Atom dan pihak-pihak terkait.

3. Sebagai bahan kajian dan tinjauan pustaka bagi pihak-pihak yang mendalami bidang Perilaku Konsumen.

4. Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor dengan menitikberatkan pada perilaku konsumen dalam melakukan keputusan pembelian Bakso Sehat Bakso Atom. Ruang lingkup penelitian ini tidak mengkaji kepuasan dan loyalitas pengunjung, hanya identifikasi karakteristik responden (konsumen), menganalisis proses pengambilan keputusan dalam memilih Bakso Sehat Bakso Atom, mengkaji pengaruh atribut produk, atribut pelayanan, tempat dan fasilitas terhadap keputusan pembelian Bakso Sehat Bakso Atom. Responden yang diambil adalah konsumen yang sedang mengkonsumsi Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor. Responden yang dijadikan objek penelitian yaitu tidak memperhatikan frekuensi kunjungan dan konsumsi Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor, dengan jumlah responden yang digunakan dalam penelitian adalah 30 orang. Dasar pembagian responden berdasarkan hari buka gerai yaitu hari kerja, hari libur atau weekend dan hari lbur nasional. Responden yang diambil sebanyak 10 orang mengkonsumsi Bakso Sehat Bakso Atom pada hari kerja, 10 orang Responden mengkonsumsi Bakso Sehat Bakso Atom pada hari weekend (Jumat, Sabtu, Minggu) dan 10 orang mengkonsumsi Bakso Sehat Bakso Atom pada hari libur nasional. Atribut yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari atribut produk&atribut pelayanan, tempat dan fasilitas. Untuk implementasinya diserahkan sepenuhnya kepada manajemen Bakso Sehat Bakso Atom sebagai pengambil keputusan terakhir.


(22)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Perkembangan Bakso

Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia mampu mendorong peningkatan bisnis makanan dan minuman, sehingga bisnis makanan dan minuman merupakan bisnis yang bersifatsustainable dan kontinuitas. Salah satu alternatif bisnis yang dapat memberikan prospek yang cerah adalah bisnis bakso.

Bakso adalah makanan yang sering dikonsumsi banyak orang, berupa bola daging dan berbahan utama daging baik sapi, ikan, udang maupun cumi-cumi. Bagi masyarakat Indonesia, jajanan bakso sangat digemari oleh seluruh umur dan lapisan masyarakat karena bakso memiliki cita rasa yang khas dan tekstur yang kenyal. Berdasarkan SNI 01-3818-1995, bakso daging didefinisikan sebagai produk makanan berbentuk bulatan atau lain, yang diperoleh dari campuran daging ternak (kadar daging tidak kurang dari 50 persen) dan pati atau serealia dengan atau tanpa Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang diizinkan. Bakso dapat dikelompokkan menurut jenis daging yang digunakan. Menurut Sutomo (2009) dalam Sembiring, M. (2010) menyatakan bahwa Bakso yang paling popular di Indonesia adalah bakso yang terbuat dari daging sapi.

Dalam perkembangannya, bakso berasal dari Republik Rakyat Cina dan dijual di daerah pemukiman orang cina serta restoran-restoran cina. Bakso berasal dari bahasa Cina yaitu “Bak” dan “So”, “Bak” artinya daging babi, “Sop” artinya mie di tambah sup. Kemudian di Indonesia daging babi dirubah menjadi daging sapi, walaupun tetap menggunakan kata “Bak”. Kini, bakso sudah sangat terkenal di Indonesia dan dapat dijumpai di pedagang kaki lima, pedagang keliling, warung makan sederhana, restoran mewah sampai hotel berbintang. Menurut Purnomo (1997) dan Astawan (1989) dalam Rahardian (2000) menyatakan bahwa Bakso merupakan makanan tradsisional Indonesia yang telah menerima popularitas di antara setiap tingkatan kelas sosial masyarakat Indonesia.


(23)

2.2. Cara Pembuatan Bakso

Bahan utama pembuatan bakso adalah daging. Pada dasarnya, bakso secara tradisional dibuat dari daging giling, tepung tapioka, bawang putih dan garam. Semua bahan akan dicampur dan campuran atau adonan dibentuk menjadi bola kemudian dimasak dalam air mendidih (TriatmojodalamRahardian 2000). Secara khusus, ada beberapa tahapan dalam pembuatan bakso, yaitu tahap penghancuran daging, pembentukan adonan, pencetakan dan pemasakan.

Penghancuran daging dapat dilakukan dengan mencacah, mencincang atau menggiling daging. Daging yang digunakan tergantung dari selera, yaitu daging sapi, daging ayam, daging ikan atau udang. Tahapan pembuatan bakso secara tradisional dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2.Proses Pembuatan Bakso Secara Tradisional (Astawan&Astawan (1989) dalamRahardian (2000)

Prerigor Daging Daging

Tepung Tapioka, Garam, Gula

dan Bawang

Penggilingan

Pembentukan Adonan

Pemasakan (70o C-80oC) dalam 15 sampai 20 Menit


(24)

Bila ditinjau dari segi gizi, bakso memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Biasanya dalam pembuatan bakso sapi dan bakso-bakso lainnya ditambahkan bahan-bahan pengisi lainnya yang berfungsi untuk memperbaiki atau menstabilkan emulsi, meningkatkan daya ikat air, memperkecil penyusutan, menambah berat produk. Kandungan gizi utama tepung tapioka/tepung kanji dalam pembuatan bakso yaitu karbohidrat, dengan komposisi tepung tapioka berupa kadar air 13,2 persen, kadar protein 0,13 persen, kadar lemak 0,04 persen, kadar abu 0,16 persen, kadar karbohidrat 86,54 persen. Sedangkan komposisi tepung sagu berupa kadar air 17,82 persen, kadar protein 0,11 persen, kadar lemak 0,04 persen, kadar abu 0,25 persen, kadar karbohidrat 81,772 persen. (http://www.ristek.go.id).

2.3 Cara Pembuatan Bakso Sehat Bakso Atom

Pada dasarnya pembuatan Bakso Sehat Bakso Atom sama seperti pembuatan bakso-bakso pada umumnya, hanya saja yang membedakan Bakso Sehat Bakso Atom dengan bakso-bakso lainnya adalah bahan utama (penggunaan daging). Bahan utama Bakso Sehat Bakso Atom adalah daging sapi Bali tanpa limbah daging (hati, jantung, usus, lemak jemuh). Bakso-bakso produksi Bakso Sehat Bakso Atom seperti Bakso Sumsum, Bakso Keju, Bakso Tahu Udang, Bakso Telur Ayam Kampung dan bakso lainnya mempunyai ciri khas pada daging baksonya yang berwarna kemerah-merahan. Warna kemerah-merahan adalah daging sapi yang memang menjadi unsur paling dominan dalam Bakso Sehat Bakso Atom. Warna daging yang kemerah-merahan ini juga menunjukkan Bakso Sehat Bakso Atom tidak memerlukan bahan-bahan lain seperti pengenyal, boraks, nitrit atau formalin.

Dalam usahanya, Bakso Sehat Bakso Atom senantiasa berpijak pada konsep makanan sehat dan kepuasan pelanggan. Adapun indikator sehat dan kandungan gizi yang terkandung pada Bakso Sehat Bakso Atom dibuktikan dengan berbagai sertifikasi yang menyatakan produk tersebut halal dan memiliki keamanan pangan yang tinggi.


(25)

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian uang berhubungan dengan topik perilaku konsumen, khususnya proses keputusan pembelian. Beberapa penelitian yang terkait dengan topik penelitian ini dapat disajikan dalam bagian berikut:

1. Johnson (2010) dalam penelitiannya menganalisis proses keputusan pembelian dan tingkat kepuasan konsumen terhadap produk dan pelayanan KaFC (Kansas Fried Chicken). Penelitian dilakukan di 5 tempat dari 22 tempat penjualan yang merupakan cabang dari KaFC (Kansas Fried Chicken) yaitu Alfamart Ciampea, Alfamart Bara, Alfamart Pamoyanan, Cibereum dan Kampus Pakuan. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 50 orang dengan menggunakan Convenience Sampling untuk teknik pengambilan sampel. Analisis data dalam penelitian ini mencakup analisis deskriptif dan analisis kuantitatif menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) danCustomer Satisfaction Index(CSI). Hasil penelitiannya adalah pada proses keputusan pembelian tahap pengenalan kebutuhan, konsumen mengkonsumsi KaFC karena kepraktisan produk yang tergolong makanan cepat saji, dengan sumber informasi diperoleh dari teman yang membuat konsumen terpengaruh untuk membeli produk. Harga yang bersaing menjadi alasan konsumen memilih KaFC dalam mengevaluasi alternatif pemilihan produk. Keputusan pembelian didasarkan atas inisiatif sendiri dan tidak terencana. Konsumen akan mencari produk lain apabila produk KaFC tidak tersedia dan pasca pembelian konsumen merasa puas dan akan tetap membeli produk bila harga menaglami kenaikan.

Kepuasan konsumen terhadap atribut produk KaFC dipengaruhi oleh 8 atribut yang terdiri dari cita rasa, aroma, kerenyahan, ketebalan daging, harga, warna, bentuk dan ukuran, serta kebersihan produk. Sedangkan kepuasan konsumen terhadap atribut pelayanan KaFC dipengaruhi oleh 13 atribut yaitu kecepatan pelayanan, ketelitian dan keakuratan penjual, kemampuan penjual untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan konsumen, keramahan dan kesopanan penjual, ketepatan pada saat pembayaran, pengetahuan penjual mengenai produk, kemampuan penjual berkomunikasi dengan konsumen, penampilan penjual,


(26)

kemudahan dalam proses pembayaran, kebersihan peralatan, kebersihan tempat atau gerobak, adanya tempat parker, dan kenyamanan tempat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik konsumen yang mengkonsumsi produk KaFC lebih didominasi oleh perempuan. Sebagian besar konsumen berumur 21-25 tahun yaitu pelajar/mahasiswa, belum menikah dengan pendidikan terakhir SMA dan pengeluaran per bulan sebesar Rp. 500.000-Rp. 1.500.000. Atribut produk yang dinilai penting namun pelaksanaan atau kinerja masih rendah oleh konsumen adalah cita rasa dan ketebalan daging (Kuadran I) dan atribut pelayanan yang dinilai penting namun pelaksanaan atau kinerja dinilai belum baik yaitu kebersihan peralatan dan kebersihan tempat/gerobak (kuadran I). Tingkat kepuasan konsumen dinilai puas terhadap atribut produk dan pelayanan KaFC dengan nilai 71 persen atau 0,71 untuk produk atribut produk dan 72 persen atau 0,72 untuk atribut pelayanan.

2. Pada Penelitian Saharah (2009) tentang Analisis Perilaku Konsumen dalam Keputusan Pembelian Kue Mochi di Perusahaan Dagang Lampion Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik konsumen, mengidentifikasi dan menganalisis proses keputusan pembelian dan menaganalisis tingkat kepuasan konsumen. Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan adalah Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk menggambarkan sebaran data responden terhadap suatu variabel tertentu. Selain itu dalam penelitian ini digunakan Analisis Deskriptif untuk mengetahui karakteristik konsumen dan proses keputusan pembelian produk kue mochi. Hasil yang diperoleh adalah pada proses keputusan pembelian, sebagian besar konsumen melakukan pembelian produk kue mochi tergantung situasi (membeli ketika membutuhkan kue mochi). Pembelian dilakukan biasanya pada hari Libur dan keluarga merupakan pihak paling berpengaruh terhadap keputusan pembelian kue mochi. Berdasarkan nilai rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja, setiap atribut produk dibagi kedalam empat kuadran. Atribut pada kuadran A adalah kermahan pramusaji, atribut yang berada pada kuadran B adalah rasa, izin Departemen Kesehatan, ketersediaan produk, kebersihan makanan,


(27)

kebersihan tempat, kecepatan pelayanan dan tanggapan terhadap keluhan. Atribut yang berada pada kuadran C yaitu isi kue mochi dalam satu kemasan. Iklan dan promosi, harga, desain kemasan, lokasi penjualan. Sedangkan untuk atribut yang berada pada kuadran D adalah varian aroma dan merek. Nilai Custmer Satisfaction Index dari kue mocha Lampion sebesar 76 persen, artinya konsumen merasa puas dengan produk kue mochi Lampion.

3. Pada penelitian Renny (2006) mengenai Analisis Proses Keputusan Pembelian dan Pemetaan Persepsi Indomie (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor). Jumlah objek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa starata satu IPB, terdapat Sembilan fakultas dan tingkat persiapan bersama, dengan tidak memasukkan Fakultas Ekologi Manusia karena pertimbangan fakultas ini tergolong masih baru. Responden yang digunakan 100 orang didasarkan pada rumus Slovin dan alat analisis yang digunakan adalah Tabulasi Deskriptif, Analisis Faktor dan Analisis Gerombol. Karakteristik konsumen Indomie di kalangan mahasiswa IPB terbanyak adalah laki-laki yaitu 53 orang, rata-rata usia 17-22 tahun. Hampir 93 persen mahasiswa memiliki sumber pendapatan dari orang tua. Pada proses keputusan tahap pengenalan kebutuhan kepraktisan produk atau kecepatan penyajian karena tergolong makanan cepat saji dan mampu sebagai makanan selingan untuk menghilangkan rasa lapar. Sumber informasi yang menjadikan konsumen tertarik untuk membeli produk Indomie karena adanya iklan atau promosi di televisi. Adapun evaluasi alternatif yang menjadi dasar pertimbangan konsumen melakukan keputusan pembelian Indomie adalah rasa dan variasinya, disamping itu rasanya cocok atau sesuai selera konsumen. Tahapan evaluasi pasca pembelian sikap konsumen merasa biasa saja dan apabila terjadi kenaikan harga maka konsumen membeli merek mie instan lain yang lebih murah. Berdasarkan analisis faktor, faktor kelengkapan informasi pada kemasan seperti kadaluarsa merupakan faktor utama dan pertama dalam keputusan pembelian konsumen terhadap produk Indomie. Selain itu faktor kemudahan memperoleh produk, bauran pemasaran seperti pengaruh iklan, pengaruh lingkungan, pendapatan, dan ukuran berat dari Indomie merupakan faktor pendukung dari keputusan


(28)

pembelian konsumen. Sedangkan berdasarkan analisis gerombol terdapat empat gerombol yang mempengaruhi keputusan pembelian yaitu informasi pada kemasan, motivasi pembelian, bauran pemasaran dan pengaruh lingkungan.

4. Ramdhani (2005) dalam penelitiannya mengenai Analisis Proses Keputusan Pembelian Makanan Siap Saji di Kentucky Fried Chicken Cabang Pajajaran Bogor dan Implikasinya terhadap Bauran Pemasaran. Pengambilan objek penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan metode pengambilan sampelaccidentally samplingdan jumlah responden yang diteliti sebanyak 99 orang. Metode analisis data menggunakan Tabulasi Deskriptif, Metode Analisis Biplot, Metode Fishbein danImportance Performance Analysis(IPA) dan Analisis Bauran Pemasaran. Karakteristik konsumen yg datang ke KFC berusia 17-25 tahun dan berjenis kelamin perempuan. Hampir 80 persen pengunjungnya belum menikah dan bekerja sebagai pelajar/mahasiswa. Penghasilan per bulan antara Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000. Proses keputusan pembelian pada tahap pengenalan kebutuhan dipengaruhi oleh anggapan bahwa produk KFC sebagai makanan selingan untuk menghilangkan rasa lapar, sedangkan konsumen biasanya sering berkunjung pada hari Sabtu atau Minggu yang tergantung pada situasi. Tahapan evaluasi pasca pembelian, konsumen merasa puas dengan produk KFCdan akan kembali mencobanya. Atribut lokasi, rasa dan keramahan pelayan menempati urutan pertama dari tingkat kepentingan atribut. Berdasarkan Importance Performance Analysis, atribut yang termasuk tingkat kepentingan dan kinerja tinggi adalah atribut lokasi, keramahan pelayan, penampilan pelayan, kecepatan penyajian produk, kecepatan transaksi, daftar menu, kebersihan, temperature ruangan, aroma produk, rasa dan promosi. Strategi pemasaran yang harus diterapkan KFC meliputi atribut lokasi, tempat parkir, keramahan pelayanan, kecepatan penyajian produk, kebersihan, dekorasi ruangan, aroma ruangan, musik, variasi jenis produk, jumlah porsi, aroma produk, rasa, kemasan bawa pulang, promosi dan diskon.


(29)

Perbedaan penelitian mengenai analisis proses keputusan pembelian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian sejenis oleh Johnson (2010), Sahara (2009), Renny (2006), Ramdhani (2005) yaitu dilihat pada analisa perilaku konsumen terhadap produk, metode analisis, dan implikasi manajerial atau rekomendasi dari hasil analisis. Keempat penelitian terdahulu sangat berbeda dengan penelitian penulis.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penggunaan atribut-atribut penelitian sebagai dasar penting melakukan analisis keputusan pembelian konsumen. Penelitian ini menggunakan skala dengan lima kategori (skala likert), sama dengan penelitian Jhonson, Saharah dan Ramdhani. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah perbedaan lokasi, teknik pengolahan dan analisis data serta atribut-atribut yang telah ditentukan berdasarkan pengamatan, studi literatur, wawancara dengan pihak Bakso Sehat Bakso Atom. Atribut produk yang digunakan adalah harga, cita rasa, variasi bakso, label halal, izin Departemen Kesehatan&uji laboraturium, kebersihan makanan. Atribut tempat, fasilitas dan pelayanan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lokasi gerai, kebersihan dan kenyamanan tempat, kebersihan peralatan, kerapihan pramusaji dan keramahan dalam pelayanan, serta areal parkir yang luas&kebersihan toilet.


(30)

III.

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, yang berguna untuk membantu menjelaskan secara deskriptif berbagai aspek pendukung dalam penelitian.

3.1.1 Teori Perilaku Konsumen

Dapat dijelaskan bahwa penelitian mengenai perilaku konsumen merupakan studi dimana konsumen mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan sehingga para pemasar atau produsen harus memahami konsumen, mengetahui apa yang dibutuhkan, apa selera konsumen, dan bagaimana proses pengambilan keputusannya.

Menurut Engel, et al (1994), perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut. Terdapat tiga variabel yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu :

1. Pengaruh lingkungan, melputi budaya, kelas sosial, pengaruh personal, keluarga dan situasi.

2. Pengaruh perbedaan individu, meliputi motivasi dan keterlibatan, sumberdaya konsumen, pemahaman, sikap kepribadian, nilai dan gaya hidup.

3. Proses psikologi, meliputi proses informasi, pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku.

3.2.1 Proses Pengambilan Keputusan a) Pengenalan Kebutuhan

Pengenalan kebutuhan menurut Engel et al (1994), didefinisikan sebagai persepsi atas perbedaan antara keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk menggugah dan mengaktifkan proses keputusan. Dalam


(31)

pengenalan kebutuhan terdapat tiga determinan yaitu : (1) informasi yang disimpan dalam ingatan, (2) perbedaan individual dan (3) pengaruh lingkungan.

Proses pengenalan kebutuhan dimulai saat pembeli menyadari adanya masalah atau kebutuhan. Pengenalan kebutuhan sebenarnya sangat dipengaruhi oleh berapa banyak ketidaksesuaian yang ada diantara keadaan aktual (situasi konsumen saat ini) dan keadaan yang diinginkan (situasi yang konsumen inginkan). Saat ketidaksesuaian ini melebihi tingkat atau ambang tertentu, kebutuhan pun dikenali. Namun demikian, bila ketidaksesuaian tersebut ada dibawah tingkat ambang, maka pengenalan kebutuhan tidak akan terjadi. Pengenalan kebutuhan akan diilustrasikan dalam Gambar 3.

Gambar 3.Proses Pengenalan Kebutuhan Berpusat pada Tingkat Ketidaksesuaian

(Sumber : Engel,et all,1994)

Tingkat Ketidaksesuaian Keadaan

yang diinginkan

Keadaan Aktual

Dibawah ambang

Diatas ambang

Keadaan yang diinginkan

Pengenalan Kebutuhan


(32)

b) Pencarian Informasi

Sebagai tahap kedua dari proses pengambilan keputusan adalah pencarian informasi, didefinisikan oleh Engelat al(1994) sebagai aktivasi dari pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan atau pemerolehan informasi dari lingkungan.

Pencarian informasi dapat bersifat internal dan eksternal. Pencarian internal adalah pencarian informasi melalui ingatan untuk melihat pengetahuan yang relevan dengan keputusan yang tersimpan didalam ingatan jangka panjang. Bila proses pencarian secara internal ini memadai untuk memberikan arah yang memuaskan, maka pencarian eksternal tidak dibutuhkan. Namun bila pencarian internal tidak mencukupi maka konsumen akan mencari informasi tambahan melalui pencarian eksternal, yaitu mengumpulkan informasi tambahan dari lingkungan. Proses pencarian internal dapat dilihat pada Gambar 4.

Sumber : Engelet al(1994)

Gambar 4.Proses Pencarian Internal

Menurut Kotler (1997), yang menjadi perhatian pemasar adalah sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan konsumen dan pengaruh relatif tiap-tiap sumber tersebut terhadap keputusan pembelian selanjutnya. Sumber informasi konsumen digolongkan dalam empat kelompok, yaitu :

1. Sumber pribadi : keluarga, teman, tetangga, kenalan Pengenalan kebutuhan

Pencarian Internal

Pencarian Internal Berhasil? Lanjutkan

dengan Keputusan

Jalankan Pencarian Eksternal


(33)

2. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, penyalur, kemasan, pajangan 3. Sumber publik : media massa, organisasi konsumen, peringkat 4. Sumber pengalaman : penanganan, pengkajian dan pemakaian produk

Besarnya pencarian yang dilakukan tergantung pada kekuatan dorongannya, jumlah informasi yang dimiliki, kemudahan memperoleh informasi tambahan, nilai yang diberikan pada informasi tambahan dan kepuasan yang diperoleh dari pencarian tersebut.

Pencarian yang dilakukan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu situasi, ciri-ciri produk, lingkungan eceran dan konsumen (Engel et al, 1994). Karakteristik konsumen yang termasuk dalam faktor konsumen meliputi pengetahuan, keterlibatan, kepercayaan dan sikap serta karakteristik demografi.

c) Evaluasi Alternatif

Evaluasi alternatif didefinisikan Engel et al (1994) sebagai proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Ada empat komponen dasar proses evaluasi alternatif, yaitu : (1) menentukan kriteria yang akan digunakan untuk menilai alternatif-alternatif, (2) memutuskan alternatif pilihan, (3) menilai kinerja alternatif yang dipertimbangkan dan (4) menerapkan kaidah keputusan untuk membuat pilihan akhir. Komponen dasar evaluasi dapat dilihat pada Gambar 5.

Sumber : Engelet al(1994)

Gambar 5. Komponen Dasar Proses Evaluasi Alternatif

Menentukan kriteria evaluasi Menentukan alternatif pilihan

Menilai Kinerja Alternatif


(34)

Kriteria evaluasi alternatif tidak lebih daripada dimensi atau atribut tertentu yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Kriteria tertentu yang digunakan oleh konsumen selama pengambilan keputusan akan bergantung pada pengaruh situasi, kesamaan alternatif-alternatif pilihan, motivasi, keterlibatan dan pengetahuan (Engelet al,1994).

Selain menentukan kriteria evaluasi alternatif, konsumen juga harus menentukan alternatif lain dari kriteria evaluasi yang telah dibuat. Alternatif lain ini mendefinisikan peringkat pertimbangan yang berisikan himpunan bagian dari jumlah keseluruhan alternatif yang tersedia untuk konsumen. Peringkat pertimbangan ini ditentukan berdasarkan ingatan dari pengetahuan dan pencarian eksternal. Komponen berikutnya adalah menilai kinerja alternatif pilihan. Konsumen yang tidak memiliki pengetahuan yang telah disimpan akan lebih mengandalkan informasi eksternal dalam membentuk kepercayaan dari kinerja suatu alternatif.

Komponen terakhir dari proses evaluasi alternatif yang akan dipertimbangkan adalah kaidah keputusan. Kaidah keputusan ini menggambarkan strategi yang digunakan konsumen untuk mengadakan seleksi dari alternatif-alternatif pilihan (Engelet al,1994).

d) Keputusan Pembelian

Tindakan pembelian merupakan tahap akhir dari proses keputusan pembelian. Pada tahap ini, konsumen harus mengambil keputusan mengenai kapan dan dimana membeli serta bagaimana membayar. Engel et al (1994) mengungkapkan bahwa pembelian merupakan fungsi dari dua determinan, yaitu niat dan pengaruh lingkungan, dan atau perbedaan individu. Untuk determinan kedua, situasi memiliki pengaruh yang menonjol karena memiliki kepentingan khusus.

Niat pembelian konsumen biasanya dapat digolongkan menjadi dua kategori, yaitu : (1) produk dan merek dan (2) kelas produk. Niat pembelian yang mencakup produk dan merek umumnya disebut sebagai pembelian yang terencana penuh dimana pembelian yang terjadi merupakan hasil dari keterlibatan tingi dan


(35)

pemecahan masalah yang diperluas. Kategori kedua merupakan niat terencana walaupun pilihan merek dibuat di tempat penjualan.

Konsumen tidak selalu terlibat dalam setiap keputusan, terutama dalam melakukan pembelian terhadap barang-barang dengan keterlibatan yang rendah (Kotler, 1997). Konsumen dapat melewatkan satu tahap atau lebih yang urutannya tidak sesuai. Untuk produk-produk yang relatif baru dipasarkan, konsumen umumnya melewati proses keputusan pembelian.

e) Evaluasi Hasil Pembelian

Setelah pembelian terjadi, konsumen akan mengevaluasi hasil pembelian yang dilakukannya. Evaluasi lebih jauh terjadi dalam bentuk pembandingan kinerja produk atau jasa berdasarkan harapan, hasilnya adalah kepuasan atau ketidakpuasan.

Kepuasan berfungsi untuk mengokohkan loyalitas pembeli, sementara ketidakpuasan menyebabkan keluhan, komunikasi lisan yang negatif dan upaya untuk menuntut ganti rugi melalui sarana hukum. Ini berarti bahwa upaya mempertahankan pelanggan menjadi bagian yang penting sekali dalam strategi pemasaran umumnya dan strategi promosi khususnya. Hal ini dapat dilakukan melalui tindakan memastikan bahwa kualitas produk dan jasa memenuhi harapan, memonitor kepuasan dan tingkat upaya mempertahankan pelanggan, menawarkan garansi, dan menghadapi ketidakpuasan secara langsung dengan respon yang cepat dan tepat. Ini semua dapat dikomunikasikan ke pelanggan melalui promosi yang baik dan tepat.

Memahami kebutuhan dan proses pembelian konsumen sangat penting dalam membuat strategi promosi yang efektif. Dengan memahami pembeli melalui tahap-tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian, para pemasar dapat memperoleh petunjuk tentang bagaimana memenuhi kebutuhan konsumen. Memahami berbagai faktor dalam proses pembelian, para pemasar dapat merancang program pemasaran yang efektif untuk pasar sasarannya.


(36)

3.3.1 Faktor Utama yang Mempengaruhi Perilaku Membeli

Kotler, (2000) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian konsumen adalah sebagai berikut :

1. Faktor Budaya

Faktor budaya memiliki pengaruh yang luas dan mendalam terhadap perilaku seseorang. Peran budaya, sub budaya dan kelas sosial pembeli sangatlah penting, yaitu :

a) Budaya

Merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar b) Sub Budaya

Terdiri dari bangsa, agama, kelompok ras, dan daerah geografis. Banyak sub-budaya yang membentuk segmen pasar penting, dan pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

c) Kelas Sosial

Pada dasarnya semua masyarakat memiliki strata sosial. Strata tersebut kadang-kadang berbentuk sistem kasta dimana anggota kasta yang berbeda dibesarkan dengan peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan kasta mereka. Kelas sosial menunjukan preferensi produk dan merek yang berbeda dalam banyak hal. Beberapa pemasar memusatkan usaha mereka pada satu kelas sosial.

2. Faktor Sosial

Selain faktor budaya, perilaku seorang konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status.

a) Kelompok Acuan

Kelompok Acuan adalah seseorang terdiri dari semua kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok acuan pelanggan mereka. Kelompok acuan mempunyai pengaruh kuat atas pilihan produk dan pilihan merek.


(37)

Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat dan ia telah menjadi obyek penelitian yang ekstensif. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.

c) Peran dan Status

Peran meliputi kegiatan yang diharapkan dan dilakukan oleh seseorang. Setiap peran memiliki status. Orang-orang memilih produk yang mengkonsumsikan peran dan status mereka dalam masyarakat.

3. Faktor Pribadi

Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan kosep diri pembeli.

a) Usia dan Tahap Siklus Hidup

Orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Konsumsi juga dibentuk oleh siklus hidup keluarga. Pemasar sering memilih kelompok berdasarkan siklus hidup sebagai pasar sasaran mereka.

b) Pekerjaan

Pekerjaan seseorang juga mempengaruhi pola konsumsinya. Pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang memiliki minat di atas rata-rata atas produk dan jasa mereka.

c) Keadaan Ekonomi

Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Keadaan ekonomi terdiri dari penghasilan yang dapat dibelanjakan, tabungan, sikap atas belanja atau menabung, dan sebagainya. Pemasar barang-barang yang peka terhadap harga terus menerus memperhatikan trend penghasilan pribadi, tabungan dan tingkat bunga. Pemasar dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, melakukan penempatan ulang dan menetapkan kembali harga produk mereka sehingga mereka dapat terus menawarkan nilai pada pelanggan sasaran.

d) Gaya hidup

Orang-orang yang berasal dari sub budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama ternyata memiliki gaya hidup yang berbeda. Pemasar mencari hubungan


(38)

antara produk dan gaya hidup, dengan demikian pemasar dapat lebih jelas mengarahkan merek pada gaya hidup yang digunakan orang-orang.

e) Kepribadian dan Konsep Diri

Setiap orang memiliki kepribadian berbeda yang mampu mempengaruhi perilaku pembelian. Kepribadian biasanya dijelaskan dengan menggunakan ciri-ciri seperti kepercayaan diri, dominasi, otonomi, ketaatan, kemampuan bersosialisasi, daya tahan dan kemampuan beradaptasi. Kepribadian dapat menjadi variabel yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen, apabila jenis kepribadian tersebut dapat diklasifikasikan dengan akurat dan terdapat korelasi yang kuat antara jenis kepribadian tertentu dengan pilihan produk atau merk.

4. Faktor Psikologis

Keputusan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, serta keyakinan dan pendirian. a) Motivasi

Seseorang memiliki banyak kebutuhan pada waktu tertentu. Suatu kebutuhan akan menjadi motif jik didorong hingga mencapai tingkat intensitas yang memadai. Motif adalah kebutuhan yang cukup mendorong seseorang untuk bertindak.

b) Persepsi

Persepsi pada hakikatnya merupakan proses penilaian seseorang terhadap obyek tertentu. Melalui persepsi kita bisa mengenali produk yang dibeli atau jasa yang dipakai lebih terperinci.

c) Pengetahuan

Dengan adanya pengetahuan konsumen terhadap produk, yang kemudian mendorong permintaan atas sebuah produk tersebut. Melalui pengetahuan dan keinginan konsumen, hal ini digunakan pemasar untuk melakukan pendekatan dalam menciptakan produk.

d) Keyakinan dan sikap

Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dianut seseorang tentang suatu hal. Sedangkan sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecenderungan


(39)

tindakan yang menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap beberapa obyek atau gagasan.

5. Proses pembelian

Untuk meraih keberhasilan perusahaan, pemahaman mengenai bagaimana konsumen melakukan keputusan pembelian sangat penting untuk dilakukan. Secara khusus, pemasar harus mengidentifikasi siapa yang membuat keputusan pembelian, jenis-jenis keputusan pembelian dan langkah-langkah dalam proses pembelian. Keputusan membeli merupakan fungsi dari seberapa harapan pembeli atas produk dengan daya guna yang dirasakan dari produk tersebut. Jika daya guna dari produk tersebut dibawah harapan pelanggan, maka pelanggan akan merasa dikecewakan. Jika memenuhi harapan, pelanggan akan merasa puas. Perasaan-perasaan tersebut mempunyai arti dalam hal apakah pelanggan tersebut akan membeli produk kembali dan membicarakan produk tersebut kepada orang lain secara menguntungkan atau merugikan sehingga perilaku sesudah pembelian dapat menentukan loyal atau tidaknya konsumen terhadap produk yang ditawarkan.

3.4.1 Atribut Produk

Produk dapat berupa barang atau jasa merupakan segala sesuatu yang ditawarkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan individu (Kotler, 2000). Sedangkan atribut produk merupakan sifat-sifat produk yang menjamin agar produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang diharapkan konsumen. Atribut produk menjadi suatu pertimbangan bagi konsumen untuk memutuskan pembelian produk. Atribut produk terdiri dari dua jenis yaitu : 1) Atribut yang berwujud, meliputi cirri produk seperti harga, kemasan, kualitas,

desain produk, label dan warna.

2) Atribut yang tidak berwujud, meliputi nama baik merek, popularitas perusahaan penghasil produk sertaimagekonsumen terhadap merek produk.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Perubahan gaya hidup masyarakat termasuk perubahan pola konsumsi produk dan meningkatnya kesadaran sertan minat masyarakat menuju kehidupan


(40)

yang sehat dalam mengkonsumsi makanan jadi atau makanan cepat saji merupakan salah satu fenomena kehidupan akibat globalisasi yang terjadi di Indonesia. Perubahan pola konsumsi makanan cepat saji termasuk di kota Bogor telah menyebabkan peningkatan permintaan dan semakin tingginya persaingan sehingga menyebabkan ketidakstabilan penjualan produk dan fluktuasi (meningkat dan menurunnya) pengunjung di beberapa usaha makanan sejenis. Persaingan ini tidak hanya disebabkan oleh bermunculannya usaha makanan yang baru, tetapi dapat disebabkan oleh pelayanan kurang optimal dan keragaman keinginan konsumen dalam mengkonsumsi makanan cepat saji.

Ketidakstabilan penjualan produk dan fluktuasi pengunjung dalam bisnis makanan cepat saji juga dialami oleh perusahaan olahan daging sapi yaitu Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor. Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor berdiri pada tanggal 07 Mei 2010 dan merupakan bisnis yang menggunakan sistem kerja sama (kemitraan) dengan pembagian hasil atau keuntungan masing-masing 50 persen. Fluktuasi pengunjung dan ketidakstabilan penjualan produk terus dialami oleh bisnis ini. Pada bulan Mei sampai Oktober, Bakso Atom Bakso Sehat mengalami peningkatan kunjungan sebesar 30 persen dan puncak peningkatan pengunjung terjadi pada bulan Oktober. Namun sayangnya, pada bulan November dan bulan Maret Bakso Sehat Bakso Atom mengalami penurunan sebesar 10 persen. Hal ini menjadi permasalahan serius bagi pihak pengelola mengingat pengunjung merupakan faktor utama yang menentukan kelangsungan suatu usaha. Penurunan pengunjung tersebut disebabkan oleh berbagai faktor yang diduga berasal dari internal dan eksternal.

Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan jumlah kunjungan adalah dengan memahami perilaku konsumen dalam proses keputusan pembelian Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor, dimulai dari mengidentifikasi karakteristik konsumen, menganalisis pengambilan keputusan konsumen Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor sampai menganalisis pengaruh atribut-atribut (atribut produk, atribut tempat, fasilitas dan pelayanan) terhadap keputusan pembelian.

Informasi yang diperoleh mengenai karaktersitik konsumen, proses keputusan pembelian, beberapa variabel dari karakteristik konsumen yang diduga


(41)

menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dan pengetahuan pengaruh atribut-atribut (atribut produk dan atribut pelayanan, tempat&fasilitas) yang ada pada Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor sangat bermanfaat bagi perusahaan. Jika telah sesuai, perusahaan dapat melanjutkan kebijakan yang disusun namun jika tidak sesuai, perusahaan dapat memperbaiki kebijakan dan kinerja agar nantinya dapat diterima dengan baik oleh konsumen. Bagan aliran kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.


(42)

Gambar 6. Kerangka Pemikiran Operasional Permasalahan :

- Realisasi Pengunjung dan Penjualan Produk Lebih Tinggi dari Target yang Diharapkan Tetapi Pada Bulan November Terjadi Penurunan Penjualan yang Cukup Signifikan - Munculnya Persaingan dengan Beberapa Usaha Sejenis

Analisis Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Bakso Sehat Bakso Atom untuk Mempertahankan Pelanggan

Proses Keputusan Pembelian (Engelet al, 1994):

 Pengenalan Kebutuhan

 Pencarian Informasi

 Evaluasi Alternatif

 Pembelian

 Hasil atau Pasca Pembelian

Identifikasi Karakteristik Konsumen : Jenis Kelamin, Usia, Status, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan dan Pendapatan

Atribut Produk : Harga, Rasa, Variasi Bakso, Merek, Label Halal, Izin DepKes&Uji Laboraturium, Kebersihan Makanan.

Atribut Pelayanan, Tempat dan Fasilitas:

Lokasi Gerai, Kebersihan dan Kenyamanan Tempat, Kerapihan Pramusaji dan Keramahan dalam Pelayanan, Areal Parkir yang Luas dan Kebersihan Toilet.

Analisis Deskriptif

Kesadaran dan Minat Masyarakat dalam Mengkonsumsi Makanan Jadi atau Makanan Cepat Saji yang Sehat dan Bergizi

-Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor sebagai Salah Satu Usaha Kuliner Bakso yang Menerapkan Konsep Sehat dan Bergizi

-Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor Tergolong Baru di Bogor

Analisis Regresi Logistik

Atribut Produk&Atribut Pelayanan, Tempat dan Fasilitas yang Mempengaruhi

Keputusan Pembelian Perbaikan dan Masukan bagi pihak Bakso

Sehat Bakso Atom dalam Mengikuti Perkembangan Selera dan Kebutuhan


(43)

IV.

METODELOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai “Perilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Bakso Sehat Bakso Atom (Kasus Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor)”dilaksanakan di Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor yang berlokasi di Jl. Mayjen Ishak Juarsa No.149 Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor merupakan gerai bakso yang berbeda dengan gerai bakso lainnya antara lain menggunakan konsep restoran (prasmanan), penggunaan bahan-bahan yang tidak berbahaya bagi kesehatan dan menu bakso yang bervariasi. Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor berlokasi tidak berada pada pusat kota (seperti mall atau pusat jajanan) dan berada di jalur cepat, jumlah pengunjung terus meningkat tiap harinya terutama pada bulan Oktober 2010. Akan tetapi pada bulan November dan Desember 2010 mengalami penurunan pengunjung. Penelitian di lapang dilakukan selama bulan November sampai Desember 2010.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung melalui objeknya. Sumber data primer berasal dari jawaban kuisioner yang diberikan kepada responden (konsumen Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor), Pemilik dan Karyawan Bakso Sehat Bakso Atom. Data sekunder adalah data yang diperoleh berupa studi literatur majalah, buku, internet dan dokumen-dokumen tertulis atau laporan yang terdapat di berbagi instansi terkait.

4.3. Metode Penentuan Sampel

Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan metode non probability sampling. Dengan nonprobability sampling, pemilihan sampel tidak berdasarkan pada probabilitas, peneliti tidak menghitung probabilitas setiap orang


(44)

dalam populasi yang dimasukkan ke dalam sampel (Cooper and Schindler, 2006). Pengambilan sampel menggunakan teknikJudgement Samplingatau pengambilan sampel dipilih dengan melihat beberapa kriteria yang telah ditentukan secara subjektif oleh peneliti. Dalam hal ini karakteristik sampel untuk pengisian kuesioner adalah konsumen yang sedang makan di Bakso Sehat Bakso Atom dengan tidak melihat frekuensi konsumsi bakso (baru pertama kali atau sering). Jumlah responden yang digunakan sebanyak 30 orang dimana responden dibagi menjadi tiga hari operasional gerai yaitu hari kerja atau hari biasa, hari weekend (Jumat-Sabtu-Minggu) dan hari libur nasional, dengan masing-masing responden berjumlah 10 orang.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis data dalam penelitian ini digunakan tiga pendekatan, yaitu analisis deskriptif, analisis regresi logistik dan uji validitas dan reliabilitas. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan komputer menggunakan alat statistik yaitu SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 16.0 for Windows.

4.4.1 Analisis Deskriptif

Data tentang karakteristik konsumen dan proses keputusan pembelian Bakso Sehat Bakso Atom yang mencakup pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian dan pasca pembelian dibuat ke dalam tabel dan dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama lalu dipersentasekan menurut jumlah responden. Persentase terbesar merupakan faktor dominan dari masing-masing variabel yang diteliti. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik konsumen dan proses pengambilan keputusan konsumen dalam membeli Bakso Sehat Bakso Atom.

4.4.2 Pengujian Kuisioner

Pengujian kuisioner dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan mengenai atribut di dalam kuisioner dapat dimengerti oleh responden. Penentuan


(45)

atribut dilakukan dengan melihat penelitian-penelitian terdahulu, observasi langsung dan studi literatur. Uji coba yang dilakukan dalam penentuan atribut adalah uji validitas dan uji realibilitas dengan menyebarkan kuisioner kepada 30 responden. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui valid atau tidaknya pernyataan kuesioner. Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan uji One Shot Method (satu sisi) atau disebut juga dengan internal consistency (sekali pengukuran) dengan membandingkan r hitung dengan r tabel. R hitung dapat dilihat dariCorrected Item-Total Correlation, diuji dengan menggunakan SPSS 16.0.

Daftar atribut yang akan di uji validitas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Daftar Atribut yang Akan Di uji Validitas

No. Pertanyaan

Atribut Produk Atribut Pelayanan, Tempat&Fasilitas

1. Harga Bakso Lokasi Gerai

2. Rasa Bakso Kebersihan dan Kenyamanan Tempat

3. Variasi Bakso Kerapihan Pramusaji dan Keramahan

dalam Pelayanan

4. Tekstur dan Kekenyalan Areal Parkir yang Luas&Kebersihan Toilet

5. Merek LayananDeliveryatau Siap Antar

6. Label Halal, Izin Depkes dan Uji Laboraturium

7. Ketersediaan Produk 8. Kebersihan Makanan

Untuk mengetahui atribut yang valid, dilakukan ujiOne Shot Method (satu sisi). Data dikatakan valid apabila nilai Corrected Item - Total Correlation lebih besar dari R tabel (Ghozali, 2001). Uji Corrected Item-Total Correlation menggambarkan hubungan antara item dengan total :

1) Jika koefisien yang dihasilkan bernilai negatif, berarti semakin tinggi skor item akan diikuti oleh semakin rendahnya skor total.

2) Jika koefisien yang dihasilkan bernilai positif, ini berarti semakin tinggi skor item akan diikuti oleh semakin tinggi skor totalnya. Item tersebut memberikan keterangan yang akurat mengenai keadaan objek yang diteliti.


(46)

3) Jika koefisien yang dihasilkan mendekati nol (0) maka item itu tidak memberikan informasi apapun mengenai objek yang diteliti.

Hasil pengujian validitas dengan menggunakan uji Corrected Item-Total Correlation menyatakan bahwa dari 13 atribut yang diuji hanya 10 atribut yang dipertimbangkan oleh responden dalam keputusan pembelian Bakso Sehat Bakso Atom. Perhitungan validitas dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.

Atribut-atribut hasil uji validitas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Daftar Atribut Hasil Validitas

No. Pertanyaan

Atribut Produk Atribut Pelayanan, Tempat&Fasilitas

1. Harga Bakso Lokasi Gerai

2. Rasa Bakso Kebersihan dan Kenyamanan Tempat

3. Variasi Bakso Kerapihan Pramusaji dan Keramahan

dalam Pelayanan

4. Merek Areal Parkir yang Luas&Kebersihan

Toilet 5. Label Halal, Izin DepKes&Uji

Laboraturium 6. Kebersihan Makanan

Uji reliabilitas merupakan pengujian yang menunjukkan sejauh mana stabilitas dan konsistensi dari alat ukur yang digunakan, sehingga memberikan hasil yang relatif konsisten jika pengukuran tersebut diulangi. Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumusCronbach Alpha.Dalam penelitian ini alat ukur dapat disebut reliabel apabila memiliki Cronbach Alpha lebih besar dari 0.60. Rumus ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya merupakan rentang beberapa nilai. Rumus ini ditulis sebagai berikut:

ri= ( k k− i)

(1-Σσ²b σ²t) Keterangan :

ri = Reliabilitas Instrumen k = Banyaknya Butir Pertanyaan Σσ²b = Jumlah Varians Butir


(47)

Dari hasil perhitungan dihasilkan nilai alpha reliabilitas kuisioner (ri) adalah 0.807. Nilai αtabel adalah 0.60. Dengan demikian kuisioner dinyatakan reliabel karenaαhit>αtabel.Hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.

4.4.3. Analisis Pengaruh Atribut-atribut dalam Keputusan Pembelian Bakso Sehat Bakso Atom (Regresi Logistik)

Analisis Regresi Logistik merupakan suatu teknik untuk menerangkan peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respon (Firdaus, 2008). Selain itu regresi logistik digunakan untuk menentukan persentasi varian di dalam variabel tidak bebas dijelaskan oleh variabel bebas dan untuk variabel yang dilibatkan dalam model. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert 1-5. Dengan nilai dan skor sebagai berikut :

a. Skor 5 untuk jawaban sangat setuju b. Skor 4 untuk jawaban setuju c. Skor 3 untuk jawaban cukup setuju d. Skor 2 untuk jawaban kurang setuju e. Skor 1 untuk jawaban tidak setuju

Analisis Regresi Logistik dilakukan melalui empat tahap utama yaitu menentukan model, melakukan pendugaan terhadap masing-masing variabel penjelas dalam model sekaligus menilai kelayakan model tersebut dan melakukan analisis terhadap variabel-variabel atau atribut-atribut yang signifikan yang mempengaruhi keinginan konsumen untuk melakukan kunjungan dan pembelian ulang ke Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor.

1. Estimasi Model

Menurut Hosmer dan Lameshow (1989), vektor x’ = (x1,x2,…,xp) menotasikan sebanyak p variabel bebas yang dilibatkan. P( = 1| ) = ( ) adalah peluang bersyarat bahwa variabel tidak bebas menyatakan kejadian (y=1). 0adalah konstanta dan 1, 2,… adalah koefisien dari masing-masing varabel bebas. Bentuk spesifik dari model regresi logistik adalah :


(48)

= 1 +

(x) dapat ditransformasikan dalam logit, g (x) menjadi: g(x) = ln

[

1− ( )( )

]

= 0+ 1 1+ 2 2+ +

Berkaitan dengan model regresi logistik yang digunakan dalam penelitian, variabel tidak bebas model adalah keinginan konsumen untuk kembali membeli dan mengkonsumsi Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor. Sedangkan variabel bebasnya adalah atribut-atribut yang mempengaruhi keputusan pembelian seperti atribut produk dan atribut pelayanan, tempat&fasilitas. Atribut produk dalam penelitian ini adalah unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan pembelian. Atribut produk tersebut terdiri dari harga bakso, cita rasa, variasi bakso, merek, label halal, izin Departemen Kesehatan dan uji laboraturium dan kebersihan makanan. Sedangkan atribut pelayanan, tempat dan fasilitas terdiri dari Lokasi Gerai, Kebersihan dan Kenyamanan Tempat, Kerapihan Pramusaji dan Keramahan dalam Pelayanan serta Areal Parkir yang Luas dan Kebersihan Toilet.

Dengan demikian, untuk model regresi logistik dalam penelitian ini adalah:

Y(x) = + + + + + + + +

+ Dimana:

x1= Harga Bakso (Mahal = 0, Murah = 1) x2= Cita Rasa (Enak = 0, Tidak Enak = 1)

x3= Variasi Bakso (Bervariasi = 0, Tidak Bervariasi = 1) x4= Merek (Terkenal = 0, Tidak Terkenal = 1)

x5 = Label Halal-Izin Depkes&Uji Laboraturium (Sudah Terdaftar = 0, Belum Terdaftar = 1)

x6 = Kebersihan Makanan (Bersih = 0, Tidak Bersih = 1) x7= Lokasi Gerai (Mudah Dijangkau = 0, Sulit Dijangkau = 1)


(49)

x8= Kebersihan dan Kenyamanan Tempat (Bersih dan Nyaman = 0, Tidak Bersih dan Tidakn Nyaman = 1)

x9= Kerapihan Pramusaji dan Keramahan dalam Pelayanan (Rapih dan Ramah = 0, Tidak Rapih dan Tidak Ramah = 1)

x10= Areal Parkir yang Luas dan Kebersihan Toilet (Luas dan Bersih = 0, Tidak Luas dan Bersih = 1)

Hipotesa dari sepuluh variabel yang akan dianalisis adalah:

1) Harga Bakso : Konsumen yang menilai bahwa harga Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan selera, maka konsumen kemungkinan akan membeli Bakso Sehat Bakso Atom, namun konsumen yang menganggap harga yang ditawarkan tidak sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan selera, maka kemungkinan konsumen tidak akan membeli Bakso Sehat Bakso Atom.

2) Cita Rasa : Cita Rasa produk Bakso Sehat Bakso Atom diduga mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk melakukan pembelian. Cita rasa sangat berhubungan dengan selera dan kepuasan konsumen.

3) Variasi Bakso: Diduga variasi bakso berpengaruh terhadap keinginan membeli Bakso Sehat Bakso Atom. Variasi bakso yang beragam dan unik akan membuat konsumen lebih tertarik untuk membeli Bakso Sehat Bakso Atom.

4) Merek : Diduga merek bisa mempengaruhi konsumen untuk melakukan keputusan pembelian produk barang atau jasa. Apabila sebuah produk barang atau jasa sudah memiliki brand image atau merek yang terkenal maka biasanya konsumen tidak akan ragu untuk mengkonsumsi produk tersebut.

5) Label Halal, Izin Depkes dan Uji Laboraturium Produk barang yang sudah memiliki label halal, izin depkes dan uji laboraturium diduga berpengaruh positif terhadap keyakinan konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Karena dengan adanya label halal, izin depkes dan uji laboraturium konsumen akan merasa memperoleh keamanan dalam mengkonsumsi produk tersbut. Begitu pula dengan Bakso Sehat Bakso Atom


(50)

Cabang Bogor yang berbeda dengan bakso-bakso lainnya akan membuat konsumen melakukan keputusan pembelian.

6) Kebersihan Makanan : Diduga kebersihan makanan berpengaruh positif terhadap keinginan membeli dan mengkonsumsi makanan. Konsumen yang datang akan merasa puas apabila makanan yang dikonsumsinya bersih dan tidak mengandung kuman penyakit.

7) Lokasi Gerai: Lokasi gerai Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor diduga mempengaruhi keinginan untuk berkunjung dan membeli bakso. Semakin dekat dengan tempat tinggal konsumen maka pertimbangan keinginan konsumen untuk membeli produk tersebut semakin besar dan sebaliknya. 8) Kebersihan dan Kenyamanan Tempat: Diduga kebersihan dan kenyamanan

tempat berhubungan dengan keinginan membeli Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor. Kenyamanan akan membawa konsumen merasa tenang dan aman.

9) Kerapihan Pramusaji dan Keramahan dalam Pelayanan : Diduga mempunyai dampak pada keberhasilan jangka panjang dari suatu usaha. Diduga pelayanan berhubungan dengan keinginan membeli Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor.

10) Areal Parkir yang Luas dan Kebersihan Toilet : Bagi sebagian besar konsumen, diduga areal parkir yang luas dan toilet yang bersih berhubungan dengan keinginan berkunjung kembali ke suatu tempat, terutama bagi konsumen yang memiliki kendaraan.

2. Uji Kelayakan atau Parameter Model

Pengujian parameter model dilakukan dengan menguji semua parameter secara keseluruhan (simultan) dan menguji masing-masing parameter secara terpisah (individual). Uji rasiolikelihood(likelihood ratio test) dapat digunakan untuk melihat pengaruh variabel-variabel penjelas yang dimasukan dalam model untuk menguji apakah variabel memberikan pengaruh terhadap kebaikan dari model dengan ujiratio likelihood, mula-mula dicari nilai statistik G. Rumus uji G adalah :


(51)

Dengan hipotesis: Ho= ß1= ß2=…..=ßk= 0

H1= Minimal Ada Satu Nilai ß≠ 0

Jika nilai G > X2p(a)atau p-value dari stastistik G lebih kecil dari taraf nyata (α=0.050) maka keputusannya adalah menolak Ho artinya setidaknya adasatu variabel independent yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependent.

3. Uji Akurasi Model

Uji akurasi model atau ujigoodness of fitdilakukan dengan memperhatikan nilai sebaranchi-square. Secara statistik, uji akurasi model dapat diukur dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan apabila nilai uji statistiknya berada pada daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak dan disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah dimana Hoditerima. Dengan hipotesis :

Ho= Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai prediksi oleh model

H1= Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai observasi dengan nilai prediksi oleh model

4. Uji Signifikasi Variabel Prediktor Secara Individu

Pengujian terhadap signifikansi masing-masing variabel independent secara individu dilakukan dengan UjiWald (Wj)dengan rumus :

G= ß (ß ) Keterangan : ß = Penduga ß

SE = Penduga standar error dari ß ßk = Koefisien variabel independent Dengan Hipotesis :

Ho= ßk= 0

H1= ßk≠ 0, k = 1,2,3,…k

StatistikWjmengikuti sebaran normal (Z), jika nilai Wj> Zα/2atau two-tailed P-Value dari statistik Wj lebih kecil dari taraf nyata (α = 0.050) maka


(52)

keputusannya adalah menolak Ho artinya variabel independent ke-k tersebut berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel respon.

Selanjutnya, setelah dilakukan uji signifikansi masing-masing variabel independent maka dilakukan interpretasi model regresi logistik yang dimaksudkan untuk mendeskripsikan seberapa besar perubahan variabel respon bila ada perubahan pada variabel independent. Nilai odds ratio untuk keperluan tersebut. Setiap variabel independent dapat dihitung nilaiodds ratio-nya. Adapun nilaiodds ratiountuk predictor Xjadalah sebagai berikut :

Untuk Xjdalam Bentuk VariabelDummy:

(

1− ) xj= 1 e

bo+b1X1i+…..+bj(1)+…+bkXKi

Odds Ratiountuk Xj= = = ebj

(

1− ) Xj= 0 e

bo+b1X1i+…...+bj(0)+….+bkXKi

Artinya, peluang sukses pada kategori Xj=1, besarnya ebj kali lipat dibandingkan dengan Xj=0,Ceteris Paribus.

Untuk Xjdalam Bentuk Variabel Metrik :

(

1− ) xj+1 e

bo+b1X1i+…..+bj(Xj+1)+…+bkXKi

Odds Ratiountuk Xj= = = ebj

(

1− ) Xj e

bo+b1X1i+…...+bj(Xj)+….+bkXKi

Artinya, bila Xj bertambah satu satuan Xj, maka peluang suksesnya akan ebj kali lipat disbanding sebelumnya,Ceteris Paribus.

Nilai odds ratio berkisar antara nol hingga tak hingga. Adapun nilai odds ratiodapat dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu :

- Bila bj bertanda positif, maka odds ratio akan bernilai lebih dari satu, yang

artinya Xj berpengaruh positif terhadap variabel respon sukses.

- Bila bj bertanda negatif, maka odds ratioakan bernilai antara nol dan satu,

artinya Xj berpengaruh negatif terhadap variabel respon sukses.

- Bila bj bernilai nol, maka odds ratioakan bernilai satu, yang artinya Xj tidak


(1)

4. Areal Parkir yang Luas&Kebersihan Toilet adalah faktor penting yang saya pertimbangkan saat memutuskan membeli Bakso Sehat Bakso Atom : □ Sangat Setuju □ Setuju □ Cukup Setuju □ Kurang Setuju □ Tidak Setuju

Saran Buat Bakso Sehat Bakso Atom Cabang Bogor : ………

…TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA DALAM PENGISIAN KUESIONER INI…


(2)

(3)

(4)

No. Atribut Produk Kevalidan Nilai

1. Harga Valid 0.548

2. Rasa Valid 0.783

3. Variasi Bakso Valid 0.430

4. Tekstur atau Kekenyalan Tidak Valid 0.217

5. Merek Valid 0.551

6. Label Halal, Izin Depkes dan Uji Laboraturium

Valid 0.572

7. Ketersediaan Produk Tidak Valid 0.234


(5)

No. Atribut Pelayanan, Tempat&Fasilitas

Kevalidan Nilai

1. Lokasi Gerai Valid 0.556

2. Kebersihan dan Kenyamanan Tempat

Valid 0.550

3. Kerapihan Pramusaji dan Keramahan dalam Pelayanan

Valid 0.565

4. Areal Parkir yang Luas&Kebersihan Toilet

Valid 0.653

5. Layanan Siap Antar atau Delivery Service


(6)