PENGEMBANGAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE TUTOR TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PIYUNGAN.
i
PENGEMBANGAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE TUTOR TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2
PIYUNGAN BANTUL SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Muhammad Zahrul Mahdi NIM 11104241028
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
v MOTTO
Teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh hati anda. (Mahatma Gandhi)
Seorang teman dapat membuatmu menjadi lebih baik, seorang teman juga dapat membuatmu menjadi lebih buruk.
(6)
vi PERSEMBAHAN
Persembahan karyaku sebagai tanda kasihku kepada:
1. Bapak (Alm. Zahiri A Munawar) dan Ibuku (Sumarsih) tercinta atas segala dan kasih sayang dan doa yang selalu ada dalam setiap nafasku. 2. Kakak-kakakku (Zulfianingsih dan Zulfah) tersayang, terimakasih atas
motivasinya.
3. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta. 4. Agama, Nusa, dan Bangsa.
(7)
vii
PENGEMBANGAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE TUTOR TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2
PIYUNGAN Oleh
Muhammad Zahrul Mahdi NIM 11104241028
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 2 Piyungan melalui bimbingan kelompok dengan metode tutor sebaya serta mendeskripsikan prosesnya.
Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan (action research) dengan pendekatan kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah 27 siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Piyungan yang mempunyai nilai matematika dibawah standar KKM. Data penelitian ini diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar matematika dan pedoman observasi. Uji validitas instrumen menggunakan validitas isi, sedangkan uji realibilitas instrumen menggunakan rumus Alpha Cronbach dan diperoleh koefisien reliabilitas tes hasil belajar sebesar 0, 926. Untuk analisis data digunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan kriteria keberhasilan minimal nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Hasil penelitian ini yaitu: 1) Hasil belajar matematika siswa dapat ditingkatkan dengan pemberian bimbingan kelompok melalui metode tutor teman sebaya. Hal ini dibuktikan dengan adanya penurunan presentase siswa yang memiliki nilai rendah setelah pemberian tindakan pada siklus pertama dari 22% menjadi 4% dan dilanjutkan pada siklus kedua dengan penurunan presentase dari 4% menjadi 0% atau tidak ada lagi siswa yang memiliki nilai rendah. 2) Proses meningkatkan hasil belajar matematika dengan bimbingan kelompok melalui metode tutor teman sebaya yaitu diawali dengan peneliti bersama guru bimbingan konseling berkolaborasi dengan guru mata pelajaran menentukan bahan ajar dan rancangan tindakan, kemudian di lanjutkan dengan pemberian pre-test dan melakukan pemilihan dan pelatihan tutor. Setelah itu diberikan tindakan kemudian dilakukan post-test untuk mengetahui hasilnya. Pada siklus kedua dilakukan perbaikan berdasarkan refleksi kemudian dilakukan pengukuran hingga semua nilai siswa memenuhi target tindakan yaitu nilai melebihi KKM.
Kata kunci : bimbingan kelompok, tutor teman sebaya, hasil belajar matematika
(8)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini perkenankanlah peneliti mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah menerima dan menyetujui judul penelitian ini.
4. Ibu Yulia Ayriza, M. Si. Ph. D. dosen pembimbing yang penuh dengan kesabaran dalam memberikan bimbingan, motivasi, dan dorongan yang tiada henti-hentinya.
5. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama masa studi peneliti. 6. Bapak Suprapto, S. Pd. wakil kepala sekolah SMP Negeri 2 Piyungan
(9)
ix
peneliti dapat melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Piyungan Bantul Yogyakarta.
7. Ibu Nur Hayati, S. Pd. dan Ibu Eni S. Pd guru bimbingan dan konseling dan bapak Gotama, S. Pd. dan ibu Rubiyem S. Pd. guru matematika SMP Negeri 2 Piyungan Bantul Yogyakarta yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian.
8. Siswa-siswi SMP Negeri 2 Piyungan Bantul Yogyakarta atas kesediaannya membantu dalam pelaksanaan penelitian.
9. Sahabatku tersayang Hadiya, Lucky, Rully , Febrian, Deni, Kristianti, dan semua teman-teman BK A 2011 yang tiada henti memberikan semangat, dorongan, dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
10. Kekasih tercinta Esar Bayuhagni Argasonya yang selalu mendoakan serta memberikan perhatian, pengertian, kesabaran, dan dukungan semangat, terutama disaat penyusunan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang sudah memberikan bantuan dan dukungan demi terselesaikannya skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 10 Maret 2016 Peneliti
(10)
x DAFTAR ISI
hal
HALAMAN JUDUL………. i
HALAMAN PERSETUJUAN………... ii
HALAMAN PERNYATAAN………... iii
HALAMAN PENGESAHAN………...………… iv
HALAMAN MOTTO……… v
HALAMAN PERSEMBAHAN……… vi
ABSTRAK………. vii
KATA PENGANTAR………... viii
DAFTAR ISI………. x
DAFTAR TABEL………. xiii
DAFTAR GAMBAR………. xiv
DAFTAR LAMPIRAN………. xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………. 1
B. Identifikasi Masalah………. 9
C. Batasan Masalah……….. 10
D. Rumusan Masalah……… 10
E. Tujuan Penelitian………. 10
F. Manfaat Penelitian……….……….. 11
G. Definisi Operasional……… 12
BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Teori Mengenai Bimbingan Kelompok………..……….. 13
1. Pengertian Bimbingan Kelompok...………...………... 13
2. Tujuan Bimbingan Kelompok……….……….. 14
3. Kegunaan Bimbingan Kelompok……….. 16
(11)
xi
5. Model Bimbingan Kelompok……… 22
B. Tinjauan Teori Mengenai Tutor Teman Sebaya….………. 25
1. Pengertian Tutor Teman Sebaya………..……….. 25
2. Macam-macam Tutor Teman Sebaya………...………. 27
3. Teknik-Teknik dalam Tutor Teman Sebaya………...…... 28
4. Syarat Pemilihan Tutor dan Tugas Tutor………... 32
5. Kelebihan dan Kelemahan Tutor Teman Sebaya……….. 34
C. Tinjauan Teori Mengenai Pembelajaran Matematika……….. 36
1. Pengertian Pembelajaran Matematika………... 36
2. Hasil Belajar Matematika……….. 39
3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar………. 40
D. Kerangka Pikir………. 47
E. Hipotesis Tindakan……….. 49
F. Pertanyaan Penelitian………... 50
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian.………..………... 51
B. Subjek Penelitian………. 51
C. Variabel Penelitian…………..………. 52
D. Tempat, Waktu, dan Setting Penelitian……… 53
E. Desain Penelitian………... 53
F. Teknik Pengumpulan Data………... 55
G. Rencana Tindakan……… 58
H. Instrumen Penelitian……… 60
I. Validitas dan Reliabilitas Instrumen……… 64
J. Teknik Analisis Data………... 66
K. Kriteria Keberhasilan………... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian………... 69
1. Lokasi Penelitian………... 69
2. Waktu Penelitian……….………... 69
(12)
xii
C. Deskripsi Awal Subyek dan Hasil Pre-Test……….... 71
D. Persiapan Sebelum Tindakan………... 73
E. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Tindakan……… 75
1. Siklus I……….. 75
2. Refleksi dan Evaluasi…...……… 83
3. Siklus II…………...……….. 84
4. Refleksi dan Evaluasi………... 90
5. Perbandingan Pre-Test dan Post-Test………... 91
F. Pembahasan Hasil Penelitian………... 93
G. Keterbatasan Penelitian……… 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….. 101
B. Saran………... 102
Daftar Pustaka……… 104
(13)
xiii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Matematika………... 63
Tabel 2. Kriteria Skor Tes Hasil Belajar……...………. 67
Tabel 3. Nama Subjek Penelitian………..……….. 71
Tabel 4. Hasil Pre-Test Nilai Matematika……….……… 72
Tabel 5. Pengkategorian Post-Test………...……….. 72
Tabel 6. Deskripsi Data Nilai Matematika Siswa Post-Test I……...……. 81
Tabel 7. Pengkategorian Hasil Post-Test I………. 82
Tabel 8. Deskripsi Data Nilai Matematika Siswa………...……… 89
Tabel 9. Pengkategorian Hasil Post-Test II…...………. 89
(14)
xiv
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 1. Skema Kerangka Pikir……... 49
Gambar 2.
Pengaruh Bimbingan Kelompok Tutor Teman Sebaya untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika……… 53
Gambar 3. Proses Dasar Penelitian Tindakan di Modifikasi dari Burns... 54 Gambar 4. Grafik Pengkategorian Hasil Pre-Test………. 73 Gambar 5. Diagram Kategorisasi Nilai Matematika Post-Test I………... 83 Gambar 6. Diagram Kategorisasi Nilai Matematika Post-Test II………. 90
(15)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Instrumen Soal Tes Hasil Belajar……… 106
Lampiran 2. Data Nilai Matematika……….……… 113
Lampiran 3. Data Hasil Nilai Matematika………... 115
Lampiran 4. Data Reliabilitas………... 117
Lampiran 5. Surat Validasi Ahli………...……… 120
(16)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan, seperti sifat sasaranya adalah manusia, mengandung banyak aspek dan sifatnya sangat kompleks. Dari pendidikan akan dilahirkan manusia-manusia yang berkualitas. Manusia-manusia yang berkualitas ini sangat dibutuhkan dalam pembangunan, oleh karena itu tidaklah mengherankan bila pendidikan memperoleh perhatian, penanganan, dan prioritas dari pemerintah, pengelola pendidikan, masyarakat, dan keluarga, karena pada dasarnya pendidikan dapat berlangsung di tiga tempat yaitu keluarga, masyarakat, dan sekolah (Rizka Azizah, 2010 :1).
Pendidikan itu sendiri berarti mengarahkan perkembangan manusia ke arah masa depan yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan kualitas dan makna hidup. Pendidikan merangsang kreativitas seseorang agar sanggup untuk maju menghadapi tantangan-tantangan alam, masyarakat yang kompleks, teknologi yang selalu berkembang serta kehidupan yang makin pelik dan kompleks ini. Pada dasarnya pendidikan mempunyai tugas penting sebagai sarana untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang bermutu baik dan berkualitas unggul untuk menghadapi era
(17)
2
pembangunan. Hal ini sesuai dengan UU No.20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional (Ratu Irma Putri, 2010 :7).
Ada banyak cara untuk mencapai tujuan pendidikan, salah satunya yaitu dengan meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan bertujuan agar siswa memperoleh hasil belajar yang baik. Faktor didalamnya yang sangat menentukan kegiatan pembelajaran yaitu faktor diri dan cara pengajaranya. Guru sangat berperan dalam membentuk perkembangan siswa untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan seorang guru.
Seorang guru dalam proses belajar mengajar hendaknya dapat memahami siswa-siswanya dengan baik, supaya situasi kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. Kewajiban guru sebagai pelaku pendidikan adalah mencari cara yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa, setiap guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut seringkali kandas dan tidak terwujud, karena banyak siswa tidak seperti yang diharapkan akibat adanya kesulitan dalam belajar. Untuk mengatasi masalah belajar siswa, maka bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan dasar yang berupa bimbingan
(18)
3
klasikal, bimbingan keompok maupun layanan informasi yang berkaitan dengan belajar siswa.
Menurut bentuknya bimbingan dibedakan menjadi dua yaitu, bimbingan individu dan bimbingan kelompok. Bilamana siswa yang dilayani lebih dari satu orang, entah kelompok itu kecil, agak besar, atau sangat besar maka digunakan istilah bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok dapat terlaksana dengan berbagai cara, misalnya dibentuk kelompok kecil dalam rangka layanan konseling kelompok, dibentuk kelompok diskusi, diberikan bimbingan belajar kepada siswa yang tergabung dalam satu kesatuan kelas di sekolah (Amti, 1992 : 107).
Dalam penerapannya, bimbingan kelompok sangat membantu dalam proses pembelajaran disekolah. Tujuan bimbingan kelompok adalah untuk membantu para siswa yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok, selain itu untuk mengembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok melalui berbagai suasana yang muncul dalam kegiatan itu, baik suasana yang menyenangkan maupun yang menyedihkan (Amti, 1992: 108). Siswa yang mempunyai masalah kesulitan dalam belajar dapat dibantu dengan pemberian layanan bimbingan belajar yang berbentuk kelompok. Beberapa mata pelajaran klasik yang masih dianggap sulit bagi siswa SMP saat ini adalah Matematika.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam
(19)
4
pelajaran sekolah lebih banyak dibanding pelajaran lain. Pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan. Banyak siswa yang mengalami kesulitan bila mengahadapi soal-soal matematika. Hal ini dapat mengakibatkan hasil belajar matematika lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil belajar pada mata pelajaran lain. Keadaan ini sangat ironis dengan kedudukan dan peran matematika untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan, mengingat matematika merupakan induk ilmu pengetahuan. Matematika saat ini belum menjadi pelajaran yang difavoritkan (Rizka Azizah, 2010: 14). Alih-alih difavoritkan, mata pelajaran ini kerap dianggap momok bagi sebagian besar siswa.
Pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan Matematika masih terbilang buruk. Menurut Zulkardi (dalam Ilma R. 2010: 20) masalah utama dalam pendidikan di Indonesia adalah rendahnya hasil belajar murid di sekolah. Dalam konteks pendidikan matematika hasil belajar tidak hanya pada aspek kemampuan kognitif, tetapi juga aspek sikap (attitude) terhadap matematika. Dalam ilmu matematika kemampuan berpikir, seperti kemampuan menghafal, memahami, menganalisis, dan kemampuan mengevaluasi sangat diperlukan. Selain itu aspek sikap seperti disiplin dan tanggung jawab juga sangatlah diperlukan.
Rendahnya minat belajar matematika disebabkan karena matematika terasa sulit dan banyak guru matematika mengajarkan materi-materi dengan menggunakan metode yang tidak menarik, dimana guru
(20)
5
menerangkan materi (Teacher telling) sementara murid mencatat pelajaran. Metode yang tidak menarik tersebut menyebabkan murid menjadi malas dalam belajar dan tidak memiliki keinginan untuk memperdalam pelajaran tersebut (Rizka Azizah, 2010: 14).
Selain itu kurang adanya koordinasi yang baik antara guru mata pelajaran matematika dan guru bimbingan konseling dalam menangani permasalahan siswa menyebabkan masalah belajar yang dialami siswa tidak kunjung terselesaikan. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran masih banyak para pengajar pelajaran matematika yang menggunakan satu jenis model pengajaran yang dianggap konvensional, selain itu guru bimbingan konseling terlihat di sekolah kurang maksimal dalam pemberian layanan bimbingan belajar terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar. Sebagai akibatnya terlihat pola pengajaran guru matematika dan pemberian layanan bimbingan oleh guru bimbingan konseling tidak mengalami perubahan apalagi perkembangan. Akibat dalam pengajaran matematika yang tidak menggunakan metode, strategi, teknik, dan model pembelajaran yang tepat, akan berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan wawancara dan observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 2 Piyungan Bantul diperoleh hasil, bahwa siswa kelas VIII masih merasa kesulitan dalam memahami pelajaran matematika. Selain itu siswa juga kurang bersemangat dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini terlihat dengan siswa yang kadang bercerita sendiri, mengantuk, dan
(21)
6
bermain. Cara yang ditempuh oleh guru mata pelajaran untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan memberikan tugas kepada siswa. Hal seperti ini yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa berkaitan dengan mata pelajaran matematika. Selain itu terlihat kurang maksimalnya pemberian layanan bimbingan belajar yang diberikan guru bimbingan konseling di sekolah terhadap siswa yang mengalami masalah belajar karena kurangnya koordinasi dan kerjasama antara guru mata pelajaran dengan guru bimbingan konseling terkait masalah belajar yang dialami oleh siswa.
Dalam upaya membantu guru mata pelajaran dalam menangani permasalahan belajar siswa tersebut, diharapkan guru bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan bimbingan kelompok dengan menggunakan model dan metode pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif yaitu suatu model pembelajaran yang menggunakan kelompok-kelompok, dengan kekhasan dari model tersebut adalah setiap siswa dalam kelompok-kelompok yang mempunyai tingkat kemampuan, budaya, etnis, sosial yang berbeda-beda, yang dalam hal ini terutama tingkat kemampuan yang mengutamakan kerja sama untuk menyelesaikan permasalahan serta menerapkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan dari pembelajaran kooperatif yang diharapkan ialah untuk mengembangkan keterampilan siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya,
(22)
7
menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.
Menanggapi permasalahan tersebut dan terkait dengan kewajiban konselor sekolah, maka sudah tentunya dibutuhkan model konseling yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar matematika. Berdasarkan paradigma hasil belajar matematika yang dihadapi oleh siswa, maka peneliti, guru bimbingan konseling dan guru mata pelajaran matematika berkolaborasi untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui bimbingan kelompok dengan metode tutor teman sebaya. Adapun model kolaborasinya berupa peneliti mengakomodasi proses pembelajaran dengan model bimbingan kelompok melalui tutor teman sebaya. Kolaborasi ini diprediksikan akan mampu meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Pembelajaran tutor teman sebaya merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif (Rizka Azizah, 2010 : 2). Penggunaan bimbingan kelompok dengan metode tutor teman sebaya diharapkan lebih efektif membantu permasalahan siswa. Di dalam tutor teman sebaya tidak ada batas yang menghalangi antara siswa dengan tutor dan siswa akan lebih terbuka, tidak malu bertanya karena yang menjadi tutor adalah teman mereka sendiri. Selain itu pembelajaran yang dilakukan berkelompok dengan kesamaan usia akan lebih memudahkan siswa dalam memahami materi. Alasan psikologis ini yang menjadi pertimbangan mengapa dalam penelitian ini menggunakan bimbingan kelompok dengan metode tutor
(23)
8
teman sebaya. Dengan tutor teman sebaya siswa akan lebih cepat memahami materi dibandingkan saat guru yang menjelaskanya. Siswa yang menjadi tutor juga akan lebih memotivasi siswa lainya, karena akan muncul rasa ingin meniru tutor dari siswa. Meniru dalam hal positif seperti mempunyai hasil belajar yang baik, dipercaya oleh guru, dan dapat menguasai materi dengan baik. Hal-hal semacam ini yang dapat memotivasi siswa untuk menjadi lebih baik.
Alasan lain diberikanya bimbingan kelompok dengan metode tutor teman sebaya karena di sekolah ini belum pernah menerapkan bimbingan kelompok dengan metode tutor teman sebaya dalam proses pemberian layanan bimbingan belajar. Guru belum pernah mencoba metode lain dalam proses pembelajaran, sehingga muncul rasa bosan dan malas dari siswa. Diterapkanya bimbingan kelompok dengan metode ini diharapkan siswa akan lebih mudah menyerap materi yang diberikan kepadanya, selain itu saat proses belajar mengajar siswa menjadi lebih aktif dan tidak ada rasa malu untuk bertanya saat mengalami kesulitan.
Penelitian yang dilakukan oleh Maryani (2010) tentang “Penerapan Metode Pembelajaran Tutor teman sebaya Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Akutansi Pada Siswa Kelas X AK 1 SMK Batik 2 Surakarta”, menyimpulkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkanya metode tutor teman sebaya. Penelitian lain yang dilakukan oleh Zahral Hayati (2013) tentang “Pengaruh Metode Diskusi Kelompok Tutor teman sebaya Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Mata Pelajaran
(24)
9
Biologi Di SMA Srijaya Negara Palembang”, menyimpulkan metode diskusi kelompok tutor teman sebaya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Dari studi pendahuluan ini dan melihat hasil yang diperoleh, diharapkan penerapan bimbingan kelompok dengan metode tutor teman sebaya oleh peneliti dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Piyungan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :
1. Masih rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
2. Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan seorang guru matematika dalam menyampaikan pokok bahasan tertentu akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
3. Siswa masih merasa kesulitan dalam memahami pelajaran matematika.
4. Siswa kurang semangat dalam proses belajar karena metode yang digunakan oleh guru matematika kurang bervariasi.
5. Kurang maksimalnya pemberian layanan bimbingan belajar yang diberikan guru bimbingan konseling di sekolah terhadap siswa yang mengalami masalah belajar matematika.
(25)
10
6. Kurangnya koordinasi dan kerjasama antara guru mata pelajaran matematika dengan guru bimbingan konseling terkait masalah belajar yang dialami oleh siswa
C. Batasan Masalah
Dalam hal ini batasan masalah sangat penting penelitian yang dilakukan lebih terarah dan mendalam. Dari identifikasi masalah tersebut, maka penelitian ini difokuskan pada pengembangan bimbingan kelompok dengan metode tutor teman sebaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Piyungan, Bantul.
D. Rumusan Masalah
Berdasarka latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka disimpulkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah bimbingan kelompok dengan metode tutor teman sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Piyungan Bantul ?
2. Bagaimana proses upaya atau tindakan untuk meningkatan hasil belajar matematika melalui bimbingan kelompok tutor teman sebaya?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
(26)
11
1. Untuk mengetahui apakah bimbingan kelompok dengan metode tutor teman sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
2. Untuk mengetahui proses upaya atau tindakan untuk meningkatan hasil belajar matematika melalui bimbingan kelompok tutor teman sebaya.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai pengembangan bimbingan kelompok dengan tutor teman sebaya dalam meningkatkan hasil belajar matematika.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis :
a. Bagi siswa
Meningkatkan minat belajar matematika siswa. b. Bagi peneliti selanjutnya
Sebagai bahan referensi, dan dapat dijadikan informasi untuk penelitian selanjutnya.
(27)
12
Sebagai referensi dalam memberikan layanan bimbingan terutama bimbingan belajar siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu juga sebagai bahan evaluasi dan masukan bahwa banyak metode dalam proses belajar mengajar.
G. Definisi Oprasional
1. Bimbingan kelompok adalah teknik yang digunakan dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling yang difasilitasi oleh guru pembimbing melalui kegiatan berkelompok yang memungkinkan untuk di ikuti oleh sejumlah siswa dan berguna untuk mengembangkan dirinya secara optimal dan maksimal.
2. Tutor teman sebaya adalah kegiatan berbagi dalam pelajaran atau tugas yang melibatkan antara dua teman atau lebih yang saling percaya, dan adanya hubungan timbal balik dimana peserta didik saling membantu dan belajar sendiri dengan cara saling mengajar. 3. Hasil belajar matematika adalah perubahan yang terjadi oleh pelajar
setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar yang diperoleh setelah terjadi interaksi kegiatan belajar mengajar yang dapat dilihat dari hasil ujian semester dan raport.
(28)
13 BAB II KAJIAN TEORI
A. Bimbingan Kelompok
1. Pengertian Bimbingan Kelompok
Winkel & Sri Hastuti (2004: 565) merumuskan bahwa bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri. Sejalan dengan pendapat di atas, Tohirin (2007: 170) menambahkan bahwa bimbingan kelompok adalah suatu cara pemberian bantuan kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok.
Sementara itu, definisi bimbingan kelompok menurut Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan (2006:17) adalah sebagai suatu proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing atau konselor kepada sekelompok peserta bimbingan agar mereka dapat mengembangkan diri semaksimal mungkin, lebih mengenal diri, dapat menyesuaikan diri dan dapat mencapai hidup bahagia.
Dari definisi yang telah disampaikan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah salah satu teknik dalam pemberian layanan dalam memberikan bantuan kepada individu melalui kegiatan kelompok yang diberikan oleh pembimbing atau konselor agar mereka dapat mengembangkan diri semaksimal
(29)
14
mungkin, lebih mengenal diri, dapat menyesuaikan diri dan dapat mencapai hidup bahagia.
2. Tujuan Bimbingan Kelompok
Tujuan bimbingan kelompok menurut Winkel & Sri Hastuti (2004: 547) adalah menunjang perkembangan pribadi dan perkembangan sosial masing-masing anggota kelompok serta meningkatkan mutu kerja sama dalam kelompok guna aneka tujuan yang bermakna bagi para partisipan.
Pendapat lain menurut Prayitno (199: 45) secara rinci mengkategorikan tujuan bimbingan kelompok menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
a. Tujuan umum
Secara umum bimbingan kelompok bertujuan untuk membantu murid-murid yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Di samping untuk kepentingan pemecahan masalah, bimbingan kelompok juga bertujuan untuk mengembangkan pribadi masing-masing anggota kelompok. b. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari bimbingan kelompok yaitu:
1) Melatih murid-murid untuk berani mengungkapkan pendapat di hadapan teman-temanya, yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk ruang lingkup yang lebih besar,
(30)
15
seperti berbicara di depan orang banyak, di forum-forum resmi dan sebagainya.
2) Melatih siswa untuk dapat bersifat terbuka di dalam kelompok.
3) Melatih siswa untuk dapat membina keakraban bersama teman-teman kelompok.
4) Melatih siswa untuk dapat bersikap tanggung jawab dengan orang lain.
5) Melatih siswa untuk dapat mengendalikan diri di dalam kelompok.
Berdasarkan rumusan para ahli di atas, maka dapat diketahui bimbingan kelompok memiliki tujuan agar siswa mampu mengemukakan pendapatnya dan menerima umpan balik serta masukan dari temannya, sehingga mereka dapat lebih mudah untuk bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat; siswa mampu belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda; melatih siswa untuk peka terhadap orang lain; dan membantu siswa untuk dapat menemukan potensi yang ada pada diri mereka sehingga potensi tersebut dapat dikembangkan dengan optimal. Jadi, bimbingan kelompok juga dapat digunakan sebagai layaanan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
(31)
16 3. Kegunaan Bimbingan Kelompok
Kegunaan bimbingan kelompok menurut Winkel (2004: 565) adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengatasi jumlah tenaga pembimbing di sekolah yang masih sangat terbatas.
b. Untuk mendidik dan melatih siswa untuk bias hidup secara berkelompok atau dapat menumbuhkan kerjasama antar siswa. c. Untuk melatih siswa agar lebih berani mengemukakan
pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain.
d. Untuk memberikan informasi yang dibutuhkan oleh siswa di sekolah.
e. Menumbuhkan kesadaran pada siswa yang masih mempunyai masalah untuk menghadapi pembimbing guna mendapat bimbingan secara lebih mendalam.
Sementara itu manfaat bimbingan kelompok menurut Dewa Ketut Sukardi (2008: 67) yaitu :
a. Diberikan kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi disekitarnya.
b. Memiliki pemahaman yang obyektif, tepat, dan cukup luas tentang berbagai hal yang mereka bicarakan.
c. Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka bicarakan dalam kelompok.
(32)
17
d. Menyusun program-program kegiatan untuk mewujudkan penolakan terhadap yang buruk dan dukungan terhadap yang baik.
e. Melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana yang mereka programkan semula.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa manfaat dari layanan bimbingan kelompok adalah mendidik dan melatih siswa untuk bisa hidup berkelompok dan menumbuhkan kejasama antar siswa, serta melatih siswa agar lebih berani mengemukakan pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain, sebagaimana saat siswa menghadapi kesulitan dalam belajar matematika sehingga siswa tidak malu mengemukakan kesulitan belajar dalam kelompok untuk mendapatkan pemecahannya.
4. Tahapan Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995: 40) ada empat tahapan, yaitu:
a. Tahap I pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing,
(33)
18
sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masingmasing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan, serta menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka.
b. Tahap II peralihan
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat.
Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu :
1) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya.
(34)
19
2) Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya.
3) Membahas suasana yang terjadi.
4) Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota
5) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemimpin, yaitu :
1) Menerima suasana yang ada secara sabar dan terbuka. 2) Tidak mempergunakan cara-cara yang bersifat langsung
atau mengambil alih kekuasaannya. 3) Mendorong dibahasnya suasana perasaan.
4) Membuka diri, sebagai contoh dan penuh empati. c. Tahap III kegiatan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok. Ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati.
(35)
20
1) Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan.
2) Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu.
3) Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas.
4) Kegiatan selingan.
Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya masalah atau topik yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan, baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.
d. Tahap IV pengakhiran
Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seharusnya mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali
(36)
21
untuk melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini, yaitu:
1) Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.
2) Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasilhasil kegiatan.
3) Membahas kegiatan lanjutan. 4) Mengemukakan pesan dan harapan.
Setelah kegiatan kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan pada pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok), pada kehidupan nyata mereka sehari-hari.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan, terdapat empat tahapan dalam pelaksanaan bimbingan kelompok. Tahap I pembentukan, tahap ini merupakan tahap pengenalan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Tahap II peralihan, tahap kedua ini merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Tahap III kegiatan, tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok. Tahap IV pengakhiran, pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok pokok perhatian utama bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu,
(37)
22
tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu. Dengan melakukan tahap-tahap tersebut diharapkan bimbingan kelompok yang dilaksanakan dapat berjalan dengan lancer dan mendapatkan hasil yang maksimal.
5. Model Bimbingan Kelompok
Beberapa jenis metode bimbingan kelompok menurut Tohirin (2007: 290) yaitu:
a. Program Home Room
Program ini dilakukan dilakukan di luar jam pelajaran dengan menciptakan kondisi sekolah atau kelas seperti di rumah sehingga tercipta suatu kondisi yang bebas dan menyenangkan. Dalam program ini guru pembimbing membangun komunikasi seperti di rumah sehingga muncul suasana keakraban. Tujuan utama program ini adalah agar guru dapat mengenal siswanya secara lebih dekat sehingga dapat membantunya secara maksimal.
b. Karyawisata
Metode ini dilaksanakan dengan mengunjungi dan meninjau objek-objek yang berkaitan dengan pelajaran tertentu agar siswa bias mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Dalam pelaksanaannya, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setelah selesai, dilakukan diskusi antar kelompok tentang apa yang sudah mereka dapatkan selama mengikuti
(38)
23
karyawisata. Hal ini akan mendorong aktivitas penyesuaian diri, kerjasama, tanggung jawab, kepercayaan diri serta mengembangkan bakat dan cita-cita.
c. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara di mana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam melakukan diskusi, siswa diberi peran-peran tertentu seperti pemimpin diskusi dan notulis, dan siswa lain menjadi peserta atau anggota. Dengan demikian diharapkan akan timbul rasa tanggung jawab dan harga diri.
d. Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok memberikan kesempatan pada individu (para siswa) untuk berpartisipasi secara baik. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil apabila dilakukan secara kelompok. Kegiatan kelompok ini dapat mengembangkan bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan tertentu dan siswa dapat menyumbangkan pemikirannya. Dengan demikian akan muncul tanggung jawab dan rasa percaya diri.
(39)
24 e. Organisasi siswa
Organisasi siswa khususnya di lingkungan sekolah dapat menjadi salah satu teknik dalam bimbingan kelompok. Melalui organisasi siswa banyak masalah-masalah siswa yang sifatnya individual maupun kelompok dapat dipecahkan. Melalui organisasi siswa, para siswa memperoleh kesempatan mengenal berbagai aspek kehidupan sosial. Mengaktifkan siswa dalam organisasi siswa dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan memupuk rasa tanggung jawab serta harga diri siswa.
f. Sosiodrama
Sosiodrama dapat digunakan sebagai salah satu metodebimbingan kelompok untuk membantu memecahkan masalah siswa melalui drama. Masalah yang didramakan adalah masalah-masalah sosial. Metode ini dilakukan melalui kegiatan bermain peran. Dalam sosiodrama, individu akan memerankan suatu peran tertentu dari situasi masalah sosial. Pemecahan masalah individu diperoleh melalui penghayatan peran tentang situasi masalah yang dihadapinya. Setelah pementasan peran kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan masalah.
g. Psikodrama
Metode ini hampir sama dengan sosiodrama, bedanya terletak pada masalah yang didramakan. Dalam sosiodrama
(40)
25
masalah yang diangkat adalah masalah sosial, akan tetapi pada psikodrama yang didramakan adalah masalah psikis yang dialami individu.
h. Pengajaran Remidial
Pengajaran remedial (remedial teaching) merupakan suatu bentuk pembelajaran yang diberikan kepada seorang atau beberapa orang siswa untuk membantu kesulitan belajar yang dihadapinya. Pengajaran remedial merupakan salah satu teknik pemberian bimbingan yang dapat dilakukan secara individu maupun kelompok tergantung kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa.
Dalam penelitian ini, bentuk bimbingan kelompok yang akan digunakan oleh peneliti adalah diskusi kelompok. Menurut peneliti dengan melalui diskusi kelompok dan pengajaran remidial siswa akan banyak memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama dengan teman satu kelompoknya, sehingga siswa dapat membentuk rasa tanggung jawab serta rasa solidaritas dalam kelompoknya.
B. Tutor Teman Sebaya
1. Pengertian Tutor Teman Sebaya
Menurut Ischak S. W dan Warji (dalam Nur Afifah 2011: 34) mengartikan tutor sebagai “orang yang memberikan bimbingan belajar kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar”. Dijelaskan juga
(41)
26
bahwa siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan yang dipelajarinya, mendapat bantuan dari teman sekelasnya sendiri yang telah tuntas materi terhadap bahan tersebut.
Dijelaskan juga oleh Hawkins (dalam Flachikov, 2001: 4) tutor teman sebaya adalah kegiatan berbagi dalam pelajaran atau tugas yang melibatkan antara dua teman atau lebih yang saling percaya, dan adanya hubungan timbal balik. Selain itu menurut Orlin dkk (dalam Nur Afifah, 2011: 34) tutor sebaya sebagai strategi yang paling sering digunakan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar atau kesulitan dalam pengolahan informasi dengan seting kelompok sangat kecil (biasanya empat atau lebih sedikit) dan berfokus pada kisaran yang sempit bahan. Dijelaskan juga bahwa strategi tutor sebaya banyak digunakan guru seperti mata pelajaran membaca, matematika, ekonomi, seni, dan bisnis untuk instruksi perbaikan.
Dalam tutor teman sebaya siswa bertindak sebagai guru pengganti yang bertujuan menyampaikan pengetahuan yang telah dikuasai terhadap siswa lain. Menurut Forman & Cazden (dalam Flachikov, 2001: 4), tutor teman sebaya dapat terjadi apabila adanya perbedaan pengetahuan antara dua individu, sehingga individu yang lebih luas pengetahuannya dapat bertindak sebagai tutor.
Dari beberapa pengertian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa tutor teman sebaya adalah kegiatan berbagi dalam pelajaran atau tugas yang melibatkan antara dua teman atau lebih yang saling
(42)
27
percaya, dan adanya hubungan timbal balik. Strategi tutor teman sebaya dapat digunakan guru dalam mata pelajaran matematika.
2. Macam-macam Tutor Teman Sebaya
Menurut Ornstein dkk (dalam Nur Afifah, 2011: 35) ada 3 jenis peer tutoring, yaitu:
a. Student tutor other within the same class
Tipe ini baik tutor maupun tutee dalam satu kelas yang sama. b. Older student tutor student in lower grades outsite of class
Tipe ini mempunyai ciri tutor lebih tua usia/jenjang sedangkan tutee usia/jenjang dibawah tutor.
c. Two student work together and help each other as equals with learning activities
Jenis ini dua siswa bekerja sama untuk saling membantu.
Lain halnya dengan Miler, Mei. D dkk (Nur Afifah, 2011: 36) mengelompokkan peer tutoring menjadi 4 jenis diantaranya:
a. Classwide peer tutoring
Jenis ini menggambarkan sebuah kelas besar (siswa/tutee banyak) dengan satu orang tutor.
b. Cross-aged tutoring
Jenis ini mempunyai cirri tutor lebih tua dua tahun atau lebih dari sekolah yang sama.
(43)
28
Jenis ini berbentuk kelompok (mengelompok). d. Home-based tutoring
Bimbingan ini dilaksanakan dirumah, bisa dengan orang tua sendiri atau saudara maupaun orang lain yang dianggap sebagai pengajar.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan macam-macam tutor teman sebaya menurut Ornstein dkk ada 3 jenis yaitu: student tutor other within the same class, older student tutor student in lower grades outsite of class, two student work together and help each other as equals with learning activities. Sedangkan menurut Miler, Mei. D dkk ada 4 jenis yaitu: classwide peer tutoring, cross-aged tutoring, small group instruction, home-based tutoring. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan jenis tutor student tutor other within the same class dan small group instruction, yang dalam hal ini tutor dan tutee berada dalam satu kelas yang sama serta dalam pelaksanaannya dilakukan secara kelompok.
3. Teknik-Teknik dalam Tutor Teman Sebaya
Teknik-teknik dalam tutor teman sebaya terbagi menjadi dua, yaitu teknik tutor teman sebaya kelompok besar dan teknik tutor teman sebaya kelompok kecil. Berhubung dalam penelitian ini hanya satu kelas yang diteliti, maka teknik yang akan dibahas adalah teknik tutor teman sebaya kelompok kecil.
(44)
29
Teknik dalam tutor teman sebaya kelompok kecil terdapat lima macam teknik yaitu :
a. Guided Reciprocal Peer Questioning (RPQ)
Guided Reciprocal Peer Questioning dirancang dan dievaluasi oleh King, menurut King (dalam Falchikov, 2001: 52), Guided Reciprocal Peer Questioning adalah strategi untuk meningkatkan interaksi dengan rekan sebaya dalam belajar dan meningkatkan pemahaman materi yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran atau presentasi lisan lainya.
Didalam teknik ini, siswa yang berperan sebagai tutor memberikan pertanyaan sebagai panduannya, dan siswa lainnya yang sudah terbentuk di dalam kelompok-kelompok kecil yang akan menjawabnya. Pertanyaan yang diberikan oleh tutor adalah sebagai awalan saja, selanjutnya siswa lainya boleh mengajukan pertanyaan, sehingga akan terjadi diskusi siswa dan kelompok. Semakin sering siswa berlatih kegiatan ini, semakin baik kualitas dan pertanyaan yang diajukan.
b. The Jigsaw Classroom
Menurut Aronson (dalam Falchikov, 2001: 53) menyatakan bahwa teknik jigsaw ini berdasarkan prinsip teka-teki jigsaw. Dalam pelaksanaanya setiap siswa memiliki sepotong informasi yang harus disatukan dengan siswa dari kelompok lain. Teknik
(45)
30
ini mendorong saling ketergantungan positif, karena semua siswa harus bekerja sama untuk saling mengajar satu sama lain.
Dalam teknik jigsaw terdapat dua kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok ahli adalah kelompok yang anggotanya merupakan perwakilan dari kelompok asal, disini siswa saling mempelajari materi dari setiap kelompok. Setelah itu, siswa-siswa tersebut kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya tentang apa yang telah didapat dan dipelajari dalam kelompok ahli.
c. Structured Academy Controversy
Teknik ini hampir sama dengan teknik diskusi, tetapi dalam teknik ini siswa dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok awal, kelompok pro dan kelompok kontra, kelompok pro dan kelompok kontra ini sesuai dengan materi yang akan disajikan oleh kelompok awal. Kelompok pro dan kelompok kontra diberikan waktu untuk menjelaskan setiap argumenya, sehingga akan terjadi diskusi dan mencapai kesepakatan yang tepat untuk masalah dalam materi awal. Tujuan teknik ini untuk mengembangkan keterampilan berfikir luas.
d. Team Learning
Dalam teknik ini, intinya seorang diberikan tugas oleh gurunya untuk memecahkan permasalahan dalam buku. Siswa
(46)
31
dibagi menjadi beberapa kelompok yang setiap anggota kelompoknya memiliki perbedaan dalam kemampuan komunikasi, interpersonal dan keahliannya. Setelah memecahkan masalah tersebut, setiap kelompok menjelaskan hasil dari kelompoknya di depan kelas sehingga terjadi diskusi antar kelompok.
e. Syndicate Menthod
Dalam bentuk ini, hampir sama dengan teknik team learning. Siswa dibagi menjadi kelompok, diberikan tugas dan siswa lainya diwajibkan mengkritik pekerjaan setiap kelompok. Dalam mengerjakan serangkaian tugas ini, keberadaan guru disini tidak ada sehingga siswa dituntut mandiri.
Berdasarkan penjelasan tersebut, terdapat lima teknik dalam tutor teman sebaya yaitu Guided Reciprocal Peer Questioning (RPQ), The Jigsaw Classroom, Structured Academy Controversy, Team Learning, dan Syndicate Menthod. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah Guided Reciprocal Peer Questioning (RPQ). Alasan menggunakan teknik Guided Reciprocal Peer Questioning (RPQ) karena dengan teknik ini siswa dapat meningkatkan interaksi dengan rekan sebaya dalam belajar dan meningkatkan pemahaman materi yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran matematika. Di dalam teknik Reciprocal Peer Questioning (RPQ), siswa yang berperan
(47)
32
sebagai tutor memberikan pertanyaan sebagai panduannya, dan siswa lainnya yang sudah terbentuk di dalam kelompok-kelompok kecil yang akan menjawabnya
4. Syarat Pemilihan Tutor dan Tugas Tutor
Dalam pemilihan tutor hendaknya harus memperhatikan syarat serta kriteria-kriterianya. Adapun persyaratan yang harus diperhatikan sebelum menunjuk siswa menjadi seorang tutor. Menurut Soekarwati (dalam Nur Afifah, 2011: 22) syarat-syarat tersebut meliputi:
a. Menguasai bahan yang akan disampaikan atau ditutorkan. b. Mengetahui cara mengajarkan bahan tersebut.
c. Memiliki hubungan emosional yang baik, bersahabat dan menjunjung situasi tutoring.
d. Siswa yang berprestasi akan lebih menunjang pelajaran dengan metode ini karena siswa yang menjadi tutor tersebut lebih mempunyai kepercayaan diri.
Menurut Suharsimi Arikunto (dalam Nur Afifah, 2011: 62) untuk menentukan siswa yang menjadi tutor perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Dapat diterima atau disetujui oleh siswa yang mendapat program perbaikan, sehingga siswa tidak mempunyai rasa takut atau enggan untuk bertanya kepadanya.
b. Dapat menerangkan bahan perbaikan yang dibutuhkan oleh siswa yang menerima program perbaikan.
(48)
33
c. Tidak tinggi hati, kejam atau keras hati terhadap sesama kawan. d. Mempunyai daya kreativitas yang cukup untuk memberikan
bimbingan yaitu dapat menerangkan pelajaran kepada kawanya. Syarat dalam pemilihan tutor sangatlah penting untuk menunjukan tugas serta untuk dapat mencapai keberhasilan yang diinginkan. Adapun tugas tutor menurut Muntasir (1985: 132) yaitu:
a. Tutor harus bisa memberikan informasi dengan baik. b. Menugasi siswa sesuai dengan kemampuan siswa. c. Menunjukan respon yang benar.
d. Menggilir setiap siswa.
e. Menugasi berkali-kali siswa yang belum betul responya. f. Melatih kelompok, dengan menirukan respon yang benar. g. Memuji respon yang benar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan syarat dalam pemilihan tutor adalah tutor harus menguasai bahan yang akan disampaikan atau ditutorkan, tutor harus mengetahui cara dalam mengajarkan bahan tersebut, memiliki hubungan emosional yang baik untuk menjunjung situasi tutoring, dan tutor akan lebih baik diambil dari siswa yang berprestasi. Sementara itu tugas tutor ialah harus bisa memberikan informasi dengan baik, memberikan tugas sesuai dengan kemampuan siswa, dapat menunjukkan respon yang benar, menggilir setiap siswa, memberikan tugas kepada siswa yang belum benar responnya, melatih kelompok dengan menirukan respon yang benar,
(49)
34
dan memberikan pujian kepada siswa yang melakukan respon dengan benar.
5. Kelebihan dan Kelemahan Tutor Teman Sebaya
Setiap metode pembelajaran pasti mempunyai kelebihan serta kekurangan, begitu juga dengan metode tutor teman sebaya. Dalam metode tutor teman sebaya terdapat kelebihan serta kekurangannya, adapun itu sebagai berikut:
a. Kelebihan tutor teman sebaya
Menurut Mulyadi (dalam Nur Afifah, 2011: 38) menyebutkan beberapa kelebihan dari tutor teman sebaya sebagai berikut:
1) Tutor teman sebaya dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.
2) Adanya hubungan yang lebih dekat dan akrab antara murid yang dibantu dan tutor yang membantu.
3) Manfaat bagi tutor sendiri adalah mendapat kesempatan untuk pengayaan dalam belajar dan juga dapat menambah motivasi belajar.
Menurut Suryo dan Amin (dalam Agus Diansyah, 2012: 1) kelebihan dari tutor teman sebaya adalah:
1) Terciptanya hubungan yang lebih dekat dan akrab antara tutor dengan siswa.
(50)
35
3) Tutor dapat memberikan bantuan di berbagai hal.
4) Bagi tutor, ini merupakan kesempatan untuk belajar berkomunikasi dengan siswa lain.
b. Kelemahan tutor teman sebaya
Kelemahan tutor teman sebaya menurut Syaiful Bahri dan Azwan Zain (dalam Nur Afifah, 2011: 39) sebagai berikut:
1) Siswa yang dibantu sering kali belajar kurang serius karena hanya berhadapan dengan kawanya sehingga hasilnya kurang memuaskan.
2) Ada beberapa anak yang malu bertanya karena takut rahasianya diketahui oleh temanya.
3) Pada kelas-kelas tertentu model ini sukar dilaksanakan karena perbedaan kelamin antara ttutor dengan siswa yang diberi materi pelajaran.
4) Tidak semua siswa yang pandai atau cepat tempo belajarnya dapat mengajarkan kembali kepada kawan-kawannya.
Menurut Suryo dan Amin (dalam Agus Diansyah, 2012: 1) kelemahan tutor teman sebaya sebagai berikut:
1) Tutor belum tentu mempunyai hubungan baik dengan siswa.
2) Tutor juga belum tentu dapat menyampaikan materi kepada siswa dengan baik.
(51)
36
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelebihan tutor sebaya adalah dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri, selain itu dapat menciptakan hubungan yang lebih dekat dan akrab antar murid. Sementara itu, kelemahan tutor teman sebaya adalah pada kelas-kelas tertentu tutor teman sebaya sukar dilaksanakan dikarenakan tutor belum tentu mempunyai hubungan yang baik dengan siswa, perbedaan jenis kelamin, dan tutor belum tentu dapat menyampaikan materi dengan baik.
C. Pembelajaran Matematika
1. Pengetian Pembelajaran Matematika
Menurut Elea Tinggih (dalam Erman Suherman dkk, 2003: 16), secara etimologis, matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini berarti bahwa dalam matematika lebih menekankan aktivitas dengan menggunakan penalaran, sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen selain penalaran.
Menurut Romberg (dalam Jackson, 1992: 750) mengarahkan hasil penelaahannya tentang matematika kepada tiga sasaran utama. Pertama, para sosiolog, psikolog, pelaksana administrasi sekolah dan penyusun kurikulum memandang bahwa matematika merupakan ilmu yang statis dan disiplin ketat. Kedua, selama kurun waktu dua dekade terakhir ini, matematika dipandang sebagai suatu usaha atau kajian
(52)
37
ulang terhadap matematika itu sendiri. Ketiga, kajian matematika berkaitan dengan apa matematika itu, bagaimana cara kerja para matematikawan, dan bagaimana mempopulerkan matematika.
Menurut Kitcher (dalam Jackson, 1992: 753) memfokuskan perhatianya kepada komponen dalam kegiatan matematika, beliau mengklaim bahwa matematika terdiri atas komponen-komponen : 1) Bahasa (language) yang dijalankan oleh para matematikawan, 2) Pernyataan (statements) yang digunakan oleh para matematikawan, 3) Pertanyaan (questions) penting yang hingga saat ini belum terpecahkan, 4) Alasan (reasonings) yang digunakan untuk menjelaskan pernyataan, 5) ide matematika itu sendiri.
Sujono (1988: 5) mengemukakan beberapa pengertian matematika, salah satu di antaranya matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Selain itu menurut Johnson dan Rising (dalam Erman Suherman dkk, 2003: 19) mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat.
Pendapat lainya menurut Reys dkk (Erman Suherman dkk, 2003: 16) menyatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan
(53)
38
hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Hal ini juga dikuatkan pendapat menurut Ruseffendi (Erman Suherman dkk, 2003: 16), matematika mempelajari tentang pola keteraturan, tentang struktur terorganisasikan. Hal itu dimulai dari unsur-unsur yang tidak terdefinisikan, kemudian pada unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya pada teorema. Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis, dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai pada konsep yang paling kompleks.
Dari pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logis serta masalah yang berhubungan dengan bilangan yang berisi serangkaian studi besaran, struktur, ruang, relasi, perubahan, dan beraneka topik pola, bentuk, dan entitas yang tersusun secara logis, terstruktur, dan sistematis.
Berkaitan dengan pembelajaran, Corey (1986: 195) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara di sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Hal serupa dikemukakan dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20 bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
(54)
39
Menurut Nurhadi, dkk (dalam Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, 2009: 13) menyatakan bahwa dalam proses belajar siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan suatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengemukakan dan membangun ide-ide dalam pikiran mereka sendiri.
Dari berbagai uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengetahuan dan pegalaman belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.
2. Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya Sudjana (2004: 22). Sementara itu, menurut Howart Kingsley (dalam Sudjana,1989: 45) membagi tiga macam hasil belajar mengajar : 1). Keterampilan dan kebiasaan, 2). Pengetahuan dan pengarahan, 3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004: 22). Menurut Dimyati dan Mudjono (1999: 250), hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sementara itu dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikanya bahan pelajaran.
(55)
40
Menurut Nurkancana (1990: 11), mendefinisikan hasil belajar adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai keberhasilan seseorang untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia mengalami proses belajar selama satu periode tertentu. Salim (2000: 190) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan melalui hasil tes. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nanang Setyawan (2010: 50) unsur-unsur yang diukur dalam hasil belajar matematika adalah mengingat, memahami, dan menerapkan.
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan kemampuan yang dimilki siswa setelah menerima pengalaman belajar yang terwujud pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini yang dimaksud hasil belajar matematika adalah nilai 0-10 yang diperoleh dari hasil ulangan matematika yang didapatkan dari nilai ulangan harian.
3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Sunarto (2009: 53) untuk mencapai hasil belajar sesuai apa yang diharapkan, maka diperlukan beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar, antara lain :
a. Faktor intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan dalam faktor
(56)
41
intern yaitu kecerdasan atau intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
1) Kecerdasan atau intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapi. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Perkembangan ini biasanya ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak lainya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebaya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Kartono (1995: 1) kecerdasan merupakan salah satu aspek yang penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Slameto (1995: 56) mengatakan bahwa tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
Dari kedua peneliti dapat menyimpulkan bahwa kecerdasan adalah sesuatu yang penting dalam keberhasilan dalam belajar.
(57)
42 2) Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim Purwoto (1986: 28) bahwa bakat lebih dekat dengan kata aptitude yang berarti kecakapan. Kartono (1995: 2) menyatakan bahwa bakat adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata.
Dari pendapat para ahli tersebut dijelaskan bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan suatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang
(58)
43
disertai dengan rasa saying. Menurut Winkel (1996: 24) minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Selanjutnya Slameto (1995: 57) mengemukakan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai dengan rasa sayang.
Berdasarkan pendapat tersebut, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar dan kegiatan, bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukanya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap suatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
(59)
44 b. Faktor ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang sifatnya diluar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan sekolah, lingkungan sekitar. Pengaruh lingkungan ini pada umunya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu. Menurut Slameto (1995: 60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
1) Keadaan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Seperti yang dijelaskan oleh Slameto bahwa : “keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran besar pendidikan
bangsa negara dan dunia”. Ada rasa aman dalam keluarga
sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar.
(60)
45 2) Keadaan sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya. Menurut Kartono (1995: 6) mengemukakan “guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memilih tingkah laku yang tepat dalam mengajar”. Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar”.
3) Lingkungan masyarakat
Disamping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Karena alam sekitar sangat besar pengaruhnya dalam perkembangan pribadi anak. Dalam hal ini Kartono (1995: 5) berpendapat lingkungan masyarakat dapat menimbulakan kesukaran belajar anak, terutama anak-anak
(61)
46
sebayanya. Apabila anak-anak sebayanya rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak disekitarnya merupakan kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat terpengaruh pula. Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkunganya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal disuatu lingkungan temanya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya.
Faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika adalah faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan dalam faktor intern yaitu kecerdasan atau intelegensi, bakat, minat dan motivasi serta faktor ekstern yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang sifatnya dari luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan sekolah, dan lingkungan sekitar.
(62)
47 D. Kerangka Pikir
Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas VIII di SMP Negeri 2 Piyungan menunjukkan bahwa siswa mengalami permasalahan belajar pada bidang studi matematika. Hal ini disebabkan oleh metode pembelajaran yang kurang bervariasi, sehingga siswa kurang bersemangat dan kurang antusias dalam mengikuti proses belajar, selain itu siswa kurang percaya diri untuk bertanya kepada guru, sehingga pemahaman siswa sangat sedikit. Selain itu, nilai beberapa siswa pada semester 1 masih berada dibawah KKM. Untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti akan menerapkan metode tutor teman sebaya melalui bimbingan kelompok.
Orlin (dalam Nur Afifah, 2011: 34) menyatakan bahwa tutor sebaya sebagai strategi yang paling sering digunakan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar atau kesulitan dalam pengelolaan informasi dengan setting kelompok sangat kecil (biasanya empat atau lebih sedikit) dan berfokus pada kisaran yang sempit bahan. King (dalam Falchikov, 2001: 52) menambahkan guided reciprocal peer questioning adalah salah satu strategi dalam metode tutor sebaya yang digunakan untuk meningkatkan interaksi dengan teman sebaya dalam belajar dan meningkatkan pemahaman materi yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran atau presentasi lisan lainnya.
Kaitannya dengan hasil belajar matematika siswa, pemberian metode tutor teman sebaya ini sangat diperlukan dalam rangka
(63)
48
meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Berpedoman dari pendapat para ahli, dalam penggunaan metode tutor teman sebaya dengan teknik guided reciprocal peer questioning menekankan siswa yang berperan sebagai tutor adalah siswa yang paling memahami pelajaran matematika sehingga siswa yang berperan sebagai tutor dapat menjawab pertanyaan atau kesulitan yang dialami oleh siswa lain yang masih kurang memahami pelajaran matematika.
Penggunaan metode tutor sebaya dengan teknik guided reciprocal peer questioning dapat meningkatkan interaksi dengan teman sebaya dalam belajar dan meningkatkan pemahaman materi yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran atau presentasi lisan lainnya. Hal ini akan membuat siswa lebih mengerti, memahami dan meningkatkan hasil belajar dari pelajaran matematika. Hal ini dikarenakan tidak adanya sekat penghalang antara tutor dan siswa yang dibimbing sehingga siswa menjadi lebih percaya diri dan tidak malu dalam bertanya karena yang menjadi tutor adalah temannya sendiri. Selain itu, hubungan yang intens antara tutor dan tutee juga dapat menjadi semangat bagi siswa yang dibimbingnya untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Meningkatnya hasil belajar juga akan berpengaruh positif pada emosi siswa, seperti berkurangnya kegelisahan dalam belajar serta dapat memahami kekurangannya.
Pemberian metode konseling yang sesuai dengan kebutuhan siswa akan sangat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar
(64)
49
matematika. Dengan kata lain, pemberian metode tutor teman sebaya yang baik dan benar ini, akan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa, sehingga dalam penelitian ini peneliti akan mengujicobakan metode konseling tutor sebaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIIi di SMP N 2 Piyungan. Berikut ini adalah skema kerangka pikir:
Gambar 1. Skema Kerangka Pikir E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir yang diuraikan tersebut maka dapat diajukan hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut “Bimbingan kelompok dengan metode tutor teman sebaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Piyungan”.
Kondisi Awal
Tindakan
Kondisi Akhir
Guru mrnggunakan metode pembelajaran konvensional
dalam pembelajaran matematika
Guru menggunakan bimbingan kelompok
dengan metode tutor sebaya dalam pembelajaran matematika
Penerapan bimbingan kelompok dengan metode
tutor teman sebaya dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa Hasil belajar
matematika rendah
(65)
50 F. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka pikir yang telah diuraikan maka dapat diajukan pertanyaan penelitian tindakan ini adalah pendiskripsian proses peningkatan hasil belajar matematika melalui bimbingan kelompok dengan teknik tutor teman sebaya.
(66)
51 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model penelitian tindakan (action research). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena hasil yang didapatkan dari penelitian ini dalam bentuk angka dan untuk mengolahnya menggunakan analisis statistika. Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan pemecahan masalah.
B. Subjek Penelitian
Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII C di SMP Negeri 2 Piyungan Bantul. Alasan utama dipilihnya siswa kelas VIII C sebagai subjek penelitian dikarenakan masih banyak siswa kelas VIII C mempunyai nilai matematika di bawah standar KKM sekolah tersebut. Pada proses pembelajaran peran guru terlihat sangat dominan di dalam proses belajar mengajar. Adapun di SMP Negeri 2 Piyungan sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian menggunakan bimbingan kelompok dengan metode tutor teman sebaya pada mata pelajaran matematika, hal inilah yang membuat peneliti ingin mengadakan penelitian di sekolah ini. Diharapkan dengan hasil dari penelitian ini dapat memberikan dorongan motivasi kepada guru untuk
(67)
52
memperkaya materi pembelajaran dan terhadap siswa pada mata pelajaran khususnya mata pelajaran Matematika.
C. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Pengertian yang dapat diambil dari definisi tersebut ialah bahwa dalam penelitian terdapat sesuatu yang menjadi sasaran, yaitu variabel merupakan fenomena yang menjadi pusat perhatian penelitian untuk di observasi atau diukur (Kuntjojo, 2009:21). Ahli lainya menyatakan, variabel adalah suatu atributatau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpilanya (Sugiyono, 2012:61). Jadi, variabel adalah segala fenomena yang akan menjadi obyek pengamatan peneliti yang menjadi pusat dalam penelitian untuk di observasi atau diukur.
Kuntjojo (2009: 23) membedakan variabel menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu:
1. Variabel bebas (X) atau independent variable
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi variabel lainnya, yaitu variabel terikat.
2. Variabel terikat (Y) atau dependent variable
Variabel terikat adalah variabel yang nilainya tergantung dari nilai variabel lainnya.
(68)
53
Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas (X) yaitu penggunaan bimbingan kelompok dengan metode tutor teman sebaya dan variabel terikat (Y) yaitu peningkatan hasil belajar matematika. Hubungan antara variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini adalah asimetris, yaitu X mempengaruhi Y. Skema hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2. Pengaruh Bimbingan Kelompok Tutor Teman Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
D. Tempat, Waktu, dan Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Piyungan yang berlokasi di Jl.Wonosari KM 10 Sitimulyo, Piyungan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober sampai November 2015. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada jam pelajaran Matematika dan/atau diluar jam pelajaran yaitu setelah pulang sekolah. Setting yang digunakan yaitu setting bimbingan kelompok yang dilaksanakan di ruang kelas. E. Desain Penelitian
Menurut Nursalam (dalam Kuntjojo, 2009: 36) desain penelitian pada hakikatnya merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitian. Menurut Kemmis dan McTaggart (Suwarsih Madya, 2011: 59) proses dasar pelaksanaan
Bimbingan Kelompok Tutor Teman Sebaya (X)
Hasil Belajar Matematika (Y)
(69)
54
tindakan dalam Penelitian Tindakan meliputi empat alur (langkah): (1) penyusunan rencana; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi; dan (4) refleksi. Alur (langkah) pelaksanaan tindakan yang dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3. Proses Dasar Penelitian Tindakan Dimodifikasi dari Burns (Suwarsih Madya: 2011: 67)
Keterangan:
A : Siklus I 5 : Proses lanjutan B : Siklus II
1 : Refleksi awal 6. Tindakan/Observasi II
2 : Perencanaan 7 : Refleksi
3 : Tindakan/Observasi I 4 : Refleksi
Dalam penelitian tindakan ini terbagi dalam beberapa siklus, langkah dalam melaksanakan setiap siklus dilakukan melalui tahap-tahap
(70)
55
yang disusun secara sistematis yaitu tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap evaluasi atau refleksi. Penelitian dapat dikatakan berhasil apabila dalam penelitian ini hasilnya telah sesuai dengan tujuan penelitian yaitu peningkatan hasil belajar dengan kategori baik terhadap pelajaran matematika siswa kelas VIII C SMP Negeri 2 Piyungan atau
siswa dapat mencapai nilai minimum ≤ 70.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data ialah teknik atau cara yang digunakan oleh peneliti dalam kegiatan penelitiannya untuk mengumpulkan data-data agar kegiatan tersebut menjadi mudah dan sistematis. Pada teknik pengumpulan data terdapat beberapa cara yang sering digunakan dalam penelitian seperti observasi atau pengamatan, wawancara atau diskusi, kajian dokumen, angket, dan tes.
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Pemberian tes dilakukan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang diperoleh siswa sebelum dan sesudah kegiatan pemberian tindakan. Menurut Anas Sudijono (dalam Nur Afifah, 2011: 57-58) tes hasil belajar dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Tes Uraian
Tes uraian dikenal juga sebagai tes subjektif, merupakan salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karekteristik berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban uraian atau kalimat yang cukup panjang atau menuntut
(71)
56
penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan dan juga membedakan.
2. Tes Objektif
Tes objektif sering dikenal sebagai tes jawaban pendek, merupakan salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri dari butir-butir soal yang dapat dijawab dengan cara memilih salah satu kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada masing-masing item, atau dengan jalan menuliskan atau mengisikan jawabannya berupa kata-kata pada tempat yang telah disediakan.
Tes objektif dapat dibedakan menjadi lima golongan, yaitu: a. Tes Objektif Bentuk Benar-Salah
Tes objektif bentuk benar-salah adalah salah satu tes objektif dimana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa pertanyaan dan pertanyaan tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Tugas testee adalah membubuhkan tanda atau simbol tertentu, simbol B untuk jawaban yang benar sedangkan simbol S untuk jawaban yang salah.
b. Tes Objektif Bentuk Menjodohkan
Tes objektif bentuk menjodohkan menyediakan dua kelompok bahan dan testee harus mencari pasangan yang sesuai antara yang terdapat pada kelompok pertama dengan yang terdapat pada kelompok yang ke dua.
(72)
57
c. Tes Objektif Bentuk Melengkapi
Tes bentuk ini biasanya berbentuk cerita atau karangan. Kata-kata penting dalam cerita itu beberapa diantaranya dikosongkan dan tugas testee adalah mengisi bagian yang kosong.
d. Tes Objektif Bentuk isian
Tes ini berupa kalimat yang mana ada bagian yang dihilangkan dan bagian yang dihilangkan tersebut diberi tanda titik-titik (...) kemudian testee menjawab atau melengkapi kalimat pada tempat yaitu titik-titik.
e. Tes Objektif Bentuk Pilihan Ganda
Tes ini sering disebut juga multiple choice items. Tes ini terdir atas pertanyaan atau pernyataan yang belum selesai dan untuk menyelesaikannya testee telah disediakan beberapa jawaban dan kemudian testee memilih salah satu jawaban yang dianggap paling tepat.
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan teknik tes karena tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui peningkatan hasil belajar yang mana dapat dikumpulkan melalui tes. Bentuk tes yang peneliti gunakan adalah bentuk tes objektif pilihan ganda (multiple choice items). Jumlah soal tes yang peneliti gunakan adalah 20 butir tes. Tes
(73)
58
tersebut berfokus pada pembelajaran Matematika dan diberikan pada kegiatan pembelajaran.
G. Rencana Tindakan
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) yang ditandai dengan adanya siklus. Di dalam setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
1. Perencanaan
Perencanaan metode tutor teman sebaya untuk meningkatkan hasil belajar Matematika siswa kelas VIII dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Peneliti berkolaborasi dengan guru mata pelajaran Matematika kelas VIII untuk menyusun rencana pembelajaran dengan materi pokok “Persamaan Garis Lurus”.
b) Menyusun dan menyiapkan tes hasil belajar Matematika untuk mengetahui kondisi awal subjek sebelum pemberian tindakan. Pada tahap ini, materi yang digunakan adalah bab sebelumnya yaitu mengenai “Faktorisasi Aljabar”.
c) Setelah mengetahui tes hasil belajar Matematika, peneliti menentukan subjek penelitian dengan kategori siswa yang mendapatkan nilai dibawah standar kelulusan nilai.
d) Kemudian dari hasil tes hasil belajar Matematika (pre-test) peneliti berkolaborasi dengan guru Matematika memilih siswa untuk dijadikan sebagai tutor.
(74)
59
e) Menentukan jadwal dan tempat pelaksanaan bimbingan kelompok dengan metode tutor sebaya.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pertama, peneliti menjelaskan mengenai bimbingan kelompok dengan metode tutor teman sebaya yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika dan menerangkan konsep bimbingan kelompok dengan metode tutor teman sebaya dengan pemaparan melalui power point. Pada tahap ini peneliti juga menanyakan sebab kurang maksimalnya hasil belajar Matematika subjek, sehingga pelaksanaan tutor tidak sama dengan pemberian pembelajaran konvesional yang biasa diberikan oleh guru Matematika. Kedua, peneliti berkolaborasi dengan guru Matematika memberikan pelatihan kepada subjek yang akan menjadi tutor. Ketiga, pelaksanaan tutor teman sebaya yang dilakukan oleh subjek yang dijadikan sebagai tutor 3 kali dalam satu siklus untuk mengurangi kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran Matematika.
Pengamatan (observing), yaitu mengamati proses bimbingan kelompok dengan menggunakan metode tutor teman sebaya. Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait bersama prosesnya.
(1)
(2)
122
(3)
(4)
(5)
(6)