Pemerintahan Abdurrahman Wahid yang Dirundung Masalah a.
dipegang oleh Presiden Abdurrahman Wahid ternyata memberikan implikasi yang buruk bagi situasi politik Indonesia waktu itu.
Masalah yang sangat kontroversial adalah keterlibatan beliau dalam kasus Yanatera Bulog dan Bantuan Sultan Brunei yang dikenal
dengan istilah Buloggate dan Brunneigate. Istilah Buloggate dan Brunegate
ini di inspirasi dari sebuah peristiwa di Amerika Serikat, yaitu Watergate
. Watergate merupakan skandal politik yang dilakukan oleh Presiden Richard Nixon pada tahun 1972-1974, yang berujung
pengunduran diri oleh Presiden Richard Nixo n pada tanggal 8 Agustus 1974. Istilah Watergate ini diambil dari sebuah hotel di Washington DC
dimana tempat terjadinya skandal politik tersebut.
62
Dalam kasus Buloggate, Abdurrahman Wahid terlibat dalam penyelewengan dana Yayasan Bina Kesejahteraan Yanatera Badan
Urusan Logistik Bulog sebesar Rp 35 Miliar pada tanggal 7 Januari 2000.
63
Letak keterlibatannya Abdurrahman Wahid dalam kasus ini adalah beliau telah menyalahgunakan kekuasaan dan menekan pejabat
bulog agar mengeluarkan dana bulog sebesar Rp 35 miliar tanpa mau mengeluarkan keppres. Alasan Abdurrahman Wahid tidak mau
mengeluarkan keppres karena akan lebih panjang urusannya.
64
Bahkan Abdurrahman Wahid mengetahui dengan persis kish pembobolan dana
62
”Dibalik Watergate” dalam http: www.Riaupos.comv2contentview1821103 tanggal 23 Mei 2008.
63
........, 2001, ” Dicari: Komisi Pelumat Korupsi”, Tempo, No. 43, Tahun XXIX, edisi 7 Januari, hal. 36-37.
64
……., 2000, “ Skandal Bulog dan Kredibilitas Presiden”, Tempo, No.35., Tahun XXIX, edisi 5 November, hal. 25.
Yanatera dan ikut menerima sebagian dana tersebut, yaitu beliau telah memberikan cek senilai 5 miliar dari laci mejanya kepada Siti Farika
teman dekatnya. Cek tersebut berasal dari Bulog. Abdurrahman Wahid mengakui telah melakukan suatu tindakan yang sudah terlanjur dan dan
dinilai fatal.
65
Sedangkan dalam kasus Bruneigate , yaitu Abdurrahman Wahid telah menerima bantuan sosial dari Sultan Brunei sebesar US 2
juta. Bantuan sosial tersebut diterima oleh Abdurrahman Wahid sebagai bantuan secara pribadi dan tidak dilaporkan dalam keuangan Negara.
Bantuan tersebut diberikan kepada sejumlah LSM dan anggota mahasiswa di Aceh, Maluku dan Irian Jaya. Menurut Abdurrahman Wahid bantuan
tersebut sifafnya pribadi dan pengelolaan dan penyaluran dana tersebut tidak di masukkan ke lembaga kepresidenan. Akan tetapi melihat tujuan
dari penyaluran dana tersebut untuk kemanusiaan di Aceh, Maluku dan Irian Jaya yang notabene permasalahan negara, maka dana tersebut
haruslah di administrasikan dalam lembaga kepresidenan. Disamping itu jumlahnya sangat besar untuk ukuran dana sumbangan. Kesalahan
Abdurrahman Wahid adalah beliau menerima sumbangan sebesar US 2 juta yang menurutnya pribadi, tetapi dana tersebut dialokasikan untuk
kemanusiaan di beberapa daerah yang notabene permasalahan negara. Sementara itu dana tersebut di kelola sendiri tanpa melaporkan keuangan
kepada negara.
65
…….., 2000, “ Rusdihardjo: Presiden adalah tersangka”, Tempo, No.40., Tahun XXIX, edisi 10 Desember, hal. 22.
Dalam kaitannya kasus Buloggate dan Bruneigate, Abdurrahman Wahid telah melanggar UUD 1945 yaitu Pasal 7A, yang berbunyi:
Presiden dan Wakil Presiden dapat diberhentikan dari masa jabatannya oleh MPR atas usul DPR, baik apabila terbukti telah
melakukan pelanggaran hukum berupa penghianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana erat lainnya, atau
perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden danatau wakil presiden.
66
Berdasarkan isi pasal tersebut Abdurrahman Wahid telah
melakukan hukum berupa korupsi. Sebagai tindak lanjut, DPR membuat Pansus untuk menyelidiki kasus Yanatera Bulog dan Bantua n dari Sultan
Brunei. Kerja Pansus ini disetujui dan diterima oleh mayoritas Fraksi besar di Dewan Perwakilan Rakyat. Hal ini sesuai dengan Keputusan DPR
Nomor XXXVI tanggal 1 Februari 2001. Tindak lanjut dari keputusan tersebut adalah berdasarkan
Ketetapan MPR Nomor IIIMPR1978 Pasal 7
67
, DPR pada tanggal 1 Februari 2001 menyampaikan memorandum untuk mengingatkan bahwa
Presiden Abdurrahman Wahid sungguh melanggar Haluan Negara, yaitu melanggar pasal 9 UUD 1945 tentang sumpah jabatan dan ketetapan MPR
No XIMPR1998 tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari KKN. Sebaliknya Presiden Abdurrahman Wahid menolak
memorandum pertama, karena menurut hematnya tidak memenuhi alasan
66
Lihat UUD 1945 Pasal 7A.
67
Ketetapan MPR No.IIIMPR1978 Ayat 2 disebutkan, Apabila DPR menganggap Presiden sungguh melanggar Negara, maka DPR menyampaikan memorandum untuk mengingatkan
presiden. Dalam Ayat 3 disebutkan, Apabila dalam waktu tiga bulan presiden tidak memperhatikan memorandum DPR tersebut pada ayat 2 pasal ini, maka DPR akan
menyampaikanmemorandum kedua.
konstitusional dan tidak terbukti bahwa presiden sungguh melanggar haluan negara.
Meskipun memorandum pertama ditolak, akan tetapi DPR mempunyai kewenangan untuk menilai kinerja presiden Abdurrahman
wahid selama tiga bulan setelah dikeluarkannya memorandum pertama. Apabila DPR menilai dalam waktu tiga bulan tidak ada indikasi bahwa
presiden sungguh-sungguh memperhatikan memorandum pertama, DPR dapat mengeluarkan memorandum kedua.
Berkaitan dengan jawaban presiden Abdurrahma n Wahid terhadap memorandum pertama, DPR menilai bahwa Abdurrahman Wahid tidak
memperhatikan memorandum tersebut. Untuk itu DPR pada tanggal 30 April 2001 mengeluarkan memorandum kedua terhadap presiden
Abdurrahman Wahid. Memorandum kedua ini didukung oleh mayoritas Fraksi di DPR, dengan pertimbangan demi keselamatan bangsa dan negara
yang tengah mengalami krisis multidimensional. Memorandum kedua inipun tidak diindahkan oleh presiden Abdurrahman Wahid.
Langkah selanjutnya adalah melaksanakan Sidang Istimewa MPR untuk meminta pertanggungjawaban presiden. Ketidakhadiran dan
penolakan presiden Abdurrahman Wahid untuk memberikan pertanggungjawaban dalam Sidang Istimewa MPR dan penerbitan
Maklumat presiden tanggal 23 Juli 2001 sungguh melanggar haluan negara. Untuk itu melalui Sidang Istimewa tahun 2001 yang
diselenggarakan pada tanggal 21-26 Juli 2001 presiden Abdurrahman Wahid secara resmi diberhentikan dari jabatannya.