Tabel 6.2. di atas memberikan informasi bahwa setiap aktivitas value added memiliki pertambahan nilai yang berbeda berdasarkan bahan baku, mesin
dan tenaga kerja yang digunakan. Masing-masing produk dihitung persentase Manufacturing Cycle
Efficiency, yaitu dengan membandingkan total waktu value added activity dengan total waktu produksi. Ini bertujuan untuk melihat produk mana yang memiliki
waktu yang paling efisien dan paling produktif untuk diproduksi. Di bawah ini adalah Tabel 6.3. Perbandingan Manufacturing Cycle
Efficiency setiap produk.
Tabel 6.3. Perbandingan Manufacturing Cycle Efficiency Setiap Produk Jenis Produk Lorry Wheel
Worm Screw
Ship Propeller
Cone Hydrocyclone
MCE 87,23
91,38 89,58
90,92
Dari Tabel 6.3. di atas, maka dapat disimpulkan bahwa produk yang memiliki persentase Manufacturing Cycle Efficiency paling tinggi adalah produk
yang paling baik diproduksi karena hampir mendekati 100. Ini artinya produk tersebut memiliki produtivitas yang tinggi dari segi waktu produksi untuk
memproduksi produk tersebut. Dalam hal ini adalah produk worm screw. Bahwa Tabel 6.3. merupakan sebuah gambaran atau informasi yg dapat
dijadikan oleh pihak perusahaan untuk melakukan bench marking pada proses produksi perusahaan manufaktur sejenis.
6.3. Analisa Prime Cost Produksi
Universitas Sumatera Utara
Prime cost adalah biaya yang terkait langsung kepada produk, baik itu bahan baku, tenaga kerja langsung maupun mesin.
Dibawah ini adalah Tabel 6.4. biaya bahan baku utama yang digunakan untuk masing-masing produk.
Tabel 6.4. Data Biaya Bahan Baku Utama Setiap Produk
Uraian Jenis Produk
Lorry Wheel Worm Screw
Ship Propeller Cone
Hydrocyclone Biaya Bahan
Baku Utama Rp.
4,484,800.00 5,231,650.00
18,954,900.00 6,399,100.00
Jumlah Produk yang Dihasilkan
unit
39 8
27 10
Jumlah Bahan Baku Utama per
unit
114,994.87 653,956.25
702,033.33 639,910.00
Tabel 6.4. memberikan informasi bahwa produk ship propeller memiliki biaya bahan baku terbesar untuk memproduksi sebanyak 27 buah produk yaitu
Rp. 702,033.33, sedangkan lorry wheel memiliki biaya bahan baku yang paling sedikit dengan jumlah produk yang dihasilkan sebanyak 39 buah yaitu sebesar Rp.
114,994.87 dan untuk produk worm screw, biaya bahan baku utama sangat besar
untuk memproduksi satu buah produk yaitu Rp. 653.956,25 . Begitu juga untuk
produk cone hydrocyclone, biaya bahan baku per produk relatif besar yaitu sebesar Rp. 639,910.00.
Universitas Sumatera Utara
Dari segi bahan baku, pembuatan produk lorry wheel tidak membutuhkan biaya yang besar dibanding ketiga produk lainnya, sehingga ini merupakan
pertimbangan bagi perusahaan dalam memproduksi produk. Sedangkan untuk bahan baku tidak langsung dapat dilihat pada Tabel 6.5.
di bawah ini.
Tabel 6.5. Data Biaya Bahan Baku Tidak Langsung Setiap Produk
Uraian Jenis Produk
Lorry Wheel
Worm Screw
Ship Propeller
Cone Hydrocyclone
Biaya Bahan Baku Tidak Langsung Rp.
3.872.350 3.966.300
3.636.650 4.360.150
Jumlah Produk yang Dihasilkan unit
39 8
27 10
Jumlah Bahan Baku Tidak Langsung per
unit 99,291.03
495,787.50 134,690.74
475,015.00
Dari Tabel 6.5. di atas dapat dilihat bahwa produk worm screw memiliki biaya bahan baku tidak langsung sangat besar untuk memproduksi satu buah
produk yaitu Rp. 653.956,25, sedangkan lorry wheel memiliki biaya bahan baku
tidak langsung yang paling sedikit dengan jumlah produk yang dihasilkan sebanyak 39 buah yaitu Rp.99.291,03.
Ini merupakan sebuah gambaran bagi perusahaan bahwa biaya bahan baku pada produk lorry wheel sangatlah murah dibandingkan produk yang lain.
Untuk biaya operator atau tenaga kerja langsung yang terkait langsung pada proses produksi masing-masing produk dapat dilihat pada Tabel 6.6. di
bawah.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 6.6. Data Tenaga Kerja Langsung Setiap Produk Jenis Produk
Lorry Wheel Worm
Screw Ship
Propeller Cone
Hydrocyclone Jumlah
Operator 23.00
24.00 24.00
25.00
Biaya Operator
Rp. 508,461.50
416,885.33 685,627.00
442,963.33 Dari Tabel 6.6. di atas dapat dilihat bahwa untuk tenaga kerja yang
dibutuhkan untuk memproduksi masing-masing produk tersebut, untuk produk lorry wheel tenaga kerja yang dibutuhkan tidak terlalu banyak yaitu 23 orang,
sedangkan untuk worm screw membutuhkan tenaga kerja sebanyak 24 orang dengan biaya yang sedikit dan ship propeller membutuhkan tenaga kerja yang
sama yaitu 24 orang dengan biaya yang sangat besar, dan untuk memproduksi produk cone hydrocyclone membutuhkan tenaga kerja yang sangat banyak yaitu
25 orang. Dalam hal ini, jelaslah bahwa produk lorry wheel tidak membutuhkan
tenaga kerja yang banyak dalam memproduksi produknya, sehingga juga menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan.
Untuk biaya mesin yang dibebankan terhadap produk dapat dilihat pemakaian total biaya mesin pada Tabel 6.7. di bawah ini.
Tabel 6.7. Data Biaya Mesin Setiap Produk Jenis Produk Lorry Wheel Worm Screw
Ship Propeller
Cone Hydrocyclone
Total Biaya Mesin Rp.
449,394.02 426,611.34
856,307.07 525,025.37
Universitas Sumatera Utara
Untuk biaya mesin yang dibebankan terhadap produk, maka dapat diketahui bahwa produk ship propeller paling banyak dikenakan biaya mesin
dikarenakan penggunaan dan waktu pemakaian terhadap mesin produksi yang sangat besar, sedangkan untuk produk lorry wheel memiliki biaya pemakaian
mesin yang sangat sedikit. Dari keterangan di atas, baik itu penggunaan bahan baku utama, bahan
baku tidak langsung, tenaga kerja langsung dan penggunaan mesin, dapat kita bandingkan prime cost masing-masing produk. Berikut ini adalah Tabel 6.8.
rekapitulasi prime cost setiap produk.
Tabel 6.8. Rekapitulasi Prime Cost Setiap Produk Data
Lorry Wheel Worm Screw
Ship Propeller Cone
Hydrocyclone Total Biaya Pekerja
508,461.50 416,885.33
685,627.00 442,963.33
Total Biaya Mesin 449,394.02
426,611.34 856,307.07
525,025.37
Total Biaya Bahan Baku 4,484,800.00
5,231,650.00 18,954,900.00
6,399,100.00
Biaya Bahan Tak Langsung
3,872,350.00 3,966,300.00
3,636,650.00 4,750,150.00
Total Prime Cost Rp. 9,315,005.52
10,041,446.67 24,133,484.07
12,117,238.71
Prime cost untuk produk ship propeller adalah biaya yang paling besar diantara produk lainnya, namun sebaliknya untuk produk lorry wheel biayanya
paling sedikit sebesar Rp. 9,315,005.52 Sehingga ini menjadi pertimbangan bagi perusahaan bahwa produk lorry
wheel memiliki biaya yang rendah dari segi penggunaan bahan baku, tenaga kerja dan mesin.
Universitas Sumatera Utara
6.4. Analisa Overhead Cost