Keefektifan penggunaan modul dalam pembelajaran matematika pada materi peluang terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.
KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MODUL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI PELUANG
TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA DI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Patricia Endah Pertaningsih NIM : 081414050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2012
(2)
i
KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MODUL DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI PELUANG
TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA DI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Patricia Endah Pertaningsih
NIM : 081414050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2012
(3)
(4)
(5)
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orangtuaku, Tiada yang dapat kuberikan untuk membalas segala
pemberianmu,
namun ku berharap sebuah senyum kecil dapat menghiasi wajahmu...
(6)
(7)
vi ABSTRAK
Patricia Endah Pertaningsih. 2012. Keefektifan Penggunaan Modul dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Peluang terhadap Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) pengaruh penggunaan modul dalam pembelajaran matematika terhadap hasil dan 2) pengaruh penggunaan modul dalam pembelajaran matematika terhadap keaktifan siswa kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta semester 1 pada materi peluang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dan data dianalisis secara kuantitatif. Peneliti membandingkan dua kelas yakni kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Salah satu kelas diberi perlakuan yaitu penggunaan modul dalam pembelajaran. Kelas yang menggunakan modul dalam pembelajaran, kita sebut kelas eksperimen, sedangkan kelas yang tidak menggunakan modul dalam pembelajaran, kita sebut kelas kontrol. Pada penelitian ini, siswa mempelajari materi kaidah pencacahan, permutasi, dan kombinasi. Materi tersebut disampaikan dalam 8 pertemuan atau 12 jam pelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan hasil belajar dan keaktifan di kedua kelas tersebut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah modul pembelajaran, soal pretest, soal tes akhir, dan lembar observasi keaktifan siswa. Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru dan siswa untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan modul dalam pembelajaran matematika.
Hasil penelitian yang didapatkan adalah rata-rata hasil tes akhir di kelas eksperimen yakni 75,09 lebih tinggi daripada di kelas kontrol yakni 55,09. Selain itu, persentase siswa yang lulus KKM di kelas eksperimen yakni 61% lebih tinggi daripada di kelas kontrol yakni 11%. Rata-rata frekuensi keterlibatan siswa di kelas eksperimen juga lebih tinggi yakni 31,25 dibandingkan di kelas kontrol yakni 21,75. Selain itu, rata-rata persentase keterlibatan siswa di kelas eksperimen lebih tinggi yakni 66,625% dibandingkan di kelas kontrol 44,125%. Hasil wawancara dengan guru dan siswa juga mendapatkan tanggapan positif, guru dan siswa merasakan manfaat penggunaan modul dalam pembelajaran yakni siswa menjadi lebih mandiri, menghemat waktu, dan lebih merasa terbantu dalam belajar, sedangkan kekurangannya yakni dalam pengadaannya membutuhkan biaya. Jadi, dapat disimpulkan modul efektif digunakan dalam pembelajaran matematika pada materi peluang di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.
(8)
vii ABSTRACT
Patricia Endah Pertaningsih. 2012. The Effectiveness of The Use of Modules in Mathematics Learning on Probability Matter Towards Student's Learning Achievement and Student's Activity in SMA BOPKRI 2 Yogyakarta of Academic Year 2012/2013. Thesis. Mathematics Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aimed to know 1) the influence of the use of modules in mathematics learning towards student’s learning achievement and 2) the influence of the use of modules in mathematics learning towards the student’s activity of class XI IPS students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta at first semester on probability matter.
The type of this research is experimental research and the data was analyzed quantitatively. Researcher compare two classes, those are class XI IPS 1 and class XI IPS 2 in SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. One class be given the treatment, that is the use of modules in mathematics learning. The class that use the learning module is called the experiment class, whereas the class that doesn't use the learning module is called the control class. In this research, students learn the matter of multiplication principle, permutations, and combinations. The matter was given in 8 meetings or 12 hours of lesson. In this research, researcher compared learning achievement and activity in these two classes. the instrument that used in this research are learning module, pretest, final test, and sheet of student activity observation. Research also execute interviews with the teacher and students to know the advantage and disadvantages of the use of module in mathematics learning.
The average results of the final test in the experimental class 75.09, which is higher than in the control class 55.09. In addition, the percentage of students who pass KKM in the class of experiments is 61% higher than in the control classes, that is 11%. The average of frequency of students involvement in the experimental class is higher, that is 31.25, compared with the average of frequency of students involvement in control class, that is 21.75. In addition, the average of percentage of students involvement in the experimental class is 66.625%, which is higher than in the control class 44.125%. The results of interviews with teachers and students also get a positive response, teachers and students get the benefit from the use of the module in which students are learning to be more independent, save time, and find it helpful in learning, while the shortcoming is in the procurement costs. Thus, the modules effectively used in mathematics learning on probability matter in SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.
(9)
(10)
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Keefektifan Penggunaan Modul dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Peluang Terhadap Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013”.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, saran, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yesus, atas berkat dan bantuanNya sehingga skripsi ini dapat selesai.
2. Bapak Rohandi Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Drs. Aufridus Atmadi M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
5. Ibu Veronika Fitri Rianasari, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan memberikan bimbingan, masukan, dan pengarahan dengan penuh kesabaran selama pembuatan skripsi ini.
6. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang telah membimbing selama saya menempuh studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
(11)
x
7. Bapak Sugeng, Bu Heni, dan Mas Arif yang memberikan bantuan administrasi selama saya menempuh studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
8. Ibu Sri Rahayuningsih, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA BOPKRI 2 yang lama, Bapak Yusri S.Th. selaku Kepala Sekolah yang baru dan Dra. J. Ambarningrum selaku Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum yang memberikan kesempatan kepada saya untuk melaksanakan penelitian di SMA BOPKRI 2 Yogykarta.
9. Bapak Agustinus Wuryanto P., S.Pd. selaku Guru Mata Pelajaran Matematika SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah membantu saya dalam melaksanakan penelitian.
10.Siswa dan Siswi kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang bersedia membantu dalam proses penelitian.
11.Keluargaku tercinta, terimakasih atas doa dan dukungan yang kalian berikan.
12.Sahabat-sahabatku Juju, Lia, Titin, Erna, Anas, Vinsen serta teman-teman Fusion Yogyakarta terimakasih atas saran, doa, dan semangat yang selalu diberikan sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan lancar.
13.Terimakasih untuk teman-teman Pendidikan Matematika angkatan 2008 atas kebersamaannya selama 4 tahun ini.
14.Semua pihak yang tanpa sengaja tidak saya sebutkan disini namun telah memberikan banyak doa dan dukungan agar skripsi ini selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan, maka penulis terbuka terhadap saran dan kritik demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
(12)
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Perumusan Variabel ... 4
E. Batasan Istilah ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
A. Makna Belajar ... 8
B. Sumber Belajar ... 9
1. Pengertian Sumber Belajar ... 9
2. Jenis Sumber Belajar ... 10
3. Fungsi dan Manfaat Sumber Belajar ... 13
4. Kriteria Memilih Sumber Belajar ... 16
C. Sumber Belajar Modul ... 18
1. Pengertian Modul ... 18
(13)
xii
3. Maksud dan Tujuan Penggunaan Modul ... 21
4. Unsur-Unsur Modul ... 22
D. Sistem Pengajaran dengan Menggunakan Modul... 28
E. Hasil Belajar ... 31
F. Keaktifan ... 32
G. Peluang ... 34
H. Kerangka Berpikir ... 38
I. Hipotesis Penelitian ... 39
BAB III METODE PENELITIAN ... 40
A. Jenis Penelitian ... 40
B. Subjek Penelitian ... 42
1. Populasi ... 42
2. Sampel ... 42
C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 42
D. Jenis Data ... 43
1. Data Hasil Belajar ... 43
2. Data Keaktifan Siswa ... 43
3. Data Hasil Wawancara ... 43
4. Data Lain-lain ... 44
E. Metode Pengumpulan Data ... 44
F. Instrumen Penelitian ... 45
1. Desain Pembelajaran ... 46
2. Modul ... 46
3. Pretest ... 46
4. Tes Akhir ... 47
5. Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa ... 48
6. Pertanyaan Wawancara Siswa ... 49
7. Pertanyaan Wawancara Guru ... 49
8. Validitas dan Reliabilitas ... 50
(14)
xiii
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ... 68
A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 68
1. Perencanaan ... 68
2. Pelaksanaan dan Pengamatan Hasil Penelitian ... 69
a. Sebelum Penelitian ... 69
b. Selama Penelitian ... 81
c. Setelah Penelitian ... 111
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 114
1. Uji Homogenitas Sampel ... 114
2. Keaktifan ... 115
3. Hasil Belajar ... 116
4. Hasil Wawancara ... 117
C. Kelemahan-Kelemahan ... 117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 119
A. Kesimpulan ... 119
B. Saran ... 121
DAFTAR PUSTAKA ... 123
(15)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Pretest ... 47
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Tes Akhir ... 47
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas ... 52
Tabel 3.4 Tabel Keaktifan Siswa Menurut Strategi yang Digunakan ... 55
Tabel 3.5 Tabel Distribusi Keaktifan Siswa pada Setiap Pertemuan ... 56
Tabel 3.6 Tabel Jumlah Siswa yang Terlibat dalam Setiap Strategi yang Digunakan dan Frekuensi Keterlibatannya... 56
Tabel 3.7 Kriteria Keaktifan Siswa ... 56
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Soal Tes Akhir ... 70
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Reliabilitas Tiap Soal ... 70
Tabel 4.3 Uji Normalitas Data Pretest ... 72
Tabel 4.4 Uji Homogenitas Data Pretest ... 73
Tabel 4.5 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Pretest ... 73
Tabel 4.6 Keaktifan di Kelas Kontrol Sebelum Pemberian Treatment ... 74
Tabel 4.7 Keaktifan di Kelas Eksperimen Sebelum Pemberian Treatment ... 75
Tabel 4.8 Presentase Keterlibatan Siswa Sebelum Pemberian Treatment ... 75
Tabel 4.9 Uji Normalitas Data Usia Siswa ... 77
Tabel 4.10 Uji Homogenitas Data Usia Siswa ... 78
Tabel 4.11 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Usia Siswa ... 78
Tabel 4.12 Uji Normalitas Data Nilai Rapor ... 79
Tabel 4.13 Uji Homogenitas Data Nilai Rapor ... 80
Tabel 4.14 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Nilai Rapor ... 80
Tabel 4.15 Keaktifan di Kelas Kontrol Pertemuan Pertama ... 91
Tabel 4.16 Keaktifan di Kelas Eksperimen Pertemuan Pertama ... 91
Tabel 4.17 Persentase Keterlibatan Siswa Pertemuan Pertama ... 92
Tabel 4.18 Keaktifan di Kelas Kontrol Pertemuan Kedua ... 93
Tabel 4.19 Keaktifan di Kelas Eksperimen Pertemuan Kedua ... 93
Tabel 4.20 Persentase Keterlibatan Siswa Pertemuan Kedua ... 94
(16)
xv
Tabel 4.22 Keaktifan di Kelas Eksperimen Pertemuan Ketiga ... 95
Tabel 4.23 Persentase Keterlibatan Siswa Pertemuan Ketiga ... 96
Tabel 4.24 Keaktifan di Kelas Kontrol Pertemuan Keempat ... 96
Tabel 4.25 Keaktifan di Kelas Eksperimen Pertemuan Keempat ... 97
Tabel 4.26 Persentase Keterlibatan Siswa Pertemuan Keempat ... 98
Tabel 4.27 Keaktifan di Kelas Kontrol Pertemuan Kelima ... 98
Tabel 4.28 Keaktifan di Kelas Eksperimen Pertemuan Kelima ... 99
Tabel 4.29 Persentase Keterlibatan Siswa Pertemuan Kelima ... 100
Tabel 4.30 Keaktifan di Kelas Kontrol Pertemuan Keenam ... 100
Tabel 4.31 Keaktifan di Kelas Eksperimen Pertemuan Keenam ... 101
Tabel 4.32 Persentase Keterlibatan Siswa Pertemuan Keenam ... 102
Tabel 4.33 Keaktifan di Kelas Kontrol Pertemuan Ketujuh ... 102
Tabel 4.34 Keaktifan di Kelas Eksperimen Pertemuan Ketujuh ... 103
Tabel 4.35 Persentase Keterlibatan Siswa Pertemuan Ketujuh ... 103
Tabel 4.36 Keaktifan di Kelas Kontrol Pertemuan Kedelapan ... 104
Tabel 4.37 Keaktifan di Kelas Eksperimen Pertemuan Kedelapan ... 105
Tabel 4.38 Persentase Keterlibatan Siswa Pertemuan Kedelapan ... 105
Tabel 4.39 Nilai Tes Akhir Siswa di Kelas Kontrol ... 106
Tabel 4.40 Nilai Tes Akhir Siswa di Kelas Eksperimen ... 107
Tabel 4.41 Uji Normalitas Data Tes Akhir ... 108
Tabel 4.42 Uji Homogenitas Data Tes Akhir ... 109
Tabel 4.43 Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Tes Akhir ... 110
(17)
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A ... 126
A1 Modul Guru ... 127
A2 Modul Siswa ... 171
A3 Lembar Keaktifan Kelas ... 217
A4 Lembar Keaktifan Kelompok ... 219
A5 RPP ... 220
A6 Soal Pretest ... 236
A7 Kunci Jawaban Pretest ... 237
A8 Soal Tes Akhir ... 242
A9 Kunci Jawaban Tes Akhir... 243
LAMPIRAN B ... 245
B1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PBKL ... 246
B2 Skor dan Hasil Uji Validitas ... 248
B3 Perhitungan Validitas ... 250
B4 Perhitungan Reliabilitas ... 253
LAMPIRAN C ... 255
C1 Keaktifan Siswa Sebelum Pemberian Treatment di Kelas Kontrol... 256
C2 Keaktifan Siswa Sebelum Pemberian Treatment di Kelas Eksperimen ... 257
C3 Keaktifan Siswa di Kelas Kontrol Pertemuan Pertama . 258 C4 Keaktifan Siswa di Kelas Eksperimen Pertemuan Pertama ... 259
C5 Keaktifan Siswa di Kelas Kontrol Pertemuan Kedua .... 260
C6 Keaktifan Siswa di Kelas Eksperimen Pertemuan Kedua ... 261
C7 Keaktifan Siswa di Kelas Kontrol Pertemuan Ketiga .... 262
C8 Keaktifan Siswa di Kelas Eksperimen Pertemuan Ketiga ... 263 C9 Keaktifan Siswa di Kelas Kontrol Pertemuan
(18)
xvii
Keempat ... 264
C10 Keaktifan Siswa di Kelas Eksperimen Pertemuan Keempat ... 265
C11 Keaktifan Siswa di Kelas Kontrol Pertemuan Kelima . 266 C12 Keaktifan Siswa di Kelas Eksperimen Pertemuan Kelima ... 267
C13 Keaktifan Siswa di Kelas Kontrol Pertemuan Keenam 268 C14 Keaktifan Siswa di Kelas Eksperimen Pertemuan Keenam ... 269
C15 Keaktifan Siswa di Kelas Kontrol Pertemuan Ketujuh 270 C16 Keaktifan Siswa di Kelas Eksperimen Pertemuan Ketujuh ... 271
C17 Keaktifan Siswa di Kelas Kontrol Pertemuan Kedelapan ... 272
C18 Keaktifan Siswa di Kelas Eksperimen Pertemuan Kedelapan ... 273
LAMPIRAN D ... 274
D1 Hasil Nilai Pretest ... 275
D2 Hasil Nilai Tes Akhir ... 276
D3 Data Usia Siswa ... 280
D4 Data Nilai Rapor Siswa ... 282
D5 Presensi ... 283
LAMPIRAN E ... 285
E1 Lembar Jawaban Uji Validitas Tes Akhir Siswa ... 286
E2 Lembar Jawaban Pretest Siswa ... 296
E3 Lembar Jawaban Tes Akhir Siswa ... 316
E4 Lembar Observasi Kelas ... 328
E5 Lembar Observasi Kelompok ... 339
LAMPIRAN F ... 341
F1 Hasil Dokumentasi Foto ... 342
(19)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar sering diartikan sebagai proses penyampaian ilmu dari guru kepada murid. Namun sebenarnya proses belajar belumlah tentu dilaksanakan bersamaan dengan proses mengajar. Proses belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Proses belajar mengajar yang sering kita jumpai terjadi di sekolah. Biasanya dalam pembelajaran di sekolah, guru menjadi sumber tunggal dalam pembelajaran. Di mana berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran tergantung dari guru itu sendiri. Pada pembelajaran semacam ini semua informasi pengetahuan yang didapat siswa tergantung dari guru itu. Biasanya dalam pembelajaran seperti ini guru hanya menyampaikan materi secara monoton saja, sehingga pengetahuan siswa pun menjadi tidak berkembang. Guru hanya menulis di papan tulis dan siswanya menyalin ke dalam buku catatan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi perkembangan proses pembelajaran. Peningkatan dan pembaharuan terhadap hasil ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu pendidikan terus dilakukan. Siswa dituntut untuk aktif dalam mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh. Guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar untuk siswa. Siswa harus dapat menemukan dan mencari sumber-sumber lainnya untuk menunjang pembelajaran yang telah diperolehnya dari guru di sekolah. Sehingga dalam pembelajaran, guru bukan lagi sumber pengetahuan tunggal namun peran guru
(20)
ialah sebagai pembimbing siswanya untuk memperoleh ilmu pengetahuan itu sendiri melalui sumber dan media pembelajaran yang lain.
Menurut Rusman (2009:130), sumber belajar merupakan salah satu komponen yang membantu dalam proses belajar mengajar. Sumber belajar tidak lain adalah daya yang dapat dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian atau keseluruhan. Salah satu sumber belajar yang diangkat oleh peneliti untuk diamati keefektifannya ialah modul pembelajaran.
Menurut Mulyasa (2006:231) modul merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Modul adalah suatu bagian dari proses pembelajaran mengenai suatu satuan kompetensi tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Sebuah modul bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.
Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat melaksanakan Program Pelatihan Lapangan (PPL) di sebuah sekolah di Yogyakarta, murid di SMA tersebut tidak dibebankan untuk membeli buku panduan tertentu. Guru lebih banyak menerangkan dan murid mencatat. Guru sangat berpengaruh besar dalam proses belajar mengajar. Murid disarankan untuk mencari referensi lain, seperti dengan membaca buku-buku di perpustakaan. Buku-buku di perpustakaan SMA
(21)
tersebut memang lengkap, namun kesadaran siswa untuk menambah wawasan atau referensi penunjang materi pembelajaran kurang, sehingga guru benar-benar sumber pengetahuan tunggal dalam pembelajaran. Hal ini yang menarik minat peneliti untuk memberikan sumber belajar lain yang dapat menunjang pembelajaran dan menumbuhkan kesadaran siswa untuk lebih aktif, kreatif, dan mandiri. Selain itu, sumber belajar dengan menggunakan modul ini juga mengubah pandangan guru sebagai satu-satunya atau sumber tunggal dalam pembelajaran sekaligus mengubah pola pembelajaran teacher centered menjadi student centered.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti mengajukan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh penggunaan modul dalam pembelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta semester 1 pada materi peluang tahun ajaran 2012/2013?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan modul dalam pembelajaran matematika terhadap keaktifan siswa kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta semester 1 pada materi peluang tahun ajaran 2012/2013?
(22)
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Pengaruh penggunaan modul dalam pembelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta semester 1 pada materi peluang.
2. Pengaruh penggunaan modul dalam pembelajaran matematika terhadap keaktifan siswa kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta semester 1 pada materi peluang.
D. Perumusan Variabel
Untuk mencapai tujuan dalam pelaksanaan penelitian ini, diperlukan beberapa macam variabel untuk keperluan pengujian hipotesis, variabel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
a. Variabel bebas: sumber belajar yaitu modul
Pada penelitian ini, sumber pembelajaran yaitu modul menjadi variabel bebas. Peneliti menggunakan dua kelas yang akan diteliti. Salah satu kelas akan dikenakan variabel bebas, dan kelas yang lainnya tidak.
b. Variabel terikat: Hasil belajar dan keaktifan siswa
Hasil belajar dan keaktifan siswa ialah variabel terikat yang akan diteliti pengaruhnya dari penggunaan sumber pembelajaran di dua kelas eksperimen tersebut. Hasil belajar siswa dilihat dari pengaruh penggunaan modul sebagai sumber pembelajaran terhadap nilai siswa di dua kelas
(23)
penelitian. Keaktifan siswa dilihat dari pengaruh penggunaan modul terhadap keaktifan siswa di kelas.
c. Variabel Kontrol: Guru yang mengajar dan jumlah jam pelajaran
Variabel kontrol adalah variabel yang dengan sengaja dikendalikan agar kedua kelas dalam penelitian ini dapat dibuat sehomogen mungkin. Guru yang mengajar dan jumlah pelajaran dibuat sama antara kedua kelas yang akan diteliti.
E. Batasan Istilah
Pembatasan istilah dalam perumusan masalah di atas bertujuan agar tidak terjadi penafsiran ganda terhadap judul skripsi. Adapun istilah yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut:
1. Keefektifan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektif berarti dapat membawa hasil atau berguna. Sehingga keefektifan adalah suatu keadaan yang membawa pada sebuah keberhasilan atau berguna. Keefektifan dalam penelitian ini dinilai dari keberhasilan penggunaan modul dalam pembelajaran dilihat dari perbandingan pengaruh penggunaan modul terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa di kelas kontrol dan eksperimen.
2. Modul
Modul adalah salah satu sumber belajar yang memuat pokok bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaan untuk guru.
(24)
3. Hasil belajar
Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Hasil belajar dinilai dari nilai hasil tes akhir yang diberikan di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
4. Keaktifan belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktif berarti mampu beraksi dan bereaksi, sedangkan keaktifan berarti kegiatan beraksi dan beraksi. Sehingga keaktifan belajar adalah kegiatan siswa dalam pembelajaran yang menunjukkan aksi dan reaksi dalam menanggapi materi yang diberikan.
Keaktifan belajar dinilai dari perbandingan keaktifan siswa dalam mengikuti dan memberi tanggapan dalam proses pembelajaran di kelas eksperimen dan kelas kontrol.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini, peneliti dapat mengetahui pengaruh penggunaan modul dalam pembelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa dan keaktifan siswa untuk belajar di rumah pada siswa kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta semester 1 pada materi peluang. Selain itu, peneliti juga dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari penggunaan modul dalam
(25)
pembelajaran matematika baik yang dirasakan oleh guru maupun siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta kelas XI IPS semester 1 pada materi peluang. Peneliti sebagai calon guru dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika yang akan datang agar lebih meningkatkan hasil dan keaktifan belajar siswa.
2. Bagi Guru
Bagi guru bidang studi matematika, dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menggunakan modul dalam pembelajaran matematika agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan kemandirian siswa untuk belajar di rumah. Selain itu, guru dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari penggunaan modul dalam pembelajaran matematika.
3. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan sistem pengajaran yang mengakomodasi modul dalam pembelajarannya.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk menambah referensi bagi pihak yang membutuhkan.
(26)
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Makna Belajar
Menurut Hamalik (2009:45), belajar meliputi tidak hanya mata
pelajaran, tetapi juga penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat,
penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan, dan cita-cita. Belajar
mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku,
termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan
masyarakat dan pribadi secara lengkap. Oemar juga menuliskan bahwa
menurut Hilgard dan Brower, belajar sebagai perubahan dalam perbuatan
melalui aktivitas, praktek dan pengalaman.
Dalam bukunya W.S.Winkel (1996:50), proses perubahan dari
belum mampu ke arah sudah mampu, dan proses perubahan itu terjadi
selama jangka waktu tertentu, maka perubahan dalam pola perilaku inilah
yang menandakan belajar. Makin banyak kemampuan yang diperoleh,
makin banyak pula perubahan yang telah dialami.
Kemampuan-kemampuan tersebut dapat digolongkan menjadi:
1. Kemampuan kognitif yang meliputi pengetahuan dan pemahaman
2. Kemampuan sensorik-motorik yang meliputi keterampilan melakukan
rangkaian gerak-gerik badan dalam urutan tertentu
3. Kemampuan dinamik-afektif yang meliputi sikap dan nilai, yang
(27)
Semua perubahan di bidang-bidang itu merupakan suatu hasil belajar dan
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
Dari kedua pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah sebuah proses perubahan ke arah perbaikan yang terjadi dalam
jangka waktu tertentu. Belajar dapat dilakukan pada berbagai aspek.
Belajar membutuhkan proses dan proses itulah yang mengakibatkan
manusia dapat mengalami perubahan.
B. Sumber Belajar
1. Pengertian Sumber Belajar
Mulyasa (2006:159) mengemukakan bahwa sumber belajar dapat
dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan
belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan. Manfaat dari setiap
sumber belajar bergantung pada kemauan serta kemampuan guru dan
peserta didik untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan pesan-pesan
yang terkandung dalam sumber belajar yang didayagunakan.
Menurut Rusman (2009:130), sumber belajar merupakan salah satu
komponen yang membantu dalam proses belajar mengajar. Sumber
belajar tidak lain adalah daya yang dapat dimanfaatkan guna
kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun
tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan. Rusman juga
menuliskan dalam bukunya (2009:130) bahwa berdasarkan paparan
(28)
Technology (AECT), sumber belajar diartikan sebagai semua sumber, baik berupa data, orang, maupun wujud tertentu yang dapat digunakan
oleh anak didik dalam kegiatan belajar. Dalam kegiatan belajar tersebut,
sumber belajar dapat digunakan baik secara terpisah maupun
terkombinasi sehingga mempermudah anak didik dalam mencapai
tujuan belajarnya.
Dari beberapa pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
sumber belajar adalah semua komponen yang dimanfaatkan untuk
membantu proses belajar mengajar. Tujuan dari sumber belajar tersebut
adalah untuk mempermudah siswa untuk belajar dan mencapai tujuan
pembelajaran. Bermacam-macam sumber belajar yang dapat digunakan
dalam suatu pembelajaran.
2. Jenis Sumber Belajar
Rusman (2009:137) menulis bahwa sumber belajar menurut AECT
(Association for Educational Communication and Technology)
dibedakan menjadi 6 jenis yaitu:
a. Pesan (message)
Pesan merupakan sumber belajar yang meliputi pesan formal, yaitu
pesan yang dikeluarkan oleh lembaga resmi, seperti pemerintah atau
pesan yang disampaikan guru dalam situasi pembelajaran. Pesan ini
selain disampaikan secara lisan juga dibuat dalam bentuk dokumen
seperti kurikulum, peraturan pemerintah, perundangan, silabus,
(29)
yaitu pesan yang ada dilingkungan masyarakat luas yang dapat
digunakan sebagai bahan pembelajaran, misal cerita rakyat,
legenda,dan lain-lain.
b. Orang (people)
Orang atau manusia pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber
belajar yang secara umum dapat dibagi dua kelompok. Pertama,
kelompok orang yang didesain khusus sebagai sumber belajar utama
yang dididik secara profesional untuk mengajar, seperti guru, tenaga
pendidik, dan lain-lain. Kedua, adalah orang yang memiliki profesi
selain tenaga yang berada di lingkungan pendidikan dan profesinya
tidak terbatas, misalnya politisi, tenaga kesehatan, dan lain-lain.
c. Bahan (materials)
Bahan adalah suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan
pembelajaran, seperti buku paket, buku teks, modul, alat peraga, dan
sebagainya.
d. Alat (device)
Alat adalah benda-benda yang berbentuk fisik sering disebut juga
dengan perangkat keras (hardware). Di dalamnya mencakup
multimedia projector, slide projector, OHP, film, dan sebagainya. e. Teknik
Teknik diartikan sebagai cara (prosedur) yang digunakan orang
(30)
Di dalamnya mencakup ceramah, permainan/simulasi, tanya jawab,
dan sebagainya.
f. Latar (setting)
Latar adalah lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun
lingkungan yang berada di luar sekolah, baik yang sengaja dirancang
maupun yang tidak secara khusus disiapkan untuk pembelajaran;
termasuk didalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, ruang
kelas, dan sebagainya.
Sumber belajar yang diuraikan di atas, merupakan
komponen-komponen yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran. Secara
khusus, untuk kategori bahan dan alat yang kita kenal sebagai software
dan hardware tak lain adalah media pendidikan.
Sedangkan Mulyasa (2006:159) mengemukakan bahwa sumber belajar
yang ada dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Manusia (people), yaitu orang yang menyampaikan pesan
pengajaran secara langsung; seperti guru, konselor, administrator,
yang diniati secara khusus dan disengaja untuk kepentingan belajar
(by design).
b. Bahan (material), yaitu sesuatu yang mengandung pesan
pembelajaran; baik yang diniati secara khusus seperti film
pendidikan, peta, grafik, buku paket dan sebagainya, yang biasa
(31)
c. Lingkungan (setting), yaitu ruang dan tempat ketika sumber-sumber
dapat berinteraksi dengan para peserta didik. Di samping itu ada
pula ruang dan tempat yang tidak diniati untuk kepentingan belajar,
namun bisa dimanfaatkan; misalnya museum, kebun binatang,
candi, dan sebagainya.
d. Alat dan peralatan (tools and equipment), yaitu sumber belajar
untuk produksi dan memainkan sumber-sumber lain. Alat dan
peralatan untuk produksi misalnya kamera untuk produksi foto, dan
tape recorder untuk rekaman. Sedang alat dan peralatan yang
digunakan utnuk memainkan sumber lain misalnya proyektor film,
pesawat TV, pesawat radio.
e. Aktivitas (activities), yaitu sumber belajar yang merupakan
kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain untuk
memudahkan (facilitates) belajar, misalnya pembelajaran
berprogram merupakan kombinasi antar teknik penyajian bahan
dengan buku.
3. Fungsi dan Manfaat Sumber Belajar
Rusman (2009:134) menuliskan beberapa fungsi sumber belajar, yakni:
a. meningkatkan produktivitas pendidikan, dengan cara mempercepat
laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara
lebih baik, dan mengurangi beban guru dalam menyampaikan
informasi sehingga dapat lebih banyak membina dan
(32)
b. memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih
individual, yaitu dengan cara mengurangi kontrol guru yang kaku
dan tradisional, memberikan kesempatan bagi siswa untuk
berkembang sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya,
c. memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran, yaitu
dengan cara perancangan program pendidikan yang lebih sistematis,
pengembangan bahan pembelajaran yang dilandasi oleh penelitian,
d. lebih memantapkan kegiatan pembelajaran, yaitu dengan cara
meningkatkan kemampuan sumber belajar, penyajian informasi dan
bahan secara lebih konkret,
e. memungkinkan belajar secara seketika, yaitu dengan cara
mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal
dan abstrak dengan realitas yang sifatnya konkret, memberikan
pengetahuan yang sifatnya langsung,
f. memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas, yaitu dengan
jalan penyajian informasi yang mampu menebus batas geografis
seperti dengna penerapan pembelajaran berbasis komputer dan
e-learning di sekolah.
Rusman (2009:135) juga menuliskan manfaat sumber belajar yaitu
memberikan pengalaman belajar yang konkret tidak langsung kepada
siswa; menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi,
atau dilihat secara langsung dan konkret, menambah dan memperluas
(33)
akuran dan terbaru; membantu memecahkan masalah pendidikan dan
pembelajaran baik dalam lingkungan makro maupun lingkungan mikro;
memberikan motivasi yang positif, lebih-lebih bila dirancang
penggunaanya secara tepat; merangsang untuk berpikir, bersikap, dan
berkembang lebih lanjut, seperti buku teks, buku bacaan, film, dan
lainnya yang mengandung daya penalaran yang mampu membuat siswa
terangsang untuk berpikir, menganalisis, dan berkembang lanjut.
Sedangkan Mulyasa (2006:163) menuliskan dalam bukunya bahwa
kegunaan sumber belajar ialah sebagai berikut:
a. merupakan pembuka jalan dan pengembangan wawasan terhadap
proses pembelajaran yang ditempuh. Disini sumber belajar
merupakan peta dasar yang perlu dijajagi secara umum agar
wawasan pembelajaran yang dikembangkan dapat dipahami lebih
awal,
b. sebagai pemandu materi pembalajaran yang dipelajari, dan
langkah-langkah operasional untuk menelusuri secara lebih teliti materi
standar secara tuntas,
c. memberikan berbagai macam ilustrasi dan contoh-contoh yang
berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukkan kompetensi
dasar,
d. memberikan petunjuk dan deskripsi tentang hubungan antara apa
yang sedang dikembangkan dalam pembelajaran, dengan ilmu
(34)
e. menginformasikan sejumlah penemuan baru yang pernah diperoleh
orang lain sehubungan dengan pembelajaran yang sedang
dikembangkan,
f. menunjukkan berbagai permasalahan yang timbul secara
konsekuensi logis dari pembelajaran yang dikembangkan, yang
menuntut adanya kemampuan pemecahan dari para guru dan
peserta didik.
4. Kriteria Memilih Sumber Belajar
Pemilihan sumber belajar secara umum terdiri dari dua macam ukuran
yaitu kriteria umum dan kriteria berdasarkan tujuan yang hendak
dicapai (Rusman, 2009:136):
a. Kriteria Umum
Kriteria umum merupakan ukuran kasar dalam memilih sumber
belajar diantaranya adalah:
1. ekonomis dalam pengertian murah, maksudnya tidak terpatok
pada harganya yang selalu rendah, tetapi dapat juga
pemanfaatannya dalam jangka panjang,
2. praktis dan sederhana, artinya tidak memerlukan pelayanan
sampingan yang sulit dan langka,
3. mudah diperoleh, dalam artian sumber belajar itu dekat, tersedia
(35)
4. bersifat fleksibel, artinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai
tujauan instruksional dan tidak dipengaruhi oleh faktor luar;
misalnya kemajuan teknologi, nilai, budaya, dan lainnya,
5. komponen-komponennya sesuai dengan tujuan, hal ini untuk
menghindari hal-hal yang ada di luar kemampuan guru.
b. Kriteria berdasarkan tujuan
Beberapa kriteria memilih sumber belajar berdasarkan tujuan
diantaranya adalah:
1. Sumber belajar guna memotivasi, artinya pemanfaatan sumber
belajar tersebut bertujuan membangkitkan minat, mendorong
partisipasi merangsang pertanyaan-pertanyaan, memperjelas
masalah, dan sebagainya.
2. Sumber belajar untuk pembelajaran, yaitu untuk mendukung
kegiatan belajar mengajar.
3. Sumber belajar untuk penelitian , merupakan bentuk observasi,
dianalisis, dicatat secara teliti, dan sebagainya.
4. Sumber belajar untuk memecahkan masalah.
5. Sumber belajar untuk presentasi, di sini lebih ditekankan sumber
sebagai alat, metode, atau strategi penyampaian pesan.
Dari fungsi, manfaat, serta kriteria yang telah dikemukakan diatas maka
peneliti memilih sumber belajar yaitu modul untuk penelitian ini. Alasan
memilih modul sebagai sumber belajar untuk penelitian ini ialah karena
(36)
sederhana, juga ekonomis, mudah didapat, dan fleksibel. Selain itu
komponen-komponen yang ada dalam modul sudah mencakup kriteria
tujuan sumber belajar yang diharapkan.
C. Sumber Belajar Modul 1. Pengertian Modul
Batasan pengertian tentang modul yang dikembangkan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (BP3K)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dituliskan Suryobroto
(1983:17) ialah sebagai berikut:
Modul adalah satu unit program belajar mengajar terkecil yang secara
terperinci menggariskan:
a. Tujuan instruksional yang akan dicapai
b. Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar
c. Pokok-pokok materi yang akan dipelajari
d. Kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih
luas
e. Peranan guru dalam proses belajar mengajar
f. Alat-alat dan sumber yang akan digunakan
g. Kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati siswa
secara berurutan
h. Lembar kerja yang harus diisi oleh anak
(37)
Sedangkan menurut Mulyasa (2006:231), modul merupakan paket
belajar mandiri yang meliputi rangkaian pengalaman belajar yang
direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu peserta
didik mencapai tujuan pembelajaran.
2. Sifat dan karakteristik modul
Suryosubroto (1983:17) mengemukakan sifat-sifat khas modul sebagai
berikut:
a. Modul merupakan unit pengajaran terkecil dan lengkap
Pengajaran dengan menggunakan modul memuat suatu unit
pengajaran namun lengkap. Modul dalam penelitian ini berisi materi
bahasan, kegiatan pembelajaran, lembar kerja siswa, lembar tugas,
dan latihan-latihan.
b. Modul memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan
sistematik
Peneliti menyertakan rancangan kegiatan belajar yang akan
dilakukan oleh guru dan siswa sehingga rancangan tersebut dapat
membantu guru sekaligus siswa untuk mengikuti kegiatan belajar
mengajar.
c. Modul memuat tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan
spesifik
Dalam modul ini akan disertakan tujuan belajar pada awal modul,
(38)
tersebut, serta agar siswa sendiri mengetahui tujuan belajar yang
mereka lakukan.
d. Modul memungkinan siswa belajar sendiri (independent)
Seperti sudah dituliskan sebelumnya, modul ini berisi tujuan belajar,
rangkaian rencana kegiatan belajar, materi pembelajaran, serta
latihan-latihan untuk siswa. Hal ini memungkinkan siswa untuk
mempelajari sendiri modul yang ada meski tanpa bimbingan guru.
Namun, pada penelitian ini, peneliti lebih fokus untuk melakukan
pengamatan keefektifan penggunaan modul di dalam proses belajar
mengajar di sekolah dengan melihat hasil belajar dan keaktifan
siswa.
e. Modul merupakan realisasi pengakuan perbedaan individual dan
merupakan salah satu perwujudan pengajaran individual.
Dalam pembelajaran dengan modul, siswa diberi kesempatan belajar
sesuai dengan kecepatan masing-masing.
Menurut Mulyasa (2006:232) pembelajaran dengan sistem modul
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Setiap modul harus memberikan informasi dan memberikan
petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan
oleh seorang peserta didik, bagaimana melakukannya, dan sumber
(39)
b. Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga
mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik
peserta didik.
c. Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien,
serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran
secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar tetapi lebih dari
itu.
d. Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga
peserta didik dapat mengetahui kapan dia memulai dan kapan
mengakhiri suatu modul dan tidak menimbulkan pertanyaan
mengenai apa yang harus dilakukan, atau dipelajari.
e. Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian
tujuan belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan
balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar.
3. Maksud dan tujuan penggunaan modul
Suryosubroto (1983:18) juga menyatakan maksud dan tujuan
digunakannya modul di dalam proses belajar mengajar ialah agar
supaya:
a. tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif
b. siswa dapat mengikuti program pendidikan sesuai dengan kecepatan
(40)
c. siswa dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan kegiatan
belajar sendiri, baik dibawah bimbingan atau tanpa bimbingan guru
d. siswa dapat menilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri secara
berkelanjutan
e. siswa benar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar
f. kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi
melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir
g. modul disusun dengan berdasar kepada konsep “mastery learning”
suatu konsep yang menekankan bahwa siswa harus secara optimal
menguasai bahan pelajaran yang disajikan dalam modul itu. Prinsip
ini mengandung konsekuensi bahwa seorang siswa tidak
diperbolehkan mengikuti program berikutnya sebelum ia menguasai
paling sedikit 75% dari bahan tersebut.
4. Unsur-unsur modul
Unsur-unsur atau komponen-komponen modul menurut Suryosubroto
(1983:22), antara lain sebagai berikut:
a. Pedoman Guru
Pedoman guru berisi petunjuk-petunjuk guru agar pengajaran dapat
diselenggarakan secara efisien. Juga memberikan penjelasan tentang:
1. Macam-macam kegiatan yang harus dilakukan oleh kelas
2. Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan modul itu
3. Alat-alat pelajaran yang digunakan
(41)
b. Lembaran Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai
oleh siswa. Penyusunan materi pelajaran ini disesuaikan dengan
tujuan-tujuan instruksional yang akan dicapai yang telah dirumuskan
dalam modul itu, materi pelajaran juga disusun secara teratur
langkah demi langkah sehingga dapat diikuti oleh siswa. Dalam
lembaran kegiatan tercantum pula kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan siswa.
c. Lembaran Kerja
Lembaran kerja ini menyertai lembar kegiatan siswa, digunakan
untuk menjawab atau mengerjakan soal-soal, tugas-tugas, atau
masalah-masalah yang harus dipecahkan. Siswa harus bekerja dan
melaksanakan kegiatannya pada lembar kerja ini.
d. Kunci Lembaran Kerja
Maksud diberikannya kunci lembaran kerja ialah agar siswa dapat
mengevaluasi (mengoreksi) sendiri hasil pekerjaannya. Apabila
siswa membuat kesalahan-kesalahan dalam pekerjaannya maka ia
dapat meninjau kembali pekerjaannya.
e. Lembaran Tes
Lembaran tes ialah alat evaluasi yang digunakan sebagai pengukur
keberhasilan atau tercapai tidaknya tujuan yang telah dirumuskan
(42)
keberhasilan murid dalam mempelajari bahan yang disajikan dalam
modul tersebut.
f. Kunci Lembaran Tes
Tes ini disusun oleh penulis modul yang bersangkutan, sehingga
kunci tes inipun juga dibuat oleh penulis modul. Gunanya sebagai
alat koreksi sendiri terhadap penilaian yang dilaksanakan.
Drs. ST. Vembriarto (1981:37) menuliskan unsur-unsur modul adalah
sebagai berikut:
a. Rumusan tujuan pengajaran yang eksplisit dan spesifik.
Rumusan tujuan berisi hal-hal yang diharapkan dari siswa setelah
mereka menyelesaikan tugasnya dalam mempelajari modul.
b. Petunjuk untuk guru
Petunjuk guru memuat penjelasan tentang bagaimana pengajaran itu
dapat diselenggarakan secara efisien. Petunjuk guru juga memuat
penjelasan tentang macam-macam kegiatan yang harus dilakukan
oleh kelas, waktu yang disediakan untuk menyelesaikan modul yang
bersangkutan, alat-alat pelajaran dan sumber yang harus digunakan,
evaluasi, dan jenis alat evaluasi yang digunakan.
c. Lembaran kegiatan siswa
Lembaran ini memuat materi pelajaran yang harus dikuasai oleh
siswa. Materi dalam lembaran kegiatan siswa itu disusun secara
khusus sedemikian rupa sehingga dengan mempelajari materi
(43)
tercapai. Materi pelajaran itu disusun langkah demi langah secara
teratur dan sistematik sehingga siswa dapat mengikutinya dengan
mudah dan tepat. Dalam lembaran kegiatan ini dicantumkan pula
kegiatan-kegiatan (observasi, percobaan, dsb.) yang harus dilakukan
siswa.
d. Lembaran kerja siswa
Materi pelajaran dalam lembaran kegiatan itu disusun sedemikian
rupa sehingga siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar.
Dalam lembaran kegiatan itu tercantum pertanyaan-pertanyaan dan
masalah-masalah yang harus dijawab dan dipecahkan oleh siswa.
Lembaran kerja yang menyertai lembaran kegiatan siswa itu
dipergunakan untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan
masalha tersebut.
e. Kunci lembaran kerja
Materi pada modul itu tidak saja disusun agar siswa senantiasa aktif
memecahkan masalah, melainkan juga dibuat agar siswa dapat
mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Sebab itu pada tiap-tiap
modul selalu disertakan kunci lembaran kerja. Dengan adanya kunci
tersebut, siswa dapat mengecek ketepatan hasil pekerjaannya.
f. Lembaran evaluasi
Tiap modul disertai evaluasi yang berupa test dan rating scale.
Evaluasi guru terhadap tercapai atau tidaknya tujuan yang
(44)
g. Kunci lembaran evaluasi
Test dan rating scale yang tercantum pada lembaran evaluasi itu
disusun oleh penulis modul yang bersangkutan. Item-item test
disusun dan dijabarkan dari rumusan-rumusan tujuan pada modul.
Lembaran evaluasi dan kuncinya senantiasa disimpan guru sendiri.
Dari penjabaran dua penulis tersebut tentang unsur-unsur modul,
peneliti menyusun modul untuk penelitian ini yang memiliki
unsur-unsur sebagai berikut:
a. Rumusan tujuan belajar
Rumusan tujuan belajar berisi tujuan-tujuan yang harus dicapai
siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan modul
ini.
b. Pedoman guru
Pedoman guru berisi petunjuk-petunjuk pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan modul ini. Adapun pedoman guru meliputi:
1. Kegiatan yang harus dilakukan dikelas
2. Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan modul
3. Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan modul
4. Petunjuk-petunjuk evaluasi
Pada penelitian ini, keefektifan yang akan dinilai ialah pembelajaran
(45)
dalam kelas, maka pedoman untuk guru ini hanya dimiliki pada
modul untuk guru.
c. Lembaran kegiatan siswa
Lembaran kegiatan siswa berisi kegiatan yang harus dilakukan
siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan modul ini. Adapun
isi lembaran kegiatan siswa ini ialah:
1. Kegiatan yang harus dilakukan siswa, misalnya percobaan, dan
lain-lain.
2. Materi pelajaran yang harus dikuasai siswa.
3. Latihan-latihan soal yang berkaitan dengan materi pelajaran
yang bersangkutan.
d. Lembaran kerja siswa
Lembaran kegiatan dilengkapi dengan lembaran kerja siswa, dimana
siswa harus mengerjakan semua kegiatan yang ada di lembar
kegiatan pada lembar kerja ini.
e. Kunci lembaran kerja
Kunci lembaran kerja disertai dalam modul untuk siswa agar siswa
dapat mengoreksi pekerjaannya. Namun kunci lembaran kerja ini
hanya berisi jawaban akhir tanpa adanya cara-cara penyelesaian.
Hal ini dibuat agar siswa tidak hanya menyalin jawaban yang ada.
Sehingga jika siswa mendapatkan hasil akhir yang berbeda, siswa
(46)
penyelesaian yang tepat. Ini bertujuan agar kunci lembaran kerja
memang untuk mengoreksi saja.
f. Lembaran evaluasi
Dalam penelitian ini lembaran evaluasi digunakan untuk
mengetahui keefektifan penggunaan modul dari hasil belajar. Pada
penelitian ini, peneliti mengambil satu KD pada bab peluang.
Peneliti mengadakan satu kali evaluasi, yakni pada akhir
pembelajaran dengan menggunakan modul.
g. Kunci lembaran evaluasi
Kunci lembaran evaluasi dibawa oleh guru.
D. Sistem Pengajaran dengan Menggunakan Modul
Suryosubroto (1983:25) mengemukakan tentang cara siswa belajar dengan
menggunakan modul dan peran guru dalam sistem pengajarn dengan
modul.
1. Cara siswa belajar dengan menggunakan modul
Langkah-langkah yang dilalui siswa pada saat belajar dengan
menggunakan modul adalah sebagai berikut:
a. Mempelajari lembar kegiatan siswa
b. Mengerjakan tugas-tugas pada lembaran kerja
c. Mencocokkan dengan kunci lembaran kerja
d. Mengerjakan lembaran tes
(47)
2. Peran guru dalam sistem pengajaran dengan menggunakan modul
Peranan guru dalam sistem ini bukan sebagai penyampai informasi
namun sebagai pengelola kelas yang ditinjau dari langkah-langkah
belajar modul sebagai berikut:
a. Pada saat akan dimulainya suatu modul
Sebelum modul digunakan, guru harus mempelajari pedoman guru
dan bahan modul yang digunakan siswa. Guru juga harus
mempelajari alat dan sumber yang harus disediakan atu dimiliki
siswa agar modul tersebut dapat digunakan secara maksimal.
b. Pada saat berlangsungnya proses belajar
Saat berlangsungnya proses belajar guru hendaknya:
1. Melaksanakan tugas yang digariskan dalam pedoman guru
2. Menegaskan kepada siswa hal-hal khusus yang terdapat dalam
modul
3. Menegaskan kepada siswa agar tidak perlu tergesa-gesa dalam
menyelesaikan modul namun secepatnya menguasai bahan
modul itu (tidak banyak waktu yang terbuang)
4. Menekankan kepada siswa bahawa mereka boleh bertanya baik
kepada guru maupun teman yang dianggap lebih tahu tentang
hal-hal yang belum jelas
(48)
- Seberapa jauh para siswa memahami petunjuk-petunjuk
yang tertulis dalam modul, seperti terlihat dalam
kemampuannya mengisi lembar kerja
- Seberapa jauh para siswa mengerjakan tugas-tugas seperti
yang telah digariskan dalam modul
- Kesulitan-kesulitan yang secara umum dihadapi siswa
6. Menghentikan kelas dan secara khusus menjelaskan hal yang
sulit bila ternyata semua siswa dalam kelas menghadapi
kesulitan yang sama.
c. Pada saat siswa selesai mengerjakan seluruh lembaran kegiatan
siswa dan lembaran kerja
Pada saat siswa telah selesai mengerjakan lembar kerjanya, guru
hendaknya;
1. Mengecek seberapa jauh siswa telah benar-benar menguasai
modul tersebut dengan jalan memeriksa lembar kerjanya
2. Memberikan tes jika seorang siswa benar-benar telah
menyelesaikan lembaran kegiatan dan lembaran kerja dengan
baik, secara kualitatif maupun kuantitatif.
d. Pada saat siswa telah menyelesaikan lembaran tes
1. Bagi siswa yang telah mencapai skor 75% guru hendaknya:
- Memberikan tugas-tugas pengayaan
- Memberikan modul baru sebagai lanjutan modul yang
(49)
2. Bagi siswa yang belum mencapai skor 75% guru hendaknya
mengadakan identifikasi terhadap item-item yang masih dibuat
salah serta menunjukkan bagian-bagian yang relevan dengan
item-item tersebut. Terhadap siswa yang perlu mendapatkan
bimbingan khusus maka:
- Guru memberikan bimbingan khusus kepada yang
bersangkutan
- Berdiskusi kepada pihak bimbingan dan penyuluhan untuk
mempelajari latar belakang siswa tersebut sebelum
mengambil keputusan.
E. Hasil Belajar
Menurut Sudjana (1995:3), hasil belajar adalah perubahan tingkah
laku setelah menempuh proses belajar mengajar. Sudjana juga menuliskan
bahwa penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap
hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu.
Untuk mengukur hasil belajar siswa dan penguasaannya pada
keseluruhan modul yang dipelajari maka diadakan tes. Tes pada umumnya
digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil
belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai
dengan tujuan pendidikan dan pengajaran (Sudjana, 1995:35). Tes sebagai
alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa
(50)
bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).
Dalam penilitian ini, peneliti melakukan tes tertulis, tes dilaksanakan satu
kali yakni pada akhir pembelajaran modul. Jadi, tes akan diberikan setelah
siswa menyelesaikan pembelajaran dengan menggunakan modul. Tes hasil
belajar ini dinilai dalam bentuk skor. Siswa dinyatakan telah tuntas belajar
dan menguasai modul bila skor mencapai batas kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang telah ditetapkan masing-masing sekolah. Dalam
penelitian ini, KKM yang digunakan ialah 75. Sehingga:
1. Siswa dinyatakan telah tuntas belajar bila telah mencapai skor ≥ 75 atau 75%
2. Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar bila di kelas tersebut rata-rata
nilainya ≥ 75 atau 75%.
Jadi hasil belajar ialah suatu alat ukur untuk mengetahui penguasaan siswa
terhadap materi pembelajaran yang dipelajari, yang diukur menggunakan
tes dan dinyatakan dalam bentuk skor yang sesuai dengan batas kriteria
ketuntasan minimal.
F. Keaktifan
Dalam bukunya Mulyasa (2006:241) menuliskan bahwa pada
hakekatnya belajar merupakan interaksi antara peserta didik dan
lingkungan. Oleh karena itu, untuk mencapai hasil belajar yang optimal
(51)
Keterlibatan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dan
menentukan keberhasilan pembelajaran.
Dalam pembelajaran di sekolah terjadi proses interaksi antara guru
dan siswa, sehingga baik guru maupun siswa harus berperan aktif dalam
pembelajaran. Jika guru berhasil membuat siswa aktif dalam
pembelajaran, guru telah berhasil juga memberikan pengalaman belajar
yang baru. Siswa belajar untuk mencari penyelesaian masalah baik secara
individu maupun kelompok. Hal ini lebih membuat siswa berkembang
daripada siswa hanya mendengarkan dan mencatat informasi yang guru
berikan.
Pembelajaran dengan menggunakan modul menuntut siswa untuk
lebih aktif dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran ini guru
berperan sebagai pembimbing bukan sumber belajar tunggal untuk siswa.
Siswa diajak aktif dan kreatif untuk dapat mencari penyelesaian dari
masalah yang ada. Siswa juga diajak aktif untuk mempelajari materi yang
ada baik didalam maupun diluar jam pelajaran. Hal ini berguna untuk
menambah kemampuan siswa dalam menguasai materi modul yang
diberikan.
Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan modul dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yakni
keaktifan siswa dalam diskusi kelompok dan diskusi kelas. Adapun
keaktifan yang akan diukur dalam penelitian ini yakni:
(52)
Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru atau bertanya kepada
siswa lain dalam kelompoknya tentang materi yang sedang dipelajari.
- Keaktifan siswa dalam berpendapat
Keaktifan siswa dalam memberikan pendapat baik dalam diskusi
kelompok maupun diskusi kelas.
- Keaktifan siswa dalam mendengarkan pendapat
Keaktifan siswa dalam mendengarkan guru maupun siswa yang lain
berpendapat baik dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas.
- Keaktifan siswa dalam merespon pendapat
Keaktifan siswa dalam merespon pendapat yang diberikan guru
maupun siswa yang lain dalam diskusi kelompok maupun diskusi
kelas.
- Keaktifan siswa dalam mengerjakan soal
Keaktifan siswa dalam mengerjakan soal baik individu maupun
kelompok.
Dalam penelitian ini akan digunakan lembar observasi dengan perhitungan
menggunakan turus.
G. Peluang
Pada materi Peluang di SMA terdapat tiga kompetensi dasar yang
harus dikuasai siswa. Dalam penelitian ini peneliti akan membahas satu
(53)
yakni menggunakan aturan perkalian, permutasi dan kombinasi dalam
pemecahan masalah.
Dalam suatu percobaan yang dilakukan berulang-ulang, hasil
percobaan tidak dapat diramalkan dengan pasti. Namun kita dapat
mengetahui semua kemungkinan hasil percobaan tersebut. Himpunan
semua kemungkinan hasil suatu percobaan disebut ruang contoh dan
dilambangkan dengan huruf S (Walpole,1992:70). Salah satu cabang
matematika yang membahas tentang pengaruh faktor kebetulan yang
berkaitan dengan terjadinya kejadian-kejadian tertentu bila suatu
percobaan dilaksanakan disebut peluang (Walpole, 1992:82). Dalam
penelitian ini, peneliti membahas beberapa materi yang ada dalam peluang
yakni aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi.
1. Aturan perkalian
Dalam banyak hal, masalah peluang dapat dipecahkan dengan
mencacah banyaknya titik dalam ruang contoh tanpa mendaftarkan
lebih dulu unsur-unsurnya. Prinsip dasar mencacah yang sering
disebut kaidah penggandaan atau aturan perkalian ini dituliskan oleh
Walpole (1992:82) yakni “bila suatu operasi dapat dilakukan dalam
n1 cara, dan bila untuk setiap cara tersebut operasi kedua dapat dilakukan dalam n2 cara, maka kedua operasi itu secara bersama-sama dapat dilakukan dalam n1n2
Kaidah penggandaan tersebut dapat diperluas untuk mencakup operasi
sebanyak berapa pun. Kaidah tersebut dituliskan oleh cara”.
(54)
Walpole(1992:82) sebagai kaidah penggandaan umum yang
mencakup k operasi:
“Bila suatu operasi dapat dilakukan dalam n1 cara, bila untuk setiap cara tersebut operasi kedua dapat dilakukan dalam n2 cara, bila untuk setiap pasangan dua cara yang pertama operasi ketiga dapat dilakukan dalam n3 cara, dan demikian seterusnya, maka k operasi dalam urutan tersebut dapat dilakukan dalam n1n2n3...nk
2. Permutasi
cara”.
Permutasi adalah suatu susunan yang dibentuk oleh keseluruhan atau
sebagian dari sekumpulan benda (Walpole, 1992:83).
Spiegel (1975:10) juga menyatakan mengenai permutasi yakni:
Suppose that we are given n distinct objects and wish to arrange r of these object in a line. Since there are n ways of choosing the 1st object, and after this is done n-1 ways of choosing the 2nd object,..., and finally n-r+1 ways of choosing the rth object, it follows by fundamental principle of counting that the number of different arrangements, or permutations as they are often called, is given by
��� = �(� −1)(� −2) … (� − �+ 1)
where it is noted that the product has r factors. Pada kasus dimana r = n maka,
��� =��� = �(� −1)(� −2) … 1 =�!
Permutasi yang berasal dari penyusunan benda dalam bentuk
lingkaran disebut permutasi melingkar atau permutasi siklis (Walpole,
1992:84). Dua permutasi melingkar tidak dianggap berbeda kecuali yang disebut n faktorial. Bentuk faktorial dapat dituliskan Spiegel
(1975:10) sebagai:
(55)
bila ada benda yang berpadanan dalam kedua susunan itu diawali atau
diikuti dengan benda yang berbeda seraya kita bergerak searah jarum
jam. Walpole menuliskan dalam bukunya (1992:84) bahwa
“banyaknya permutasi n benda yang berbeda yang disusun dalam
suatu lingkaran adalah (n-1)!”.
Sedangkan, banyaknya permutasi yang berbeda dari n benda yang n1
diantaranya berjenis pertama, n2 berjenis kedua, ..., nk
3. Kombinasi
berjenis ke-k
(Walpole, 1992:84) adalah
�!
�1!�2! …��!
Mengenai pengertian kombinasi, Spiegel (1975:10) menyatakan:
In a permutation we are interested in the order of arrangement of the objects. Thus abc is a different permutation from bca. In many problems, however, we are interested only in selecting or choosing objects without regard to order. Such selections are called combinations. Sehingga dapat disimpulkan bahwa permutasi ialah susunan yang
dibentuk dengan memperhatikan urutan. Sedangkan kombinasi ialah
susunan yang tidak memperhatikan urutan.
Kombinasi dinotasikan dengan K atau C dan dapat dinyatakan
sebagai:
��� = �
!
(56)
H. Kerangka Berpikir
Realita yang ditemukan oleh peneliti di sekolah bahwa guru
merupakan sumber tunggal dalam pembelajaran. Selain itu, siswa tidak
mempunyai acuan belajar lain. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
peneliti membuat rancangan modul pembelajaran yang akan diteliti
keefektivitasannya untuk digunakan dalam pembelajaran matematika di
sekolah. Modul dipilih sebagai sumber belajar yang akan diterapkan
karena sesuai dengan definisi yang dikemukakan Mulyasa bahwa modul
merupakan paket belajar mandiri sehingga diharapkan anak lebih mandiri
dalam belajar dan menjadikan guru sebagai fasilitator bukan sumber
tunggal pembelajaran. Modul yang akan diterapkan dimulai dengan
masalah kontekstual. Siswa diminta untuk memodelkan dan memecahkan
masalah yang ada dengan caranya masing-masing, kemudian guru akan
mengajak siswa untuk membahasnya bersama. Setelah mengeksplorasikan
masalah-masalah kontekstual yang telah dibahas, siswa dituntun dengan
modul dan dibimbing oleh guru menuju matematika yang lebih formal
(rumus). Diharapkan siswa dapat lebih memahami rumus yang ada dan
dapat menerapkannya dalam mengerjakan soal-soal yang telah disiapkan
pada modul. Siswa juga dapat menilai kemampuan dirinya sendiri,
mengecek dan menilai jawaban yang telah diperoleh dengan bantuan kunci
jawaban yang telah disediakan. Siswa juga dilatih kesadaran untuk
mengerjakan soal remidi jika nilai tes setiap kegiatan belajar tidak
(57)
Modul dirancang oleh peneliti dengan tujuan agar siswa lebih
mandiri dan aktif dalam proses belajar mengajar, serta lebih memahami
materi yang dipelajari. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti akan
melihat efektivitas penggunaan modul dalam pembelajaran terhadap
keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi peluang.
I. Hipotesis Penelitian
Menurut Arikunto (2006:71), hipotesis penelitian adalah suatu jawaban
yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti
melalui data yang terkumpul.
Pada penelitian ini, peneliti mengajukan dua hipotesis, yakni:
1. Rata-rata nilai hasil belajar pada materi peluang di kelas eksperimen
lebih tinggi dibandingkan di kelas kontrol.
2. Rata-rata keaktifan pada materi peluang di kelas eksperimen lebih
(58)
40 BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan tentang jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian, subjek penelitian, waktu dan tempat penelitian, bentuk data, metode
pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas, dan metode analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan
sebab akibat memberikan perlakuan tertentu yakni penggunaan modul dalam
pembelajaran pada kelompok eksperimental dan menyediakan kelompok
kontrol untuk perbandingan. Oleh karena itu, jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Iqbal Hasan (2004:10)
menuliskan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan
dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta diadakannya
kontrol terhadap variabel tertentu.
Jalaludin (1989:44) juga mengemukakan bahwa penelitian metode
eksperimental ialah metode yang ditujukan untuk meneliti hubungan sebab
akibat dengan memanipulasikan satu atau lebih variabel pada satu (atau lebih)
kelompok eksperimental, dan membandingkan dengan kelompok kontrol
yang tidak mengalami manipulasi. Variabel yang dimanipulasi atau perlakuan
yang akan dibandingkan dalam penelitian ini adalah modul. Metode
(59)
Desain dua kelompok terdiri dari pengamatan dua kelompok subjek yang
mengalami tingkat variabel bebas yang berbeda (Jalaludin:53) Kelompok
yang diberi perlakuan dikenal sebagai kelompok eksperimental, sedangkan
kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Untuk
menghindari pengaruh variabel sekunder, kedua kelompok ini harus diatur
agar benar-benar ekuivalen (Jalaludin 1989:53).
Pada penelitian ini, peneliti hanya dapat menggunakan jenis penelitian
eksperimental semu, yakni dua kelas yang akan diteliti diambil dari populasi
yang telah dipisahkan sebelumnya. Jadi, subjek tidak diambil secara random,
sehingga dalam penelitian ini kontrol terhadap variabel sekunder kurang
terlaksana karena kelas yang dipilih telah dipisahkan dengan tujuan lain.
Namun peneliti menambahkan uji homogenitas dari data usia siswa dan nilai
rapor siswa semester sebelumnya untuk meneliti tingkat kehomogenan siswa.
Jadi, dalam penelitian eksperimental yang menggunakan desain dua
kelompok ini, peneliti akan melakukan langkah-langkah penelitian yakni:
1. Mengendalikan variabel sekunder. Peneliti akan melakukan cara eliminasi
yakni menyingkirkan variabel luar sama sekali dengan mengusahakan agar
subjek bersifat sehomogen mungkin dalam variabel tersebut (Jalaludin
1989:47). Peneliti membuat subjek bersifat sehomogen mungkin dengan
mengontrol variabel-variabel tertentu, misalnya: guru yang mengajar,
banyaknya jam pertemuan. Peneliti mengusahakan memilih sampel
sehomogen mungkin. Dua kelas yang dipilih sebagai sampel penelitian
(60)
yang sama yakni kelas XI IPS. Selain itu, peneliti juga menguji
homogenitas sampel dari data usia dan nilai rapor siswa semester
sebelumnya.
2. Mengenakan variabel bebas pada kelompok eksperimental dan tidak
mengenakannya pada kelompok kontrol. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah modul.
3. Pengamatan dan pengukuran data secara kuantitatif dan kualitatif.
B. Subjek Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian
(Arikunto2006:130). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa-siswi XI SMA BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 2012-2013. Besarnya
populasi ini adalah 105 siswa yang terdiri dari kelas XI IPA dan XI IPS.
Populasi ini dipilih karena dinilai memiliki variabel sekunder yaitu tingkat
usia dan pendidikan yang sama.
2. Sampel
Menurut Arikunto (2006 : 131), sampel adalah sebagian atau wakil
dari populasi yang kita teliti. Pada penelitian ini dari populasi yang ada
yakni XI IPA dan XI IPS, peneliti menggunakan metode pengambilan
sampel yaitu purposive sampling. Anwar (2011:95) menuliskan bahwa cara pengambilan sampel tipe ini disebut pula dengan judgement sampling,
(61)
pertimbangan-pertimbangan tertentu, terutama pertimbangan-pertimbangan yang diberikan oleh
sekelompok pakar atau expert.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada jam pelajaran matematika selama 12 jam
pertemuan. Penelitian dilaksanakan mulai 16 Juli 2012. Penelitian
dilaksanakan di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta kelas XI IPS semester 1 pada
materi peluang.
D. Jenis Data
Ada dua macam data yang akan diambil dalam penelitian ini:
1. Data hasil belajar
Data yang diperoleh berupa nilai hasil pretest sebelum mempelajari modul
dan tes akhir setelah menyelesaikan modul. Nilai pretest digunakan untuk
menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai tes akhir digunakan
untuk melihat seberapa tingkat keefektifan modul terhadap hasil belajar.
Nilai pretest dan tes akhir akan dibandingkan antar kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
2. Data keaktifan siswa
Keaktifan siswa dinilai dari skor keaktifan siswa selama mengikuti proses
pembelajaran dengan menggunakan modul ini. Penilaian keaktifan siswa
diambil baik saat siswa mengikuti diskusi kelas maupun kelompok.
Penilaian keaktifan ini diukur dengan menggunakan lembar observasi yang
(62)
3. Data hasil wawancara
Data ini diperoleh dari hasil wawancara guru dan beberapa siswa tentang
keefektifan pembelajaran dengna menggunakan modul. Guru dan siswa
akan diminta pendapatnya mengenai kekurangan dan kelebihan
pembelajaran dengan menggunakan modul. Daftar pertanyaan wawancara
telah disiapkan oleh peneliti.
4. Data lain-lain
Data lain-lain ialah data penunjang untuk mengetahui bahwa sampel yang
diambil dari populasi yang ada benar-benar homogen. Data tersebut ialah
data usia siswa yang diperoleh dari bagian tata usaha sekolah. Data ini
untuk mengetahui bahwa siswa mempunyai tingkat usia yang sama atau
hampir sama sehingga dapat dikatakan homogen. Selain itu, peneliti juga
akan menggunakan data nilai rapor terakhir siswa untuk mengetahui
tingkat pengetahuan siswa dalam mempelajari matematika pada materi
sebelumnya. Data ini juga untuk mengukur kehomogenan tingkat
pemahaman siswa terhadap materi matematika.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Tes
Tes ialah metode pengumpulan data untuk memperoleh data hasil belajar
siswa. Tes akan dilaksanakan sebanyak dua kali, yakni sebelum dan
(63)
2. Pengamatan
Pengamatan dilakukan untuk memperoleh data keaktifan siswa di kelas.
Pengamatan dilakukan pada saaat siswa melakukan diskusi kelompok dan
diskusi kelas.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk memperoleh hasil data yang akan digunakan
untuk melengkapi hasil penelitian. Wawancara dilakukan dengan guru dan
beberapa siswa.
4. Dokumentasi
Peneliti akan menggunakan kamera untuk mengambil foto dokumentasi
proses pembelajaran untuk melengkapi data keaktifan siswa di kelas.
Peneliti juga akan melakukan dokumentasi untuk memperoleh data usia
anak dari sekolah.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini ada dua macam instrumen yang digunakan yaitu
instrumen untuk melakukan kegiatan pembelajaran dan instrumen
pengumpulan data. Instrumen untuk kegiatan pembelajaran meliputi desain
pembelajaran dan pembuatan modul pada materi peluang. Instrumen untuk
mengumpulkan data berupa: (1) pretest , (2) tes akhir, (2) lembar pengamatan
untuk mengamati keaktifan siswa dalam pembelajaran peluang dengan
menggunakan modul. Peneliti juga menggunakan instrumen pengumpulan
(64)
keefektifan penggunaan modul dalam pembelajaran matematika. Instrumen
tambahan yang peneliti gunakan yakni: (1) pertanyaan wawancara mengenai
kelebihan dan kekurangan penggunaan modul bagi siswa, (2) pertanyaan
wawancara mengenai kelebihan dan kekurangan penggunaan modul bagi
guru.
1. Desain pembelajaran
Desain pembelajaran terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). RPP yang memuat komponen-komponen sebagai berikut: bidang
studi, tema, sub pokok bahasan, kompetensi dasar, indikator, kegiatan,
penilaian, dan pembuatan rencana pembelajaran.
2. Modul
Modul digunakan sebagai pedoman bagi guru dan siswa dalam
melaksanakan pembelajaran. Untuk guru sudah disediakan petunjuk
penggunaan, hal ini bertujuan agar tercapainya tujuan pembelajaran. Guru
juga bertugas sebagai pembimbing, sehingga guru mengarahkan siswanya
agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan
penggunaan modul ini. Guru juga memberikan solusi jika siswa
mengalami kesulitan dalam pembelajaran dengan penggunaan modul pada
materi peluang ini.
3. Pretest
Pretest untuk mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi sebelum siswa tersebut mempelajarinya. Pretest berisi materi yang akan
(65)
dipelajari dalam modul yakni, aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi.
Tes yang diberikan berbentuk uraian.
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Soal Pretest
No. Indikator Banyak
soal 1. Menentukan banyaknya kemungkinan dari suatu
kejadian dengan menggunakan aturan perkalian 1 2. Menggunakan notasi faktorial dalam pemecahan soal 1 3. Menggunakan aturan permutasi r unsur dari n unsur
yang tersedia dalam pemecahan soal 2 4. Menggunakan aturan permutasi yang memiliki
beberapa unsur 1
5. Menggunakan aturan permutasi siklis dalam
pemecahan soal 1
6. Menggunakan aturan kombinasi dalam pemecahan
soal 2
4. Tes akhir
Dalam penelitian ini tes dilakukan untuk mengukur hasil belajar siswa
dengan menggunakan modul. Tes dilakukan setelah siswa menyelesaikan
semua materi pada modul atau dengan kata lain siswa telah menyelesaikan
pembelajaran dengan menggunakan modul ini. Tes berisi materi dalam
modul yakni, aturan perkalian, permutasi, dan kombinasi. Tes
dilaksanakan setelah siswa menyelesaikan pembelajaran dengan
menggunakan modul. Tes yang digunakan berbentuk uraian.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Tes Akhir
No. Indikator Banyak
soal 1. Menentukan banyaknya kemungkinan dari suatu
kejadian dengan menggunakan aturan perkalian 1 2. Menggunakan notasi faktorial dalam pemecahan soal 1 3. Menggunakan aturan permutasi r unsur dari n unsur
yang tersedia dalam pemecahan soal 2 4. Menggunakan aturan permutasi yang memiliki
(66)
5. Menggunakan aturan permutasi siklis dalam
pemecahan soal 1
6. Menggunakan aturan kombinasi dalam pemecahan
soal 2
5. Lembar pengamatan keaktifan siswa
Instrumen dalam penilaian keaktifan siswa ini meliputi lembar pengamatan
keaktifan siswa dalam diskusi kelas, diskusi kelompok, dan diskusi
kelompok dalam kelas. Keaktifan siswa yang dinilai dalam penelitian ini
adalah:
a) Siswa bertanya kepada guru saat mengalami kesulitan/kurang jelas
dalam pelajaran
b) Siswa bertanya kepada teman saat mengalami kesulitan/kurang
jelas dalam pelajaran
c) Siswa mengemukakan pendapatnya dalam pembelajaran
d) Siswa mendengarkan temannya saat mengemukakan pendapat
e) Siswa merespon pendapat temannya saat mengemukakan pendapat
f) Siswa mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik
g) Siswa antusias mengikuti pembelajaran
Aktivitas siswa dalam pembelajaran ini dianalisis dari hasil pengamatan
selama proses pembelajaran menggunakan analisis keterlibatan siswa
menurut Kartika Budi (April:2001). Dari masing-masing data akan
diungkapkan jumlah maupun frekuensi menurut jenis aktivitas pada setiap
pertemuan.
Dalam penilaian keaktifan siswa dalam diskusi kelompok dan diskusi
(67)
membantu melakukan pengamatan dan mengisi lembar pengamatan
keaktifan siswa.
6. Pertanyaan wawancara siswa
Penelitian ini bertujuan melihat keefektifan pembelajaran dengan
penggunaan modul, sehingga untuk lebih meyakinkan bahwa modul
efektif digunakan dalam menunjang pembelajaran, maka peneliti
mengadakan wawancara. Wawancara dilakukan pada beberapa siswa saja,
karena keterbatasan peneliti. Wawancara ini dilakukan setelah
pembelajaran materi yang diteliti. Pertanyaan wawancara dengan siswa
sebagai berikut:
a) Bagaimana pendapatmu dengan pembelajaran menggunakan modul?
b) Apakah kamu dapat mengikuti dan senang dengan pembelajaran
seperti ini dibandingkan dengan pembelajaran biasa?
c) Apa kelebihan pembelajaran dengan menggunakan modul ini?
d) Apa kekurangan pembelajaran dengan menggunakan modul ini?
e) Apa ada kesulitan dalam pembelajaran dengan menggunakan modul
ini?
7. Pertanyaan wawancara guru
Selain melakukan wawancara dengan siswa, untuk lebih meyakinkan
keefektifan penggunaan modul dalam pembelajaran matematika, maka
peneliti melakukan wawancara dengan guru pengajar. Wawancara
dilakukan setelah pembelajaran materi yang diteliti. Pertanyaan
(1)
Salah satu kelemahan pembelajaran yang tidak menggunakan modul ialah guru harus memberi waktu kepada siswa untuk mencatat materi yang telah dipelajari.
Dokumentasi Foto di Kelas Kontrol
Siswa bertanya kepada guru jika terdapat kesulitan dalam pembelajaran (di kelas Jika siswa selesai mencatat materi, mereka
cenderung bersantai sambil menunggu teman yang belum selesai mencatat. Guru menjadi sumber tunggal dalam pembelajaran
Satu murid maju mengerjakan soal yang
didiktekan guru, murid lainnya melihat temannya mengerjakan.
(2)
Dokumentasi Foto di Kelas Eksperimen
Guru mengajar menggunakan modul. Siswa antusias mengerjakan soal di depan kelas karena beberapa dari mereka telah mengerjakan soal tersebut di rumah.
Dalam pembelajaran dengan menggunakan modul, guru membahas beberapa poin penting di dalam modul agar siswa lebih memahami mengenai materi yang ada pada modul.
Siswa mengerjakan latihan soal yang ada pada modul.
Guru menerangkan kepada salah satu siswa yang bertanya mengenai materi yang ada pada modul.
Salah satu kekurangan di kelas eksperimen ialah siswa sering tidak masuk tanpa keterangan, oleh karena itu akan lebih baik jika nantinya ada penelitian yang membahas mengenai pengaruh modul terhadap minat dan motivasi siswa mengikuti
(3)
(4)
(5)
vi ABSTRAK
Patricia Endah Pertaningsih. 2012. Keefektifan Penggunaan Modul dalam Pembelajaran Matematika pada Materi Peluang terhadap Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) pengaruh penggunaan modul dalam pembelajaran matematika terhadap hasil dan 2) pengaruh penggunaan modul dalam pembelajaran matematika terhadap keaktifan siswa kelas XI IPS SMA BOPKRI 2 Yogyakarta semester 1 pada materi peluang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dan data dianalisis secara kuantitatif. Peneliti membandingkan dua kelas yakni kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Salah satu kelas diberi perlakuan yaitu penggunaan modul dalam pembelajaran. Kelas yang menggunakan modul dalam pembelajaran, kita sebut kelas eksperimen, sedangkan kelas yang tidak menggunakan modul dalam pembelajaran, kita sebut kelas kontrol. Pada penelitian ini, siswa mempelajari materi kaidah pencacahan, permutasi, dan kombinasi. Materi tersebut disampaikan dalam 8 pertemuan atau 12 jam pelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan hasil belajar dan keaktifan di kedua kelas tersebut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah modul pembelajaran, soal pretest, soal tes akhir, dan lembar observasi keaktifan siswa. Peneliti juga melakukan wawancara dengan guru dan siswa untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan modul dalam pembelajaran matematika.
Hasil penelitian yang didapatkan adalah rata-rata hasil tes akhir di kelas eksperimen yakni 75,09 lebih tinggi daripada di kelas kontrol yakni 55,09. Selain itu, persentase siswa yang lulus KKM di kelas eksperimen yakni 61% lebih tinggi daripada di kelas kontrol yakni 11%. Rata-rata frekuensi keterlibatan siswa di kelas eksperimen juga lebih tinggi yakni 31,25 dibandingkan di kelas kontrol yakni 21,75. Selain itu, rata-rata persentase keterlibatan siswa di kelas eksperimen lebih tinggi yakni 66,625% dibandingkan di kelas kontrol 44,125%. Hasil wawancara dengan guru dan siswa juga mendapatkan tanggapan positif, guru dan siswa merasakan manfaat penggunaan modul dalam pembelajaran yakni siswa menjadi lebih mandiri, menghemat waktu, dan lebih merasa terbantu dalam belajar, sedangkan kekurangannya yakni dalam pengadaannya membutuhkan biaya. Jadi, dapat disimpulkan modul efektif digunakan dalam pembelajaran matematika pada materi peluang di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.
(6)
vii ABSTRACT
Patricia Endah Pertaningsih. 2012. The Effectiveness of The Use of Modules in Mathematics Learning on Probability Matter Towards Student's Learning Achievement and Student's Activity in SMA BOPKRI 2 Yogyakarta of Academic Year 2012/2013. Thesis. Mathematics Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aimed to know 1) the influence of the use of modules in mathematics learning towards student’s learning achievement and 2) the influence of the use of modules in mathematics learning towards the student’s activity of class XI IPS students of SMA BOPKRI 2 Yogyakarta at first semester on probability matter.
The type of this research is experimental research and the data was analyzed quantitatively. Researcher compare two classes, those are class XI IPS 1 and class XI IPS 2 in SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. One class be given the treatment, that is the use of modules in mathematics learning. The class that use the learning module is called the experiment class, whereas the class that doesn't use the learning module is called the control class. In this research, students learn the matter of multiplication principle, permutations, and combinations. The matter was given in 8 meetings or 12 hours of lesson. In this research, researcher compared learning achievement and activity in these two classes. the instrument that used in this research are learning module, pretest, final test, and sheet of student activity observation. Research also execute interviews with the teacher and students to know the advantage and disadvantages of the use of module in mathematics learning.
The average results of the final test in the experimental class 75.09, which is higher than in the control class 55.09. In addition, the percentage of students who pass KKM in the class of experiments is 61% higher than in the control classes, that is 11%. The average of frequency of students involvement in the experimental class is higher, that is 31.25, compared with the average of frequency of students involvement in control class, that is 21.75. In addition, the average of percentage of students involvement in the experimental class is 66.625%, which is higher than in the control class 44.125%. The results of interviews with teachers and students also get a positive response, teachers and students get the benefit from the use of the module in which students are learning to be more independent, save time, and find it helpful in learning, while the shortcoming is in the procurement costs. Thus, the modules effectively used in mathematics learning on probability matter in SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.