Pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta : kajian kadar gula darah puasa.

(1)

INTISARI

Sindrom Metabolik atau dikenal dengan metabolic syndrome (Mets) atau sindroma resistensi adalah suatu cluster gangguan metabolik yang berkaitan dengan peningkatan risiko kardiovaskular, obesitas, hipertensi, dan diabetes mellitus. Tingginya kadar gula darah merupakan salah satu faktor risiko sindrom metabolik. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyakit sindrom metabolik dapat meningkatkan risiko untuk terkena sindrom metabolik.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan penelitian non-randomized pretest-postest control group design. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang menggambarkan kadar gula darah puasa. Metode survei yang digunakan dengan instrumen penelitian kuisioner dan wawancara terstruktur. Analisis yang digunakan adalah deskriptif evaluatif dan uji statistik Mann Whitney dengan taraf kepercayaan 90%.

Hasil penelitian menunjukkan pada profil awal dan profil akhir responden secara keseluruhan diperoleh nilai p>0,1 kecuali lingkar pinggang responden laki-laki diperoleh nilai p<0,1 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelompok edukasi dengan nonedukasi, untuk kuisioner diperoleh nilai Asymp.Sig 0,192 dan untuk profil kadar gula darah puasa diperoleh nilai Asymp.Sig 0,5. Namun jika dievaluasi berdasarkan jenis kelamin, perubahan kadar gula darah puasa terjadi pada responden laki-laki (-9,8mg/dL) untuk kelompok edukasi dan responden perempuan (-5,8mg/dL) untuk kelompok nonedukasi. Ditinjau dari tingkat pendidikan, tingkat pendidikan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya perubahan kadar gula darah puasa dan ditinjau dari umur, perubahan kadar gula darah puasa terjadi pada kelompok umur ≥35-≤38 th untuk kelompok edukasi dan umur ≥43-≤45 th untuk kelompok nonedukasi.

Kata Kunci: Sindrom Metabolik, Edukasi, Kadar Gula Darah Puasa, Perilaku Masyarakat.

ix


(2)

ABSTRACT

Metabolic syndrome (Mets) or resistence syndrome is a cluster of metabolic disorder that related with increased risk for cardiovascular, obesity, hipertension, and diabetes mellitus. The height of concenstration fasting blood glucose is one of risk factor metabolic syndrome. The lower of knowledge level from society about metabolic syndrome will increase the risk of metabolic syndrome.

This research is quasi experimental research, with non-randomized pretest-posttest control group design.The objection of this research is to identify the influence getting education about metabolic syndrome to society behavior at Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta with represent of fasting blood glucose concenstration. This research used method survey by questionnaire research instument and structure interview. It is by descriptive evaluative analysis for statistics test by Mann Whitney with 90% confidence interval.

The result of reseach in overal profile responden acquired p value is more than 0,1, for questionnaire value acquired is Asymp.Sig 0,192 and concenstration fasting blood glucose profile value acquired is Asymp.Sig 0,5. But if looked from sex , change of fasting blood glucose concenstration become of education group by a man responden (-9,8mg/dL) and noneducation group by a woman responden (-5,8mg/dL). From responden education level point of view, education level do not give influence to the change of fasting blood glucose concenstration. And from age point of view, change of fasting blood glucose concenstration become of education group by age ≥35-≤38 years and noneducation group by age ≥43-≤45 years.

Keywords: Metabolic Syndrome, Education, Concenstration Fasting Blood Glucose, Society Behavior


(3)

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG SINDROM METABOLIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DI DUSUN

KRODAN, MAGUWOHARJO- SLEMAN, YOGYAKARTA (Kajian Kadar Gula Darah Puasa)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Bernadeta Rina Anggraini NIM : 048114018

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

i


(4)

(5)

iii


(6)

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada

padaKu mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu

rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,

untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

(Yeremia 29:11)

Keluarga besarku: Bapak, Ibu, Mbak Ana dan Mas Aan Sahabat dan teman-temanku,

Almamaterku.


(7)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Bernadeta Rina Anggraini

Nomor Mahasiswa : 048114018

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Pengaruh Pemberian Edukasi Tentang Sindrom Metabolik Terhadap Perilaku Masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta (Kajian Kadar Gula Darah Puasa)” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 21 Juli 2008 Yang menyatakan

Bernadeta Rina Anggraini


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat dan anugerahnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelas Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini bukanlah suatu hal yang mudah, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas berkat, bimbingan dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

2. Walikota Yogyakarta c.q BAPPEDA Sleman yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,Yogyakarta.

3. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan UGM yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini terutama dr. Rustamaji, M. Kes yang telah bersedia membantu dalam penelitian ini.

4. Bapak Kepala Desa Maguwoharjo, Bapak Dukuh dan Bapak RW/RT yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini.


(9)

5. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi dan dosen pembimbing utama atas kesabaran dalam memberikan bimbingan, nasihat, dukungan dan kesediaaan waktunya untuk berkonsultasi.

6. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M. Kes. selaku dosen penguji. 7. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen penguji

8. Kedua orang tuaku tercinta atas kasih sayangnya yang sangat berharga dalam hidupku, kepercayaan, bimbingan, doa, semangat dan dukungannya setiap waktu.

9. Mbak Ana dan Mas Aan yang selalu memberikan doa dan dukungan lewat telepon dan smsnya.

10.Orang-orang yang dirumah yang selalu memberikan perhatian dan kasih sayangnya ketika aku pulang.

11.Masyarakat dusun Krodan, Dosen dan Karyawan Kampus III Paingan atas kesediaannya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

12.Laboratorium Prodia Yogyakarta yang telah bersedia untuk bekerjasama dalam pengambilan sampel darah terutama mas Yudi yang telah membantu mendapatkan informasi.

13.Keluarga Ibu Sri Handayani selaku ibu kost yang telah bersedia membantu mencarikan responden dalam penelitian ini.

14.Temen-temen sekelompok: Made, Heti, Dipta, Duma atas kerjasama dan semangatnya dari awal sampai selesai penelitiannya selama ± 3 bulan.

15.Sahabat-sahabatku: Made, Reni, Amanda, Novi, Atin, Wiwid, Retri, Pipit, Oktav, Nur, Siska, Wida, Rissa, Ana atas persahabatan dan kebersamaannya.

vi


(10)

semangatnya lewat smsnya.

17. Teman-temanku ex STERO: Rini, Rian, Yohani, Elina, Lulud, Wiwid, Ully, Cici, Wulan, Floren, Tya atas persahabatan dan komunikasinya yang tetap terjalin selama ini.

18.Mbak kost: mbak Tina, mbak Rosa, mbak Santi, mbak Leny, mbak Themy, atas perhatian dan dukungannya selama ini.

19.Temen-temen angkatan 2004 kelas A dan kelompok praktikum A, FKK 2004 dan kelompok praktikum kelompok C atas kerjasama dan kebersamaannya selama kuliah di farmasi.

20.Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya, dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam mengerjakan sesuatu dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan

Yogyakarta, 16 Juli 2008 Penulis


(11)

(12)

INTISARI

Sindrom Metabolik atau dikenal dengan metabolic syndrome (Mets) atau sindroma resistensi adalah suatu cluster gangguan metabolik yang berkaitan dengan peningkatan risiko kardiovaskular, obesitas, hipertensi, dan diabetes mellitus. Tingginya kadar gula darah merupakan salah satu faktor risiko sindrom metabolik. Rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyakit sindrom metabolik dapat meningkatkan risiko untuk terkena sindrom metabolik.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan penelitian non-randomized pretest-postest control group design. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang menggambarkan kadar gula darah puasa. Metode survei yang digunakan dengan instrumen penelitian kuisioner dan wawancara terstruktur. Analisis yang digunakan adalah deskriptif evaluatif dan uji statistik Mann Whitney dengan taraf kepercayaan 90%.

Hasil penelitian menunjukkan pada profil awal dan profil akhir responden secara keseluruhan diperoleh nilai p>0,1 kecuali lingkar pinggang responden laki-laki diperoleh nilai p<0,1 yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara kelompok edukasi dengan nonedukasi, untuk kuisioner diperoleh nilai Asymp.Sig 0,192 dan untuk profil kadar gula darah puasa diperoleh nilai Asymp.Sig 0,5. Namun jika dievaluasi berdasarkan jenis kelamin, perubahan kadar gula darah puasa terjadi pada responden laki-laki (-9,8mg/dL) untuk kelompok edukasi dan responden perempuan (-5,8mg/dL) untuk kelompok nonedukasi. Ditinjau dari tingkat pendidikan, tingkat pendidikan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya perubahan kadar gula darah puasa dan ditinjau dari umur, perubahan kadar gula darah puasa terjadi pada kelompok umur ≥35-≤38 th untuk kelompok edukasi dan umur ≥43-≤45 th untuk kelompok nonedukasi.

Kata Kunci: Sindrom Metabolik, Edukasi, Kadar Gula Darah Puasa, Perilaku Masyarakat.


(13)

ABSTRACT

Metabolic syndrome (Mets) or resistence syndrome is a cluster of metabolic disorder that related with increased risk for cardiovascular, obesity, hipertension, and diabetes mellitus. The height of concenstration fasting blood glucose is one of risk factor metabolic syndrome. The lower of knowledge level from society about metabolic syndrome will increase the risk of metabolic syndrome.

This research is quasi experimental research, with non-randomized pretest-posttest control group design.The objection of this research is to identify the influence getting education about metabolic syndrome to society behavior at Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta with represent of fasting blood glucose concenstration. This research used method survey by questionnaire research instument and structure interview. It is by descriptive evaluative analysis for statistics test by Mann Whitney with 90% confidence interval.

The result of reseach in overal profile responden acquired p value is more than 0,1, for questionnaire value acquired is Asymp.Sig 0,192 and concenstration fasting blood glucose profile value acquired is Asymp.Sig 0,5. But if looked from sex , change of fasting blood glucose concenstration become of education group by a man responden (-9,8mg/dL) and noneducation group by a woman responden (-5,8mg/dL). From responden education level point of view, education level do not give influence to the change of fasting blood glucose concenstration. And from age point of view, change of fasting blood glucose concenstration become of education group by age ≥35-≤38 years and noneducation group by age ≥43-≤45 years.

Keywords: Metabolic Syndrome, Education, Concenstration Fasting Blood Glucose, Society Behavior

x


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

KATA PENGANTAR ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

INTISARI ...ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR LAMPIRAN...xix

BAB I PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan Masalah ... 4

2. Keaslian Penelitian... 5

3. Manfaat Penelitian ... 5

B. Tujuan Penelitian... 6

1. Tujuan Umum ... 6

2. Tujuan Khusus ... 6


(15)

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 8

A. Sindrom Metabolik... 8

1. Pengertian... 8

2. Patogenesis ... 8

3. Kriteria Diagnosis... 10

4. Penatalaksanaan Terapi ... 13

B. Diabetes Mellitus... 15

1. Definisi ... 15

2. Manifestasi Klinik ... 15

3. Klasifikasi... 15

4. Diagnosis ... 17

5. Pencegahan ... 18

C. Terapi Perubahan Gaya Hidup ... 19

D. Edukasi ... 20

E. Perilaku ... 20

1. Pengetahuan ... 21

2. Sikap ... 21

3. Tindakan atau Praktek ... 22

F. Landasan Teori ... 22

G. Hipotesis... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 25

B. Variabel Penelitian ... 26

xii


(16)

1. Variabel bebas ... 26

2. Variabel tergantung ... 26

C. Definisi Operasional... 26

D. Tempat Penelitian... 28

E. Subyek Penelitian ... 28

F. Ruang Lingkup Penelitian... 31

G. Teknik Sampling ... 32

H. Instrumen Penelitian... 33

I. Tata Cara Penelitian... 34

1. Analisis Situasi ... 34

2. Pembuatan Kuisioner... 35

a. Uji Coba Kuisioner... 37

b. Uji Validitas ... 37

c. Uji Reliabilitas... 38

3. Pembuatan Leaflet... 38

4. Penyebaran Kuisioner ... 39

5. Pemberian Edukasi ... 39

6. Wawancara Terstruktur... 40

7. Pengambilan Sampel Darah... 41

8. Pengukuran Kadar Gula Darah Puasa... 41

9. Pengolahan Data ... 41

10. Analisis Data Penelitian... 42

J. Kesulitan Penelitian... 43


(17)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Profil Responden ... 45

1. Profil Responden Secara Keseluruhan ... 45

a. Jenis Kelamin ... 49

b. Tingkat Pendidikan ... 49

c. Umur... 51

B. Pengaruh Edukasi Tentang Sindrom Metabolik Terhadap Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan) ... 53

C. Profil Kadar Gula Darah Puasa Pada Saat Sebelum dan Sesudah Edukasi Tentang Sindrom Metabolik Serta Evaluasinya... 56

1. Jenis Kelamin ... 62

2. Tingkat Pendidikan... 64

3. Umur... 65

D. Rangkuman Pembahasan... 67

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN... 74

BIOGRAFI PENULIS ... 139

xiv


(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Patofisiologi Sindrom Metabolik ...10 Gambar 2. Faktor Risiko Sindrom Metabolik...13 Gambar 3. Skema Rancangan Penelitian Non-Randomized Pretest-Posttest

Control GroupDesign ...25 Gambar 4. Bagan Pembagian Subyek Penelitian...31 Gambar 5. Bagan Ruang Lingkup Penelitian ...32 Gambar 6. Persentase Jumlah Responden Edukasi dan Nonedukasi

Berdasarkan Profil Jenis Kelamin ...49 Gambar 7. Persentase Jumlah Responden Edukasi dan Nonedukasi

Berdasarkan Profil Tingkat Pendidikan ...50 Gambar 8. Persentase Jumlah Responden Berdasarkan Profil Umur

Kelompok Edukasi dan Nonedukasi ...51 Gambar 9. Rata-rata Nilai Kuisioner Pretest-Posttest Responden

Kelompok Edukasi dan Nonedukasi...54 Gambar 10. Nilai Rata-rata Pretest-Posttest Jawaban Kuisioner Responden

Terkait Penyakit Diabetes Mellitus ...56 Gambar 11. Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa Pada Saat Pretest-Posttest

Pada Kelompok Perlakuan Responden...59 Gambar 12. Selisih Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa (mg/dL) Responden

Kelompok Perlakuan ...60 Gambar 13. Selisih Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa (mg/dL) Terkait

Jenis Kelamin Responden Kelompok Perlakuan...63 Gambar 14. Selisih Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa (mg/dL) Terkait

Tingkat Pendidikan Kelompok Perlakuan Responden Edukasi dan Nonedukasi ...64


(19)

Gambar 15. Rata-rata Kadar Gula Darah Puasa (mg/dL) Terkait Umur

Responden Kelompok Perlakuan...65

xvi


(20)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut WHO Tahun 1998 ...11 Tabel II. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut NCEP ATP III

Tahun 2001 ...12 Tabel III. Kriteria Sindrom Metabolik Hasil Kombinasi Antara

Kriteria WHO Tahun 1998 dengan Kriteria NCEP ATP III

Tahun 2001 ...27 Tabel IV. Distribusi Pertanyaan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

yang Terdapat Dalam Kuisioner ...36 Tabel V. Distribusi Jenis Pertanyaan Favourable dan Nonfavourable

yang Terdapat Dalam Kuisioner ...36 Tabel VI. Profil Awal Responden Meliputi: IMT, Rasio Lingkar

Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, dan Kadar Kolesterol Total ...46 Tabel VII. Profil Awal Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin,

dan Tingkat Pendidikan ...47 Tabel VIII. Faktor Risiko Awal Sindrom Metabolik Responden Hasil

Kombinasi Antara Kriteria WHO Tahun 1998 dengan

Kriteria NCEP ATP III Tahun 2001 ...47 Tabel IX. Jumlah Faktor Risiko Awal Responden Edukasi dan

Nonedukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan

Nonlaboratorium...48


(21)

Tabel X. Nilai Rata-rata Kuisioner Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Responden Pada Saat Pretest-Posttest...…55 Tabel XI. Profil Akhir Responden Berdasarkan IMT, Rasio Lingkar

Pinggang-Lingkar Pinggul, Lingkar Pinggang, Tekanan Darah, Kadar Gula Darah Puasa, dan Kadar Kolesterol Total ... 57 Tabel XII. Faktor Risiko Akhir Sindrom Metabolik Responden Hasil

Kombinasi Antara Kriteria WHO Tahun 1998 dengan Kriteria NCEP ATP III Tahun 2001 ...61 Tabel XIII. Jumlah Faktor Risiko Akhir Responden Edukasi dan

Nonedukasi Berdasarkan Tes Laboratorium dan

Nonlaboratorium...62

xviii


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA ...74 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian Komite Etik...75 Lampiran 3. Kuisioner Penelitian ...76 Lampiran 4. Leaflet Sindrom Metabolik ...80 Lampiran 5. Data Karakteristik Responden Perempuan Nonedukasi

Laboratorium ...82 Lampiran 6. Data Karakteristik Responden Perempuan Nonedukasi

Nonlaboratorium ...83 Lampiran 7. Data Karakteristik Responden Laki-laki Edukasi

Laboratorium ...84 Lampiran 8. Data Karakteristik Responden Laki-laki Nonedukasi

Laboratorium ...85 Lampiran 9. Data Karakteristik Responden Perempuan Edukasi

Laboratorium ...86 Lampiran 10. Data Karakteristik Responden Perempuan Edukasi

Nonlaboratorium ...87 Lampiran 11. Data Karakteristik Responden Laki-laki Edukasi

Laboratorium ...88 Lampiran 12. Data Karakteristik Responden Laki-laki Edukasi

Nonlaboratorium ...89 Lampiran 13. Hasil Skoring Pretest Responden Edukasi Laboratorium...90


(23)

Lampiran 14. Hasil Skoring Pretest Responden Nonedukasi Laboratorium ..91 Lampiran 15. Hasil Skoring Pretest Responden Edukasi Nonlaboratorium ...92 Lampiran 16. Hasil Skoring Pretest Responden Nonedukasi

Nonlaboratorium ...93 Lampiran 17. Hasil Skoring Posttest Responden Edukasi Laboratorium ...94 Lampiran 18. Hasil Skoring Posttest Responden Nonedukasi Laboratorium .95 Lampiran 19. Hasil Skoring Posttest Responden Edukasi Nonlaboratorium..96 Lampiran 20. Hasil Skoring Posttest Responden Nonedukasi

Nonlaboratorium ...97 Lampiran 21. Hasil Uji Normalitas dan Mann Whitney Profil Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan, dan Umur ...98 Lampiran 22. Hasil Uji Normalitas dan Mann Whitney Profil Awal Lingkar

Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Laki-laki ...99 Lampiran 23. Hasil Uji Normalitas dan Mann Whitney Profil Akhir Lingkar

Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Laki-laki ...101 Lampiran 24. Hasil Uji Normalitas dan Mann Whitney Profil Awal Lingkar

Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Perempuan ...103 Lampiran 25. Hasil Uji Normalitas dan Mann Whitney Profil Akhir Lingkar

Pinggang dan Rasio Lingkar Pinggang-Lingkar Pinggul

Responden Perempuan ...105

xx


(24)

Lampiran 26. Hasil Hipotesis Mann Whitney Profil Awal

Tekanan Darah Sistolik...107 Lampiran 27. Hasil Hipotesis Mann Whitney Profil Akhir

Tekanan Darah Sistolik...108 Lampiran 28. Hasil Hipotesis Mann Whitney Profil Awal

Tekanan Darah Diastolik ...109 Lampiran 29. Hasil Hipotesis Mann Whitney Profil Akhir

Tekanan Darah Diastolik ...110 Lampiran 30. Hasil Hipotesis Mann Whitney Profil Awal

Kadar Gula Darah Puasa ...111 Lampiran 31. Hasil Hipotesis Mann Whitney Profil Akhir

Kadar Gula Darah Puasa ...112 Lampiran 32. Uji Normalitas dan Uji Hipotesis Independent T Test

Profil Awal Kadar Kolesterol Total ...113 Lampiran 33. Uji Normalitas dan Uji Hipotesis Independent T Test

Profil Akhir Kadar Kolesterol Total ...114 Lampiran 34. Hasil Uji Normalitas Data dan Hasil Uji Mann Whitney

Kuisioner ...115 Lampiran 35. Hasil Uji Normalitas Data dan Hasil Uji Mann Whitney

Kadar Gula Darah Puasa ...117 Lampiran 36. Hasil Wawancara Responden...119 Lampiran 37. Kategori Jawaban Hasil Wawancara Responden...136 Lampiran 38. Lembar Pernyataan Kesediaan Sebagai Responden ...138


(25)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Istilah sindrom metabolik akhir-akhir ini mulai gencar dibicarakan untuk beberapa tahun belakangan ini. Sindrom metabolik atau dikenal dengan metabolic syndrome (Mets) atau sindroma resistensi adalah suatu cluster gangguan metabolik yang berkaitan dengan peningkatan risiko kardiovaskular, obesitas, hipertensi, dan diabetes mellitus. Sindrom metabolik merupakan penyakit yang kompleks, dan dianggap sebagai multiplex cardiovascular risk, dimana setiap komponennya menjadi faktor risiko (Anonim, 2008).

Prevalensi sindroma metabolik sangat bervariasi oleh karena beberapa hal antara lain: ketidakseragaman kriteria yang digunakan, perbedaan etnis/ras, umur dan jenis kelamin. Walaupun demikian prevalensi sindroma metabolik dapat dipastikan cenderung meningkat oleh karena meningkatnya prevalensi obesitas maupun obesitas sentral (Anonim, 2006a).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh San Antonio Heart (1979-1982) menemukan prevalensi sindroma metabolik sebesar 15,8% dari 1.125 orang Mexico-Amerika dan pada orang kulit putih yang berusia antara 25-64 tahun dengan sedikitnya ditemukan 2 faktor risiko, serta sebesar 4,8% dengan 3 faktor risiko menggunakan kriteria WHO. Hasil penelitian Framingham Offspring Study

menemukan prevalensi pada pria sebesar 29,4% dari 1.144 pria dan sebesar 23,1% dari 1.295 wanita berusia antara 26-82 tahun (Anonim, 2006a).

1


(26)

World Health Organization (WHO) memperkirakan sindroma metabolik banyak ditemukan pada banyak kelompok etnis tertentu termasuk beberapa etnis di Asia-Pasifik seperti; India, Cina, Aborigin, Polinesia, dan Micronesia. Di Perancis ditemukan prevalensi pada pria (23%) lebih banyak jika dibandingkan dengan wanita (12%) dan prevalensi terbanyak ditemukan pada kelompok usia antara 55-64 tahun yaitu pada pria sebesar 34% dan pada wanita sebesar 21% (Anonim, 2006a).

Di Indonesia dan negara-negara ASEAN, prevalensi sindrom metabolik akhir-akhir ini dirasakan meningkat. Hal ini terjadi akibat peningkatan kemakmuran di negara tersebut yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: peningkatan pendapatan perkapita, perubahan struktur demografi, dan perubahan gaya hidup terutama di kota besar yang menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif. Di Indonesia terjadinya perubahan atau westernisasi pola makan dan gaya hidup masyarakatnya diakibatkan karena banyaknya kedai makan siap saji dan adanya peningkatan kondisi sosial ekonomi pada kelompok yang mampu serta berkurangnya aktivitas untuk berolah raga.

Suatu penelitian di Makassar yang melibatkan 330 orang pria berusia antara 30-65 tahun dan menggunakan kriteria NCEP ATP III dengan ukuran lingkar pinggang yang disesuaikan untuk orang Asia (menurut klasifikasi usulan WHO untuk orang Asia dewasa yaitu > 90 cm untuk pria dan > 80 cm untuk wanita) menemukan prevalensi sebesar 33,9%. Prevalensi yang lebih tinggi yaitu sebesar 62,0% ditemukan pada subyek dengan obesitas sentral (Anonim, 2006a).


(27)

3

Menurut salah satu artikel yang dimuat di harian Kompas Yogyakarta pada tanggal 13 Februari 2006 menyebutkan bahwa dalam satu dekade terakhir, tren penyakit di Yogyakarta telah bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif atau penyakit karena usia tua. Penyakit-penyakit degeneratif ini antara lain hipertensi, diabetes, kolesterol, kanker, jantung, dan stroke. Pergeseran ini berkaitan erat dengan tingginya angka usia harapan hidup warga Yogyakarta yang mencapai 75 tahun (Anonim, 2006b). Dengan adanya pernyataan tersebut maka dapat mendukung penelitian ini untuk dilakukan di dusun Krodan yang merupakan salah satu daerah di Yogyakarta. Berdasarkan analisis situasi yang telah dilakukan, mulai dari bulan Juli 2007-Desember 2007 dari 63 orang yang melakukan pengobatan di salah satu pelayanan kesehatan di dusun Krodan terdapat 12 orang (19,05%) yang mengalami penyakit degeneratif. Selain itu juga dapat dilihat bahwa di dusun Krodan saat ini telah mengalami perubahan kondisi sosial-ekonomi yaitu salah satunya dengan munculnya kedai-kedai makan, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap gaya hidup masyarakat disekitarnya terutama terkait pola makan.

Diabetes mellitus merupakan salah satu komponen faktor risiko dari sindrom metabolik, maka pada orang diabetes yang mengalami resistensi insulin diperlukan lebih banyak insulin untuk mengantarkan gula masuk ke dalam sel. Adanya peningkatan kadar insulin ini digunakan untuk mengimbangi adanya resistensi insulin. Selain itu adanya peningkatan kadar insulin akan mengakibatkan terjadnya penimbunan lemak terutama di daerah abdomen dan daerah tubuh bagian atas. Adanya penimbunan lemak ini tidak hanya terjadi di


(28)

daerah bawah kulit saja, namun juga terjadi penimbunan lemak disekitar rongga perut dan organ-organ di dalam rongga perut. Pada tahap ini permulaan penimbunan lemak terjadi di sekitar hati, lambung, pankreas, usus dan ginjal (Kurnia, 2003).

Terkait dengan adanya penyakit sindrom metabolik ini salah satu tenaga kesehatan yang dapat berperan dalam pengelolaan pasien secara holistik adalah farmasis. Peranan farmasis dalam hal ini sebagai penyedia informasi yang didukung oleh sumber dan bukti yang dapat dipercaya. Adanya informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat salah satunya yaitu adanya perubahan dalam sikap dan tindakannya untuk lebih memperhatikan kesehatan, misalnya berupa informasi mengenai gaya hidup dan pola makan untuk menghindari terjadinya sindrom metabolik.

1. Perumusan Masalah

a. Seperti apakah profil masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta secara keseluruhan yang meliputi: jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah, kadar gula darah puasa, dan kadar kolesterol total responden yang terkait sindrom metabolik?

b. Apakah ada pengaruh edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang menjadi responden dalam penelitian ini?


(29)

5

c. Seperti apakah profil kadar gula darah puasa masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta sebelum dan sesudah edukasi tentang sindrom metabolik serta evaluasinya berdasarkan pengaruh jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan umur responden?

2. Keaslian Penelitian

Penelitian sejenis ini pernah dilakukan yaitu: “Prevalensi Sindrom Metabolik Non DM di RSUD KOJA, Jakarta Periode Tahun 2000-2004” oleh Santoso, Susanna, Jeffry, dan Hartono (2004) dengan metode yang digunakan yaitu metode survei yang bersifat deskriptif potong lintang retrospektif, selain itu pada penelitian tersebut subyek uji yang digunakan adalah semua pasien penyakit dalam yang dirawat di RSUD KOJA lantai 6 periode 1 Januari 2000-30 November 2004 yang menderia penyakit sindroma metabolik non DM sesuai dengan kriteria

ATP-III.

Pada penelitian ini lebih metitikberatkan pada pengaruh edukasi sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta terkait kadar gula darah puasa. Selain itu penelitian ini juga menggunakan metode kuisioner yang diberikan sebelum dan sesudah pemberian edukasi (informasi) tentang sindrom metabolik. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada tema yang diangkat, subyek uji yang digunakan, lokasi penelitian, dan waktu penelitian.


(30)

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan gambaran atau referensi, dan pengetahuan tentang sindrom metabolik khususnya yang menggambarkan parameter kadar gula darah puasa pada masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.

b. Manfaat Praktis

Data yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pihak-pihak yang terkait dalam mengatasi penyakit sindrom metabolik dan dapat memberikan informasi tentang penyakit sindrom metabolik sehingga dapat mencegah dan menekan jumlah penyakit sindrom metabolik yang menggambarkan kadar gula darah puasa.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui;

a. profil masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta secara keseluruhan yang meliputi: jenis kelamin, tingkat pendidikan,


(31)

7

umur, IMT, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah, kadar gula darah puasa, dan kadar kolesterol total responden yang terkait sindrom metabolik.

b. pengaruh edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan) masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang menjadi responden dalam penelitian ini.

c. profil kadar gula darah puasa masyarakat di dusun Krodan Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta sebelum dan sesudah edukasi tentang sindrom metabolik dan evaluasinya berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan umur responden.


(32)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Sindrom Metabolik 1. Pengertian Sindrom Metabolik

Menurut National Cholesterol Education Program Expert Panel on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults, Adult Treament Panel III (NCEP ATP III) tahun 2001, sindrom metabolik adalah sekelompok kelainan metabolik baik lipid maupun non-lipid yang merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner. Kelainan metabolik tersebut meliputi: obesitas sentral, dislipidemia aterogenik (kadar trigliserida meningkat dan kadar kolesterol high density lipoprotein/HDL rendah), tekanan darah meningkat, dan resistensi insulin (dengan atau tanpa intoleransi glukosa). Keadaan tersebut berhubungan erat dengan suatu kelainan sistemik yang dikenal sebagai resistensi insulin. Resistensi insulin adalah suatu gangguan respon biologis terhadap insulin, baik yang endogen maupun yang eksogen dengan akibat kebutuhan insulin plasma yang lebih banyak (hiperinsulinemia) untuk mempertahankan kadar glukosa plasma agar tetap dalam batas normal. Resistensi insulin berkaitan erat dengan obesitas khususnya dengan penimbunan jaringan lemak abdominal yang berlebih atau obesitas sentral (Anonim, 2006a).

2. Patogenesis Sindrom Metabolik

Menurut ATP III mengidentifikasi 6 komponen sindrom metabolik yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular;


(33)

a. obesitas abdominal merupakan bentuk obesitas yang sering dikaitkan dengan sindrom metabolik. Hal tersebut menandakan terjadinya peningkatan ukuran lingkar pinggang.

b. dislipidemia aterogenik ditunjukkan dengan cara dilakukan pemeriksaan lipoprotein yaitu adanya peningkatkan trigliserida dan rendahnya konsentrasi kolesterol HDL.

c. tekanan darah tinggi dikaitkan dengan obesitas dan biasanya pada orang yang mengalami resistensi insulin. Hipertensi secara umum merupakan salah satu diantara faktor risiko dari sindrom metabolik.

d. resistensi insulin secara mayoritas terdapat pada orang dengan sindrom metabolik. Hal ini berkaitan dengan faktor risiko dari sindrom metabolik dan biasanya berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskular.

e. kondisi proinflamatori dikenal sebagai tanda klinik yang berkaitan dengan tingginya C-reactive protein (CRP) yang secara umum ada pada orang dengan sindrom metabolik. Pada dasarnya tingginya CRP dapat ditunjukkan dengan banyak mekanisme, salah satu penyebabnya adalah obesitas karena banyaknya jaringan adiposa yang melepaskan sitokin inflamatori yang kemungkinan dapat meningkatkan level CRP.

f. kondisi protrombotik dikarakteristikan dengan terjadinya peningkatan plasma

plasminogen activator inhibitor (PAI)-1 dan fibrinogen yang selalu dikaitkan dengan sindrom metabolik. Pada fase akut reaktan fibrinogen seperti CRP terjadi peningkatan respon sitokin secara tinggi.

(Scott, Bryan, James, Sidney, dan Claude, 2004)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(34)

OVERNUTRISI, AKTIVITAS FISIK TIDAK ADA

AKUMULASI LIPID OBESITAS (ABDOMINAL)

DISREGULASI FUNGSI ADIPOSITOKIN DAN

PRODUKSINYA

RESISTENSI INSULIN

HIPERLIPIDEMIA INTOLERANSI GLUKOSA

ATHEROSKLEROSIS

HIPERTENSI

Gambar 1. Patofisiologis Sindrom Metabolik

(Anonim, 2007a) 3. Kriteria Diagnosis Sindrom Metabolik

Saat ini ada dua kriteria diagnosis sindrom metabolik yang banyak digunakan yaitu kriteria WHO 1998 dan kriteria NCEP ATP III 2001. Kriteria WHO 1998 menekankan pada adanya toleransi glukosa terganggu atau diabetes mellitus dan atau resistensi insulin yang disertai sedikitnya dua faktor risiko lain yaitu: hipertensi, dislipidemia, obesitas sentral, dan mikroalbuminuria. Kriteria diagnosis sindrom metabolik WHO lebih menekankan adanya toleransi glukosa dan resistensi insulin. Namun hal ini sulit dipraktikkan di klinik karena diperlukan


(35)

pemeriksaan resistensi insulin dengan teknik euglycemic clamp yang mahal, invasif, dan umumnya tidak tersedia pada banyak pusat kesehatan, selain mikroalbuminuria yang memerlukan pemeriksaan khusus.

Tabel I. Kriteria Sindrom Metabolik Menurut WHO Tahun 1998 Toleransi glukosa terganggu atau Diabetes Mellitus dan/atau resistensi insulin dengan dua/lebih keadaan berikut

Tekanan darah meningkat ≥ 160/90 mmHg

Trigliserida plasma meningkat

Dan/atau kolesterol high-density lipoprotein rendah

Pria Wanita

≥ 150 mg/dL < 35 mg/dL < 39 mg/dL

Obesitas sentral : Pria

Rasio lingkar pinggang-pinggul Wanita

Rasio lingkar pinggang-pinggul Indeks massa tubuh

> 0,90

> 0,85 dan/atau > 30 kg/m2 Mikroalbuminuria

Rerata ekskresi albumin urin Ratio albumin : kreatinin

> 20 µg/ menit, atau ≥ 30 mg/gr

Pada tahun 2001, NCEP ATP III membuat suatu kriteria yang lebih mudah digunakan di klinik. Kriteria diagnosis NCEP ATP III menggunakan komponen kriteria dan parameter yang lebih mudah untuk diperiksa dan diterapkan oleh para klinisi. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah dipraktikkan secara klinis dengan tujuan mempermudah penegakan diagnosis dan mempermudah tindakan pencegahan (Anonim, 2006a).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(36)

Tabel II . Kriteria Sindrom Metabolik Menurut NCEP ATP III Tahun 2001 Diagnosis Sindrom Metabolik ditegakkan bila didapatkan tiga atau lebih faktor risiko tersebut dibawah ini:

Obesitas abdominal (lingkar pinggang) Pria

Wanita

> 102 cm > 88 cm

Trigliserid ≥ 150 mg/dL

Kolesterol high-density lipoprotein Pria

Wanita

< 40 mg/dL < 50 mg/dL

Tekanan darah ≥ 130/≥ 85 mmHg

Glukosa puasa ≥ 110 mg/dL

(Anonim, 2006a) Sindrom metabolik didiagnosis ketika seseorang menderita kurang lebih tiga dari faktor risiko penyakit jantung. Lima kondisi yang menunjukkan faktor risiko metabolik untuk penyakit jantung;

1. meningkatnya lingkar pinggang. Hal ini disebut juga dengan kegemukan pada bagian perut atau berbentuk seperti apel (”having an apple shape”).

2. kadar trigliserida yang lebih besar dibandingkan dengan kadar normal di dalam darah.

3. kadar kolesterol HDL. High Density Lipoprotein (HDL) merupakan kolesterol baik karena kolesterol ini mengurangi risiko penyakit jantung. Menurunnya kadar HDL dalam darah akan meningkatkan risiko penyakit jantung.

4. tekanan darah yang tinggi dibandingkan dengan normal. Tekanan darah diketahui dengan adanya dua angka biasanya ditulis satu diatas dan satunya dibawah, contoh 120/80 mmHg. Nomor yang di atas menunjukkan tekanan darah sistolik yang menggambarkan tekanan aliran darah ketika jantung


(37)

kontraksi. Nomor yang di bawah menunjukkan tekanan darah diastolik yang menggambarkan tekanan aliran darah ketika jantung relaksasi.

5. kadar gula darah (glukosa) puasa lebih tinggi dibandingkan normal. Tingginya kadar gula darah dapat merupakan tanda awal penyakit diabetes.

(Anonim, 2007b)

Gambar 2. Faktor Risiko Sindrom Metabolik

(Anonim, 2007c) 4. Penatalaksanaan Terapi Sindrom Metabolik

Sampai saat ini tidak ada pengobatan yang secara pasti telah dipublikasikan. Berdasarkan uji klinis, penatalaksanaan bagi seseorang yang terkena sindroma ini adalah mencegah terjadinya diabetes mellitus, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(38)

Semua pasien dengan sindroma metabolik harus dimotivasi untuk mengubah pola makan dan pola hidup mereka sebagai langkah utama dari terapi. Panduan praktis pola hidup bagi pasien dengan sindroma metabolik adalah;

a. kurangi berat badan anda dengan berolah raga sedang (jogging) selama 30 menit setiap hari.

b. kurangi makanan yang berlemak, khususnya yang berlemak jenuh seperti daging merah dan mentega atau makanan penuh lemak lainnya.

c. kurangi konsumsi alkohol.

d. kurangi konsumsi total karbohidrat dengan mengganti karbohidrat murni (roti putih, kentang) dengan kacang polong, padi-padian, dan lemak tak jenuh tunggal (kacang-kacangan, alpukat, minyak zaitun) dan mengganti minuman soda dan jus dengan air, dan minuman diet.

e. hindari makanan berkadar gula yang tinggi dan perbanyak makanan berkadar gula rendah.

f. hindari merokok.

g. konsumsi asam lemak omega 3 dengan memakan ikan 1 kali seminggu.

h. kurangi konsumsi garam dapur sampai kurang dari 2,4 gram per hari dengan menggunakan lebih banyak rempah-rempah dalam masakan.

i. perbanyak makan serat (30 g/hari) dan buah-buahan.


(39)

B. Diabetes Mellitus 1. Definisi diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok gangguan metabolit dari metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein yang diakibatkan karena adanya defisiensi insulin atau gangguan kerja insulin atau karena keduanya yang dapat mengakibatkan komplikasi kronis termasuk mikrovaskuler, makrovaskuler dan gangguan neuropati (Triplitt, Reasner, dan Isley, 2005).

2. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik diabetes mellitus dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi insulin. Pasien-pasien yang mengalami defisiensi insulin tidak dapat dipertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi glukosa sesudah makan karbohidrat. Jika hiperglikemianya parah dan melebihi ambang ginjal maka timbul glukosuria. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuretik osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuria) dan timbul rasa haus (polidipsia). Karena glukosa hilang bersama kemih, maka pasien mengalami keseimbangan kalori negatif dan berat badan berkurang. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia) mungkin akan timbul sebagai akibat kehilangan kalori. Pasien mengeluh lelah dan mengantuk (Price dan Lorraine, 1995).

3. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI) atau disebut DM tipe 1.

Diabetes Mellitus tipe 1 ini utamanya disebabkan oleh destruksi sel

β pankreas oleh sistem kekebalan tubuh (Triplitt et al, 2005). Proses ini dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(40)

terjadi selama bertahun-tahun, dan proses ini dinamakan fase prediabetik. Jika keadaan berlanjut akan terjadi onset of diabetic, dimana akan terjadi hiperglikemi dan ketergantungan terhadap insulin. Penyakit ini ditandai dengan defisiensi insulin secara absolut dan biasanya penyakit ini didiagnosis sebelum umur 30 tahun. Diabetes mellitus tipe ini merupakan jenis diabetes yang sering terjadi pada anak-anak dan dewasa muda (Moningkey, 2000). b. Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) atau disebut DM tipe 2.

Merupakan kasus yang banyak terjadi. Prevalensi kejadian di negara berkembang mencapai 85% dari semua kasus DM yang terjadi. Diabetes mellitus tipe ini menimbulkan masalah besar karena potensial mengalami komplikasi. Penyebab DM ini adalah resistensi terhadap insulin dan pada awalnya terjadi kekurangan sekresi insulin secara relatif. Resistensi insulin berupa menurunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati (Moningkey, 2000).

Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko terjadinya DMTTI. Aktivitas fisik yang teratur akan meningkatkan sensitivitas terhadap insulin dan memperbaiki toleransi glukosa. Peningkatan konsumsi lemak jenuh dan penurunan konsumsi serat menurunkan sensitivitas terhadap insulin dan kelainan toleransi glukosa. Faktor risiko yang lain adalah stres yang berkepanjangan, baik fisik maupun trauma yang berhubungan dengan terjadinya intoleransi glukosa karena pengaruh hormonal, juga akibat


(41)

konsumsi obat-obatan dan hormon seperti fenitoin, diuretik golongan tiazid, dan kortikosteroid (Moningkey, 2000).

c. Diabetes mellitus pada kehamilan (DM Gestasional).

Keadaan ini hanya terbatas pada wanita hamil dan gangguan toleransi glukosa terjadi pertama kali selama kehamilan. Jika sebelum hamil sudah mengalami DM maka tidak termasuk kategori ini dan kategori ini biasanya merupakan DMTTI (Moningkey, 2000).

d. Diabetes tipe lain yang spesifik (diabetes akibat kerusakan genetik).

Maturity onset diabetes of youth (MODY) dikarakterisasikan sebagai terganggunya sekresi insulin dengan resistensi insulin yang kecil atau tidak resistensi sama sekali. Ketidakmampuan secara genetik untuk mengubah proinsulin menjadi insulin mengakibatkan hiperglikemia ringan pada usia dini dan hal tersebut akan diwariskan pada pola autosomal yang dominan (Triplitt

et al, 2005). 4. Diagnosis

Diagnosis dari penyakit ini dapat menggunakan tiga kriteria: (1) kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dL; (2) tes toleransi kadar gula dalam darah setelah 2 jam ingesti glukosa secara oral ≥ 200 mg/dL; atau (3) kadar glukosa dalam plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL dengan gejala-gejala diabetes (Triplitt et all, 2005). Jika keluhan (gejala) khas maka pemeriksaan gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL cukup untuk menegakkan diagnosis. Untuk kelompok yang tanpa keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah satu kali abnormal belum cukup untuk menegakkan diagnosis sehingga harus dilakukan pemastian dengan pemeriksaan ulang dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(42)

mendapatkan angka gula darah yang abnormal (Moningkey, 2000). Kadar asam keto dalam urin yang diukur secara kimia juga dapat digunakan untuk menentukan tingkat penyakit diabetes (Guyton dan Hall, 1997).

5. Pencegahan Diabetes Mellitus

Ada tiga jenis pencegahan diabetes melitus; a. pencegahan primer

Bertujuan untuk mencegah terjadinya diabetes mellitus. Untuk itu, faktor-faktor yang dapat menyebabkan diabetes mellitus perlu diperhatikan baik secara genetik maupun lingkungan yang perlu dilakukan yaitu; pola makan sehari-hari harus seimbang dan tidak berlebihan, olahraga secara teratur dan tidak banyak berdiam diri, usahakan berat badan dalam batas normal, hindari obat-obatan yang dapat menimbulkan diabetes mellitus (Hembing, 2006).

b. pencegahan sekunder

Bertujuan untuk mencegah timbulnya komplikasi penyakit lain, menghilangkan gejala, dan keluhan penyakit diabetes mellitus yang perlu dilakukan dalam pencegahan sekunder yaitu: diet sehari-hari harus seimbang dan sehat, menjaga berat badan dalam batas normal, usahakan pengendalian gula darah agar tidak terjadi komplikasi diabetes mellitus, olahraga teratur sesuai dengan kemampuan fisik dan umur (Hembing, 2006).

c. pencegahan tersier

Bertujuan untuk mencegah kecacatan lebih lanjut dari komplikasi penyakit yang sudah terjadi, untuk mencegah kebutaan, gagal ginjal, stroke, dan


(43)

gangren jika terjadi luka sehingga perlu pemeriksaan rutin dan berkala (Hembing, 2006).

C. Terapi Perubahan Gaya Hidup

Terapi Perubahan Gaya Hidup (Therapeutic Lifeslyle Change/TLC)

merupakan suatu pengobatan yang inovatif berdasarkan pemikiran modern yang melekat pada gaya hidup zaman dahulu. Metode pengobatan ditinggalkan dan menekankan perubahan-perubahan di lingkungan dan gaya hidup.

Ada lima aspek penting TLC: 1. olahraga/aerobik

Olahraga merupakan antidepresan yang poten. Menaikkan denyut nadi antara 120-160 denyut per menit. Dilakukan tiga kali seminggu selama 35 menit. 2. istirahat yang cukup, tidur selama 7 sampai 8 jam setiap malam.

3. asam lemak omega-3, pemasukan omega-3 (terutama bentuk molekuler yang disebut EPA) dapat menurunkan tekanan atau despresi. Penelitian merekomendasikan dosis satu kali sehari 1000 miligram EPA yang mengandung minyak ikan dengan konsentrasi tinggi.

4. interaksi sosial, dukungan sosial membantu mencegah tekanan ketika kita menderita dalam hidup.

5. mengurangi pikiran negatif, kesepian dapat mendorong kecenderungan berpikir negatif. Interaksi sosial dan belajar untuk melibatkan diri dalam berbagai aktivitas bila sendiri (Anonim, 2005b).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(44)

D. Edukasi

Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan sebagainya melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau penyuluhan kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut konduksif untuk kesehatan. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan mengupayakan agar perilaku individu, kelompok, atau masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

E. Perilaku

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

Respon atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice) sedangkan stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, dan lingkungan. Dengan demikian secara lebih terinci perilaku kesehatan itu mencakup;

1. perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi tentang


(45)

penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan luar dirinya), maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. 2. perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan, adalah respon seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan, baik sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional.

3. perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respon seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

4. perilaku terhadap lingkungan kesehatan (enviromental health behavior) adalah respon seseorang terhadap lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia.

(Notoatmodjo, 1993) 1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

2.Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan

pre-PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(46)

disposis tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap obyek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek (Notoatmodjo, 2003).

3. Tindakan atau Praktek

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (Over behavior).

Cara mengukur indikator perilaku atau memperoleh data atau informasi tentang indikator-indikator perilaku tersebut untuk pengetahuan, sikap, dan praktek agak berbeda. Untuk memperoleh data tentang pengetahuan dan sikap cukup dilakukan melalui wawancara, baik wawancara terstruktur maupun wawancara mendalam khususnya untuk penelitian kualitatif. Sedangkan untuk memperoleh data praktek atau perilaku yang paling akurat adalah melalui pengamatan (observasi). Namun dapat juga dilakukan melalui wawancara dengan pendekatan recall atau mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu (Notoadmodjo, 2003).

F. Landasan Teori

Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat


(47)

tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Perubahan perilaku baru seseorang dalam kehidupannya dapat dilihat dari pengetahuan, sikap, dan tindakan. Sebelum seseorang berperilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa manfaat perilaku kesehatan bagi dirinya. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek kesehatan, maka seseorang tersebut akan mengadakan penilaian (pendapat) terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik).

Pemberian informasi (edukasi) merupakan salah satu strategi untuk memperoleh perilaku yang baru. Pada penelitian ini, pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap masyarakat dapat memberikan informasi-informasi tentang cara-cara hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit sehingga akan meningkatkan pengetahuan dan memberikan pengaruh yang baik terhadap sikap dan tindakan masyarakat khususnya terkait dengan diabetes mellitus sebagai salah satu faktor risiko dari sindrom metabolik.

Tingkat pengetahuan yang semakin bertambah akan menimbulkan kesadaran dari masyarakat, sehingga menyebabkan orang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran dari diri sendiri (bukan karena paksaan).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(48)

G. Hipotesis

Pemberian edukasi (informasi) mengenai sindrom metabolik akan berpengaruh terhadap perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan), selain itu juga pemberian edukasi diharapkan dapat berpengaruh terhadap adanya perubahan kadar gula darah puasa masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini terdiri dari dua yaitu: pertama menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian evaluatif untuk melihat profil responden secara keseluruhan (jenis kelamin, tingkat pendidikan, umur, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah, kadar gula darah puasa, dan kadar kolesterol total) serta untuk melihat pengaruh jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan umur terhadap kadar gula darah puasa responden. Kedua menggunakan jenis penelitian eksperimental semu (kuasi) dengan rancangan penelitian non-randomized pretest-posttest control group design untuk melihat pengaruh edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku yang menggambarkan parameter kadar gula darah puasa masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman Yogyakarta. Menurut rancangan ini pembagian subyek dalam kelompok tidak dilakukan secara random, sehingga pengendalian terhadap variabel luar dan sumber-sumber invaliditas tidak begitu kuat (Pratiknya, 2007).

O (X) O O (-) O

Gambar 3. Skema Rancangan Penelitian Non-Randomized Pretest-Posttest Control Group Design

25


(50)

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terkait dengan kadar gula darah puasa yang diberikan pada masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta.

2. Variabel tergantung

a. Pengetahuan masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta tentang sindrom metabolik.

b. Sikap dan tindakan masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta tentang sindrom metabolik yang menggambarkan parameter kadar gula darah puasa.

C. Definisi Operasional

1. Masyarakat di dusun Krodan adalah sekelompok orang atau penduduk yang bertempat tinggal dan menetap atau yang bekerja di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman,Yogyakarta baik laki-laki maupun perempuan.

2. Responden adalah masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang menjadi subyek uji penelitian.

3. Edukasi merupakan suatu upaya untuk memberikan informasi kepada masyarakat melalui kunjungan dua minggu sekali dan pemberian leaflet tentang sindrom metabolik pada responden.


(51)

4. Perilaku adalah semua aktivitas dari masyarakat yang merupakan respon dari adanya stimulus dari luar yang akan berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan tindakan dari setiap orang.

5. Profil kadar gula darah puasa sebelum dan sesudah edukasi merupakan selisih antara kadar gula darah puasa pada saat posttest dan pretest.

6. Profil responden merupakan karakteristik yang ada pada responden yang meliputi: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan (tidak sekolah, SD, SLTP, SLTA, diatas SLTA), Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah, kadar gula darah puasa, dan kadar kolesterol total

7. Sindrom metabolik dalam penelitian ini merupakan kombinasi dari kriteria WHO tahun 1998 dengan kriteria NCEP ATP III tahun 2001. Sindrom metabolik ditegakkan bila didapatkan ≥ 2 faktor risiko berikut;

Tabel III. Kriteria Sindrom Metabolik Hasil Kombinasi Antara Kriteria WHO Tahun 1998 dengan KriteriaNCEP ATP III Tahun 2001

No. Kriteria Nilai / Kadar

1. Lingkar Pinggang Wanita

Pria

≥ 80 cm ≥ 90 cm 2. Rasio lingkar pinggang-lingkar

pinggul Wanita Pria

> 0,85 > 0,90 3. Indeks Massa Tubuh (IMT) ≥ 23

4. Tekanan Darah ≥130/80 mmHg

5. Kadar Gula Darah Puasa > 100 mg/dL 6. Kadar Kolesterol Total > 200 mg/dL

8. Umur adalah lama kehidupan responden, dimulai dari kelahiran sampai dengan tahun sekarang. Rentang umur responden dibagi dalam tiga kelompok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(52)

yaitu kelompok I berumur ≥35-≤38 tahun, kelompok II berumur ≥39-≤42 tahun, dan kelompok III berumur ≥43-≤45 tahun.

9. Diabetes mellitus merupakan salah satu faktor risiko dari sindrom metabolik.

D. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dusun Krodan, Kecamatan Maguwoharjo, Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta tepatnya di daerah sekitar kampus III Paingan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dusun Krodan ini terdiri dari 5 tempat yaitu: Krodan, Timbulrejo, Paingan, Pomahan, dan Taman Cemara. Pembagian tersebut berdasarkan atas banyaknya RW dan RT yang ada di dusun Krodan yaitu: daerah Krodan merupakan RW 03 yang terdiri atas RT 01 dan RT 02, daerah Timbulrejo merupakan RW 04 yang terdiri dari RT 03 dan RT 04, daerah Paingan merupakan RW 05 yang terdiri dari RT 05 ,RT 06, dan RT 07, daerah Pomahan merupakan RW 06 yang terdiri atas RT 08 dan RT 09, dan daerah Taman Cemara yang terdiri atas RT 10, RT 11, RT 12, RT 13, dan RT 14.

E. Subyek Penelitian

Subyek penelitian yang digunakan adalah masyarakat yang tinggal atau bekerja di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang bersedia untuk diajak bekerjasama dalam penelitian ini yang berlangsung selama 3 bulan meliputi: bersedia untuk dilakukan pengambilan sampel darah, pemeriksaan fisik


(53)

(pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang, lingkar pinggul dan tekanan darah), pengisian kuisioner dan wawancara, serta pemberian edukasi. Subyek dalam penelitian ini juga harus memenuhi kriteria inklusi: berumur 40±5 tahun laki-laki dan perempuan, memiliki BMI (Body Massa Index) ≥ 23 (pra obesitas) dan belum pernah diterapi terkait penyakit sindrom metabolik, sedangkan untuk kriteria eksklusinya selama edukasi berlangsung subyek uji mendapat terapi farmakologi yang terkait penyakit sindrom metabolik. Penentuan subyek uji dalam penelitian ini dibagi berdasarkan banyaknya tempat di dusun Krodan sendiri yang terdiri dari: Paingan, Pomahan, Timbulrejo, Taman Cemara, dan Krodan, selanjutnya subyek uji dalam penelitian ini akan disebut sebagai responden.

Rancangan awal untuk responden adalah sebagai berikut: responden yang terdiri dari 80 orang akan dibagi dalam dua kelompok yaitu perlakuan (edukasi) dan kontrol (nonedukasi) masing-masing berjumlah 40 orang yang terdiri dari responden perempuan sebanyak 21 orang dan responden laki-laki sebanyak 19 orang. Selanjutnya masing-masing kelompok akan dibagi lagi menjadi 2 perlakuan yaitu: pertama pemeriksaan laboratorium (kadar gula darah puasa dan kadar kolesterol total) dan pemeriksaan fisik masing masing berjumlah 20 orang yang terdiri atas responden perempuan sebanyak 12 orang dan responden laki-laki sebanyak 8 orang, kedua hanya dilakukan pemeriksaan fisik yang masing-masing berjumlah 20 orang dan terdiri atas responden perempuan sebanyak 9 orang dan responden laki-laki sebanyak 11 orang. Proporsi jumlah antara responden perempuan dan laki-laki dalam penelitian ini dibagi secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(54)

seimbang atau mendekati seimbang sehingga tidak memberikan perbedaan yang signifikan. Ketika edukasi dimulai jumlah responden pada kelompok edukasi dengan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik berubah menjadi 21 orang sedangkan kelompok nonedukasi yang dilakukan pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik menjadi 19 orang dalam hal ini yang mengalami perubahan adalah responden perempuan. Perubahan tersebut terjadi dikarenakan salah satu responden pada kelompok nonedukasi sering melakukan aktivitas (olahraga) karena responden tersebut bertetanggaan dengan salah satu responden pada kelompok edukasi sehingga responden tersebut mendapatkan informasi dari tetangganya, selanjutnya peneliti memutuskan untuk memasukkannya ke dalam kelompok edukasi sehingga jumlah responden menjadi 41 orang untuk kelompok edukasi dan 19 orang untuk kelompok nonedukasi.

Jumlah responden yang berhasil mengikuti penelitian sampai pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik yang kedua (posttest) sebanyak 78 orang dimana perubahan yang terjadi pada responden kelompok edukasi dan kelompok nonedukasi yang mengikuti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik, sedangkan untuk responden kelompok edukasi dan nonedukasi dengan pemeriksaan fisik saja jumlahnya tetap yaitu masing-masing 20 responden. Perubahan tersebut menjadi 20 responden untuk kelompok edukasi (responden perempuan sebanyak 12 dan responden laki-laki 8 orang) dan 18 responden untuk kelompok nonedukasi yang terdiri atas 10 responden perempuan dan responden laki-laki sebanyak 8 orang. Hal ini terjadi dikarenakan 1 orang responden dari


(55)

masing-masing kelompok tersebut mengundurkan diri sebagai subyek uji dalam penelitian ini. Berikut ini merupakan bagan pembagian subyek uji penelitian.

80 Responden Pretest

41 Responden Edukasi (20 Lab dan 20 Non Lab)

39 Responden Nonedukasi (20 Lab dan 20 Non Lab)

Gambar 4. Bagan Pembagian Subyek Penelitian

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian yang berjudul: “Pengaruh Pemberian Edukasi Tentang Sindrom Metabolik Terhadap Perilaku Masyarakat di Dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta” merupakan penelitian yang dilakukan secara berkelompok yang beranggotakan 5 orang, dimana setiap peneliti mempunyai kajian yang berbeda-beda untuk diteliti. Adapun ruang lingkup dari penelitian ini meliputi: umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, faktor merokok, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang-lingkar pinggul, tekanan darah,

40 Responden Edukasi

38 Responden Nonedukasi

20 Responden Tes Lab

20 Responden Non Lab

1 Responden mengundurkan diri dari masing-masing perlakuan

18 Responden Tes Lab Posttest

20 Responden Non Lab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(56)

kadar gula darah puasa, dan kadar kolesterol total. Pada penelitian ini peneliti lebih berfokus pada kajian kadar gula darah puasa.

Penelitian Sindrom Metabolik

Kajian

Kadar Kolesterol

Total Lingkar

pinggang, lingkar pinggul, BMI

Kadar Gula Darah Puasa Jenis kelamin,

tingkat pendidikan, umur, faktor

merokok

Tekanan Darah

Gambar 5. Bagan Ruang Lingkup Penelitian

G. Teknik Sampling

Strategi pengambilan sampel (teknik sampling) penelitian ini adalah secara non-randomized sampling (pengambilan sampel secara non-acak) dengan jenis quota sampling yaitu peneliti terlebih dahulu menentukan jumlah responden yang akan mengikuti penelitian ini. Dalam pengambilan sampel secara kuota, kita mengidentifikasikan kumpulan karakteristik penting dari populasi dan kemudiaan memilih sampel yang diinginkan secara non-acak. Hal ini diasumsikan bahwa sampel-sampel tersebut sesuai dengan karakteristik populasi yang telah ditetapkan (Vockell, 1983).


(57)

Sampel penelitian ini telah memenuhi persyaratan untuk dilakukan penelitian korelasi yaitu menurut Gay (cit., Sevilla, dkk, 1993) untuk penelitian korelasi minimal diperlukan 30 subyek. Kelebihan responden dari masing-masing kelompok dimaksudkan sebagai responden cadangan jika selama penelitian berlangsung terdapat responden yang mengundurkan diri sebagai responden dalam penelitian ini.

Sampel dalam penelitian ini juga akan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk kadar gula darah puasa dan kadar kolesterol total dengan jumlah responden masing-masing 20 orang untuk kelompok edukasi dan kelompok nonedukasi, sehingga hal ini sesuai dengan teori yaitu pada penelitian trial klinik jumlah sampel sekitar 20 orang yang benar-benar dipilih secara random sudah dianggap adekuat (Pratiknya, 2007). Selain itu pertimbangan menggunakan 20 responden untuk dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa dikarenakan keterbatasan dana.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat ukur gula darah dari laboratorium yang telah ditentukan, timbangan berat badan, tensimeter, pengukur tinggi badan, meteran, tape recorder dan panduan wawancara, lembar kuisioner dan leaflet. Lembar kuisioner dan panduan wawancara dibuat dengan bahasa sesederhana mungkin agar mudah dipahami dan dimengerti oleh responden (masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(58)

Sebagai media edukasi digunakan leaflet yang berisi pengetahuan mengenai sindrom metabolik dan pola hidup sehat. Leaflet dibuat semenarik mungkin agar responden tertarik untuk membacanya.

I. Tata Cara Penelitian 1. Analisis Situasi

Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai kemungkinan bias tidaknya diadakan penelitian dan melihat keseharian subyek sebelum dilakukan penelitian. Sebelum penelitian ini dilakukan terlebih dahulu dilakukan persiapan khususnya mengenai perijinan pada BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Pemerintah Kabupaten Sleman dan Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta agar penelitian ini dapat berjalan. Permohonan ijin mulai dilakukan pada bulan September 2007 untuk perijinan pada BAPPEDA dan pada bulan November 2007 untuk perijinan kepada Komisi Etik dan pada bulan tersebut peneliti mulai melakukan observasi untuk mencari responden.

Observasi dilakukan di dusun Krodan dengan tujuan untuk mencari dan mengamati masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta yang dapat dijadikan responden dalam penelitian ini. Proses pencarian responden dilakukan dengan cara kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dan memenuhi persyaratan inklusi dapat menjadi responden dalam penelitian ini, selain itu pencarian responden juga dilakukan dengan cara keliling dusun Krodan namun selama proses pencarian tersebut peneliti mengalami


(59)

kesulitan untuk melakukan pendekatan dengan masyarakat sekitar karena kecenderungan masyarakat yang selalu berada di dalam rumah. Kesulitan tersebut dapat diatasi setelah peneliti dibantu oleh pihak-pihak yang terlibat dalam suatu organisasi yang ada di dusun Krodan (Ketua RT, Ketua PKK) agar lebih mudah diterima oleh masyarakat.

2. Pembuatan Kuisioner

Pembuatan kuisioner disesuaikan dengan tujuan penelitian, perumusan masalah, dan definisi operasional. Dalam pembuatan kuisioner pertanyaan disusun dan dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel penelitian yang ingin diketahui yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan responden. Selama pembuatan kuisioner peneliti melakukan konsultasi terhadap dosen pembimbing, rekan, dan terhadap salah satu dosen Psikologi, selain itu dalam penyusunan kuisioner peneliti juga melihat kuisioner pada penelitian sebelumnya yang hampir mirip.

Kuisioner yang digunakan terdiri dari 38 item pertanyaan obyektif dengan jawaban pertanyaan berupa 4 peringkat yaitu: sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Skala pengukuran tersebut termasuk dalam skala ordinal dengan tujuan untuk mengetahui lebih dalam pemahaman perilaku responden dalam hal pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap sindrom metabolik jika dibandingkan dengan skala pengukuran nominal dengan jawaban pertanyaan berupa 2 pilihan “ya” dan “tidak”.

Distribusi pertanyaan pengetahuan, sikap, dan tindakan dapat dilihat pada tabel. Pada tabel akan ditunjukkan bahwa untuk variabel pengetahuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(60)

terdapat 14 item, variabel sikap terdapat 13 item, dan untuk variabel tindakan terdapat 11 item.

Tabel IV. Distribusi Pertanyaan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan yang Terdapat Dalam Kuisioner

Perilaku Nomor item dalam kuisioner ∑

Total Pengetahuan 3,4,7,11,12,15,20,21,24,25,26,30,35,37 14

Sikap 1,2,5,6,8,10,13,16,19,27,28,32,38 13

Tindakan 9,14,17,18,22,23,29, 31,33,34,36 11

Skor dalam setiap item pertanyaan hanya terdapat satu jawaban yang benar, sehingga cara penilaiannya adalah dengan cara memberikan skor 4 untuk jawaban sangat setuju, skor 3 untuk jawaban setuju, skor 2 untuk jawaban tidak setuju, dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Skor tersebut berlaku jika responden menjawab untuk item pertanyaan jenis favourable. Hal ini berlaku sebaliknya untuk item pertanyaan jenis non favourable. Item-item pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner terdiri dari 27 item untuk pertanyaan jenis favourable dan 11 item untuk pertanyaan jenis nonfavourable. Distribusi pertanyaan jenis favourable dan nonfavourable dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel V. Distribusi Jenis Pertanyaan Favourable dan Nonfavourable yang Terdapat Dalam Kuisioner

Nomor item dalam kuisioner Perilaku

favourable nonfavourable

Pengetahuan 3,4,7,11,12,15,21,24,25,26,30,37 20,35

∑ Total 12 2

Sikap 1,2,6,8,13,28,32 5,10,16,19,27,38

∑ Total 7 6

Tindakan 9,14,17,18,22,33,34,36 23,29,31


(61)

a. Uji Coba Kuisioner

Sebelum dilakukan penyebaran kuisioner terlebih dahulu dilakukan uji coba supaya pertanyaan yang diajukan pada kuisioner dapat dipahami oleh responden. Agar diperoleh nilai distribusi yang mendekati normal pada hasil pengukuran, maka sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Responden untuk uji coba adalah yang memiliki karakteristik hampir sama dengan responden pada penelitian (Notoatmodjo, 2003). Uji coba ini dilakukan pada masyarakat yang tinggal atau yang kerjanya tidak di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman Yogyakarta.

b. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-benar dapat mengukur apa yang akan diukur (Notoatmodjo, 2003). Validitas pengukuran berkaitan dengan tiga unsur yaitu: alat ukur, metode ukur, dan pengukur (peneliti). Dengan sendirinya ketiga unsur inilah yang akan menentukan apakah hasil suatu pengukuran valid atau tidak. Dari pengertian tersebut diketahui bahwa walaupun seorang peneliti telah memilih alat dan metode yang baku atau valid, tetapi kalau pelaksanaan pengukurannya kurang tepat dan teliti maka hasilnya pun akan tidak valid (Pratiknya, 2007).

Penelitian ini dilakukan uji validitas dengan menggunakan tipe validitas isi. Validitas ini dilakukan melalui professional judgement yaitu melalui diskusi dengan dosen pembimbing dan dosen dari Fakultas Psikologi. Uji validitas dilihat dari item pertanyaan dari kuisioner yang disesuaikan dengan tujuan penelitian yang diinginkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(62)

c. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan, sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran berulang-ulang (Notoatmodjo, 2003).

Penelitian ini dilakukan uji reliabilitas dengan cara mengujikan kuisioner pada responden yang sama saat uji coba kuisioner, apakah bahasa yang digunakan dalam kuisioner mudah dipahami atau dimengerti oleh responden. Pengujian reliabilitas akan dilakukan secara statistik sehingga dari hasil yang diperoleh, peneliti dapat mengetahui item-item pertanyaan yang tidak cocok digunakan karena terlalu mudah atau sulit dipahami. Hasil ini kemudian didiskusikan kembali dengan dosen pembimbing untuk dilakukan beberapa perbaikan.

3. Pembuatan Leaflet

Leaflet merupakan bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun gambar, atau kombinasi (Notoatmodjo, 2003). Pada penelitian ini leaflet berfungsi sebagai media pemberian edukasi tentang sindrom metabolik pada masyarakat. Leaflet ini berisi hal-hal yang terkait dengan sindrom metabolik antara lain: definisi sindrom metabolik, ciri sindrom metabolik, risiko dan dampak yang ditimbulkan, dan cara mencegah sindrom metabolik. Leaflet dibuat semenarik mungkin dengan bahasa yang jelas, mudah dipahami oleh responden, singkat dan lengkap, disertai gambar yang terkait dengan sindrom metabolik.


(63)

4. Penyebaran Kuisioner

Kuisioner ditujukan kepada responden masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman, Yogyakarta dengan cara melakukan pendekatan-pendekatan terlebih dahulu. Kuisioner diberikan kepada 78 responden sebelum edukasi tepatnya saat dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan kadar gula darah puasa dan kadar kolesterol total pada awal bulan Januari 2008 dan dilakukan sesudah pemberian edukasi pada waktu dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan kadar gula darah puasa dan kadar kolesterol total pada awal bulan April 2008. 5. Pemberian Edukasi

Pemberian edukasi dilakukan untuk memberikan pengetahuan sindrom metabolik yang berupa pemberian informasi (artikel) pada saat berkunjung ke responden yang dilakukan secara door to door (2 minggu sekali) selama 3 bulan dengan informasi yang berbeda-beda. Pada pertemuan pertama edukasi peneliti menyampaikan/menginformasikan hal-hal yang terkait dengan sindrom metabolik yang terdapat di leaflet, selanjutnya pertemuan kedua edukasi peneliti memberikan informasi mengenai risiko sindrom metabolik yaitu tentang diabetes mellitus. Pertemuan ketiga edukasi peneliti menyampaikan informasi mengenai hiperlipidemia, selanjutnya pertemuan keempat peneliti menyampaikan informasi mengenai tekanan darah tinggi. Pemberian edukasi dilakukan secara berulang dengan tujuan untuk mengingatkan responden agar lebih memperhatikan kesehatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(64)

6. Wawancara Terstruktur

Wawancara penelitian adalah suatu metode penelitian yang meliputi pengumpulan data melalui interaksi verbal secara langsung antara pewawancara dengan responden. Wawancara yang dilakukan termasuk wawancara terstruktur yaitu dilakukan dengan bantuan kerangka atau garis-garis besar yang dibutuhkan dan berkaitan dengan permasalahan. Wawancara dalam penelitian ini berfungsi untuk mempertegas dari jawaban kuisioner yang telah diisi responden pada waktu pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kadar gula darah puasa, selain itu wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih tepat (yang melatarbelakangi jawaban kuisioner).

Wawancara dilakukan secara personal dengan responden sebanyak satu kali dan jauh dari kesan formal, tetapi tetap dalam kerangka yang sudah ditetapkan. Wawancara ini dilakukan atau diberikan kepada 10 responden yang masuk dalam kelompok perlakuan dengan jumlah pertanyaan 16 item yang dibuat dengan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti oleh responden. Selama wawancara berlangsung peneliti menggunakan tape recoder yang merupakan metode yang lebih praktis dalam pengumpulan data wawancara khususnya jawaban responden yang perlu direkam. Keuntungan menggunakan tape recorder adalah dapat memutar kembali data dalam rangka mempelajari jawaban yang lebih sempurna, sedangkan kerugian menggunakan tape recorder adalah responden mungkin segan mengemukakan perasaannya secara bebas bila ia tahu bahwa jawabannya direkam.


(65)

7. Pengambilan Sampel Darah

Pada penelitian ini peneliti bekerjasama dengan pihak Laboratorium Prodia Yogyakarta untuk melakukan pengambilan sampel darah pada 40 responden yang akan diperiksa. Pengambilan sampel darah responden dilaksanakan sebanyak 2 tahap, yaitu: tahap pretest dan tahap posttest edukasi. Tahap prestest pengambilan sampel darah dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu: pertama dilaksanakan pada tanggal 4 Januari 2008 dan yang kedua dilaksanakan pada tanggla 7 Januari 2008. Sedangkan pada tahap posttest pengambilan sampel darah dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu: pertama dilaksanakan tanggal 4 April 2008 dan yang kedua dilaksanakan tanggal 8 April 2008.

8. Pengukuran Kadar Gula Darah Puasa

Pengukuran kadar gula darah puasa dilakukan setelah pengambilan sampel darah berakhir. Pengukuran kadar gula darah puasa dilaksanakan 2 kali yaitu sebelum (pretest) dan setelah (posttest) edukasi pada 40 responden, untuk pengukuran kadar gula darah puasa peneliti mengadakan kerjasama kembali dengan pihak Laboratorium Prodia Yogyakarta dengan pertimbangan karena validasi alat ukurnya sudah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan (terstandarisasi) selain itu Laboratorium Prodia mempunyai standar ISO.

9. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara menjumlahkan angka dari setiap item pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh responden kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik yang tepat. Sebelumnya item pertanyaan dalam kuisioner dikelompokkan berdasarkan variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(66)

variabel pengetahuan, sikap dan tindakan. Hasil yang diperoleh disajikan dalam bentuk persentase, gambar, tabel, dan analisis dengan statistika.

10.Analisis Data Penelitian

Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan cara membandingkan hasil data sebelum pemberian perlakukan (pretest) dengan hasil data sesudah pemberian perlakuan (posttest) pada dua kelompok yang berbeda yaitu kelompok edukasi dan kelompok nonedukasi. Analisis statistik menggunakan Uji Mann Whitney dengan taraf kepercayaan 90%.

Langkah pertama sebelum dilakukan analisis statistik yaitu perlu dilakukan uji normalitas pada data yang ada sehingga dapat dilihat distribusi sebaran data. Distribusi data dikatakan normal bila nilai probabilitas (Asymp. Asg) lebih besar dari 0,1 selanjutnya dapat dilakukan analisis statistik yang sesuai, karena dalam penelitian ini sebaran data tidak normal maka digunakan uji hipotesis Mann Whitney. Uji hipotesis menggunakan Mann Whitney dengan cara melihat nilai Asymp.Sig (2-tailed). Jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) > α maka Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan nilai antara kedua kelompok (Trihendradi, 2006). Hasil uji statistik untuk hipotesis kuisioner dan hipotesis perubahan kadar gula darah puasa diperoleh nilai Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,192 dan 0,500.

Analisis dengan metode statistik deskriptif digunakan untuk melihat bagaimana profil responden secara keseluruhan dan jika ditinjau berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan dan umur, serta melihat nilai rata-rata kuisioner yang terkait dengan perilaku responden dan nilai rata-rata kadar gula darah puasa


(1)

X : Menurut Anda pengaturan pola makan penting dilakukan untuk menjaga kesehatan. Pengaturan pola makan yang seperti apa yang telah Anda lakukan (Nasi, Sayur, Lauk, Buah, Susu)?

Y : Ya, pasti saya usahakan ada sayur dan lauk, paling lauk yang saya makan seringnya tahu tempe kalau untuk buah jarang dan untuk susu, saya tidak minum susu.

X : Makanan berserat baik untuk kesehatan, menurut Anda makanan berserat itu seperti apa ? apakah makanan yang setiap hari ibu konsumsi mengandung serat ?

Y : Kalau makanan berserat mungkin seperti buah dan sayur setahu saya cuma itu. X : Karena pengaturan pola makan terkait dengan berat badan, seberapa rutin Anda

menimbang berat badan Anda ?

Y : Kalau untuk mengukur berat badan yang rutin saya paling ikut nimbang ditempat tetangga.

X : Kondisi berat badan Anda sekarang ini dipengaruhi oleh faktor keturunan atau faktor umur ?, jika karena faktor umur, pada umur berapa terjadi ?

Y : Mungkin saya termasuk gemuk karena keturunan karena hampir semua keluarga saya relatif gemuk, jadi saya mulai gemuk sejak kecil.

X : Apakah Anda tahu kegemukan yang Anda alami termasuk gemuk perut atau merata ?, menurut Anda lebih berbahaya gemuk yang mana ?

Y : mungkin termasuk gemuk rata. Tetapi menurut saya yang lebih berbahaya orang dengan kegemukan perut.

X : Apakah ada usaha yang telah Anda lakukan, untuk menurunkan berat badan ? misalnya apa ?

Y : Ada, saya kurangi makan dan banyak jalan kaki. Karena saya ingin menurunkan berat badan untuk menjaga kesehatan.

X : Rokok dapat mengganggu kesehatan, apakah Anda merokok, sejak kapan dan apakah sampai sekarang masih merokok ?

Y : Saya tidak merokok.

X : Menurut Anda pemeriksaan kesehatan penting tidak untuk dilakukan? Selama ini Anda sudah pernah melakukan berapa kali dan apa saja?

Y : Kalau periksa kesehatan sangat penting ya mbak. Tetapi saya belum pernah periksa darah sebelumnya.

X : Anda mendapat informasi darimana kalau pemeriksaan kesehatan itu penting? (dokter, perawatan, apoteker atau kesadaran diri sendiri)

Y : Biasanya dari selebaran, dari dokter di puskesmas dan dari tetangga.

X : Menurut Anda, Anda termasuk orang yang rutin memeriksakan kesehatan atau tidak? Biasanya yang Anda periksakan ketika Anda dalam kondisi sehat atau waktu ada keluhan?

Y : Kalau untuk periksa kesehatan tanpa uji darah ya, bisa dibilang rutin, biasanya kalau ada keluhan saya langsung periksa ke puskesmas.

X : Ketika Anda mengetahui hasil pemeriksaan dan hasilnya tidak sesuai yang diharapkan (misal kadar gula darah, kolesterol, tekanan darah meningkat) adakah usaha Anda untuk menurunkan /mengontrolnya menjadi normal?

Y : Pertama tahu hasilnya saya merasa was-was, tetapi saya melakukan usaha untuk mengurangi kelebihan kolesterol, usaha yang saya lakukan dengan mengurangi porsi makan dan kabiasaan ngemil.


(2)

X : Bagaimana perasaan Anda ketika mengetahui hasil laboratorium tersebut? (menjadi beban/ketakutan atau menjadi motivasi untuk memperbaiki menjadi normal)


(3)

Lampiran 37. Kategori Jawaban Hasil Wawancara Responden

Item

Perta- nyaan

Kategori jawaban Jumlah responden

yang menjawab:

Empat sehat lima sempurna 5

1.

Pengaturan pola makan, aktivitas fisik, dan istirahat cukup 5

Pengaturan pola makan dan olah raga 5

Pengaturan pola makan 2

Pengaturan pola makan, olah raga, dan mengurangi beban pikiran. 1

Berhenti merokok 1

2.

Olah raga 1

Belum rutin 4

Dua kali seminggu 3

Tiga kali seminggu 2

3.

Empat kali seminggu 1

Nasi, sayur, lauk, buah, susu jarang 1

Nasi, sayur, lauk 1

Nasi, sayur, susu tidak, buah kadang-kadang 3 Belum 4 sehat, lebih suka makanan yang praktis dan kurang serat 2 Nasi, sayur, susu dan buah kadang-kadang 1 4.

Nasi, sayur, lauk, buah dan susu 2

Sayur dan buah, yang dapat memperlancar BAB 6 5.

Buah dan sayur 4

Belum rutin 2

Kadang-kadang (jarang) 5

6.

Rutin 1 minggu sekali atau 1 bulan sekali 3

Faktor umur (setelah umur 30 thn) 5

Faktor umur, makanan, dan pekrjaan 1

7.

Faktor keturunan 4

Lebih berbahaya gemuk perut 6

Gemuk perut dan gemuk secara keseluruhan sama-sama berbahaya 2 8.

Gemuk secara keseluruhan lebih berbahaya 2

Olah raga dan pengaturan pola makan 5

Pengaturan pola makan 4

9.

Tidak ada usaha 1

Tidak merokok 7

Merokok tetapi tidak aktif 1

Merokok aktif 1

10.

Ex perokok 1

Bukan pecandu (perokok pasif) 1

Ada keinginana untuk berhenti total 1

11.

Ada usaha misalnya mengganti dengan air putih, olahraga, atau permen Biasanya habis 1 bungkus dalam sehari

2

Penting, pernah melakukan pemeriksaan 1 kali 5 12.

Penting, tetapi belum pernah melakukan pemeriksaan 5

Informasi dari teman dan dokter 2

Informasi dari majalah dan surat kabar 4

Informasi dari kantor 1

Informasi dari media cetak, dokter, dan televisi 2 13.

internet 1

Tidak rutin (periksa jika ada keluhan) 7

Belum rutin (periksa jika ada keluhan) 1

14.

Kurang rutin (periksa jika ada keluhan) 2

Ada usaha untuk mengubah hasil 1

Ada usaha dengan cara mengatur pola makan dan olah raga 3 15.

Ada usaha dengan cara mengatur pola makan 6

Menjadi motivasi diri 4

Ada perasaan takut tetapi ada usaha untuk menjaga kesehatan 4 Tidak ada rasa takut tetapi tetap ada usaha dengan mengatur pola makan 1 16.


(4)

Surat Pernyataan Kesediaan Sebagai Responden Penelitian

Bahwa saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis kelamin : Pekerjaan : Alamat : No telp/HP :

menyatakan kesanggupan sebagai Responden dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Edukasi tentang Sindrom Metabolik” yang akan dilaksanakan selama 3 bulan di daerah Maguwoharjo-Sleman, Yogayakarta. Dalam penelitian ini saya selaku responden bersedia diberikan edukasi setiap minggu, dilakukan pengukuran lingkar pinggang, berat badan, tekanan darah, dan bersedia diambil sampel darah untuk pengukuran kadar gula darah dan kolesterol selama waktu penelitian, yang dibutuhkan sebagai data penelitian. Dalam hal ini, pengukuran kadar gula darah dan kolesterol dilakukan oleh petugas laboratorium PRODIA.

Demikian surat pernyataan kesanggupan saya sebagai Responden dalam penelitian ini.

Yogyakarta,……….. Mengetahui,

Peneliti Responden,


(5)

Materi Edukasi dan Pemberi Materi

Nama Peneliti Pertemuan Materi Responden

1 Penjelasan leaflet

2 Diabetes melitus

3 Hiperlipidemia Made dan Rina

4 Hipertensi

A1,A2,A3,A4,A5,A6,A7,A 8,

A9,A10,A11,A12,B1,B2,B 3,

B4,B5,B6,B7,B8,B19 1 Penjelasan leaflet

2 Diabetes melitus

3 Hiperlipidemia Maduma

4 Hipertensi

A14,A15,B9,B10,B12,B13, B14,B16

1 Penjelasan leaflet

2 Diabetes melitus

3 Hiperlipidemia Dipta dan Heti

4 Hipertensi

A13,A16,A17,A18A,A19, A20,A21,B11,B15,B17,B18


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat Dusun Krodan, Maguwoharjo, Sleman Yogyakarta : kajian body mass index, lingkar pinggang, dan rasio lingkar pinggang-pinggul.

0 1 184

Pengaruh pemberian edukasi [Tahap II] tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di Dusun Krodan, maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta - USD Repository

0 0 195

Pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di dusun Krodan, Sleman Yogyakarta : kajian faktor usia, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan - USD Repository

0 0 128

Pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat di dusun Krodan, Maguwoharjo-Sleman Yogyakarta : kajian kadar kolesterol total - USD Repository

0 0 151

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG SINDROM METABOLIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DUSUN KRODAN, MAGUWOHARJO, SLEMAN, YOGYAKARTA (Kajian Body Mass Index, Lingkar Pinggang, dan Rasio Lingkar Pinggang -pinggul) SKRIPSI

0 0 182

Pengaruh pemberian edukasi tentang sindrom metabolik terhadap perilaku masyarakat Dusun Krodan, Maguwoharjo, Sleman Yogyakarta : kajian tekanan darah - USD Repository

0 0 170

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TENTANG SINDROM METABOLIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DI DUSUN KRODAN, MAGUWOHARJO- SLEMAN, YOGYAKARTA

0 0 161

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TAHAP II TENTANG SINDROM METABOLIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT KRODAN, MAGUWOHARJO, (Kajian Rasio Lingkar Pinggang

0 0 139

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TAHAP II TENTANG SINDROM METABOLIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DUSUN KRODAN, MAGUWOHARJO, SLEMAN, YOGYAKARTA (Kajian Tekanan Darah) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

0 0 151

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI TAHAP II TENTANG SINDROM METABOLIK TERHADAP PERILAKU MASYARAKAT DI DUSUN KRODAN, MAGUWOHARJO-SLEMAN, YOGYAKARTA TAHUN 2008 (KAJIAN KADAR KOLESTEROL TOTAL) SKRIPSI

0 0 190