Uji Normalitas Uji Asumsi Klasik

Tabel 17. Rataan Skor Indikator Inisiatif Pernyataan STS 1 TS 2 S 3 SS 4 Rataan Skor Kategori Memiliki inisiatif untuk menggunakan peralatan kerja secara efektif dan efisien 0 0 85 17 3.17 Setuju Memiliki inisiatif untuk menggunakan bahan-bahan secara efektif dan efisien 0 0 77 25 3.25 Setuju Memiliki inisiatif untuk memberikan saran kepada atasan, rekan kerja, dan atau bawahan mengenai pekerjaan 0 7 83 12 3.05 Setuju Memiliki inisiatif untuk mengembangkan teknik pekerjaan yang telah diajarkan pimpinan 0 3 84 15 3.12 Setuju Memiliki inisiatif untuk menerapkan sopan santun ketika bekerja 0 1 76 25 3.24 Setuju Memiliki inisiatif untuk menjaga penampilan agar terlihat profesional 0 0 76 26 3.25 Setuju Indikator Inisiatif 11 481 120 3.18 Setuju

4.5. Uji Normalitas

Statistik parametrik digunakan untuk penelitian sampel berdistribusi normal. Jika sampel tidak berdistribusi normal, statistika parametrik tidak dapat dipakai sebagai alat analisis. Sebagai gantinya dipakai statistika nonparametrik Umar, 2003. Uji normalitas dilakukan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan bantuan Software Global Macro Minitab. Data dinyatakan berdistribusi normal jika signifikansi lebih besar dari 5 persen atau 0,05 Priyatno, 2008. Oleh karena itu, uji normalitas ini mempunyai hipotesis, yaitu: tolak H atau terima H 1 jika P value α dan terima H atau tolak H 1 jika P value α. H adalah sisaan menyebar normal sedangkan H 1 adalah sisaan tidak menyebar normal. Berdasarkan uji normalitas yang dilakukan, P value = 0.036. P value 0.036 α 0.05 maka tolak Ho atau terima H 1 . Hal tersebut memiliki arti sisaan tidak menyebar normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran 15. Hasil uji normalitas menyatakan bahwa sisaan tidak menyebar normal sehingga harus dilakukan transformasi data menggunakan metode BOX COX agar sisaan menyebar normal. Hasil transformasi data dapat dilihat pada Lampiran 16. Setelah itu, data diuji kembali kenormalannya menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Uji normalitas kedua menghasilkan P value = 0.068. P value 0.068 α 0.05 maka terima Ho atau tolak H 1 . Hal tersebut memiliki arti sisaan menyebar normal. Hasil uji normalitas ke dua dapat dilihat pada Lampiran 17.

4.6. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas terjadi jika ada korelasi antar peubah bebasnya, sedangkan yang diharapkan hanya korelasi antara peubah bebas dengan respon saja. Pelanggaran asumsi ini dapat memengaruhi ragam dari penduga kuadrat terkecil dan pendugaan model yang dibuat. Wetherhill,1986. Hasil uji multikolinearitas pada SPSS 16 menunjukan nilai Variance Inflation Factor VIF untuk semua peubah bebas tidak ada yang melebihi nilai 10. Adanya multikolinearitas ditandai dengan nilai VIF yang melebihi 10. Deteksi terhadap multikolinearitas pada suatu model dapat dilihat dari nilai VIF tidak lebih dari sepuluh dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 Nugroho, 2005. Pada kasus ini tidak ada peubah yang mengandung multikolinearitas karena nilai VIF tidak lebih dari sepuluh dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1. Nilai-nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Hasil Uji Normalitas Collinearity Statistics Model B Tolerance VIF Constant 2.822 Kuantitas kerja 0.000 0.390 2.564 Kualitas kerja 0.013 0.331 3.023 Proses 0.007 0.250 4.004 Waktu -0.003 0.408 2.452 Kedisiplinan 0.005 0.306 3.264 Loyalitas 0.010 0.274 3.649 Kerja sama 0.011 0.537 1.861

2. Uji Heteroskesdastisitas

Uji heteroskesdastisitas ini memiliki hipotesis, yaitu: tolak H atau terima H 1 jika P value α dan Terima H atau tolak H 1 jika P value α. H adalah ragam sisaan homogen sedangkan H 1 adalah ragam sisaan tidak homogen. Alfa α adalah 0.05. Pada hasil uji heteroskesdastisitas menggunakan uji park terlihat nilai signifikansinya lebih besar dari alfa. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 19. Sehingga P value α. Oleh karena itu, terima H yang artinya cukup bukti untuk mengatakan ragam sisaan homogen pada taraf alfa 5 persen sehingga tidak terjadi kasus heteroskesdastisitas. Tabel 19. Hasil Uji Heteroskesdastisitas Menggunakan Uji Park Model Unstandardized Coefficients B Standard Error Beta t Sig Constant -38.66 10.523 -3.674 Ln Kuantitas kerja -0.175 3.566 -0.008 -0.049 0.961 Ln Kualitas kerja -0.23 4.477 -0.009 -0.051 0.959 Ln Proses 0.061 5.263 0.002 0.012 0.991 Ln Waktu 2.841 3.861 0.111 0.736 0.464 Ln Kedisiplinan 2.861 4.569 0.111 0.626 0.533 Ln Loyalitas 3.937 4.659 0.153 0.845 0.4 Ln Kerja sama 1.209 4.4 0.035 0.275 0.784

3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi ini memiliki hipotesis, yaitu: tolak H atau terima H 1 jika P value α dan Terima H atau tolak H 1 jika P value α. H adalah ada korelasi antar sisaan sedangkan H 1 adalah tidak ada korelasi antar sisaan. Alfa α adalah 0.05. Pada hasil output uji run test terlihat nilai signifikansinya kurang dari alfa. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 20. Hal tersebut memiliki arti P value α. Oleh karena itu, tolak H yang artinya cukup bukti untuk mengatakan bahwa tidak ada korelasi antar sisaan pada taraf alfa 5 persen. Tabel 20. Hasil Uji Autokorelasi Unstandardized Residual Test Value a 0.0059 Cases test value 51 Cases = test value 51 Total cases 102 Number of runs 42 Z -1.9900 Asymp. Sig. 2-tailed 0.0470

4.7. Metode Penilaian Kinerja di PT MUS