Hubungan antara supervisi kepala sekolah, status kepegawaian dan pemberian kompensasi dengan kinerja guru : studi kasus guru-guru di Yayasan Soverdi Denpasar, Tuka, Kuta, Bali.

(1)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, STATUS KEPEGAWAIAN DAN PEMBERIAN KOMPENSASI DENGAN KINERJA

GURU

Studi Kasus pada Guru-guru di Yayasan Soverdi Denpasar, Tuka, Kuta, Bali

Yulianus Alei Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara: 1) supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru, 2) status kepegawaian dengan kinerja guru, 3) pemberian kompensasi dengan kinerja guru, 4) supervisi kepala sekolah, status kepegawaian, pemberian kompensasi secara bersama-sama dengan kinerja guru.

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Yayasan Soverdi Denpasar, Tuban, Kuta, Bali khususnya di SMPK dan SMAK Soverdi Tuban yang dilaksanakan pada bulan Januari dan Februari 2012. Jumlah populasi adalah seluruh guru SMPK Soverdi Tuban yang berjumlah 21 orang dan SMAK Soverdi Tuban berjumlah 21 orang, jumlah sampel 42 orang guru dengan rincian 21 orang guru SMPK Soverdi Tuban dan 21 orang guru SMAK Soverdi Tuban.

Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah, status kepegawaian dan pemberian kompensasi dengan kinerja guru digunakan teknik analisis korelasi product moment. Dari hasil uji noramalitas diketahui bahwa data status kepegawaian tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu untuk menguji hipotesis kedua digunakan uji chi-square. Untuk menguji hipotesis pertama dan ketiga digunakan analisis korelasi product moment. Dan untuk menguji hipotesis keempat digunakan teknik analisis korelasi ganda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru (rhitung = 0,358 >

rtabel 0,304 dengan n =42 pada taraf kesalahan 5%), 2) tidak ada hubungan positif

dan signifikan antara status kepegawaian dengan kinerja guru (χ²hitung = 0,382 < χ²tabel = 3,841 pada taraf kesalahan 5%), 3) ada hubungan positif dan signifikan

antara pemberian kompensasi dengan kinerja guru (rhitung = 0,412 > rtabel = 0,304

dengan n = 42 pada taraf kesalahan 5%), 4) ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dan pemberian kompensasi secara bersama-sama dengan kinerja guru ((R(1,2)) = 0,457 dan nilai Fhitung 5,142 > Ftabel 4,09).


(2)

ix ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN PRINCIPAL SUPERVISION, EMPLOYMENT STATUS, COMPENSATION AND TEACHER’S

PERFORMANCE

A Case Study on Teachers in Denpasar Soverdi Foundation, Tuka, Kuta, Bali

Yulianus Alei Sanata Dharma University

2012

The research intends to fine out whether there are any positive and significant correlation between: 1) principal supervision and teacher’s performance; 2) employment status and teacher’s performance; 3) compensation and teacher’s performance; 4) principal supervision, employment status, compensation simultaneously and teacher’s performance.

The research was conducted at the Institution of Soverdi Denpasar, Kuta, Bali, especially in Junior High School and Senior High School Catholic Soverdi Tuban in January and February 2012. The population were 21 teachers of Catholic Junior High School Soverdi Tuban and 21 teachers of Catholic Junior High School Soverdi Tuban. The number of samples were 42 teachers, 21 teachers of Catholic Junior High School of Soverdi Tuban and 21 Catholic Senior High School teachers of Soverdi Tuban.

To find out if there is a positive and significant correlation between the principal supervision, to their employment status and compensation with the performance of teachers used product moment correlation analysis techniques. From the analysis, it is known that the data are not normally distributed. Therefore, to test the second hypothesis used chi-square test. To test the first hypothesis and the third used product moment correlation analysis. And to test the fourth hypothesis used multiple correlation analysis techniques.

The results show that: 1) there is a positive and significant correlation between supervision done by the school head teacher (rcount = 0.358 > 0.304 rtable with n =

42 at level 5% error); 2) there isn’t any positive and significant correlation between employment status and the performance of teachers (χ²count = 0.382 < χ²table = 3.841 at the level of error 5%); 3) there is a positive and significant

correlation between compensation and the performance of teachers (rcount = 0.412

> rtable = 0.304 with n = 42 at level 5% error); 4) there is a positive and significant

correlation between supervision done by head master and compensation simultaneously with the performance of teachers ((R (1,2)) = 0.457 and 5.142 Fcount 5,142 > Ftable 4.09).


(3)

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA

SEKOLAH, STATUS KEPEGAWAIAN DAN PEMBERIAN

KOMPENSASI DENGAN KINERJA GURU

(Studi Kasus: Guru-guru di Yayasan Soverdi Denpasar,Tuban, Kuta, Bali)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh: Yulianus Alei

071334018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(4)

i

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA

SEKOLAH, STATUS KEPEGAWAIAN DAN PEMBERIAN

KOMPENSASI DENGAN KINERJA GURU

(Studi Kasus: Guru-guru di Yayasan Soverdi Denpasar,Tuban, Kuta, Bali)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh: Yulianus Alei

071334018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi sederhan ini kupersembahkan kepada:

Allah Tritunggal Maha Kudus, Seluruh Anggota Serikat Sabda Allah (SVD) khususnya Provinsi SVD Jawa,

Komunitas SVD Dharma Wacana Yogyakarta

Keluarga Besarku, khususnya Almarhum Bapak Tercinta Stefanus Kumis di Kampung Serinjuk, Desa Semoncol, Kecamatan Batang Tarang, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat,

Keponakanku yang terkasih Lia, Arum, Dwi dan Neli, Almamater Program Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(8)

v MOTTO

“Vivat Deus Unus Trinus in Cordibus Nostris”…. ( St. Arnoldus Janssen)

“Salib adalah rejeki sehari-hari untuk seorang misionaris. Semua salib berasal dari Allah. Kita mau menanggung salib itu dengan gembira,

karena cinta kepada Yesus yang tersalib, dan untuk menyilih dosa kita”…( St. Yosef Freinademetz)

”A ku ini, Jangan Takut”( Yoh 6:20 )

“… N amun karena janda ini menyusahkan aku, baiklah aku membenarkan dia, supaya jangan terus saja ia datang dan menyerang aku… .( Luk 18:5)

Per A spera A d A stra….( N ovis SVD angkatan 20 0 4)


(9)

(10)

(11)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, STATUS KEPEGAWAIAN DAN PEMBERIAN KOMPENSASI DENGAN KINERJA

GURU

Studi Kasus pada Guru-guru di Yayasan Soverdi Denpasar, Tuka, Kuta, Bali

Yulianus Alei Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara: 1) supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru, 2) status kepegawaian dengan kinerja guru, 3) pemberian kompensasi dengan kinerja guru, 4) supervisi kepala sekolah, status kepegawaian, pemberian kompensasi secara bersama-sama dengan kinerja guru.

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di Yayasan Soverdi Denpasar, Tuban, Kuta, Bali khususnya di SMPK dan SMAK Soverdi Tuban yang dilaksanakan pada bulan Januari dan Februari 2012. Jumlah populasi adalah seluruh guru SMPK Soverdi Tuban yang berjumlah 21 orang dan SMAK Soverdi Tuban berjumlah 21 orang, jumlah sampel 42 orang guru dengan rincian 21 orang guru SMPK Soverdi Tuban dan 21 orang guru SMAK Soverdi Tuban.

Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah, status kepegawaian dan pemberian kompensasi dengan kinerja guru digunakan teknik analisis korelasi product moment. Dari hasil uji noramalitas diketahui bahwa data status kepegawaian tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu untuk menguji hipotesis kedua digunakan uji chi-square. Untuk menguji hipotesis pertama dan ketiga digunakan analisis korelasi product moment. Dan untuk menguji hipotesis keempat digunakan teknik analisis korelasi ganda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru (rhitung = 0,358 >

rtabel 0,304 dengan n =42 pada taraf kesalahan 5%), 2) tidak ada hubungan positif

dan signifikan antara status kepegawaian dengan kinerja guru (χ²hitung = 0,382 <

χ²tabel = 3,841 pada taraf kesalahan 5%), 3) ada hubungan positif dan signifikan

antara pemberian kompensasi dengan kinerja guru (rhitung = 0,412 > rtabel = 0,304

dengan n = 42 pada taraf kesalahan 5%), 4) ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dan pemberian kompensasi secara bersama-sama dengan kinerja guru ((R(1,2)) = 0,457 dan nilai Fhitung 5,142 > Ftabel 4,09).


(12)

ix ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN PRINCIPAL SUPERVISION, EMPLOYMENT STATUS, COMPENSATION AND TEACHER’S

PERFORMANCE

A Case Study on Teachers in Denpasar Soverdi Foundation, Tuka, Kuta, Bali

Yulianus Alei Sanata Dharma University

2012

The research intends to fine out whether there are any positive and significant correlation between: 1) principal supervision and teacher’s performance; 2) employment status and teacher’s performance; 3) compensation and teacher’s performance; 4) principal supervision, employment status, compensation simultaneously and teacher’s performance.

The research was conducted at the Institution of Soverdi Denpasar, Kuta, Bali, especially in Junior High School and Senior High School Catholic Soverdi Tuban in January and February 2012. The population were 21 teachers of Catholic Junior High School Soverdi Tuban and 21 teachers of Catholic Junior High School Soverdi Tuban. The number of samples were 42 teachers, 21 teachers of Catholic Junior High School of Soverdi Tuban and 21 Catholic Senior High School teachers of Soverdi Tuban.

To find out if there is a positive and significant correlation between the principal supervision, to their employment status and compensation with the performance of teachers used product moment correlation analysis techniques. From the analysis, it is known that the data are not normally distributed. Therefore, to test the second hypothesis used chi-square test. To test the first hypothesis and the third used product moment correlation analysis. And to test the fourth hypothesis used multiple correlation analysis techniques.

The results show that: 1) there is a positive and significant correlation between supervision done by the school head teacher (rcount = 0.358 > 0.304 rtable with n =

42 at level 5% error); 2) there isn’t any positive and significant correlation between employment status and the performance of teachers (χ²count = 0.382 <

χ²table = 3.841 at the level of error 5%); 3) there is a positive and significant

correlation between compensation and the performance of teachers (rcount = 0.412

> rtable = 0.304 with n = 42 at level 5% error); 4) there is a positive and significant

correlation between supervision done by head master and compensation simultaneously with the performance of teachers ((R (1,2)) = 0.457 and 5.142 Fcount 5,142 > Ftable 4.09).


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Tritunggal Yang Maha

Kudus yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program

Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini

dapat terselesaikan tidak lepas dari dukungan dan dorongan dari berbagai pihak

yang telah memberikan semangat, saran, kritik, ide dan dukungannya. Oleh

karena itu, penulis mau mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak L. Saptono, S.Pd.,M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Drs. F.X. Muhadi, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk

kesempurnaan skripsi ini.

4. Pater Provinsial SVD Jawa, P. Felix Kadek Sunartha, SVD dan P. Martin

Anggut, SVD (mantan provinsial SVD Jawa) yang telah memberikan


(14)

xi

5. Pater Rektor dan konfrater di komunitas Soverdi Dharma Wacana Yogyakarta

yang selalu memberikan dukungan dan perhatiannya kepada penulis selama

ini.

6. Pater Prefek (P. Hermanus Sigit Pawanta, SVD dan P. Martin Fatin, SVD)

yang telah memberikan bimbingannya selama penulis menjadi Bruder Yunior

di Komunitas Soverdi Dharma Wacana Yogyakarta.

7. Pater Leondarus Piter Pungki Setiawan, SVD.,M.Pd selaku BPK Yayasan

Soverdi Denpasar yang telah memberi ijin kepala penulis untuk melakukan

penelitian di SMPK dan SMAK Soverdi Tuban.

8. Konfrater di Komunitas Soverdi Bali Wacana yang telah menerima penulis

dengan baik selama menggadakan penelitian.

9. Para guru dan karyawan SMPK dan SMAK Soverdi Tuban yang telah

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

10. Sr. M. Cornelia OSF, S.Ag selaku kepala sekolah SMP Maria Immaculata

Yoyakarta yang telah memberi ijin kepada peneliti untuk melakukan try out

kuesioner penelitian.

11. Para guru SMP Maria Immaculata Yogyakarta yang telah bersedia menjadi

responden untuk keperluan try out kuesioner dalam penelitian ini.

12. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang selama ini telah membantu


(15)

xii

13. Para karyawan dan karyawati Soverdi Dharma Wacana, Yogyakarta (Mas

Pur, Mas Geby, Pak Jum, Mbak Ning, Mbak Anjar dan Mbak Yati) yang

selama ini telah mendukung penulis dengan pelayanan yang mereka berikan.

14. Teman-teman seperjuangan ( Nila, Lando, Endah, Umi, Br. Narto, MTB, Fr.

Kardi, BHK) angkatan PAK 2007 dan semua pihak yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penulisan skripsi

sederhana ini.

Yogyakarta, Maret 2012


(16)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7


(17)

xiv

A. Tinjauan Teoritik ... 9

1. Kinerja Guru ... 9

a. Pengertian Kinerja Guru ... 9

b. Kriteria Kinerja Guru ... 10

c. Indikator Kinerja Guru ... 14

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 18

2. Supervisi Kepala Sekolah ... 19

a. Pengertian Supervisi Kepala Sekolah ... 19

b. Tujuan Supervisi Pendidikan ... 21

c. Tipe-tipe Supervisi Pendidikan ... 22

d. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan ... 24

e. Teknik-teknik Supervisi ... 26

3. Status Kepegawaian ... 30

4. Pemberian Kompensasi ... 32

a. Pengertian Kompensasi... 32

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompensasi ... 33

c. Bentuk-bentuk Kompensasi ... 34

d. Tujuan Pemberian Kompensasi ... 37

B. Hasil Kajian yang Relevan ... 38

C. Rasionalisisi/Kerangka Berpikir ... 40

1. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru ... 40

2. Hubungan Status Kepegawaian dengan Kinerja Guru ... 40


(18)

xv

4. Hubungan Supervisi Kepela Sekolah, Status Kepegawaian dan

Pemberian Kompensasi dengan Kinerja Guru ... 41

D. Paradigma Penelitian... 42

E. Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Jenis Penelitian ... 44

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 45

D. Populasi ... 45

E. Variabel Penelitian dan Teknik Pengukurannya ... 46

F. Teknik Pengumpulan Data ... 54

G. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 55

H. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 66

A. Data Kelembagaan Sekolah ... 66

B. Visi dan Misi ... 67

C. Sejarah Perkembangan Sekolah dan Yayasan ... 68

D. Data Kepala Sekolah, Guru dan Karyawan ... 79

E. Data Jumlah Siswa dan Siswi ... 81

F. Fasilitas Sekolah ... 82

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 85

A. Deskripsi Data Penelitian ... 85


(19)

xvi

2. Status Kepegawaian ... 88

3. Pemberian Kompensasi ... 89

4. Kinerja Guru ... 90

B. Uji Persyaratan Analisis Data ... 100

1. Uji Normalitas ... 100

2. Uji Linieritas ... 101

C. Pengujian Hipotesis ... 102

1. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru ... 103

2. Hubungan Status Kepegawaian dengan Kinerja Guru ... 105

3. Hubungan Pemberian Kompensasi dengan Kinerja Guru ... 106

4. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah, Status Kepegawaian dan Pemberian Kompensasi... 109

D. Pembahasan ... 113

1. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru ... 113

2. Hubungan Status Kepegawaian dengan Kinerja Guru ... 115

3. Hubungan Pemberian Kompensasi dengan Kinerja Guru ... 117

4. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah, Status Kepegawaian dan Pemberian Kompensasi dengan Kinerja Guru ... 118

BAB VI PENUTUP ... 121

A. Kesimpulan ... 121

B. Keterbatasan ... 122

C. Saran... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125 LAMPIRA


(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Operasionaliasi Variabel Supervisi Kepala Sekolah ... 48

Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Pemberian Kompensasi ... 50

Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Kinerja Guru ... 51

Tabel 3.4 Skala Pengukuran (Skala Likert) ... 53

Tabel 3.5 Ringkasan Hasil Uji Validitas Supervisi Kepala Sekolah ... 57

Tabel 3.6 Ringkasan Hasil Uji Validitas Pemberian Kompensasi ... 57

Tabel 3.7 Pedoman Memberiakan Interpertasi terhadap Koefisien Korelasi ... 63

Tabel 4.1 Data Kepala Sekolah SMPK Soverdi Tuban... 79

Tabel 4.2 Data Guru dan Karyawan SMPK Soverdi Tuban... 79

Tabel 4.3 Data Kepala Sekolah SMAK Soverdi Tuban ... 80

Tabel 4.4 Data Guru dan Karyawan SMAK Soverdi Tuban ... 80

Tabel 4.5 Data Jumlah Siswa SMPK Soverdi Tuban ... 81

Tabel 4.6 Data Jumlah Siswa SMAK Soverdi Tuban ... 81

Tabel 5.1 Deskripsi Supervisi Kepala Sekolah ... 86

Tabel 5.2 Deskripsi Supervisi Kepala Sekolah Dimensi Tujuan Supervisi . 86 Tabel 5.3 Deskripsi Supervisi Kepala Sekolah Dimensi Prinsip-prinsip ... 87

Tabel 5.4 Deskripsi Status Kepegawaian ... 88

Tabel 5.5 Deskripsi Pemberian Kompensasi ... 89

Tabel 5.6 Deskripsi Kinerja Guru ... 91


(21)

xviii

Tabel 5.8 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Sikap Guru dalam Proses

Pembelajaran ... 93

Tabel 5.9 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Penguasaan Bahan Belajar ... 94

Tabel 5.10 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Kegiatan Belajar Mengajar ... 95

Tabel 5.11 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Penggunaan Media ... 96

Tabel 5.12 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Evalusi Pembelajaran ... 97

Tabel 5.13 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Menutup Pembelajaran ... 98

Tabel 5.14 Deskripsi Kinerja Guru Dimensi Tindak Lanjut ... 99

Tabel 5.15 Hasil Uji Normalitas ... 100

Tabel 5.16 Hasil Uji Linieritas ... 102

Tabel 5.17 Hasil Uji Hipotesis Pertama dengan Korelasi Product Moment .. 103

Tabel 5.18 Hasil Uji Hipotesis Kedua dengan Chi-Square ... 105

Tabel 5.19 Hasil Uji Hipotesis Ketiga dengan Korelasi Product Moment .... 107

Tabel 5.20 Hasil Uji Hipotesis Keempat dengan Korelasi Ganda ... 109

Tabel 5.21 Hasil Perhitungan Fhitung ... 110

Tabel 5.22 Rangkuman Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif ... 111


(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian dan Kuesioner Penelitian ... 128

Lampiran 2 Data Induk Penelitian ... 142

Lampiran 3 Kategori Kecenderungan Variabel dan Distribusi Frekuensi .... 147

Lampiran 4 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 159

Lampiran 5 Uji Normalitas dan Uji Linieritas ... 163

Lampiran 6 Chi-Square, Korelasi Product Moment dan Korelasi Ganda ... 166

Lampiran 7 Perhitungan Manual Sumbangan Relatif dan Efektif ... 171

Lampiran 8 Tabel r, Chi-Square dan Tabel F ... 179


(23)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penyelenggaraan lembaga-lembaga pendidikan di negara manapun

di dunia ini, dipandang sebagai suatu program yang bernilai strategis. Hal

ini tentunya tidak terlepas dari asumsi bahwa proses pendidikan

merupakan suatu proses yang dengan sengaja dilaksanakan semata-mata

bertujuan untuk mencerdaskan bangsa. Melalu proses pendidikan akan

terbentuk sosok-sosok individu sebagai sumber daya manusia berkualitas

yang akan berperan besar dalam proses pembanguanan bangsa dan negara.

Oleh karena itu, peranan pendidikan demikian sangat penting sebagai

kunci utama menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.

Faktanya, kualitas pendidikan di Indonesia saat ini masih sangat

memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000)

tentang peringkat indeks pengembangan manusia Indonesia (human

development index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian

pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan,

bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di

antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996),

ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Sementara itu menurut

survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas

pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia.


(24)

Economic Forum (2000), indonesia memiliki daya saing yang rendah,

yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia.

Dan masih menurut survei dari lembaga yang sama Indonesia hanya

berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53

negera di dunia

(http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia)

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia, diantaranya

adalah masalah efektifitas, efesiensi dan standarisasi pengajaran. Hal

tersebut adalah masalah umum dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Adapun yang menjadi masalah khusus dalam pendidikan kita saat ini

adalah rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya

kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan

pemerataan pendidikan dan mahalnya pendidikan

(http://ganis.student.umm.ac.id/2010/01/26/mahalnya-biaya-sekulah-di-masa-sekarang)

Dalam konstruksi budaya masyrakat Indonesia, guru merupakan

salah satu elemen yang sentral di dalam proses pembelajaran, sehingga

keberhasilan dan kegagalan peserta didik selalu dihubungkan dengan

kualitas guru. Kualitas guru tentunya tidak terlepas dari etos kerja dan

pengawasan dari kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai leader dalam

satuan pendididikan, memiliki tanggung jawab sebagai pengarah bagi para

guru di bawah kepimpinnya untuk menciptakan suasana mengajar dan


(25)

Edmons (dalam Sagala, 2005:13) tentang sekolah efektif

menunjukan bahwa peranan kepala sekolah sangat penting untuk

menjadikan sebuah sekolah pada tingkat yang efektif. Asumsinya adalah

bahwa sekolah yang baik akan selalu memiliki kepala sekolah yang baik,

artinya kemampuan kepala sekolah dan kemauanya untuk bekerja keras

dalam memberdayakan seluruh potensi sumber daya sekolah menjadi

jaminan keberhasilan sebuah sekolah. Untuk mengefektifkan pelaksanaan

pekerjaannya dan dapat mendayagunakan seluruh potensi sumber daya

yang ada di sekolah, maka kepala sekolah harus memenuhi perannya. Ada

tiga hal penting yang menjiwai supervisi pendidikan, yaitu:

1. Supervisi pendidikan adalah suatu perbuatan yang telah diprogramkan

secara resmi oleh organisisi. Jadi bukan perbuatan yang dilakukan

tampa perencanaan terlebih dahulu, tetapi direncanakan secara matang

sebelumnya.

2. Supervisi pendidikan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh

supervisor (kepala sekolah) dan secara langsung berpengaruh terhadap

kemampuan profesi guru.

3. Supervisi pendidikan mempengaruh kemampuan guru yang pada

gilirannya meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik, sehingga

tujuan sekolah dapat tercapai secara optimal.

Selain supervisi kepala sekolah terhadap para gurunya, ada satu hal

yang diduga berhubungan dengan kinerja atau kualitas seorang guru yaitu,


(26)

begitu banyak guru di Indonesia berstatus guru bantu dan guru honorer.

Dengan status mereka yang hanya sebagi guru bantu dan guru honorer ini,

akan berhubungan dengan totalitas mereka dalam mempersiapkan

pembelajaran. Memang asumsi ini tidak seratus persen benar, tetap

seorang guru tetap yayasan akan memiliki pandangan yang berbeda

tentang kinerja mereka dibandingkan dengan guru yang diperbantukan dan

guru honorer. Hal ini dikarenakan adanya rasa memiliki dan tanggung

jawab terhadap perkembangan sekolah. Sedangkan guru honorer akan

memiliki pandangan yang kurang positif mengingat mereka hanya dibayar

karena bekerja, tampa adanya kepastian terhadap masa depan mereka di

suatu lembaga atau yayasan tetentu. Sementara itu, guru negeri yang

diperbantukan akan kurang optimal dalam meningkatakan kinerja mereka,

mengingat stastus mereka dan gaji mereka dibayar oleh negara bukan oleh

yayasan.

Selain supervisi kepala sekolah dan status kepegawai di atas ada

satu variabel lagi yang memiliki hubungan dengan kinerja guru, yaitu

pemberian kompensasi. Menurut Streers dan Porter ( dalam T. Aritonang,

2005:4) bahwa tinggi rendahnya kinerja bekerja berkaitan erat dengan

sistem pemberian kompensasi yang diterapkan oleh lembaga/organisasi

tempat mereka bekerja. Artinya pemberian kompensasi memiliki

hubungan dengan kinerja seorang guru. Pemberian kompensasi yang


(27)

merasa dihargai dan dibutuhkan sehingga ia akan berusa terus menerus

untuk meningkatkan kinerjanya.

Dari berbagai latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “ HUBUNGAN ANTARA SUPERVISI

KEPALA SEKOLAH, STATUS KEPEGAWAIAN DAN PEMBERIAN KOMPENSASI DENGAN KINERJA GURU”.


(28)

B. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu luas dan dapat

lebih fokus, maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada supervisi

kepala sekolah, status kepegawaian dan pemberian kompensasi dengan

kinerja guru di sekolah-sekolah yang ada di bawah Yayasan Soverdi

Denpasar, Tuban, Kuta, Bali. Kinerja guru dalam penelitian ini dilihat dari

aspek kompetensi profesional.

C. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala

sekolah dengan kinerja guru?

2. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara status kepegawaian

dengan kinerja guru?

3. Apakah ada hubungan positif dan signifikan antara pemberian

kompensasi dengan kinerja guru?

4. Apak ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala

sekolah, status kepegawaian dan pemberian kompensasi dengan


(29)

D. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara

supervisi kepala sekolah dengan kinerja guru.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara

status kepegawaian dengan kinerja guru.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara

pemberian kompensasi dengan kinerja guru.

4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif dan signifikan antara

supervisi kepala sekolah, status kepegawaian dan pemberian

kompensasi dengan kinerja guru.

E. Manfaat Penelitaian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak

yang berkepentingan, antara lain:

1. Sekolah-sekolah milik Yayasan Soverdi Denpasar khususnya di

Kabupaten Kuta, Bali.

Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi

pihak sekolah, khususnya mengenai pentingnya supervisi kepala

sekolah, status kepegawaian dan pemberian kompensasi dengan


(30)

2. Universitas Sanata Dharma

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bacaan

tambahan dan pengetahunan, khususnya bagai mahasiswa Fakultas

Ilmu Pendidikan dan Keguruan.

3. Bagai Penulis

Dengan penelitian ini penulis dapat mengetahui bagaimana hubungan

supervisi kepala sekolah, status kepegawaian dan pemberian

kompensasi dengan kinerja guru di Yayasan Soverdi Denpasar Jl.


(31)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik

1. Kinerja Guru

a. Pengertian Kinerja Guru

Kata kinerja menurut Poerwadarminta (1988:56) berarti

sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan seseorang.

Menurut Boentaran (dalam Cristianty, 2003:11) prestasi kerja

adalah suatu hasil kerja dari karyawan yang melakukan pekerjaan

dalam waktu tertentu sesuai tugasnya. Kinerja dapat diartikan

sebagai hasil yang dicapai seseorang atau sekelompok orang

selama melakukan pekerjaan guna mencapai tujuan organisasi

dimana mereka bekerja. Kinerja dalam bekerja adalah hasil yang

dicapai oleh sesorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekrjaan

yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Nawawi (1996:34), kinerja merupakan

prestasi seseorang dalam suatu bidang atau keahlian tertentu, dalam

melaksanakan pekerjaannya yang dideligasikan dari atasan dengan

efektif dan efisien.

Dari berbagai penjelasasan mengenai pengertian kinerja di

atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah kemampuan


(32)

pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila

tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang ditetapkan.

b. Kriteria Kinerja Guru

Berdasarkan peraturan meteri pendidikan nasional RI no 16

tahun 2007, tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi

guru, dijelaskan bahwa standar kompetensi guru dikembangakan

secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu:

1) Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki

guru berkenaan dengan karakteristik siswa dilihat dari berbagai

aspek seperti moral, emosional dan intelektual. Kemampuan

yang harus dimiliki oleh guru, berkenaan dengan aspek-aspek

yang diamati, yaitu:

a) Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek

fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual

b) Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik.

c) Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan

bidang pengembangan yang diampu.

d) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.

e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

kepentingan penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang


(33)

f) Memfasilitasi pengembanagan potensi peserta didik untuk

mengaktulaisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

g) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan

peserta didik.

h) Melakukan peneilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar,

memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk

kepentingan pembelajaran.

i) Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas

pendidikan.

2) Kompetensi kepribadaian

Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki

keperibadian ideal. Karena itu, keperibadian guru sering

dianggap sebagai model atau panutan. Sebagai seorang model,

guru harus mempunyai kompetansi yang berhubungan dengan

pengembangan keperibadiaan (personal competencies), di

antaranya:

a) Bertindak sesuai dengan norama agama, hukum, sosial dan

kebudayaan nasional Indonesia.

b) Menempilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak

mulia dan teladan bagai peserta didik dan masyrakat.

c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil,


(34)

d) Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa

bangga menjadi guru dan rasa percaya diri.

e) Menjunjung kode etik profesi guru.

3) Kompetensi sosial

Guru di mata masyrakat dan siswa merupakan panutan yang

perlu dicontoh dan merupakan teladan dalam kehidupan

sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan

masyrakat, dalam rangka proses pembelajaran yang efektif.

Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai

anggota masyrakat dan makhluk sosial, diantaranya:

a) Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena

pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar

belakang keluraga dan status sosial ekonomi.

b) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua dan

masyrakat.

c) Beradaptasi di tempat tugas di selurauh wilayah Republik

Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.

d) Bekomunaikasi dengan komunikasi profesi sendiri dan


(35)

4) Kompetensi profesional

Kompetenasi profesional yaitu kemampuan yang harus

dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses

pembelajaran (Sanjaya, 2006:18). Beberapa kemampuan yang

berhubungan dengan kompetensi ini adalah:

a) Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan

b) Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan

c) Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai

dengan bidang studi yang diajarjankan.

d) Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metedologi

dan strategi pembelajaran.

e) Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media

dan sumber.

f) Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.

g) Kemampuan dalam menyusuan program pembelajaran.

h) Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang,

misalnya paham akan adiministrasi sekolah, bimbingan dan

penyuluhan.

i) Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir


(36)

c. Indikator Kinerja Guru

Berkenaan dengan kepentingan penilaian kinerja guru.

Georgia Departemen of Education telah mengembangkan teacher

performance assment instrument yang kemudian dimodifikasi oleh

Depdiknas menjadi alat penilaian kemampuan guru (APKG). Alat

penilaian kemampuan guru, meliputi: rencana pembelajaran

(teaching plans dan materials) atau disebut dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), prosedur pembelajaran

(classroom procedure) dan hubungan antar pribadi

(http://infopendidikankita.blogspot.com/2010/07/indikator-kinerja-guru-dan-penilaiannya.html).

Indikator penilaian terhadap kinerja guru dilakukan

terhadap tiga kategori pembelajaran di kelas, yaitu:

1) Kemampuan merancangkan belajar mengajar

Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap

yang berhubungan dengan kemampuan guru menguasi bagan

ajar. Kemampuan guru dapat dilihat dari cara atau proses

penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan

oleh guru, yang terdiri dari:

a) Pengembangan silabus

Unsur-unsur atau komponen yang ada dalam silabus

adalah:


(37)

(2) Standar kompetensi

(3) Kompetensi dasar

(4) Materi pembelajaran

(5) Kegiatan pembelajaran

(6) Indikator

(7) Alokasi waktu

(8) Sumber pembelajaran

b) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan penjabaran

lebih rinci dan spesifik dari silabus. Komponen-komponen

dari rencan pelaksanaan pembelajaran adalah:

(1) Identitas RPP

(2) Standar kompetensi (SK)

(3) Kompetensi dasar (KD)

(4) Indikator

(5) Tujuan pembelajaran

(6) Materi pembelajaran

(7) Metode pembelajaran

(8) Langkah-langkah kegiatan

(9) Sumber belajar


(38)

2) Kemampuan melaksanakan kegiatan belajar mengajar

Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaran

pendidikan yang ditandai dengan adanya kegiatan pengelolaan

kelas, penggunaan media dan sumber belajar dan penggunaan

metode serta strategi pembelajaran. Semua tugas tersebut

merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara

optimal dalam pelaksanaannya menurut kemampuan guru.

a) Pengelolaan kelas

Kemampuan menciptkan suasana kondusif di kelas guna

mewujudkan proses pembelajaran yang menyenagkan

adalah tuntutan bagai seorang guru dalam pengelolaan

kelas. Kemampuan guru dalam memupuk kerjasama dan

disiplin siswa dapat diketahui melalui pelaksanaan piket

kebersihan, ketepatan waktu masuk dan keluar kelas,

melakukan absensi setiap akan memulai proses

pembelajaran dan melakukan pengaturan tempat duduk

siswa.

b) Penggunaan media dan sumber belajar

Kemampuan lainnya dalam pelaksanaan pembelajaran yang

perlu dikuasi guru di samping pengelolaan kelas adalah

menggunakan media dan sumber belajar. Kemampuan

menggunakan media dan sumber belajar tidak hanya


(39)

cetak, media audio, dan media audio visual. Tetapi

kemampuan guru di sini lebih ditekankan pada penggunaan

objek nyata yang ada di sekitar sekolahnya.

c) Pengunaan metode pembelajaran

Kemampuan berikutnya adalah penggunaan metode

pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih dan

menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan

materi yang akan disampaikan. Menurut Ibrahim dan

Sukmadinta (1993:74), setiap metode pembelajaran

memiliki kelebihan dan kelemahan dilihat dari berbagai

sudut, namun yang penting bagi guru metode manapun

yang digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai.

3) Kemampuan mengevaluasi

Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditunjuk

untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran

dan juga proses pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap

ini seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam

menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan

alat-alat evaluasi, pengolahan dan penggunaan hasil evaluasi.

Pendekatan atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan

evaluasi/penilian hasil belajar adalah melalui penilaian acuan


(40)

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Menurut Simanjuntak (2005:13), kinerja seseorang

dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah:

1) Kompentensi Individu

Kompentensi individu adalah kemampuan dan keterampilan

melakukan pekerjannya. Kompentensi setiap orang

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dikelompokan

dalam dua golongan, yaitu: pertama, kemampuan dan

keterampilan kerja. Kedua, motivasi dan etos kerja. Secara

psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari

kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge

+ skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ di atas rata-rata

(IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk

jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerajaan

sehari-hari maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang

diharapkan. Pendidikan dan pelatihan merupakan bagian dari

investasi sumber daya manusia (human investment). Semakin

lama waktu yang digunakan seseorang untuk pendidikan dan

pelatihan, semakin tinggi kemampuan atau kompentensinya

melakukan pekerjaan, dan dengan demikian semakin tinggi


(41)

2) Dukungan organisisi

Kinerja setiap orang juga tergantung pada dukungan

organisiasi dalam bentuk pengorganisasian, penyediaan sarana

dan prasarana kerja, pemilihan teknologi, kenyamanan

lingkungan kerja, serta kondisi dan syarat kerja.

3) Dukungan manajemen

Kinerja setiap orang sangat tergantung pada kemampuan

manajerial dari para manajer atau pemimpin, baik dengan

membangun sistem kerja dan hubungan industrial yang aman

dan harmonis, maupun dengan mengembangkan kompentensi

kerja, demikian juga dengan menumbuhkan motivasi dan

mobilitas pegawai untuk bekerja secara optimal.

2. Supervisi Kepala Sekolah

a. Pengertian Supervisi Kepala Sekolah

Supervisi merupakan proses yang digunakan oleh

personalia sekolah yang bertanggung jawab terhadap aspek-aspek

tujuan sekolah dan yang bergantung secara langsung kepada para

personalia yang lain, untuk menolong mereka menyelesaikan

tujuan sekolah itu (Sergiovanni dalam Pidarta, 1992:2).

Sedangkan menurut Carter (dalam Soetopo dan Soemanto,

1984:39) supervisi adalah segala usaha dari petugas-petugas


(42)

memperbaiki pengajaran termasuk mestimulir, menyelesaikan

pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru dan merevisi

tujuan-tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran, metode

mengajar dan evaluasi pengajaran.

Sementara itu Neagley (dalam Pidarta, 1992:2)

mengemukakan bahwa setiap layanan kepada guru-guru yang

bertujauan menghasilkan perbaikan instruksional, belajar, dan

kurikulum dikatakan supervisi. Rumusan ini lebih operasional

daripada rumusana pertama di atas. Supervisi di sini diartikan

bantuan, pengarahan, dan bimbingan kepada guru-guru dalam

bidang-bidang instruksional, belajar dan kurikulum. Mereka

bekerja untuk meningkatkan ketiga bidang dalam usaha mencapai

tujuan sekolah.

Dari berbagi definisi di atas kita dapat mengambil

kesimpulan bahwa supervisi adalah segala usaha dan upaya yang

dilakukan oleh petugas-petugas sekolah, dalam hal ini kepala

sekolah dalam usaha membantu guru dan petugas lainnya

memperbaiki situasi pembelajaran sehingga kemampuan mereka

lebih berkembang dan kompeten sesuai dengan profesi mereka.

Dan pada akhirnya proses pembelajaran dapat berjalan dengan


(43)

b. Tujuan Supervisi Pendidikan

Menurut Rifai (1982:39), tujuan supervisi pendidikan

adalah sebagai berikut:

1) Membantu guru agar lebih mengerti atau menyadari

tujuan-tujuan pendidikan di sekolah dan fungsi sekolah dalam usaha

mencapai tujuan pendidikan.

2) Membantu guru agar lebih menyadari dan mengerti kebutuhan

dan masalah-masalah yang dihadapi siswanya, supaya dapat

membantu para siswanya tersebut.

3) Untuk melaksanakan kepemimpinan yang efektif dengan cara

yang demokratis dalam rangka meningkatkan kegiatan-kegiatan

profesional di sekolah dan hubungan antar staf yang kooperatif

untuk bersama-sama meningkatkan kemampuan masing-masing.

4) Menemukan kemampuan dan kelebihan tiap guru dan

memanfaatkan, serta mengembangkan kemampuan itu dengan

memberikan tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan

kemampuannya.

5) Membantu guru meningkatkan penampilannya di depan kelas,

baik dari segi kemampuan pengetahuan, keterampilan, maupun


(44)

6) Membantu guru baru dalam masa orientasinya supaya cepat

menyesuaikan diri dengan tugasnya dan dapat mendayagunakan

kemampuannya secara maksimal.

7) Membantu guru menemukan kesulitan belajar siswanya dan

merancankan tindakan-tindakan perbaikan.

8) Menghindari tuntutan-tuntutan terhadap guru yang diluar batas

atau tidak wajar, baik dari sekolah maupun masyrakat.

c. Tipe-tipe Supervisi Pendidikan

Menurut Burton dan Bruechner (dalam Purwanto, 1987: 88)

mengemukakan ada lima tipe supervisi, yaitu:

1) Supervisi sebagai inspeksi

Dalam admistrasi dan kepemimpinan yang otoraktis, supervisi

berarti inspeksi. Dalam bentuk inspeksi ini, supervisi

semata-mata merupakan kegiatan menginspeksi pekerjaan-pekerjaan

guru atau bawahan. Orang-ornang yang bertugas/mempunyai

tanggung jawab tentang pekerjaan itu disebut inspektur. Istilah

ini masih berlaku resmi dan umum di negara kita meskipun

sebenarnya tugas dan pelaksanaan sudah banyak mengalami

perubahan.

2) Laissez faire

Kepengawasan yang bertipe laissez faire sesungguhnya

merupakan kepengawasan yang tidak konstruktif.


(45)

bekerja sekehendaknya tampa diberi petunjuk dan bimbingan.

Guru-guru boleh menjalankan tugasnya menurut apa yang

mereka sukai, boleh mengajar apa yang mereka ingini dan

dengan cara yang mereka kehendaki.

3) Corrective supervision

Hampir sama dengan kepengawasan yang bersifat inspeksi,

tipe kepengawasan yang bersifat otoriter. Di dalam tindakan

kepengawasannya si pengawas bersifat memaksakan segala

sesuatu yang dianggapnya benar dan baik menurut

pendapatnya sendiri. Dalam hal ini pendapatan dan inisiatif

guru tidak dihiraukan atau tidak dipertimbangkan. Yang

penting, guru harus tunduk dan menuruti petunjuk-petunjuk

yang dianggap baikoleh supervisor itu sendiri. Mungkin dalam

hal-hal tertentu kepengawasan tipe korektif ini berguna dan

sesuai, misalnya bagi guru yang mulai belajar dan mengajar.

Akan tetapi, untuk perkembangan pendidikan pada umumnya

tipe korektif ini banyak kelemahannya. Tidak semua kepala

sekolah atau supervisi cara-cara yang baik untuk seluruh mata

pelajaran.

4) Supervisi sebagai latihan bimbingan

Dibandingakan dengan tipe-tipe supervisi yang telah

dibicarakan di atas, tipe ini lebih baik. Tipe supervisi ini


(46)

merupakan proses pertumbuhan bimbingan. Juga berdasarkan

pandangan bahwa orang-orang yang diangkat sebagai guru

pada umumnya telah mendapat pendidikan pre-service di

sekolah guru. Oleh karena itu, supervisi yang dilakukan

selanjutnya ialah untuk melihat (to train) dan memberi

bimbingan (to guide) kepada guru-guru tersebut dalam tugas

pekerjaannya sebagai guru.

5) Kepengawasan yang demokratis

Dalam kepemimpinan yang demokratis, kepengawasan atau

supervisi bersifat demokratsi pula. Supervisi merupakan

kepemimpinan pendidikan secara kooperatif. Dalam tingkat

ini, supervisi bukan lagi suatu pekerjaan yang dipegang oleh

seorang petugas, melainkan pekerjaan bersama yang

dikoordinasikan. Tanggung jawab tidak dipegang sendiri oleh

supervisor, melainkan dibagi-bagikan kepada anggota sesuai

dengan tingkat, keahlian dan kecakapannya masing-masing.

d. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan

Menurut Rifai (dalam Purwanto, 1987:129), untuk

menjalankan tindakan-tindakan supervisi, kepala sekolah

hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

1) Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif, yaitu pada

yang dibimbing dan diawasi harus dapat menimbulkan


(47)

2) Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang

sebenar-benarnya (realistis, mudah dilaksanakan).

3) Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya.

4) Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada

guru-guru dan pegawai-pegawai sekolah yang disupervisi.

5) Supervisi harus didasarkan atas hubungan profesional, bukan

atas hubungan pribadi.

6) Supervisi harus selalu memperhitungkan kesanggupan, sikap

dan mungkin prasangka guru-guru dan pegawai sekolah.

7) Supervisi tidak bersifat mendesak (otoriter) karena dapat

menimbulkan perasaan gelisah atau bahkan antipati dari

guru-guru.

8) Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat,

kedudukan atau kekuasaan pribadi.

9) Supervisi tidak boleh bersifat mencari-cari kesalahan dan

kekurangan.

10)Supervisi tidak terlau dapat cepat mengharapkan hasil dan tidak

boleh lekas merasa kecewa.

11)Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif dan

kooperatif. Preventif berarti berusaha mencegah jangan sampai

timbul hal-hal negatif; mengusahakan/memenuhi syarat-syarat

sebelum terjadinya sesuatu yang tidak kita harapkan. Korektif


(48)

Kooperatif berarti bahwa mencari kesalahan-kesalahan atau

kekurangan-kekurangan dan usaha memperbaikinya dilakukan

bersama-sama oleh supervisior dan orang-orang yang diawasi.

e. Teknik-teknik Supervisi

Untuk menolong guru berkembang terus menerus dalam

jabatannya, banyak cara yang bisa dilakukan oleh kepala sekolah.

Cara-cara menolong tersebut dikenal dengan teknik-teknik

supervisi. Supervisi dapat dilakukan dengan berbagai cara, dengan

tujuan agar apa yang diharapkan bersama dapat menjadi kenyataan.

Secara garis besar cara atau teknik-teknik supervisi menurut

Purwanto (1987:133), dapat digolongkan menjadi dua kelompok,

yaitu:

1) Teknik perseorangan

Teknik perseorangan ialah supervisi yang dilakukan secara

perseorangan. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam

teknik supervisi perseorangan ini, adalah:

a) Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)

Yang dimaksud dengan kunjungan kelas adalah kunjungan

sewaktu-waktu yang dilakukan oleh seorang supervisor

(kepala sekolah, penilik atau pengawas) untuk melihat atau

mengamati seorang guru yang sedang mengajar. Tujuannya

untuk mengobservasi begaimana guru mengajar, apakah


(49)

sesuai. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan

atau kelemahan yang sekiranya masih perlu diperbaiki.

b) Mengadakan kunjungan observasi (observation visits)

Guru-guru di suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk

melihat/mengamati sorang guru yang sedang

mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata

pelajaran tertentu. Misalnya menggunakan alat atau media

yang baru, audio-visual aids, cara mengajar dengan metode

tertentu, misalnya sosiodrama, problem solving, diskusi

panel, fish bowl, metode penemuan (discovery) dan

sebagainya.

c) Membina guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi

siswa dan atau mengatasi masalah yang dihadai siswa

Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi

kesulitan belajar siswa. Misalnya yang lamban dalam

belajar, tidak dapat memusatkan perhatian, siwa yang

nakal, siswa yang mengalami perasaan rendah diri dan

kurang dapat bergaul dengan teman-temannya. Meskipun

diberbagai sekolah mungkin telah dibentuk bagian

bimbingan dan konseling, masalah-masalah yang sering

timbul di dalam kelas yang disebabkan oleh siswa itu

sendiri daripada diserahkan kepada guru bimbingan atau


(50)

untuk mengatasinya. Di samping itu, kita pun harus

menyadari bahwa guru kelas atau wali kelas adalah

pembimbing yang utama. Oleh karena itu, peranan

supervisor, terutama kepala sekolah, sangat diperlukan.

d) Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan

dengan pelaksanaan kurikulum sekolah

Antara lain:

(1) Menysusun program semesteran

(2) Menysusn atau membuat program satuan pembelajaran

(3) Mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas

(4) Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pembelajaran

(5) Menggunakan media dan sumber dalam pembelajaran

(6) Mengorganisasi kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang

ekstrakurikuler, study tour dan sebagainya.

2) Teknik kelompok

Teknik supervisi kelompok adalah supervisi yang dilakukan

secara kelompok. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan

dalam teknik supervisi kelompok ini adalah:

a) Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting)

Seorang kepala sekolah yang baik umumnya menjalankan

tugas-tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusunnya.

Termasuk di dalam perencanaan itu antara lain mengadakan


(51)

dapat dijadikan bahan dalam rapat-rapat yang diadakan

dalam rangka kegiatan supervisi seperti, hal-hal yang

berhubungan dengan pelaksanaan dan pengembangan

kurikulum, pembinaan administrasi atau tata laksana

sekolah, termasuk BP3 atau POMG dan pengelola keuagan.

b) Mengadakan diskusi kelompok (group discussion)

Diskusi kelompok dapat diadakan dengan membentuk

kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis (biasanya

untuk sekolah lanjutan). Untuk SD dapat pula dibentuk

kelompok-kelompok guru yang berminat pada mata

pelajaran-mata pelajaran tertentu. Kelompok-kelompok

yang telah terbentuk diprogramkan untuk mengadakan

pertemuan/diskusi guna membicarakan hal-hal yang

berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan

proses belajar-mengajar. Di dalam setiap diskusi,

supervisor atau kepala sekolah dapat memberikan

pengarahan, bimbingan, nasihat-nasihat ataupun

saran-saran yang diperlukan.

c) Mengadakan penataran-penataran (inservice-training)

Teknik supervise kelompok yang dilakukan melalui

penataran-penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya

penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu, penataran


(52)

tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa

penataran-penataran tersebut pada umumnya

diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala

sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing

pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran,

agar dapat dipraktikan oleh guru-guru.

3. Status Kepegawaian

Guru meliputi semua orang di sekolah-sekolah yang

bertanggung jawab dalam pendidikan para murid. Status (kedudukan)

yang dipergunakan dalam hubungan dengan para guru berarti martabat

atau penghargaan yang diberikan kepada mereka, sebagai tingkat

pengakuan atas pentingnya fungsi mereka serta atas kemampuan

mereka dalam melakukan tugas-tugasnya dan prasyarat kerja,

penggajian serta keuntungan materi-materi lainnya yang diberikan

kepada mereka dibandingkan dengan golongan-golongan karya

lainnya.

Status kepegawaian guru adalah kedudukan guru berkaitan

dengan tanggung jawab guru terhadap sekolah yang ditempatinya.


(53)

a. Guru negeri

Guru negeri adalah guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu

isntansi milik pemerintah, guru yang bekerja di instansi swasta

tetapi tetap digaji oleh negara.

b. Guru swasta

Guru swasta adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu

dan digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta

digolongkan menjadi beberapa golongan, yaitu:

1) Guru Honorer

Guru honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh

yayasan atau lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan atau

lembaga tersebut, tetapi belum mengajar penuh atau dengan

kata lain sebagai guru bantu.

2) Guru Yayasan

Guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan dan sudah

berstatus guru tetap dari yayasan.

3) Guru Tidak Tetap Yayasan

Guru tidak tetap yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji

oleh yayasan tetapi belum menjadi guru tetap.

Sedangan menurut Undang-Undang Guru dan dosen tahun


(54)

1. Guru tetap adalah guru yang diperkerjakan secara permanen oleh

pemerintah, pemerintah daerah, BHP atau badan hukum lainnya

yang menyelenggarakan pendidikan.

2. Guru tetap pegawai negeri sipil adalah guru tetap yang diangkat

sebagai pegawai negeri sipil oleh pemerintah/pemerintah daerah

berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

3. Guru tetap non-PNS guru tetap yang diangkat oleh BHP, atau

badan hukum lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan,

berdasarkan perjanjian kerja.

4. Guru tidak tetap adalah guru yang diangkat secara sementara oleh

pemerintah, pemerintah daerah, BHP atau badan hukum lainya

yang menyelengarakan satuan pendidikan, berdasarkan perjanjian

kerja.

4. Pemberian Kompensasi a. Pengertian Kompensasi

Kompensasi adalah pemberian kepada karyawan dengan

pembayaran finansial sebagai balas jasa yang dilaksanakan dan

sebagai motivator untuk pelaksanaan kegiatan di waktu yang akan

datang ( Handoko, 1993:245).

Silalahi (2002:293) mendefinisikan kompensasi sebagai apa

yang diterima karyawan dari organisisi sebagai pengganti untuk


(55)

Sedangakan mernurut Sulistiyani dan Rosidah (2003:206)

kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima atas kerja yang

telah mereka lakukan dalam suatu oraganisi dan berfungsi sebagai

motivasi kerja.

Dari bergai defenisi kompensasi di atas dapat disimpulkan

bahwa kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima karyawan

atas usaha atau kerja yang telah mereka kerjakan dalam suatu

organisisi dan berfungi sebagai motivasi kerja.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kompensasi

Menurut Ambar dan Rosidah (2003:211), faktor-faktor

yang mempengaruhi kompensasi adalah:

1) Kebenaran dan keadilan

Kompensasi harus berdasarkan kondisi riil yang telah

dikerjakan oleh pegawai, artinya disesuaikan dengan

kemampuan, kecakapan, pendidikan dan jasa yang telah

ditunjukan pegawai kepada organisasi.

2) Dana organisasi

Kemampuan organisasi untuk memberikan kompensasi baik

berupa financial maupun non financial, disesuaikan dengan

dana yang tersedia.

3) Serikat kerja

Para karyawan yang tergabung dalam suatu serikat kerja, dapat


(56)

karena serikat karyawan dapat merupakan simbol kekuatan

dalam memperbai nasifnya.

4) Produktivitas kerja

Produktivitas pegawai merupakan faktor yang mempengaruhi

penilaian prestasi kerja, sedangkan prestasi kerjaa merupakan

faktor yang diperhitungan dalam penetapan kompensasi.

5) Biaya hidup

Penyesuaian besarnya kompensasi dengan biaya hidup

pegawai beserta keluarganya sehari-hari mendapatkan

perhatian dalam penetapan kompensasi.

6) Pemerintah

Intervenasi pemerintah untuk menentukan besarnya

kompensasi sangat besar.

c. Bentuk-bentuk Kompensasi

Dalam pemberian kompensasi antara organisasi yang satu

dengan organisai yang lain jelas berbeda. Pemberian kompensasi

kepada karyawan disesuaikan dengan kepentingan masing-masing

pihak dan kemampuan organisasi dalam menjalankan program

tersebut. Bentuk-bentuk kompensasi menurut Simamora

(2004:443) adalah sebagai berikut:

1) Finasial


(57)

(1) Bayaran pokok (base pay) dalam bentuk gaji (salary)

dan upah (wage).

(2) Bayaran prestasi (merit pay)

(3) Bayaran Intensif (insentive pay) dalam bentuk bonus,

komisi, pembagian laba, pembagian keuntungan dan

pembagian saham.

(4) Bayaran tertangguh (deferred pay) dalam bentuk

program tabungan dan anuitas pembelian saham.

b) Tidak langsung

(1) Program-program perlindungan, yaitu: asuransi

kesehatan, asuransi jiwa, pensiun dan asuransi tenaga

kerja.

(2) Biaya di luar jam kerja, yaitu: liburan, hari besar, cuti

tahunan dan cuti hamil.

(3) Fasilitas, yaitu : kendaraan, ruang kantor dan tempat

parkir.

2) Non-Finansial

a) Pekerjaan

(1) Tugas-tugas yang menarik

(2) Tantangan

(3) Tanggung jawab

(4) Pengakuan


(58)

b) Lingkungan pekerjaan

(1) Kebijakan-kebijakan yang sehat

(2) Supervisi yang kompeten

(3) Kerabat kerja yang menyenagkan

(4) Lingkungan kerja yang nyaman

Menurut Sudarsono (1996:140), kompensasi yang diterima

karyawan sehubungan dengan pekerjaannya dapat digolongkan

dalam empat bentuk, yaitu:

1) Upah atau gaji dalam bentuk uang

Upah atau gaji terdiri dari gaji pokok ditambah tunjangan

keluarga dan tunjangan jabatan.

2) Tunjangan dalam bentuk natura seperti beras, gula, garam dan

pakaian diberikan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan

menjaga gaji riil di masa inflasi.

3) Fringe benefits adalah bentuk jenis keuntungan di luar gaji yang

diperoleh karyawan sehubungan dengan jabatannya.

Bentuk-bentuk fringe benefits yaitu: dana pensiun, asuransi, upah yang

dibayar pada hari libur, cuti, sakit, sarana olahraga dan rekreasi.

4) Kondisi lingkunga kerja yang mencakup lokasi dan jarak

perusahaan dari tempat tinggal, kebersihan, mutu tempat kerja


(59)

d. Tujuan Pemberian Kompensasi

Dalam pemberian kompensasi hendaknya bersifat adil. Adil

yang dimaksudkan di sini bahwa apa yang diterima sesuai dengan

apa yang telah dilakukan. Menurut Sulistiyani dan Rosidah

(2003:210), tujaun pemberian kompensasi adalah:

1) Pemenuhan kebutuhan ekonomi

Pemberian kompensasi diharapkan sesuai dengan apa yang telah

dilakukan seorang guru dalam kerjanya sehingga dapat

memenuhi kebutuhanh hidup sehaari-hari (basic needs).

Sekarang ini masih banyak guru yang belum dapat memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari (basic needs) keluarganya, hal ini

dikarenakan jumlah pemberian kompensasi yang tidak sesuai

dengan apa yang telah dilakukan oleh guru dengan kebutuhan

ekonomi yang harus dipenuhinya.

2) Mendorong produktivitas kerja

Produktivitas kerja dapat diartikan sebgai pencapaian akhir

dalam suatu proses produksi dan lebih mengarah pada kuantitas.

Dalam konteks penelitian ini, pencapaian hasil kerja lebih

mengarah pada kinerja seorang guru.

3) Pengkaitan kompensasi dengan kesuksesan organisasi

Organisasi dalam penelitian ini adalah sebuah sekolah. Semakin

tinggi kepercayaan masyrakat terhadap mutu suatu sekolah akan


(60)

dan diharapakan akan meningkatkan pendapatan sekolah. Maka

kenyataan ini juga akan berdampak positif terhadap pemberian

kompensasi kepada guru dan karyawannya.

4) Memikat pegawai dan menahan pegawai yang kompeten

Pemberian kompensasi yang adil diharapkan dapat membantu

guru yang kompeten merasa nyaman untuk terus bekerja di

suatu sekolah. Kompensasi yang diberikan hendaknya juga

memperhatikan kompetensi guru dalam suatu organisasi,

sehingga guru akan merasa lebih dihargai dan dibutuhkan dalam

sekolah tersebut.

B. Kajian Hasil Penelitan yang Relevan 1. Christina Meliyana Wati

Christina Meliyana Wati dalam penelitian yang berjudul

”Pengaruh Suverpisi Kepala Sekolah dan Kompenasi terhadap

Kinerja Guru” studi kasus Guru-Guru di Sekolah Milik Yayasan

Xaverius Khususnya di Kota Metro, Lampung.

Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh yang positif dan

signifikan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru, pengaruh

yang positif dan signifikan kompenasi terhadap kinerja guru dan

pengaruh yang positif dan signifikan supervisi kepala sekolah dan

kompenasi terhadap kinerja guru. Penelitian ini dilaksanakan di


(61)

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus, sedangkan

teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara.

Untuk menguji hipotesis pertama dan kedua mengunakan analisis

kofisien korelasi sperman, sedangankan untuk menguji hipotesis

ketiga mengunakan analisis kofisien korelasi berganda.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

pengaruh supervisi kepala sekolah dan kompensasi terhadap kinerja

guru di Sekolah milik Yayasan Xaverian, khususnya kota Metro,

Lampung terdapat pengaruh yang positif dan signifikan.

2. Roland Ricardo B

Roland Ricardo B dalam penelitiannya yang berjudul

“Hubungan Persepsi Guru Tentang Supervisi Akademik dengan

Kinerja Guru di SMA Yos Sudarso Sokaraja”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan antara persepsi guru tentang supervisi

akademik dengan kinerja guru di SMA Yos Sudarso Sokaraja.

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan antara persepsi guru

tentang supervisi akademik dengan kinerja guru di SMA Yos Sudarso

Sokaraja.

Subyek dari penelitian adalah semua guru SMA Yos Sudarso

Sukaraja yang berjumlah 35 orang. Pengumpulan data dengan

penyebaran skala persepsi guru tentang supervisi akademik dan

dokumentasi DP3 (Daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan) yang


(62)

Untuk mengetahui hubungana antara persepsi guru tentang

supervisi akademik dengan kinerja guru di SMA Yos Sudarso

Sukaraja dengan menggunakan Sparman’s rho. Kofesien korelasi

yang didapat dalam penelitian ini adalah (r) = 0,355 dan P =0.018 atau

P < 0,005. Hal ini menunjukan bahwa variabel persepsi guru tentang

supervisi akademik berkorelasi positif dengan kinerja guru.

C. Rasionalisasi/Kerangka Berpikir

1. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kinerja Guru

Supervisi merupakan suatu tindakan atau langkah-langkah

yang dilakukan oleh kepala sekolah untuk memberikan rangsangan,

bimbingan dan bantuan kepada guru sebagai suatu usaha untuk

meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar di

sekolah. Hal ini sejalan dengan fungasi kepala sekolah sebagai leader

dalam satuan pendidikan. Supervisi yang dilakukan secara terus

menerus dan terprogram secara teratur akan meningkatkan

kompentensi guru sehingga akan terbentuk guru yang profesional.

2. Hubungan Status Kepegawaian dengan Kinerja Guru

Status atau kedudukan guru berarti martabat atau pengahargaan

yang diberikan kepada mereka. Dalam hal ini martabat bagi guru

berarti tingkat pengakuan yang diberikan kepada mereka atas

kemampuan mereka dalam menjalankan tugas-tugasnnya dan


(63)

yang lebih baik, misalnya pegawai tetap yayasan tentunya akan

memiliki loyalitas yang tinggi terhadap organisasi di mana mereka

bekerja, sehingga kinerja mereka diharapkan lebih baik. Sedangkan

para guru PNS yang diperbantukan dan guru honorer cenderung tidak

memiliki loyalitas yang tinggi terhadap organisasi di mana mereka

bekerja, sehingga kinerja mereka cenderung kurang baik.

3. Hubungan Pemberian Kompensasi dengan Kinerja Guru

Kompensasi adalah bentuk penghargaan yang diberikan atas

hasil kerja seseorang dalam organisasi. Pemberian kompensasi yang

sesuai dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari (basic needs)

diharapkan memberikan kesejahteraan kepada para guru. Dan dengan

terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari (basic needs), para guru

diharapkan memiliki motivasi berprestasi yang baik dan terus

mengembankan potensi yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan

pendapat Martoyo (1987:166), yang mengatakan bahwa : “suatu

kempensasi jelas akan meningkatkan atau menurunkan prestasi kerja”.

4. Hubungan Supervisi Kepala Sekolah, Status Kepegawaian, Pemberian Kompensasi dengan Kinerja Guru

Supervisi kepala sekolah, status kepegawaian guru dan

pemberian kompensasi pada dasarnya memang memiliki hubungan

dengan kinerja guru. Namun supervisi kepala sekolah, status


(64)

satu-satunya faktor yang berhubungan dengan kinerja guru, masih ada

banyak faktor-faktor lain yang juga berhubungan dengan kinerja guru.

Supervisi yang diberikan oleh kepala sekolah kepada para

gurunya tentunya akan membantu meningkatkan performa atau kineja

mereka. Tetapi ternyata supervisi kepala sekolah saja belum cukup

untuk meningkatkan kinerja guru, ternyata status kepegawaian guru

juga memberi andil terhadap kinerja guru. Guru yang status

kepegawaianya sudah mapan tentunya akan memiliki kinerja yang

lebih baik dan sebaliknya guru yang status kepegawaianya belum jelas

akan memiliki kinerja yang kurang. Dan ternyata kinerja guru tidak

hanya berhubungan dengan supervisi kepala sekolah dan status

kepegawaian saja, tetapi pemberian kompensasi yang adil dan sesuai

ternyata juga berhubungan dengan kinerja guru. Sehingga pemberian

kompensasi yang adil dan sesuai diharapkan mampu meningkatkan

kinerja guru dalam menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkain.

D. Paradigma Penelitian

Hubungan antara variabel penelitian dapat digambarkan dalam

paradigma sebagai berikut:

X1

Y X2


(65)

Ketrangan:

X1 : Variabel bebas supervisi kepala sekolah

X2 : Variabel bebas status kepegawaian

X3 : Variabel bebas pemberian kompensasi

Y : Variabel terikat kinerja guru

E. Hipotesis Penelitian

Hipotensi yang dirumusakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah

dengan kinerja guru

2. Ada hubungan positif dan signifikan antara status kepegawian dengan

kinerja guru

3. Ada hubungan positif dan signifikan antara pemberian kompensasi

dengan kinerja guru

4. Ada hubungan positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah,


(66)

44 BAB III

METODE PENELITAIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus

adalah suatu penyelidikan intensif tentang seseorang individu atau suatu

unit sosial secara mendalam. Dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba

menyelidiki hubungan supervisi kepala sekolah, status kepegawaian dan

pemberian kompensasi dengan kinerja guru. Kesimpuan yang ditarik

dalam penelitian ini hanya berlaku pada obyek yang diteliti, yaitu

guru-guru yang mengajar di sekolah-sekolah milik Yayasan Soverdi Denpasar

Jl. Komplek Burung No.46 Tuban-Kuta, Badung,Bali.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di sekolah-sekolah (SMPK dan SMAK

Soverdi Tuban) milik Yayasan Soverdi Denpasar Jl. Komplek Burung

No.46 Tuban-Kuta, Badung, Bali.

2. Waktu Penelitian


(67)

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Menurut Arikunto (2002:30) subyek penelitian adalah benda, hal atau

orang tempat variabel melekat. Mereka berperan sebagai pemberi

informasi yang berhubungan dengan obyek penelitian. Subyek dalam

penelitian ini adalah guru-guru yang ada di bawah Yayasan Soverdi

Tuban, Denpasar, Bali.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan

dalam sebuah penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi obyek

adalah :

a. Supervisi kepala sekolah

b. Status kepegawaian

c. Pemberian kompensasi

d. Kinerja guru

D. Populasi Penelitian

Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang

merupakan perhatian penelitian. Obyek penelitian dapat berupa makhluk

hidup, benda-benda, sistem dan prosedur, fenomena dan lain-lain (Kontur ,

2003: 137). Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru SMPK dan

SMAK Soverdi Tuban, dengan rincian 21 orang guru SMPK dan 21 orang


(68)

dijadikan obyek untuk diteliti, atau dengan kata lain penelitian ini adalah

penelitian populasi.

E. Variabel Penelitan dan Teknik Pengukurannya 1. Variabel Penelitaian

Variabel penelitian adalah obyek yang diteliti atau apa yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian ( Arikunto, 2002:96). Variabel

dalam penelitian ini ada empat, yaitu 3 (tiga) sebagai variabel bebas

atau variabel yang mempengaruhi (independent variable) dan 1 (satu)

sebagai variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi (dependent

variable). Adapun variabel penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

a. Variabel bebas atau variabel yang mempengaruhi (independent

variable).

1) Supervisi kepalas sekolah

Supevisi adalah segala usaha dan upaya yang dilakukan

oleh petugas-petugas sekolah dalam hal ini kepala sekolah

dalam usaha membantu guru dan petugas lainnya untuk

memperbaiki situasi pembelajaran sehingga kemampuan

mereka lebih berkembang dan kompeten sesuai dengan profesi

mereka. Artinya supervisi kepala sekolah hendaknya dilakukan

secara terencan dan terus menerus, sehingga supervisi yang

diberikan bisa dijadikan evaluasi bagi kepala sekolah dalam


(69)

2) Status kepegawaian guru

Status kepegawaian guru adalah kedudukan guru

berkaitan dengan tanggung jawab guru terhadap sekolah yang

ditempatinya. Ada empat macam status kepegawaian guru,

yaitu pegawai negeri sipil, guru tetap yayasan, guru bantu dan

guru honorer.

3) Pemberian kompensasi

Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima

karyawan atas usaha atau kerja yang telah mereka kerjakan

dalam suatu organisisi dan berfungi sebagai motivasi kerja.

b. Variabel terikat atau variabel yang dipengaruhi (dependent

variable).

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah

kinerja guru. Kinerja merupakan sesuatu yang diperlihatkan atau

prestasi yang ditunjukkan pada periode tertentu. Dalam penelitian

ini kineja guru hanya dilihat dari aspek kompetensi profesional.

Variabel bebas dan variabel terikat di atas dijabarkan dalam

indikator-indikator seperti terlihat pada tabel operasionalisasi


(70)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Supervisi Kepala Sekolah No Dimensi Indikator Item

Positif Item Negatif 1. Dilihat dari tujuannya

a. Membantu guru untuk lebih mengerti atau menyadari tujuan pendidikan di sekolah dan fungsi sekolah dalam usaha mencapai tujuan pendidikan

1

b. Membantu guru agar lebih menyadari dan mengerti kebutuhan dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswanya

2 3

c. Untuk

melaksanakan kepemimpinan yang efektif dengan cara yang demokratis dan kooperatif

4

d. Menemukan kemampuan dan kelebihan tiap guru dan memanfaatkan serta

mengambangkan kemampuan itu dengan memberi tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan

kemampuannya

5 6

No Dimensi Indikator Item Positif

Item Negatif e. Memabantu guru

meningkatkan penampilannya di depan kelas


(71)

f. Membantu guru menyesuaikan diri dan mendayagunakan kemampuan secara maksimal 8

g. Membantu guru menemukan kesulitan belajar siswanya dan merencanakan tindakan perbaikan 9 h. Menghindari

tuntutan terhadap guru yang di luar batas.

10

2

Dilhat dari prinsip-prinsip supervisi

a. Supervisi hendaknya bersifat konstruktif

dan kreatif 11

b. Supervisi hendaknya realistis 12 c. Supervisi hendaknya

informal dalam pelaksanaan.

13

d. Supervisi menimbukan

perasaan aman pada guru

14

e. Supervisi didasarkan hubungan

profesional

15

f. Supervisi hendaknya tidak otoriter 16 g. Supervisi tidak

dilaksanakan

berdasarkan pengkat atau jabatan.

17

h. Supervisi tidak bersifat mencari kesalahan.

18

i. Supervisi tidak

bersifat instan 19 j. Supervisi bersifat

preventif, korektif dan kooperatif


(72)

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Pemberian Kompensasi No Dimensi Indikator Item

Positif Item Negatif 1. Jenis kompensa si yang diterima a. Finansial: 1) Langsung

 Bayaran pokok

 Bayaran prestasi

 Bayaran intensif 2) Tidak langsung

 Program-program perlingungan (asuransi kesehatan, jiwa dan pensiun)

 Biaya di luar jam kerja (libur hari besar, cuti tahunan dan cuti hamil)

 Fasilitas (ruang kantor, kendaraan dan tempat parkir) 1 3 4 5 7 8-9 2 6 b. Non-Finasial 1) Pekerjaan

 Tugas-tugas yang menarik

 Tantangan

 Tanggung jawab 2) Lingkungan pekerjaan  Kebijakan-kebijakan yang sehat

 Tempat kerja yang nyaman 10 11 14 12 13


(73)

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Kinerja Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran

NO Dimensi Indikator Skor

1 Kemampuan Membuka Pembelajaran

a. Menarik perhatian siswa

b. Memberikan motivasi awal

c. Memberikan

apersepsi (kaitan materi yang sebelumnya dengan materi yang akan disampaikan)

d. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan diberikan e. Memberikan acuan

bahan belajar yang akan diberikan

2 Sikap guru dalam proses

pembelajaran

a. Kejelasan artikulasi b. Variasi gerak badan

tidak mengganggu perhatian siswa c. Antusiasme dalam

penampilan

d. Mobiltas posisi mengajar

3 Penguasaan bahan belajar (materi

pembelajaran)

a. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan dalam RPP

b. Kejelasan dalam menjelaskan bahan belajar (materi) c. Kejelasan dalam

memberi contoh

d. Memiliki wawasan yang luas dalam

menyampaikan bahan ajar

4 Kegiatan belajar mengajar

a. Kesesuaian metode dengan bahan belajar yang disampaikan b. Penyajian bahan


(74)

belajar sesuai dengan tujuan/indicator yang telah ditetapkan c. Memiliki

keterampilan dalam menanggapi dan merespon pertanyaan siswa

d. Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu yang disediakan

5 Kemampuan menggunakan media pembelajaran a. Memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan media b. Ketepatan/kesesuaian

penggunaan media dengan materi yang disampaikan

c. Memiliki

keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran

d. Membantu meningkatkan

perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran

6 Evaluasi pembelajaran

a. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan b. Menggunakan bentuk

dan jenis ragam penilaian

c. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP

7 Kemampuan menutup kegiatan pembelajaran

a. Meninjau kembali materi yang telah diberikan

b. Memberi kesempatan untuk bertanya dan menjawab

pertanyaan c. Memberikan


(75)

pembelajaran 8 Tindak lanjut

(follow up)

a. Memberikan tugas kepada siswa baik secara individu maupun kelompok b. Menginformasi

materi/bahan belajar yang akan dipelajari berikutnya

c. Memberikan

motivasi untuk selalu terus belajar.

2. Teknik Pengukuran Variabel Penelitian

Untuk mengukur variabel supervisi kepala sekolah dan

pemberian kompenasi menggunakan skala likert yang dimodifikasi

menjadi 4 pilihan jawaban sebagai berikut:

Tabel 3.4 Skala Pengukuran NO Pernyataan Skor

Positif

Skor Negatif 1 Sangat Setuju (SS) 4 1 2 Setuju (S) 3 2 3 Kurang Setuju (KS) 2 3 4 Tidak Setuju (TS) 1 4

Sedangkan untuk variabel status kepegawaian dilakukan

dengan mengajukan pertanyaan, apakah mereka guru tetap (PNS dan

guru tetap yayasan) atau guru tidak tetap (guru tidak tetap yayasan dan

guru honorer). Untuk memberi skor pada setiap item dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

Pegawai Tetap : skor 2


(1)

(2)

(3)

LA M PIRA N 9


(4)

(5)

(6)