Pengaruh Pemerintahan Megawati Soekarnoputri di Bidang Politik
Momentum dengan mendekatnya pelaksanaan pemilihan umum 2004 merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kalkulasi elite-elite politik untuk
lebih memfokuskan diri pada upaya membangun konsolidasi politik daripada membuang energi, seperti kegiatan penggalangan dukungan massa atau bahkan
untuk mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah. Faktor lain yang mempengaruhi dinamika perubaha n politik itu adalah respon atau sikap masyarakat sendiri.
Masyarakat telah semakin lelah dan jenuh terhadap berbagai bentuk aksi penggalangan kekuatan massa yang selama ini ternyata tidak lebih sebagai
manivestasi manuver pertikaian semata. Perubahan dina mika politik yang semakin elitis itu juga diikuti oleh
meredanya konflik-konflik yang mengeksploitasi sentimen primordialisme pada tingkat grassroot diberbagai daerah khususnya di Poso Sulawesi Tengah dan
Maluku. Perundingan Malino I yang menghasilkan 10 kesepakatan damai telah memberikan jalan penting dalam mewujudkan rekonsiliasi antara dua kelompok
agama yang bertikai di Poso yang telah berlangsung sejak 1999.
144
Model rekonsiliasi Malino I yang melibatkan pemerintah lokal serta elite-elite dari kedua
kubu yang saling bertikai itu juga dikembangkan untuk menyelesaikan konflik di Maluku.
145
Perundingan Malino II dalam mewujudkan perdamaian di Maluku telah menghasilkan 11 kesepakatan, diantaranya: menghentikan semua bentuk
pertikaian, menjunjung tinggi supremasi hukum, menentang kehadiran kelompok sipil bersenjata, serta membentuk tim independen untuk melakukan investigasi
secara menyeluruh terhadap konflik Maluku yang telah menelan ribuan korban
144
……, “Pertemuan untuk Maluku: Selesaikan Konflik, Damai Kemudian” Kompas, Edisi. 12 Februari 2002.
145
……, “ Di Malino Mereka Saling Berpelukan”, Kompas, Edisi. 13 Februari 2002.
jiwa serta memaksa ratusan ribu penduduk untuk meninggalkan kampung halaman mereka.
146
Situasi di Poso pasca kesepakatan damai telah membawa kemajuan yang penting dalam mewujudkan proses perdamaian itu, yaitu diikuti oleh penyerahan
senjata dari kedua kubu yang bertikai. Dinamika perubahan politik juga memberi ruang yang lebih luas bagi pemerintahan Megawati Soekarnoputri dalam
mewujudkan stabilitas dan keamanan, termasuk dalam mendorong konsolidasi peran militer dalam mengatasi instabilitas keamanan yang diperlukan bagi upaya
pemulihan ekonomi. Pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri, konflik-konflik dan
gerakan separatis yang terjadi di beberapa daerah sudah mulai surut. Hal ini tidak terlepas dari kebijakannya memperkuat kebangsaan Indonesia dengan melakukan
hubungan damai dalam forum internasional. Dalam upaya menanggulangi gerakan separatis di Aceh dan Papua pemerintah memberikan otonomi khusus dan
disepakati UU otonomi khusus. Dengan otonomi khusus dari pusat ke daerah ini, dapat memberikan kepercayaan terhadap daerah untuk mengelola sendiri dan
pemerintah pusat hanya memantau saja. Secara tidak langsung otonomi khusus ini, membawa keuntungan bagi pemerintah, karena pemulihan ekonomi, politik
dan sosial serta keamana n dapat dikendalikan secara kesadaran sendiri. Perubahan politik itu merupakan dampak dari konflik internal partai yang
tidak terkendali yang menimbulkan perpecahan partai dan pertikaian elit politik. Hal ini hampir dihadapi oleh seluruh partai politik yang memenangkan perolehan
146
Ignasius Ismanto, 2002, “Dinamika dan Tantangan Perubahan Politik Indonesia”, Analisis CSIS
, Tahun XXXI 2002, No. 1., Hal. 11.
suara pada pemilu 1999 yang membawa ketidakpastian politik dan perkembangan demokrasi. Dampak dari konflik internal itu adalah konflik internal partai itu
semakin memperbesar kehadiran partai politik. Konflik internal partai di tengah ketidakpastian politik yang dihadapi Indonesia saat ini juga akan berpengaruh
terhadap konflik eksternal yaitu ketegangan hubungan dengan partai politik lainnya. Hal tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi dinamika politik dalam
parlemen yaitu pembentukan koalisi lintas fraksi dari kekuatan-kekuatan politik, namun sangat rentan terhadap perpecahan. Lemahnya koalisi lintas fraksi dari
kekuatan-kekuatan politik diparlemen sangat mempengaruhi kinerja pemerintahan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang substansial. Ditengah
ketidakpastian politik semacam itu, implementasi suatu kebijakan pemerintah sangat mudah terkendala oleh hasil kompromi politik ataupun manuver politik
yang pada akhirnya dapat melemahkan tujuan kebijakan atau program-program pemerintah.
147
Sidang Tahunan MPR 1-11 Agustus 2002 telah melakukan perubahan UUD 1945 dan sekaligus menuntaskan reformasi konstitusi. Amandemen UUD
1945 membawa pengaruh yang besar dalam perpolitikan dimasa pemerintahan Megawati Soekarnoputri. Indonesia telah mengalami perubahan bahwa Indonesia
telah menganut sistem presidensialisme murni, yang pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat dan presiden bertugas untuk masa jabatan yang pasti. Hal ini
diadopsi didalam perubahan UUD menjadi Presiden dan Wakil Presiden dala m satu pasangan dipilih secara langsung oleh rakyat dengan masa jabatan paling
147
Ibid, Hal. 16.
banyak dua periode. Melalui pemilihan langsung, Presiden dan Wakil Presiden terpilih akan memiliki mandat dan legitimasi yang sangat kuat, karena didukung
oleh rakyat yang memberikan suaranya langsung.
148
Amandemen UUD 1945 berpengaruh pada lembaga Legislatif MPR. MPR kini bukan lagi lembaga powerful, dan bukan lembaga yang Superbody, dan
bukan lembaga tertinggi negara yang hanya ada di negara komunis. MPR kini hanya menjadi lembaga tinggi negara. Dari sisi status kelembagaan, MPR sama
dengan posisi lembaga presiden, DPR ataupun Mahkamah Agung. MPR tidak lagi memilih dan memecat presiden. Presiden ditetapkan untuk
dipilih secara langsung. Keputusan tentang siapa yang akan memimpin Indonesia kelak tidak lagi ditangannya. Untuk memecat presiden, sudah ada mekanisme
tambahan, yaitu elaborasi hukum dari Mahkamah Konstitusi. MPR juga tidak membuat Garis Besar Haluan Negara. Karena presiden bukan lagi mandataris
MPR, tidak ada keharusan presiden untuk menjalankan kemauan politik MPR. Dengan dipilih secara langsung, presiden dapat mengembangkan agendanya
sendiri.
149
Dengan dilaksanakannya amandemen konstitusi itu berpengaruh pada pemerintahan Indonesia yaitu memiliki sebuah konstitusi yang lebih demokratis
dan sesuai dengan semangat zaman. Konstitusi itu sangat penting karena menjadi fondasi dari sistem politik dan hukum.
150
148
Sugiarto, Bima Arya, 2002, “ Sidang Tahunan MPR 2002: Menuju institusionalisasi, Menyelamatkan Transisi”, Analisis CSIS, Tahun XXXI, No. 2. Hal.172.
149
Fransiskus Surdiasis, 2006, Melewati Perubahan, LKIS, Yogyakarta, Hal. 54.
150
Ibid, hal. 64.
Dalam perubahan UUD 1945 juga tampak upaya untuk menyetarakan lembaga- lembaga negara, sehingga dapat tercipta mekanisme check and balances
yang lebih memadai, demi mendorong demokratisasi lembaga- lembaga negara.
151
Selain itu, pengaruh pemerintahan Megawati Soekarnoputri dibidang politik adalah kedudukan presiden setelah dilakukan Amandemen UUD 1945
sangat kuat. Pada saat Megawati Soekarnoputri mengambil kebijakan ekonomi dengan menaikan BBM, tarif dasar listrik dan telepon ini menjadi permasalahan
kearah politik. Secara serentak di kota-kota besar diseluruh Indonesia menentang dan menolak kebijakan ini, karena dianggap merugikan masyarakat kecil. Aksi ini
menuntut Megawati Soekarnoputri dan Hamzah Haz untuk turun dari jabatannya serta menjatuhkan pemerintahan Megawati Soekarnoputri ditengah jalan
sebagaimana yang dialami oleh pemerintahan sebelumnya yaitu pada masa Presiden Abdurrahman Wahid. Aksi demontrasi itu berkembang menjadi tekanan
politik yang dimanfaatkan untuk menjatuhkan pemerintahan Megawati-Haz. Akan tetapi hal ini tidak dapat terjadi karena proses konstitusional untuk menjatuhkan
Megawati Soekarnoputri tidak sesederhana proses politik dalam menjatuhkan Presiden Abdurrahman Wahid. Dengan perubahan UUD 1945 proses pergantian
presiden dan wakil presiden sebelum masa jabatan berakhir tidak bisa dilakukan, terkecuali karena adanya pelanggaran terhadap negara. Misalnya penghianatan
terhadap negara, korupsi, kriminalitas tingkat tinggi dan perbuatan tercela. Setelah dilakukan perubahan konstitusi MPR tidak lagi menjadi lembaga tertinggi Negara
151
H. Anton Djawamaku M. Sudibyo, 2002, ”Perubahan UUD 1945: Solusi atau Problema Konstitusi ?”, Analisis CSIS, Tahun XXXI 2002, No. 3., Hal. 286.
yang bisa sewaktu-waktu dapat menghentikan presiden. Presiden sendiri tidak lagi sebagai mandataris MPR.
Kebijakan ekonomi dengan menaikkan BBM, tarif dasar listrik dan telepon ini dapat menjadi permasalahan politik. Karena pemerintahan Megawati
Soekarnoputri dan Hamzah Haz kurang dapat membaca situasi politik. Kebijakan ini dapat menjadi ranjau bagi kepemimpinan politik Megawati- Haz, karena
kebijakan yang sangat tidak popular ini baru diambil pada awal tahun 2003. Dimana pada tahun ini, merupakan kredibilitas seorang pemimpin sangat
dibutuhkan untuk mempersiapkan pemilihan umum 2004. Dengan mengambil kebijakan ini, tanpa disadari oleh Megawati Soekarnoputri dapat dimanfaatkan
banyak politisi lain. Tujuannya mencari cacat politik pada kepemimpinan Megawati Soekarnoputri dan berusaha untuk menjegal pada pemilu 2004. Karena
apa? Karena Megawati Soekarnoputri selain sebagai presiden adalah seorang pemimpin Partai besar dan berkekuatan massa yang besar pula. Sangat sulit untuk
dilumpuhkan manuver politiknya. Dengan melihat titik lemah Megawati Soekarnoputri ini, kredibilitasnya sebagai pemimpin akan turun, rakyat yang
dulunya mengelu-elukan menjadi tidak simpati lagi. Bahkan banyak pendukungnya kecewa dengan kebijakan yang diambil oleh Megawati
Soekarnoputri. Kekecewaan pendukung Megawati ini kemudian dimanfaatkan oleh lawan politiknya untuk dirangkul dan diajak untuk melakukan perlawanan
terhadap pemerintah.
152
Perlawanan ini lebih untuk menurunkan pamor Megawati Soekarnoputri dan mencari figur pemimpin yang baik dan untuk kepentingan
152
Fransiskus Surdiasis , ed, 2006, Jalan Panjang Reformasi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, Hal. 51.
tertentu. Sehingga pada pemilu 2004 Megawati Soekarnoputri, seorang pimpinan partai besar dan berkekuatan massa yang besar kalah dalam pemilu dan
mengembalikan jabatannya sebagai presiden. Dengan demikian jabatan presiden untuk Megawati Soekarnoputri hanya sampai tahun 2004 saja, ini berarti hanya
melanjutkan pemerintahan sebelumnya saja.