PENGARUH PENERAPAN PRE-LECTURE QUIZ (PLQ) PADA PEMBELAJARAN KIMIA TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA N 1 KALASAN KELAS XI TAHUN AJARAN 2015/2016.

(1)

i

PENGARUH PENERAPAN PRE-LECTURE QUIZ (PLQ) PADA PEMBELAJARAN KIMIA TERHADAP MOTIVASI DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA SMA N 1 KALASAN KELAS XI TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Kimia

Disusun oleh:

GIYAS IDAYU

NIM : 12314244019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA KELAS INTERNASIONAL JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ) pada Pembelajaran Kimia terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa SMA N 1 Kalasan Kelas XI Tahun Ajaran 2015/2016” yang disusun oleh Giyas Idayu, NIM 12314244019 ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.

Disetujui pada Tanggal :

___________________________________________

Yogyakarta, 1 Desember 2016 Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Kimia Dosen Pembimbing

Sukisman Purtadi, M.Pd. Prof. A.K. Prodjosantosa, Ph.D. NIP. 19761122 200312 1 002 NIP. 19601028 198503 1 002


(3)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ) pada Pembelajaran Kimia terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa SMA N 1 Kalasan Kelas XI Tahun Ajaran 2015/2016” yang disusun oleh Giyas Idayu, NIM 12314244019 ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 23 Desember 2016 dan dinyatakan lulus.

DEWAN PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Prof. A.K. Prodjosantoso, Ph.D. 19601028 198503 1 002

Ketua Penguji

____________ ________ Erfan Priyambodo, M.Si.

19820925 200501 1 002

Sekretaris Penguji

____________ ________ Dr. Eli Rohaeti

19691229 199903 2 001

Penguji 1 (Utama)

____________ ________ Siti Marwati, M.Si.

19770103 200604 2 001

Penguji 2 (Pendamping)

____________ ________

Yogyakarta, Januari 2017 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dekan,

Dr. Hartono


(4)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Deskripsi Teori ... 8

B. Penelitian yang Relevan ... 25

C. Kerangka Berpikir ... 27

D. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Desain Penelitian ... 29


(5)

x

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 31

E. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

B. Pembahasan ... 49

BAB V PENUTUP ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59


(6)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar 20 Tabel 2. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Kimia Siswa 33 Tabel 3. Kisi-kisi Soal Prestasi Belajar Kimia 35 Tabel 4. Ringkasan Data Pengetahuan Awal, Motivasi Belajar dan

Prestasi Belajar Kimia 44

Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji Normalitas 45

Tabel 6. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas 45

Tabel 7. Ringkasan Hasil Uji-t Beda Subjek 46


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP Kelas Kontrol 63

Lampiran 2. RPP Kelas Eksperimen 112

Lampiran 3. Soal Pre-Quiz Learning (PQL)Sebelum Validasi 161 Lampiran 4. Soal Pre-Quiz Learning (PQL)Setelah Validasi 173

Lampiran 5. Angket Motivasi Belajar Kimia 179

Lampiran 6. Soal Prestasi Belajar Kimia Sebelum Validasi 184 Lampiran 7. Soal Prestasi Belajar Kimia Setelah Validasi 193 Lampiran 8. Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Soal 199

Lampiran 9. Data Pengetahuan Awal 210

Lampiran 10. Data Motivasi Belajar Kimia Kelas Eksperimen 212 Lampiran 11. Data Motivasi Belajar Kimia Kelas Kontrol 214

Lampiran 12. Data Prestasi Belajar Kimia 216

Lampiran 13. Perhitungan Uji Normalitas 218

Lampiran 14. Perhitungan Uji Homogenitas 227

Lampiran 15. Perhitungan Uji-t Beda Subjek 232

Lampiran 16. Perhitungan Uji Anakova 234

Lampiran 17. Data Nilai Pre-Quiz Learning (PQL) 238

Lampiran 18. Dokumentasi Penelitian 241


(9)

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Giyas Idayu

NIM : 12314244019

Program Studi : Pendidikan Kimia Kelas Internasional Fakultas : MIPA Universitas Negeri Yogyakarta

Menyatakan bahwa penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ) pada Pembelajaran Kimia terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa SMA N 1 Kalasan Kelas XI Tahun Ajaran 2015/2016” ini adalah hasil pekerjaaan saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah digunakan sebagai persyaratan penyelesaian studi di perguruan tinggi lain, kecuali pada bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai acuan. Apabila terbukti pernyataan ini benar, sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Yogyakarta, 1 Desember 2016 Yang Menyatakan,

Giyas Idayu NIM. 12314244019


(10)

v MOTTO

-Q.S. Ta-ha: 114-

The only source of knowledge is experience


(11)

Einstein-vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karunia-NYA sehingga tugas akhir skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar. Tulisan-tulisan ini saya persembahkan untuk :

1. Orang tua saya Bapak Lilik Dwi Nur Cahyono dan Ibu Sunarsih yang telah memberikan segala yang terbaik untuk keberhasilan dan kemajuan saya dalam segala hal

2. Adikku tersayang Farrel Ray Krisna

3. Rekan seperjuangan skripsi, Fitri Lestari dan Dwi Dara Septi Putriani 4. Almamater saya, Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Negeri

Yogyakarta

5. Teman-teman Pendidikan Kimia Internsional 2012

6. Teman-teman kos dan semua teman-teman ku yang sangat saya sayangi


(12)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul “Pengaruh Penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ) pada Pembelajaran Kimia terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa SMA N 1 Kalasan Kelas XI Tahun Ajaran 2015/2016” dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini tentu saja tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah membina lembaga tempat penulis menimba ilmu. 2. Dr. Hartono, M.Si selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta beserta jajarannya yang telah mendukung kelancaran penulisan skripsi ini.

3. Jaslin Ikhsan, Ph.D selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY yang telah mendukung kelancaran penulisan skripsi ini.

4. Sukisman Purtadi, M.Pd selaku Koordinator Tugas Akhir Skripsi dan Ketua Program Studi Pendidikan Kimia FMIPA UNY yang telah mendukung kelancaran penulisan skripsi ini.

5. Prof. A.K. Prodjosantoso, Ph.D selaku dosen pembimbing yang selalu sabar memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis.

6. Bapak dan Ibu selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Heru Pratomo Aloysius, M.Si selaku penasehat akademik yang telah mendukung kelancaran penulisan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Kimia FMIPA UNY yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat.

9. Kepala SMA N 1 Kalasan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.


(13)

viii

10. Siti Mardiyah, S.Pd selaku guru mata pelajaran kimia SMA N 1 Kalasan yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.

11. Teman-teman Pendidikan Kimia Internasional angkatan 2012 yang telah memberikan dukungan dan semangat selama penelitian.

12. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi orang lain dan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya.

Yogyakarta,


(14)

PENGARUH PENERAPAN PRE-LECTURE QUIZ (PLQ) PADA PEMBELAJARAN KIMIA TERHADAP MOTIVASI DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA SMA N 1 KALASAN KELAS XI TAHUN AJARAN 2015/2016

Oleh: GIYAS IDAYU NIM. 12314244019

Pembimbing Utama : Prof. A.K. Prodjosantoso, Ph.D. ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya (1) perbedaan motivasi belajar kimia siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan PLQ, dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa penerapan PLQ dan (2) perbedaan prestasi belajar kimia siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan PLQ, dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa penerapan PLQ dengan taraf signifikansi 5% di kelas XI SMA N 1 Kalasan tahun ajaran 2015/2016 jika pengetahuan awal siswa dikendalikan secara statistik.

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan desain quasi experiment yakni Non-Equivalent Group Design dengan satu faktor, dua sampel dan satu kovariabel. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI semester 2 SMA N 1 Kalasan tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 136 siswa yang terbagi dalam lima kelas. Sampel penelitian ini berjumlah 53 siswa yang terbagi dalam dua kelas yaitu kelas eksperimen yang melaksanakan pembelajaran dengan penerapan PLQ (A1) dan kelas kontrol yang melaksanakan pembelajaran tanpa penerapan PLQ (A2). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen perlakuan dan instrumen pengambilan data. Instrumen perlakuan meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan soal PLQ untuk materi asam basa, sedangkan instrumen pengambilan data meliputi soal prestasi belajar kimia dan angket motivasi belajar kimia yang diisi oleh peserta didik. Uji teknik analisis data untuk uji persyaratan hipotesis digunakan uji normalitas dan homogenitas. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t sama subjek, uji-t beda subjek dan uji Mankova.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa: (1) terdapat perbedaan motivasi belajar kimia siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan signifikan dengan harga signifikansi p=0,026 (p<0,05) dan (2) terdapat perbedaan prestasi belajar kimia antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan nilai Fhitung (6,274) > Ftabel (4,034), dan harga signifikansi p=0,016 (p<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan PLQ dapat dikatakan berpengaruh dalam upaya peningkatan motivasi dan prestasi belajar kimia siswa.

Kata Kunci: Pre-Quiz Learning (PLQ), motivasi belajar kimia, prestasi belajar kimia


(15)

THE EFFECT OF APPLICATION OF PRE- LECTURE QUIZ (PLQ) ON CHEMISTRY LEARNING TOWARD MOTIVATION AND

STUDENT ACHIEVEMENT AT SMA N 1 KALASAN CLASS XI ACADEMIC YEAR OF 2015/2016

By: GIYAS IDAYU NIM. 12314244019

Supervisor : Prof. A.K. Prodjosantoso, Ph.D. ABSTRACT

The aims of this study are to determine whether there were (1) the difference in students’ chemistry learning motivation between experimental class and controlled class and (2) the difference in students’chemistry learning achievement between experimental class and controlled class by the significance level of 5 % in class XI SMA N 1 Kalasan academic year of 2015/2016 if students' knowledge was controlled statistically.

This study design is quasi-experimental design that is Non-Equivalent Group Design with one factor, two samples and the covariates. The population of this research was students of Grade XI in the second semester in SMA N 1 Kalasan academic year of 2015/2016, which was 136 students, divided into five classes. The samples were 53 students, classified into two classes, namely experimental class that implement learning with the application of PLQ (A1) and controlled class implementing learning without application PLQ (A2). The instrument used in this study a treatment instrument and data collection instruments. Treatment instrument includes Lesson Plan and PLQ questions for acid-base materials, while the data collection instruments include the attainment studied chemistry and chemistry learning motivation questionnaire filled out by the students. Test data analysis techniques used to test the hypothesis requirements normality and homogeneity test. The hypothesis testing is using t-test with same subjects, t-t-test with different subject and Mancova t-test.

The result showed that: (1) there are differences in chemistry learning motivation between experimental class and controlled class with the value of p = 0.026 (p <0.05) and (2) there are differences students’ achievement between experimental class and controlled class with the value of Fcount (6,274) >Ftable (4.034), with the value of p = 0.016 (p <0.05). It can be concluded that the implementation of the PLQ can be said to be effective in improving learning motivation and achievement chemistry student.

Keywords: Pre-Quiz Learning (PLQ), chemistry learning motivation, chemistry learning achievement.


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut UU No 20 Tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara (UU Sisdiknas, 2003). Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan suatu usaha setiap individu untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada dirinya dan dapat digunakan sebagai bekal di masa depan. Dengan kata lain, pendidikan sangat penting untuk keberlangsungan hidup seluruh umat manusia. Pendidikan yang berkualitas ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah proses pembelajaran.

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia. Apalagi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut dukungan dari berbagai faktor, salah satunya adalah faktor pendidikan, yaitu pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan bermutu perlu dilakukan perbaikan, perubahan dan pembaharuan dalam segala aspek yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Aspek-aspek tersebut meliputi kurikulum, sarana dan prasarana, guru, siswa, serta proses pembelajaran (Ariffatin, 2010: 1).

Dalam peningkatan kualitas pendidikan, peran sekolah sangat dibutuhkan sebagai sentra pendidikan, yang mencakup peran guru dalam proses kegiatan belajar mengajar yang merupakan kegiatan pokok dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru di sekolah (Muhammad Danial, 2013: 66-73).


(17)

2

Tujuan pendidikan merupakan komponen penting yang berperan untuk menentukan arah proses kegiatan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat berbeda tingkatannya. Tujuan yang sangat umum, yakni tujuan pendidikan nasional (Nasution, 2010: 20). Rumusan tujuan pendidikan nasional sifatnya masih umum dan sangat luas, maka perlu dijabarkan lagi menjadi rumusan tujuan yang disebut sebagai tujuan institusional (Mulyati Arifin, 2005: 11-12).

Setiap lembaga pendidikan mempunyai bermacam-macam program pendidikan dengan bentuk kecakapan dan kemampuan yang berbeda. Dengan adanya perkembangan kurikulum pendidikan, beberapa sekolah dapat menerapkan kurikulum yan berbeda satu dengan yang lainnya. Untuk itulah kesesuaian tujuan dengan kurikulum yang digunakan sangat diperlukan. Seperti dalam substansi perubahan kurikulum 2013 adalah perubahan pada Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi (kompetensi inti dan kompetensi dasar), Standar Proses dan Standar Penilaian. Mata pelajaran adalah unit terkecil dari Kompetensi Dasar. Organisasi Kompetensi Dasar dilakukan dengan cara mempertimbangkan kesinambungan antarkelas dan keharmonisan antarmata pelajaran yang diikat dengan Kompetensi Inti (Permendikbud, 2014: 16). Untuk itulah tuntutan kompetensi begitu diutamakan dalam pembelajaran berbasis Kurikulum 2013. Berdasarkan uraian tersebut pendidikan sangat berkaitan dengan proses pembelajaran, sehingga untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran harus diperhatikan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu. Faktor internal dapat terbagi menjadi tiga, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Adapun faktor eksternal dapat terbagi menjadi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat (Slameto, 2010: 54-60).

Secara umum masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah lemahnya proses pembelajaran, salah satunya adalah kurangnya kesiapan belajar siswa.


(18)

3

Dalam proses pembelajaran, siswa tergolong kurang siap dalam menerima materi pembelajaran, sehingga proses pembelajaran di kelas kurang berjalan dengan maksimal. Siswa tidak memiliki kesiapan belajar yang cukup sehingga informasi yang diperoleh dalam proses pembelajaran sulit untuk dicerna. Akibatnya, banyak informasi yang tidak terserap oleh siswa ataupun terjadi banyak miskonsepsi dalam proses pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran juga harus dilaksanakan dengan mengutamakan keaktifan siswa. Pembelajaran aktif merupakan sebuah kesatuan sumber

kumpulan strategi-strategi pembelajaran yang komprehensif. Castro

menjelaskan bahwa pembelajaran aktif akan mendorong siswa menjadi aktif dibandingkan dengan pembelajaran pasif. Hal ini juga dimungkinkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa maupun prestasi belajar siswa di sekolah (Putri, 2013: 2).

Masalah lain yang dihadapi dalam proses pembelajaran di sekolah yaitu kurang motivasi belajar siswa. Kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan dengan cara menyenangkan, mendorong keaktifan, dan mengoptimalkan keterlibatan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik. Rendahnya motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran dapat berpengaruh terhadap menurunnya prestasi belajar siswa (Putri, 2013: 2).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan memilih metode dan variasi pembelajaran yang tepat untuk melaksanakan proses pembelajaran. Namun hal ini perlu dipertimbangkan dari tujuan dan sifat materi yang diajarkan. Untuk materi pelajaran kimia yang membutuhkan pemahaman konsep dan pemahaman terhadap pengetahuan matematika karena dalam materi tersebut terdapat banyak unsur perhitungan yang rumit seperti materi asam basa diperlukan banyak latihan soal serta kuis secara berulang. Metode yang dapat dilakukan untuk terpenuhinya hal tersebut adalah dengan pemberian kuis (Muhammad Danial, 2013: 67).

Pre-Lecture Quiz adalah model variasi pembelajaran yang diberikan oleh guru berupa pemberian quiz pilihan ganda yang diberikan sebelum proses


(19)

4

pembelajaran dengan materi yang akan diajarkan pada hari tersebut. Quiz tersebut dapat disebut sebagai pretest sebelum pembelajaran berlangsung. Pemberian tugas kuis atau pretest mempunyai arti dan tujuan sendiri bagi murid-muridnya. Pretest sering kali dijadikan instrument andalan untuk mengukur tingkat pencapaian siswa dalam menguasai suatu materi pelajaran. Dengan kata lain, guru memberikan pretest sebagai bagian dari assessment terhadap siswanya (Bambang Purnama, 2008: 1).

Variable bebas dalam penelitian ini adalah pemberian Pre-Lecture Quiz terhadap siswa. Variable terikatnya meliputi prestasi dan motivasi belajar siswa. Sedangkan variable kendalinya adalah pengetahuan awal kimia siswa. Pengetahuan awal siswa adalah data nilai pengetahuan awal siswa yang berupa nilai ulangan harian siswa yang belum diolah pada materi sebelumnya.

Belum pernah diterapkannya pemberian Pre-Lecture Quiz pada siswa kelas XI SMA N 1 Kalasan cenderung membuat rendahnya motivasi belajar kimia siswa sehingga siswa cenderung malas untuk mempelajari pelajaran yang akan diterima. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil prestasi belajar kimia siswa yang ditunjukkan pada data nilai pengetahuan awal siswa.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah manfaat dari pre-quiz dapat ditunjukkan secara statistik dalam peningkatan prestasi belajar kimia siswa maupun motivasi belajar kimia siswa. Penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ) diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran yang berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa khususnya pada siswa kelas XI SMA N 1 Kalasan. dengan diadakannya quiz baik pada awal pembelajaran ataupun di akhir pembelajaran, siswa akan terlebih dahulu mempelajari materi baik yang telah disampaikan maupun yang akan disampaikan, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat lebih efektif dan efisien. Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesiapan belajar siswa sebelum menerima materi pembelajaran dengan diadakannya kuis di awal pembelajaran.


(20)

5 B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi:

1. Kurang tertariknya siswa terhadap pelajaran kimia sehingga materi yang diberikan sulit untuk dipahami dan cepat terlupakan.

2. Belum adanya kesadaran siswa untuk mempelajari terlebih dahulu materi pelajaran yang akan disampaikan.

3. Siswa cenderung tidak siap dalam menerima materi pembelajaran. 4. Kurangnya motivasi siswa dalam proses pembelajaran.

5. Belum diterapkannya pembelajaran dengan pemberian kuis untuk siswa kelas XI SMA N 1 Kalasan.

6. Rendahnya prestasi belajar siswa kelas XI SMA N 1 Kalasan terhadap pelajaran kimia.

7. Rendahnya motivasi belajar siswa kelas XI SMA N 1 Kalasan terhadap pelajaran kimia.

8. Pengetahuan awal berpengaruh terhadap hasil belajar berikutnya. C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diungkap, batasan masalah dalam penelitian iniadalah:

1. Materi pembelajaran pada penelitian ini dibatasi pada materi pokok asam basa untuk siswa kelas XI semester 2 SMA N 1 KALASAN tahun ajaran 2015/2016.

2. Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen adalah pembelajaran dengan penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ), sedangkan perlakuan yang diberikan pada kelas kontrol adalah pembelajaran konvensional tanpa penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ).

3. Prestasi belajar kimia siswa diukur dengan menggunakan tes prestasi hasil belajar berupa soal pilihan ganda dengan materi pokok asam basa yang telah divalidasi.

4. Motivasi belajar kimia siswa diukur dengan menggunakan angket motivasi belajar kimia yang telah divalidasi.


(21)

6

5. Pengetahuan awal kimia siswa ditunjukkan oleh nilai ulangan harian kimia materi sebelumnya yang dikendalikan secara statistik.

D. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini tidak menyimpang dan dapat terarah sesuai dengan batasan masalah yang ditetapkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah perbedaan motivasi dan prestasi belajar kimia antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa diberikan Pre-Lecture Quiz (PLQ) di kelas XI SMA N 1 KALASAN Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 jika pengetahuan awal dikendalikan secara statistik?

2. Adakah perbedaan motivasi belajar kimia antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa diberikan Pre-Lecture Quiz (PLQ) di kelas XI SMA N 1 KALASAN Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perbedaan motivasi dan prestasi belajar kimia antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ) di kelas XI SMA N 1 KALASAN tahun ajaran 2015/2016 jika pengetahuan awal dikendalikan secara statistik.

2. Untuk mengetahui perbedaan motivasi belajar kimia antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ) di kelas XI SMA N 1 KALASAN tahun ajaran 2015/2016 jika pengetahuan awal dikendalikan secara statistik.


(22)

7 F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan antara lain:

1. Bagi Guru

a. Memberikan informasi tentang adanya Pre-Lecture Quiz (PLQ) pada pembelajaran kimia pada sub materi asam basa.

b. Sebagai informasi untuk melakukan variasi dalam pembelajaran kimia. 2. Bagi Siswa

a. Membantu siswa dalam meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

b. Menambah pengetahuan siswa dan meningkatkan daya ingat siswa pada materi yang telah atau yang akan disampaikan.

3. Bagi Peneliti

Membantu memberikan pengalaman dalam menggunakan metode Pre-Lecture Quiz (PLQ) pada pembelajaran sehingga hasil yang dicapai lebih efektif dan efisien dan dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran khususnya kimia.


(23)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Kimia

Pembelajaran adalah setiap upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar (Sudjana, 2004: 28). Menurut Sugihartono (2007: 81), menggambarkan pembelajaran sebagai usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadi suatu proses belajar (Sugihartono dkk., 2012:80). Lingkungan dalam hal ini tidak hanya meliputi ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.

Pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam mewujudkan kualitas pendidikan yang baik. Pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan guru dalam mengemas proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilaksanakan secara baik dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa, sebaliknya pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang tidak baik akan menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan atau diberdayakan (Saekhan Muchith, 2007: 1).

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan yang paling pokok. Teori contiguity menekankan bahwa belajar terdiri atas pembangkitan respons dengan stimulus yang pada mulanya bersifat netral atau tidak memadai. Melalui persinggungan (contiguity) stimulus dengan respons, stimulus yang tidak memadai untuk menimbulkan respons akhirnya mampu menimbulkan respons (Oemar Hamalik, 2004:


(24)

9

49). Berhasil tidaknya tujuan pencapaian pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek bentuk dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi guru terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai.

Belajar dan mengajar mempunyai hubungan yang erat dalam suatu pencapaian tujuan pendidikan. Dari proses belajar mengajar akan diperoleh hasil belajar dan akan mengakibatkan perubahan pada siswa. Belajar merupakan proses aktif siswa untuk membangun dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baik mandiri maupun dibimbing (Mulyani Arifin: 2005: 2).

Menurut Morgan (Agus Suprijono, 2009: 3) mengemukakan, “Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result of past experience”.Pengertian belajar juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan dan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2). Belajar adalah perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang didapat melalui pengamatan, pendengaran, dan membaca (Oemar Hamalik, 2004: 51).

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar. Belajar yang efektif sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor kondisional yang ada. Faktor-faktor yang dimaksud adalah sebagai berikut (Oemar Hamalik, 2009: 32-33):

a. Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan. Siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan, sikap,


(25)

10

kebiasaan dan minat. Apa yang dipelajari perlu digunakan secara praktis dan diadakan ulangan secara kontinyu di bawah kondisi yang serasi, sehingga penguasaan hasil belajar menjadi lebih mantap.

b. Belajar memerlukan latihan, dengan jalan relearning, recalling, dan reviewing, agar pelajaran yang terlupakan dapat dikuasai kembali dan pelajaran yang belum dikuasai akan dapat lebih mudah dipahami.

c. Belajar hendaknya dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.

d. Siswa yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil atau gagal dalam belajarnya.

e. Faktor asosiasi besar manfaatnya dalam belajar. Segala pengalaman, baik yang lama maupun yang baru, akan diasosiasikan sehingga menjadi satu kesatuan pengalaman.

f.Pengalaman masa lampau (bahan apersepsi) dan pengertian-pengertian yang telah dimiliki oleh siswa dapat menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru dan pengertian-pengertian baru.

g. Faktor kesiapan belajar. Murid yang telah siap belajar akan dapat melakukan kegiatan belajar lebih mudah dan lebih berhasil.

h. Faktor minat dan usaha.

i.Faktor-faktor fisiologis, seperti kondisi badan siswa yang belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar.

j.Faktor intelegensi.

Belajar dan mengajar memiliki keterkaitan yang sangat erat. Kedua kegiatan ini saling menunjang dan saling mempengaruhi satu sama lain.Menurut Oemar Hamalik (2009: 44-50) mengajar adalah proses menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa di sekolah. Mengajar atau mendidik adalah memberikan bimbingan belajar kepada murid.

Mengajar merupakan proses aktif guru untuk menciptakan situasi agar siswa dapat belajar dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam proses belajar mengajar (Mulyati Arifin, 2005: 2). Sedangkan Alvin W. Howard (Slameto, 2010: 32) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk


(26)

11

mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitude,ideals (cita-cita), appreciations (penghargaan), dan knowledge.

Dalam mengajar, hendaknya guru memenuhi beberapa prinsip. Prinsip mengajar atau dasar mengajar merupakan usaha guru dalam menciptakan dan mengkondisi situasi belajar-mengajar agar siswa melakukan kegiatan belajar secara optimal. Beberapa prinsip mengajar yang paling utama harus digunakan guru antara lain prinsip motivasi, kooperasi dan kompetisi, korelasi dan integrasi, aplikasi dan transformasi, serta individualitas (Nana Sudjana, 2010: 16).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari susunan, sifat dan reaksi suatu unsur atau zat. Oleh karena itu, ilmu kimia memiliki kedudukan penting karena dapat dijadikan dasar untuk mengembangkan pengetahuan-pengetahuan lain. Maka, pelajaran kimiadiberikan pertama kali secara khusus di bangku sekolah menengah. Untuk itulah, pembelajaran kimia yang baik di tingkat sekolah menengah menjadi suatu keharusan karena dasar pengetahuan pertama kali diberikan peda tingkat ini.

Ilmu kimia adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang materi yang meliputi struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi serta energi yang menyertainya (Agung Nugroho Catur Saputro, 2008: 3). Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari komposisi, struktur, sifat-sifat materi, perubahan suatu materi menjadi materi yang lain dan energi yang menyertai perubahan materi. Dengan demikian seluruh materi di langit dan di bumi tanpa terkecuali adalah zat-zat kimia. Alam semesta berproses melalui reaksi kimia (Imam Isnaeni Sidiq, 2008: 2). Melalui kimia, kita mengenal susunan (komposisi) zat dan penggunaan bahan-bahan kimia, baik alamiah maupun buatan, dan mengenal proses-proses penting pada makhluk hidup. Mata pelajaran kimia diklasifikasikan sebagai mata pelajaran yang cukup sulit. Kesulitan ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia, yaitu sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak sehingga diperlukan suatu media


(27)

12

pembelajaran yang dapat lebih mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak tersebut (Kean dan Middlecamp, 1985: 5-9).

Menurut E. Mulyasa (2006: 133-134), mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Membentuk sikap positif terhadap kimia dan menyadari keteraturan dan

keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. b. Memupuk sikap ilmiah yang jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan

dapat bekerja sama dengan orang lain.

c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen, dimana siswa melakukan pengujian hipotesis dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan, dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

d. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

e. Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari teknologi.

Pembelajaran kimia merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran kimia. Kualitas pembelajaran kimia atau ketercapaian tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapak faktor, antara lain strategi belajar-mengajar, metode dan pendekatan pembelajaran, serta sumber belajar yang digunakan (Rahma, 2012: 11).

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kimia adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar berupa pelajaran kimia pada suatu lingkungan belajar untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa.


(28)

13 2. Strategi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada tiga jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni (1) strategi pengorganisasian pembelajaran, (2) strategi penyampaian pembelajaran, dan (3) strategi pengelolaan pembelajaran (Hamzah B. Uno, 2009: 45). Strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan (Syaiful Bahri Djamarah, 2010: 5).

Guru perlu memahami empat strategi dasar dalam proses pembelajaran yang meliputi hal-hal sebagai berikut (Syaiful Bahri Djamarah, 2010: 5-6):

a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana diharapkan.

b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) yang termasuk juga penggunaan metide dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti bahwa di dalam penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu, artinya disini bahwa arah dari semua keputusan penyusunan


(29)

14

strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Namun sebelumnya perlu dirumuskan suatu tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya. 3. Pengetahuan Awal

Pengetahuan awal merupakan sekumpulan pengetahuan yang dimiliki peserta didik sebelum pembelajaran lebih lanjut. Menurut Ratna Wilis Dahar (2011: 44), setiap orang membentuk konsep sesuai stimulus yang diberikan. Stimulus yang diterima setiap orang berbeda, maka konsep yang dibentuk juga berbeda. Konsep yang dibentuk tersebut adalah abstraksi-abstraksi yang berdasarkan pengalaman.

Seorang siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami suatu pengetahuan tertentu. Salah satu penyebabnya karena pengetahuan baru yang diterima tidak terjadi hubungan dengan pengetahuan awal yang sebelumnya sudah dimiliki (Trianto, 2010:33). Dengan demikian, pengetahuan awal merupakan salah satu syarat utama dalam belajar siswa.

Syarat untuk belajar adalah harus terjadi hubungan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan awal. Pengetahuan awal merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran. Pengetahuan awal dapat mempermudah proses pembelajaran yang lebih baik sehingga dapat dicapai prestasi belajar yang baik pula.

4. Motivasi Belajar

Menurut Mc. Donald: “motivation is an energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction”. Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 2009: 158).

Motivasi oleh Eysenck dan kawan-kawan dirumuskan sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan


(30)

15

berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap, dan sebagainya (Slameto, 2010: 170).

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar siswa (dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu) yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi. Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung oleh motivasi belajar siswa. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Hamzah B. Uno, 2008: 23):

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan. d. Adanya penghargaan dalam belajar.

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

f.Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Dalam meningkatkan motivasi belajar, diperlukan beberapa prinsip-prinsip motivasi yang mengandung pandangan demokratis dan dalam rangka menciptakan self motivation dan self discipline di kalangan murid-murid. Kenneth H. Hover mengemukakan prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut (Oemar Hamalik, 2009: 163-166):


(31)

16 a. Pujian lebih efektif daripada hukuman.

b. Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan.

c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar.

d. Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan (reinforcement).

e. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain.

f. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi.

g. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru.

h. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external reward) kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. i. Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk

memelihara minat murid.

j. Manfaat minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat ekonomis. k. Kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang minat murid-murid yang

kurang pandai mungkin tidak ada artinya bagi siswa yang tergolong pandai.

l. Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar.

m.Apabila tugas terlalu sukar, akan memicu murid melakukan hal-hal yang tidak wajar.

n. Setiap murid mempunyai tingkat frustasi toleransi yang berlainan.

o. Tekanan kelompok murid lebih efektif daripada tekanan dari orang dewasa.

p. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid.

Motivasi Belajar adalah keseluruhan kemampuan dalam menggerakan diri seseorang yang mengakibatkan kegiatan belajar dimana menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada


(32)

17

kegiatan belajartersebut, sehingga tujuan yang diinginkan oleh individu atau subyek belajar itu bisa tercapai.

5. Prestasi Belajar

Tujuan pembelajaran dalam ranah kognitif adalah peserta didik mampu memahami satu bahan kajian tertentu dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan yang ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku peserta didik salah satunya berupa hasil belajar yang optimal (Mulyati, 2005: 13-14). Proses pembelajaran melibatkan dua subjek, yaitu guru dan peserta didik akan menghasilkan suatu perubahan pada diri peserta didik sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran yang bersifat non-fisik seperti perubahan sikap, pengetahuan, maupun kecakapan (Widoyoko, 2009: 25).

Prestasi belajar menurut Gagne & Briggs (Suprihatiningrum, 2013: 37) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan peserta didik

(learner’s performance). Terdapat lima tipe hasil belajar, antara lain intellectual skill, cognitive strategy, verbal information, motor skill, dan attitude. Hasil belajar sangat erat kaitannya dengan belajar atau proses belajar. Hasil belajar pada sasarannya dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dibedakan menjadi empat macam, yaitu pengetahuan tentang fakta-fakta, prosedur, konsep, dan keterampilan.

Prestasi belajar kimia peserta didik dinilai pada akhir materi pelajaran sebagai tolak ukur ketercapaian tujuan pembelajaran kimia.Penilaian prestasi belajar kimia peserta didik didahului dengan pengukuran hasil belajar kimia peserta didik (Subali, 2012: 1). Penilaian ini diartikan sebagai suatu cara yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan ketrampilan peserta didik yang hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang berupa evaluasi. Prestasi belajar kimia peserta didik dapat berupa perubahan tingkah laku peserta didik sebagai hasil dari proses suatu pembelajaran kimia pada aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik (Subali, 2012: 33). Sehingga, dapat dipahami bahwa prestasi


(33)

18

belajar kimia adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan.

Proses pembelajaran yang berhasil ditunjukkan dengan komunikasi yang baik antara peserta didik dan guru, termasuk dalam proses transfer pengetahuan (Taber, 2011). Pengetahuan guru ditransfer kepada peserta didik dan terjadi perubahan pengetahuan dalam diri peserta didik selama proses pembelajaran. Keberhasilan proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari perencanaan pembelajaran yang tepat, termasuk dalam menentukan tujuan pembelajaran.

Menurut Purwanto (2010: 50), hasil belajar kognitif berkaitan dengan perubahan perilaku peserta didik yang terjadi dalam kawasan kognisi. Hal tersebut berarti proses belajar yang telah dijalani oleh peserta didik melibatkan kognisi mulai dari penerimaan stimulus eksternal oleh sensori, pengolahan data menjadi informasi dalam otak, dan pemanggilan kembali informasi yang telah diperoleh ketika diperlukan dalam menyelesaikan masalah.

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Sugihartono, 2012: 76). Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri individu. Metode mengajar guru dan metode belajar peserta didik merupakan faktor eksternal yang memengaruhi prestasi belajar peserta didik (Slameto, 2013: 65-69).

Ketercapaian tujuan belajar diukur dengan evaluasi. Hasil evaluasi disebut prestasi belajar. Menurut H. Abu Ahmadi menjelaskan pengertian prestasi belajar sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara intrinsik (kegairahan untuk menyelidiki, mengartikan situasi). Disamping itu siswa memerlukan dan


(34)

19

harus menerima umpan balik secara langsung derajat sukses pelaksanaan tugas (nilai rapor/nilai tes) (Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, 2004:151).

Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan dalam pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan tes angka nilai yang diberikan oleh guru (Asmara. 2009:11). Menurut Hetika (2008: 43) prestasi belajar adalah pencapaian atau kecakapan yang dinampakkan dalam keahlian atau kumpulan pengetahuan.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai selama proses pembelajaran yang ditunjukkan dalam pengetahuan, sikap, dan keahlian. 6. Pembelajaran dengan Penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ)

Pembelajaran dengan menggunakan Pre-Lecture Quiz (PLQ) merupakan pembelajaran dengan penerapan kuis yang diberikan kepada siswa sebelum menerima pembelajaran sehingga berguna untuk mengetahui kesiapan siswa dalam menerima pembelajaran. Kuis ini didasarkan dari Pre-Lecture Resources. Pre-Pre-Lecture Resources are any activity a student might do in preparation for your lecture. This could take the form of reading a textbook extract or Word document, listening to a podcast, performing an online activity or completing a quiz (Michael K Seery, 2010: 1). Jadi Pre-Lecture Quiz (PLQ) ini merupakan salah satu aktivitas siswa dalam persiapan sebelum pembelajaran berupa pengerjaan kuis.

Konsep dari aktivitas pre-lecture didasarkan pada teori beban kognitif, yang menjelaskan bahwa bagaimana pembelajaran adalah proses memperoleh dan menyimpan informasi baru. Salah satu alternatif dalam penggunaan kuis yaitu dilakukan sebelum guru menyampaikan pembelajaran. Tujuan penggunaan kuis untuk meningkatkan pembelajaran, memberi motivasi siswa untuk membaca materi sebelum pembelajaran. Aktivitas penugasan membaca sebelum materi pelajaran diajarkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari.


(35)

20

Tinjauan tentang peranan kuis dalam pembelajaran antara lain untuk melihat penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan perlu dilihat hasilnya dengan alat ukur yaitu tes/kuis. Tes kecil yang diberikan secara kontinu dapat meningkatkan prestasi belajar sebab umumnya siswa akan berusaha aktif dan belajar lebih tekun untuk mendapatkan nilai yang baik. Tes semacam ini biasanya disebut kuis. Siswa akan lebih giat lagi belajar kalau tahu akan diadakan kuis, sesuai dengan pendapat Sadirman (1992: 93) bahwa “Para siswa akan lebih giat belajar kalau mengetahui akan ada kuis”.

Pre-Lecture Quiz adalah model variasi pembelajaran yang diberikan oleh guru berupa pemberian quiz pilihan ganda yang diberikan sebelum proses pembelajaran dengan materi yang akan diajarkan pada hari tersebut. Quiz tersebut dapat disebut sebagai pretest sebelum pembelajaran berlangsung. Pemberian tugas kuis atau pretest mempunyai arti dan tujuan sendiri bagi murid-muridnya. Pretest sering kali dijadikan instrument andalan untuk mengukur tingkat pencapaian siswa dalam menguasai suatu materi pelajaran. Dengan kata lain, guru memberikan pretest sebagai bagian dari assessment terhadap siswanya

7. Materi Asam Basa

Pada penelitian ini, peneliti mengambil materi mengenai asam basa. Materi ini diajarkan di kelas XI pada semester genap. Berdasarkan kurikulum 2013, materi asam basa ini terkandung dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar pada Tabel 1.

Tabel 1. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

1.1 Menyadari adanya keteraturan dari sifat hidrokarbon, termokimia, laju reaksi kesetimbangan kimia, larutan dan koloid sebagai wujud kebesaran


(36)

21

Tuhan YME dan pengetahuan tentang adanya keteraturan tersebut sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif.

2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai

cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti,

bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif,

demokratis, komunikatif) dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari. 2.2 Menunjukkanperilaku

kerjasama, santun, toleran, cintadamai dan peduli lingkungan serta hemat dalam memanfaatkan sumber daya alam. 2.3 Menunjukkan perilaku

responsive dan pro-aktif serta bijaksana sebagai wujud kemampuan


(37)

22

memecahkan masalah dan membuat keputusan. 3. Memahami, menerapkan,

menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusian, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

3.10 Menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan.

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu

menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

4.10 Mengajukan ide/gagasan tentang penggunaan indikator yang tepat untuk menentukan keasaman asam/basa atau titrasi asam/basa.

Materi mengenai asam basa secara garis besar dapat dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain:

a. Teori Asam Basa


(38)

23

Teori asam basa Arrhenius didasarkan pada pembentukan ion dan pada larutan berair (aqueous solution). Asam adalah spesies yang menghasilkan ion H+ atau H3O+ dalam larutan berair, sedangkan basa adalah spesies yang menghasilkan ion OH- dalam larutan berair. 2) Teori Asam Basa Brønsted-Lowry (Bronsted dan Lowry)

Teori asam basa Brønsted-Lowry didasarkan pada transfer proton. Asam adalah spesies pemberi (donor) proton dan basa adalah spesies penerima (akseptor) proton. Reaksi asam basa akan menyebabkan reaksi perpindahan proton dari asam ke basa dan membentuk asam dan basa konjugasi. Asam kuat merupakan basa konjugasi lemah sedangkan basa kuat merupakan asam konjugasi lemah. Asam konjugasi memiliki atom H lebih banyak daripada basa konjugasinya sedangkan basa konjugasi memiliki muatan negatif lebih banyak daripada asam konjugasinya.

Menurut teori Brønsted-Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa.

3) Teori Asam Basa Lewis (Lewis)

Teori asam basa yang dikemukakan oleh Bronsted-Lowry lebih umum daripada Arrhenius karena telah meniadakan pembatasan teori yang hanya berlaku untuk larutan dalam air. Tetapi masih ada beberapa reaksi yang tidak sesuai dengan konsep Bronsted-Lowry. Konsep dari Bronsted dan Lowry hanya melibatkan pertukaran proton saja. Reaksi antara ion hidrogen dan ion hidroksida yang digambarkan dalam struktur Lewis berikut ini:


(39)

24

Ion hidroksida memberikan sepasang elektron kepada hidrogen yang dipakai bersama membentuk ikatan kovalen koordinasi dan menghasilkan molekul H2O. Karena ion OH- memberikan sepasang elektron, maka oleh Lewis disebut basa, sedangkan ion hidrogen yang menerima sepasang elektron disebut asam lewis. Jadi menurut Lewis, yang dimaksud dengan asam adalah suatu senyawa yang mampu menerima pasangan elektron atau akseptor elektron, sedangkan basa adalah suatu senyawa yang dapat memberikan pasangan elektron kepada senyawa lain atau donor elektron

b. Kekuatan Asam Basa 1) Asam Kuat

HCl, HBr, HNO3, dan H2SO4 adalah asam kuat dan tergolong elek-trolit kuat sehingga akan mengalami ionisasi sempurna dan reaksi ionnya berkesudahan, tidak bolak-balik. Secara umum, apabila suatu asam kuat dilarutkan dalam air, maka reaksi yang terjadi adalah reaksi ionisasi dari asam kuat tersebut.

HCl(aq)  H+(aq) + Cl-(aq) 2) Basa Kuat

NaOH, KOH, Mg(OH)2, Ca(OH)2, dan Ba(OH)2 merupakan basa kuat dan termasuk dalam elektolit kuat sehingga jika dilarutkan dalam air akan terionisasi sempurna menjadi ion-ionnya. Sama halnya dengan asam kuat, reaksi ini adalah reaksi berkesudahan. Salah satu contohnya adalah reaksi ionisasi NaOH:

NaOH(aq) Na+(aq) + OH-(aq) 3) Asam Lemah

Golongan elektrolit lemah adalah zat yang memiliki derajat diso-siasi antara 0 < <1 dan apabila dilarutkan dalam air hanya terurai sebagian. Salah satu contoh asam lemah adalah CH3COOH. Asam lemah hanya mengalami ionisasi sebagian. Sehingga dalam pelarutan asam lemah terjadi kesetimbangan reaksi antara ion yang dihasilkan


(40)

25

asam dengan molekul asam yang terlarut dalam air, jadi bukan reaksi berkesudahan.

4) Basa Lemah

Basa lemah yaitu suatu basa yang jika dilarutkan dalam air hanya akan terurai sebagian. Dikarenakan hanya sedikit yang terurai, maka dalam pelarutan basa lemah terjadi kesetimbangan reaksi antara ion OH- yang dihasilkan basa dengan molekul basa yang terlarut dalam air.

c. Titrasi Asam Basa

Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.

Titrasi asam basa disebut juga titrasi adisi alkalimetri. Kadar atau konsentrasi asam basa larutan dapat ditentukan dengan metode volumetri dengan teknik titrasi asam basa. Volumetri adalah teknik analisis kimia kuantitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetaraan kimia. Kesetaraan kimia ditetapkan melalui titik akhir titrasi yang diketahui dari perubahan warna indicator dan kadar sampel untuk ditetapkan melalui perhitungan berdasarkan persamaan reaksi.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian dengan menggunakan variasi pembelajaran dengan pemberian quiz telah banyak dilakukan oleh peneliti, antara lain:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Arrifatin pada tahun 2010 berjudul Pengaruh Pemberan Quiz pada Pembelajaran Biologi terhadap Motivasi dan Prestasi Siswa pada Submateri Keanekaragaman Hayati Kelas X SMA


(41)

26

PIRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian tersebut merupakan jenis penelitian eksperimen dengan desain quasi experiment. Data motivasi belajar diperoleh melalui lembar angket, sedangkan data prestasi belajar diperoleh dengan tes prestasi beajar sebelum dan sesudah pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan motivasi belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Untuk kelas kontrol, kategori sangat baik sebanyak 10%, baik 26,7% dan cukup baik 19,4%. Untuk kelas eksperimen, kategori sangat baik sebanyak 51,6%, baik 29% dan cukup baik 19,4%. Selain perbedaan motivasi belajar juga terdapat perbedaan prestasi belajar, yaitu kelas kontrol memiliki rerata test akhir 6,1616 sedangkan kelas eksperimen memiliki rerata 7,567. Setelah pengujian secara statistik diperoleh hasil adanya perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Dengan kata lain, dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa pemberian quiz berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Mark A. McDaniel pada tahun 2011 dengan judul Test-Enhanced Learning in a Middle School Science Classroom: The Effect of Quiz Frequency and Placement. Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, diambil 139 siswa untuk penelitian 1 dan penelitian 2a, serta 148 siswa untuk penelitian 2b. Penelitian 1 membagi siswa menjadi dua kelompok kondisi yakni quizzed dan non-quizzed. Sedangkan penelitian 2a dan 2b membagi siswa menjadi 8 kelompok kondisi yaitu; non-quiz control, pre-lesson only, post-lesson only, review only, prelesson-postlesson, prelesson-review, postlesson,-review, dan prelesson-postlesson-review. Penelitian ini kemudian selama satu tahun ajaran. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa yang mendapat kondisi quizzed berbeda secara signifikan lebih baik daripada siswa dengan kondisi non-quizzed.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Maharani Rahnurhayati Pangestika pada tahun 2014 dengan judul Pengaruh Pemberian Initial Knowledge Quiz (IKQ) terhadap motivasi dan prestasi belajar kimia siswa kelas X SMA N 10


(42)

27

Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian tersebut merupakan jenis penelitian eksperimen. Sampel penelitian ini berjumlah 61 siswa yang dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas ekperimen (A1) dan kelas kontrol (A2). Berdasarkan hasil penelitian, terdapat peningkatan motivasi belajar kimia kelas eksperimen secara signifikan dengan harga signifikansi (p)=0,005 (p<0,005). Kelas kontrol juga mengalami peningkatan motivasi belajar. Namun, bila membandingkan skor motivasi belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen didapatkan hasil tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0,005). Prestasi kimia kelas kontrol dan kelas eksperimen juga tidak memiliki perbedaan yang signifikan (Fhitung<Ftabel). Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa pemberian IKQ belum bisa dikatakan efektif dalam upaya peningkatan prestasi belajar kimia siswa.

C. Kerangka Berpikir

Guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat dalam kegiatan pembelajaran serta mampu melakukan berbagai variasi metode mengajar untuk siswa sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa dapat semaksimal mungkin. Salah satu variasi yang dimaksud dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ) sebelum proses pembelajaran.

Pre-Lecture Quiz (PLQ) merupakan salah satu aktivitas siswa sebelum pembelajaran yeng dimaksudkan dengan pemberian kuis sebelum dimulainya proses pembelajaran untuk dapat mengetahui tingkat penguasaan pengetahuan oleh peserta didik dan mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian kuis bagi siswa yang akan diuji dengan menggunakan tes prestasi belajar di akhir pembelajaran.

Pembelajaran dengan menerapkan Pre-Lecture Quiz (PLQ) dapat meningkatkan aktifitas belajar dan pengetahuan dasar siswa terkait materi yang akan diajarkan dan memotivasi siswa sehingga memberi pemahaman konsep yang baik terhadap materi yang dipelajarinya. Jadi dengan menerapkan Pre-Lecture Quiz (PLQ) dalam pembelajaran kimia, maka siswa akan terlatih


(43)

28

memiliki pengetahuan awal dan akan meningkatkan penguasaan materi sehingga siswa akan lebih siap dalam menerima materi yang akan diajarkan. D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu dugaan sementara yang kebenaraμnnya masih memerlukan jawaban. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan motivasi belajar kimia antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ) di kelas XI SMA N 1 KALASAN tahun ajaran 2015/2016 jika data pengetahuan awal dikendalikan.

2. Terdapat perbedaan prestasi belajar kimia antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ) di kelas XI SMA N 1 KALASAN tahun ajaran 2015/2016 jika pengetahuan awal dikendalikan.


(44)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini termasuk penelitian eksperimen dengan desain quasi experiment yakni Non-Equivalent Group Design dengan satu faktor, dua sampel dan satu kovariabel. Quasi experiment didefinisikan sebagai eksperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan perbandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan (Cook & Campbell, 1979: 76). Satu faktor yang dimaksud adalah pemberian Pre-Lecture Quiz (PLQ) pada pembelajaran kimia. Dua sampel adalah kelas yang diambil sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen. Satu kovariabel sebagai kendalinya adalah pengetahuan awal kimia siswa yaitu berupa nilai ulangan harian materi ikatan kimia.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel bebas (Independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kimia dengan penerapan metode Pre-Lecture Quiz (PLQ) dan pembelajaran kimia tanpa penerapan metode Pre-Lecture Quiz (PLQ). Pre-Lecture Quiz (PLQ) merupakan suatu jenis kuis yang diberikan sebelum memulai proses belajar mengajar. Kuis ini diberikan untuk pembelajaran materi asam basa.

2. Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini meliputi motivasi belajar kimia siswa dan prestasi belajar kimia siswa SMA N 1 Kalasan kelas XI tahun ajaran 2015/2016 yang diukur dengan instrumen yang telah divalidasi secara logis dan empiris.

Definisi operasional motivasi belajar kimia adalah besarnya skor motivasi belajar kimia yang diperoleh siswa setelah dilakukan pengukuran.


(45)

30

Motivasi belajar kimia siswa diukur dengan menggunakan instrumen motivasi belajar kimia berupa angket. Pengukuran dilakukan dua kali yaitu sebelum dan sesudah proses pembelajaran kimia.

Definisi operasional prestasi belajar kimia adalah hasil belajar kimia siswa berupa nilai hasil mengerjakan soal-soal prestasi belajar kimia yang telah divalidasi. Prestasi belajar kimia diukur dengan menggunakan instrumen soal prestasi belajar kimia.

3. Variable kendali (Control variable)

Variabel kontrol pada penelitian ini adalah pengetahuan awal kimia siswa. Pengetahuan awal siswa adalah pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa sebelum kegiatan belajar lebih lanjut. Pengetahuan awal siswa berupa nilai ulangan akhir semester gasal materi kimia yang belum diolah.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI semester 2 SMA N 1 Kalasan tahun ajaran 2015/2016. Populasi siswa kelas XI sebanyak 136 siswa yang terbagi dalam lima kelas, yaitu kelas XI MIPA 1, XI MIPA 2, XI MIPA 3, XI MIPA 4, dan XI MIPA 5. Beberapa alasan yang mendasari peneliti memilih populasi dan sampel di SMA N 1 Kalasan, antara lain: a. Kondisi siswa dan lingkungan sekolah yang mendukung proses

penelitian.

b. Merupakan lokasi Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) peneliti. 2. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purpossive sampling yaitu pengambilan sampel ditentukan sepenuhnya oleh peneliti dalam rangka mencapai tujuan tertentu (Nana Sudjana & Ibrahim, 2004: 96), yakni untuk mengetahui pengaruh Pre-Lecture Quiz (PLQ) dalam peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penentuan sampel penelitian dalam hal ini yaitu mengambil dua kelas yang berupa kelas kontrol yang melaksanakan pembelajaran tanpa penerapan


(46)

31

Pre-Lecture Quiz (PLQ) dan kelas eksperimen yang melaksanakan pembelajaran dengan penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ).

Perlakuan terhadap sampel adalah sebagai berikut:

a. Dipilih satu kelas sebagai kelas kontrol yang melaksanakan pembelajaran dengan diberikan Pre-Lecture Quiz (PLQ) yaitu kelas XI MIPA 3 dengan jumlah 26 siswa.

b. Dipilih satu kelas sebagai kelas eksperimen yang melaksanakan pembelajaran tanpa diberikan Pre-Lecture Quiz (PLQ) yaitu kelas XI MIPA 4 dengan jumlah 28 siswa.

D. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen perlakuan dan instrumen pengambilan data. Instrumen perlakuan meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan soal Pre-Lecture Quiz (PLQ) untuk materi asam basa, sedangkan instrumen pengambilan data meliputi soal prestasi belajar kimia dan angket motivasi belajar kimia yang diisi oleh peserta didik. Instrumen penelitian yang akan disusun dan disiapkan oleh peneliti, dikembangkan dari instrument penelitian sejenis, yang kemudian dikonsultasikan dengan guru mata pelajaran kimia dan dosen pembimbing sehingga diasumsikan memenuhi validitas. Instrumen penelitian tersebut dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pembelajaran merupakan instrumen yang digunakan untuk memberikan perlakuan terhadap sampel. Rencana pelaksanaan pembelajaran atau yang sering dikenal dengan sebutan RPP. RPP tersebut dilengkapi dengan lembar penilaian afektif. Dalam penelitian ini, digunakan dua macam RPP, yaitu RPP untuk kelas eksperimen yang diberikan Pre-Lecture Quiz (PLQ) dan RPP untuk kelas kontrol yang tidak diberikan Pre-Lecture Quiz (PLQ). RPP untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.


(47)

32

Pemakaian soal pretes Pre-Lecture Quiz (PLQ) hanya digunakan untuk kelas eksperimen. Soal pretes ini terdiri dari 10 butir soal pilihan ganda mengenai sub materi asam basa. Soal ini diberikan di awal pembelajaran, yang kemudian dicek kembali pada akhir kegiatan belajar mengajar. Peneliti melakukan penelitian sebanyak 4 kali pertemuan dengan alokasi waktu 7 x 45 menit. Proses pengambilan data dilakukan pada pertemuan kedua dan ketiga. Dengan demikian, instrumen soal Pre-Lecture Quiz (PLQ) yang dibuat terdiri dari 2 jenis. Soal Pre-Lecture Quiz (PLQ) ini dilakukan validasi logis oleh dosen pembimbing dan validasi konstruk oleh guru mata pelajaran kimia, serta validasi empiris oleh siswa SMA N 1 Kalasan kelas XII yang telah mendapatkan materi tersebut. Soal Pre-Lecture Quiz (PLQ) materi asam basa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4.

c. Angket Motivasi Belajar Siswa

Pemakaian angket motivasi belajar siswa ini untuk mengukur seberapa besar keinginan dan usaha siswa untuk mencapai prestasi tinggi. Angket motivasi belajar diujikan baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol di awal pertemuan dan di akhir pertemuan untuk mengukur seberapa besar peningkatan motivasi belajar siswa selama melakukan penelitian ini. Peneliti menggunakan angket motivasi belajar kimia yang disusun oleh Agus Prasetyo tahun 2009 dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Penilaian Berbasis Kelas melalui Penyusupan Peta Konsep untuk Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Siswa Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Pakem Tahun Ajaran 2008/2009”. Angket motivasi belajar ini meliputi beberapa aspek yakni rasa ingin tahu, kepercayaan akan kemampuan diri, kemauan, partisipasi aktif dalam belajar, dukungan orang lain, dan suasana serta lingkungan belajar. Dalam angket motivasi belajar ini, menggunakan model skala Likert, artinya bahwa setiap butir pertanyaan diberikan alternatif jawaban dengan skor masing-masing jawaban 1 sampai 5, yaitu selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), jarang (J), dan tidak pernah (TP). Untuk


(48)

33

bentuk pertanyaan positif diberikan skor masing-masing 5, 4, 3, 2, dan 1. Bentuk pertanyaan negatif diberikan masing-masing skor 1, 2, 3, 4, dan 5.

Angket motivasi belajar kimia yang digunakan oleh peneliti, telah terlebih dahulu divalidasi secara empiris oleh Agus Prasetyo (2009) dan diperoleh reliabilitasnya sebesar 0,890 dengan kategori reliabilitas sangat tinggi. Jumlah butir pernyataan yang valid adalah 40 butir. Adapun distribusi instrumen angket motivasi dapat dilihat pada Tabel 2 serta angket motivasi yang telah divalidasi terdapat di Lampiran 5.

Tabel 2. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Kimia Siswa No Kriteria Indikator Jumlah Butir Pertanyaan

1 Motivasi Intrinsik

Rasa ingin tahu 5 1, 2, 6, 16, 40 Kepercayaan akan

kemampuan diri 4 7, 8, 22, 24

Kemauan 17 3, 4, 9, 13, 14, 15, 19, 23, 25, 27, 28, 30, 31, 32, 33, 36, 39 Partisipasi aktif

dalam belajar 9 5, 10, 11, 12, 17, 18, 26, 37, 38

2 Motivasi Ekstrinsik

Dukungan orang

lain 3 20, 21, 29

Suasana dan lingkungan belajar

2 34, 35

d. Soal Prestasi Belajar Siswa

Soal prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban. Soal prestasi belajar ini memenuhi ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom ranah kognitif merupakan salah satu kerangka dasar untuk pengkategorian tujuan-tujuan pendidikan, penyusunan tes, dan kurikulum di seluruh dunia. Kerangka pikir karya Benjamin Bloom berisikan enam


(49)

34

kategori pokok dengan urutan mulai dari jenjang yang rendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi, yakni: pengetahuan / knowledge (C1), pemahaman / comprehension (C2), penerapan / application (C3), analisis / analysis (C4), sintesis / synthesis (C5), dan evaluasi / evaluation (C6) (Imam Gunawan, 2015: 17-21). Soal prestasi belajar kimia divalidasi secara empiris. Validitas empiris diperoleh dengan cara mengujikan soal-soal prestasi belajar kimia pada kelas selain kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas tempat validasi soal prestasi tersebut telah memperoleh materi asam basa. Adapun distribusi instrumen soal prestasi belajar dapat dilihat pada Tabel 3. Soal prestasi belajar kimia yang belum divalidasi serta yang telah divalidasi terdapat di Lampiran 6 dan Lampiran 7. Perhitungan validitas dan reliabilitas soal prestasi belajar kimia secara lengkap terdapat di Lampiran 8.

2. Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen soal prestasi belajar kimia harus memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Validitas dan reliabilitas dapat dirumuskan sebagai berilut: a. Validitas soal prestasi belajar kimia siswa

Validitas butir soal objektif dapat diuji dengan rumus korelasi point biserial, yaitu (Suharsimi Arikunto, 2006: 79) :

ϒpbi =

Keterangan:

ϒpbi = koefisien korelasi point biserial

Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya

Mt = rerata skor total

St = standar deviasi dari skor total

p = proporsi siswa yang menjawab benar

p =


(50)

35

Besarnya validitas digunakan untuk menentukan diterima atau tidaknya sebuah butir soal. Harga rpbi dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf signifikansi 5%. Butir soal dapat digunakan untuk tes sampel dan dinyatakan valid apabila harga rpbi> rtabel.

b. Reliabilitas soal prestasi belajar siswa

Reliabilitas butir soal pilihan ganda yang valid dapat dicari dengan menggunakan rumus KR-20 (Suharsini, 2006: 188), yaitu:

r11 =

Keterangan:

r11 = reliabilitas soal

k = banyaknya butir pertanyaan Vt = varians soal

M = rerata skor soal

p = proporsi siswa yang menjawab benar q = proporsi siswa yang menjawab salah

Menurut Sugiyono (2012: 231), kriteria koefisien reliabilitasnya sebagai berikut:

r < 0,2 = tidak reliabel 0,2 – 0,4 = reliabilitas rendah 0,4 – 0,6 = reliabilitas sedang 0,6 – 0,8 = reliabilitas tinggi 0,8 – 1,0 = reliabilitas sangat tinggi

Tabel 3. Kisi-kisi Soal Prestasi Belajar Kimia

Indikator C1 C2 C3 C4,5,6 Total

Persen tase Membedakan

konsep-konsep dari teori asam basa dan menuliskan persamaan reaksi

1*,10*, 17*, 22, 41, 48

25, 28, 42, 47*

15* 12, 43*


(51)

36 asam dan basa

menurut teori asam basa Arrhenius, Brønsted–Lowry, dan Lewis.

Menghitung pH larutan asam atau basa yang diketahui konsentrasinya. . 3*,7*, 16*,18, 21, 29, 30*,31, 45,49* 4*,5*, 14,19, 26*, 33*, 44, 46, 8,24*, 27*, 32, 34, 40* 2,13,2 3,35

28* 56%

Menghubungkan kekuatan asam dan basa dengan derajat

disosiasi α dan

tetapan

kesetimbangan

Asam (Ka) dan

tetapan kesetimbangan basa (Kb)

9, 50* 36*, 38*

4 8%

Mengidentifikasi sifat larutan asam dan basa dengan berbagai indikator. 6,11, 20*, 39* 37

5 10%

Jumlah butir soal 22 14 8 6 50 100%

Persentase 44% 28% 16% 12% 100%

*= soal yang gugur 3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan 3 (tiga) teknik, yaitu teknik dokumentasi, teknik ujian (tes), dan teknik angket.


(52)

37

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data pengetahuan awal kimia. Data pengetahuan awal kimia siswa diperoleh dari nilai ulangan harian kimia materi sebelumnya yang belum diolah. Teknik ujian dilakukan untuk mengumpulkan data prestasi belajar kimia siswa. Pada teknik ini digunakan instrumen berupa soal pilihan ganda yang telah divalidasi, kemudian diujikan kepada siswa dari kedua sampel penelitian. Teknik angket dilakukan untuk mengumpulkan data motivasi belajar kimia siswa. Pada teknik ini digunakan instrumen berupa pertanyaan motivasi belajar kimia dalam bentuk angket.

Secara umum, alur dari penelitian ini disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Alur Penelitian E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penelitian yang digunakan adalah uji mancova, uji-t sama subjek, dan uji-t beda subjek. Pengetahuan awal siswa sebagai variabel


(53)

38

yang dikendalikan. Sebelum melakukan analisis data, harus dilakukan uji persyaratan hipotesis terlebih dahulu, yakni uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Persyaratan Hipotesis

a. Uji normalitas

Uji normalitas dilakukan terhadap data pengetahuan awal, motivasi awal belajar kimia, motivasi akhir belajar kimia, data PLQ 1 dan data PLQ 2. Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan adalah Uji Shapiro-Wilk dikarenakan jumlah sampel yang kurang dari 30 untuk setiap kelasnya. Metode Shapiro-Wilk menggunakan data dasar yang belum diolah dalam tabel distribusi frekuensi. Data diurutkan, kemudian dibagi dalam dua kelompok untuk dikonversi dalam Shapiro-Wilk. Dapat juga dilanjutkan transformasi dalam nilai Z untuk dapat dihitung luasan kurva normal.

T₃ = [ ( )]²

Keterangan:

D = berdasarkan rumus di bawah = angka ke n-i+1 pada data Xi = angka ke i pada data

D =

²

Keterangan:

Xi = angka ke i pada data

=

rata-rata data

G = bn + cn + ln

Keterangan:

G = identik dengan nilai Z distribusi normal T3 = berdasarkan rumus di atas

bn, cn, dn = konversi statistik Shapiro-Wilk Pendekatan Didtribusi Normal


(54)

39

1) Data berskala interval atau ratio (kuantitatif)

2) Data tunggal / belum dikelompokkan pada tabel distribusi frekuensi 3) Data dari sampel random

Signifikasnsi dibandingkan dengan tabel Shapiro-Wilk. Signifikansi uji nilai T3 dibandingkan dengan nilai tabel Shapiro-Wilk, untuk dilihat posisi nilai probabilitasnya (p). Jika nilai p lebih dari 5%, maka H0 diterima; H1 ditolak. Jika nilai p kurang dari 5%, maka H0 ditolak; H1 diterima. Jika digunakan rumus G, maka digunakan tabel distribusi normal.

b. Uji homogenitas

Uji homogenitas berfungsi untuk mengetahui sampel berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas ini dilakukan terhadap data pengetahuan awal kimia siswa, dan motivasi siswa, serta data prestasi belajar siswa menggunakan uji cochran.

F =

Bila Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima. Adapun H0 menyatakan variasi homogen, sedangkan H1 menyatakan variasi tidak homogen.

2. Uji Hipotesis.

a. Uji-t Beda Subjek

Uji-t adalah jenis pengujian statistika untuk mengetahui apakah ada perbedaan dari nilai yang diperkirakan dengan nilai hasil perhitungan statistika. Uji-t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Uji-t menilai apakah mean dan keragaman dari dua kelompok berbeda secara statistik satu sama lain. Analisis ini digunakan apabila kita ingin membandingkan mean dan keragaman dari dua kelompok data; dari cocok sebagai analisis dua kelompok rancangan percobaan acak.


(55)

40

Berdasarkan hubungan antar populasinya, uji t dapat digolongkan ke dalam dua jenis uji, yaitu dependent sample t-test dan independent sampel t-test:

1) Dependent t-test atau yang sering disebut paired t-test adalah jenis uji statistika yang bertujuan untuk membandingkan rata-rata dua grup yang saling berpasangan. Sampel berpasangan dapat diartikan sebagai sebuah sampel dengan subjek yang sama namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda, yaitu pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan sebuah treatment. Syarat jenis uji ini adalah: (a) data berdistribusi normal; (b) kedua kelompok data adalah dependen (saling berhubungan/ berpasangan); dan (c) jenis data yang digunakan adalah numeric atau kategorik (dua kelompok).

2) Independent t-test adalah jenis uji statistika yang bertujuan untuk membandingkan rata-rata dua grup yang tidak saling berpasangan atau tidak saling berkaitan. Tidak saling berpasangan dapat diartikan bahwa penelitian dilakukan untuk dua sampel subjek yang berbeda. Prinsip uji ini adalah melihat perbedaan variasi kedua kelompok data, sehingga sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu harus diketahui apakah variannya sama atau variannya berbeda.

Pada penelitian ini, analisis yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan dalam kelompok independen, yakni independent t-test. Kelompok yang independen adalah kelompok yang dibandingkan berasal dari suatu sampel berbeda dan berada dalam kondisi yang berbeda. Rumus ini digunakan pada data yang berdistribusi normal dengan populasi homogen. Uji-t dilakukan terhadap skor motivasi akhir dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebagai hipotesis nol (H0) adalah tidak ada perbedaan skor motivasi akhir belajar kimia antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan Pre-Lecture Quiz (PLQ) dengan siswa yang mengikuti pembelajaran tanpa penerapan Pre-Lecture


(56)

41

Quiz (PLQ). Hipotesis nol tersebut diuji dengan uji-t dengan rumus sebagai berikut: (Purwanto, 2011: 196-198)

t0 =

Harga t0 dikonsultasikan dengan ttabel pada taraf signifikansi 5%. Jika harga thitung> ttabel atau harga phitung ˂ 0,05, maka H0 ditolak, berarti ada perbedaan yang signifikan.

b. Uji Mancova

Multivariate Analysis of Covariance adalah analisis kovarian di mana setidaknya ada dua variabel dependen yang diukur secara simultan untuk menguji apakah terdapat perbedaan perlakuan terhadap sekelompok variabel dependen setelah disesuaikan dengan pengaruh variabel konkomitan (kendali) (Raykov & Marcoulides, 2008: 192).

Analisis multi kovarian digunakan untuk membandingkan dua data atau lebih yang semuanya bersifat interval dari dua kelompok atau lebih, disertai pengendalian satu atau lebih data yang juga semuanya bersifat interval. Analisis Kovariansi sangat membantu dalam menghasilkan kesimpulan yang lebih akurat. Pada variabel dependen, terdapat satu atau lebih kuantitatif variabel yang dikenal kovariat atau konkomitan variabel. Secara umum, kovariat merupakan variabel yang secara teoritik berkorelasi dengan variabel terikat atau beberapa variabel yang menunjukkan korelasi pada beberapa jenis subjek yang sama. Tujuan utama kovariat dilibatkan dalam penelitian adalah untuk memperoleh presisi dengan menghilangkan variansi kesalahan. Selain itu, pengikutsertaan kovariat juga bertujuan untuk menurunkan efek dari beberapa faktor yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti.

Pada penelitian ini uji mancova digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian PLQ terhadap motivasi dan prestasi belajar kimia kelas XI SMA N 1 Kalasan semester 2 tahun ajaran 2015/2016 jika data


(1)

Lampiran 18:

Dokumentasi


(2)

Lampiran 18

Dokumentasi Penelitian

242

DOKUMENTASI PENELITIAN

Foto1. Proses Pembelajaran Kelas Kontrol

Foto 2. Penerapan PLQ 1 pada Kelas Eksperimen


(3)

244

Lampiran 19:

Administrasi


(4)

244

Giyas Idayu 12314244019

Pendidikan Kimia Internasional MIPA

Universitas Negeri Yogyakarta Sidanegara Cilacap Jawa Tengah


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25