Megawati Soekarnoputri sebagai Wakil Presiden Republik Indonesia

rakyat Indonesia dan masyarakat Internasional yang concern dengan negeri ini adalah terpilihnya Presiden dan wakil presiden untuk masa bakti 1999-2004. Kiprah Megawati dan PDI Perjuangan merupakan fenomena politik terkini ditengah situasi multikrisis itu. Sebagai figur kuat calon Presiden Republik Indonesia keempat tatkala partainya secara meyakinkan memenangkan Pemilu 1999, maka Megawati Soekarnoputri praktis menjadi primadona publik dalam menggantung harapan dalam penyelesaian krisis. Manuver kekuatan politik Islam melalui Poros tengah yang dimotori oleh Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional berhasil mematahkan realitas hasil pemilu 1999 melalui mekanisme real politics di Sidang Umum MPR 1999. Megawati Soekarnoputri gagal meraih kursi Presiden RI ke-4. Tetapi, dalam proses pemilihan Wakil Presiden RI ke-8, Megawati Soekarnoputri berhasil terpilih menyingkirkan saingan tunggalnya dari poros tengah, Hamzah Haz Ketua Umum DPP PPP. Kegagalan Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden RI, namun kemenangan dalam pemilihan Wakil Presiden telah membuktikan bahwa praktik politik dalam SI MPR 1999 bukanlah politik zero sum game,seperti tuduhan sebagian orang. Sepanjang sejarah pemerintahan di Indonesia, Megawati Soekarnoputri adalah Wakil Presiden RI yang kedelapan, setelah beberapa pejabat sebelumnya. Dimasa Soekarno, Presiden RI pertama, hanya menggunakan satu Wakil Presiden, yakni H. Mohamad Hatta. Kemudian, setelah tampuk pemerintahan mengalami peralihan dari orde lama ke orde baru, Presiden RI kedua H.M. Soeharto yang berkuasa selama 32 tahun 1965-1998. Selama masa pemerintahannya, Soeharto memiliki enam Wakil Presiden RI, berturut-turut dari Sultan Hamengkubuwono IX, Adam Malik, Umar Wirahadi-Kusuma, Sudharmono SH.,Tri Sutrisno, dan yang terakhir B.J Habibie. 50 Pada pelaksanaan SU-MPR 1999, Megawati Soekarnoputri kemudian terpilih sebagai Wakil Presiden RI kedelapan untuk memulai babak baru masa transisi dari Orde Baru menuju tatanan kenegaraan yang demokratis dimasa depan. Dalam 12 tahun terakhir, untuk pertama kalinya seorang wakil presiden terpilih atas kehendak rakyat. Kedudukan sebagai wakil presiden itu, membuat Megawati Soekarnoputri lebih berpeluang mendekati semua pihak, kelompok, dan golongan politik manapun. Tidak lagi terbatas pada fungsionaris, kader, dan simpatisan PDI Perjuangan saja. Megawati setelah menjadi wakil presiden sudah menjadi milik seluruh bangsa tanpa melihat golongan politik, ras dan agama. Megawati telah bermetamorfose dari seorang politisi menjadi negarawan. Kabinet Persatuan Nasional yang terdir i dari figur- figur semua partai, berada dalam satu wadah dibawah kepemimpinan Presiden dan Wakil Presiden. Dengan demikian, tokoh-tokoh yang berada diluar PDI Perjuangan dan yang masih berseberangan dengan Megawati menjadi dekat secara pribadi dan formal karena berada dan terikat dalam sebuah team work birokrasi. Sebagai wakil presiden, Megawati Soekarnoputri dalam membangun kepercayaan dirinya secara pribadi juga ditentukan dengan sosoknya sebagai tipe pemimpin pemersatu bangsa. Dengan demikian besar tugasnya diisi dengan upaya 50 Sidharta Gautama, 2000, Megawati Soekarnoputri Harapan dan Tantangan di Kursi Wapres RI, PT. Rineka Cipta, Jakarta, hal. 162. menggalang kembali semua komponen bangsa, dengan tugas-tugas awal memulihkan konflik diberbagai daerah. Apalagi tugas pokok Megawati setelah menjadi wakil presiden adalah menyelesaikan konflik berkepanjangan di Indonesia Timur, khususnya di Maluku Ambon yang menelan ratusan jiwa, belasan aparat tewas, ribuan luka berat dan ringan. Keberhasilan dalam menjalankan tugas itu merupakan potensi besar bagi negeri ini dalam merangkai kembali seluruh tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik dimasa depan. Dengan posisi sebagai wakil presiden, Megawati memperoleh banyak kesempatan untuk menjalin hubungan dengan pemimpin-pemimpin internasional sekaliber apa pun. Kenyataan ini merupakan proses pembelajaran bagi dirinya dalam mempertebal wawasan dan kapabilitas kenegarawan, Megawati juga diuntungkan dalam pergaulan internasional, karena namanya sudah dikenal luas masyarakat dunia. Terutama pada saat dirinya didaulat sebagian rakyat untuk menjadi Presiden RI dan partainya PDI Perjua ngan mencatatkan dirinya sebagai pemenang pemilu 1999. 51 Perjalanan politiknya tidak hanya sebagai wakil presiden saja, hal ini didukung dengan pergaulannya dengan para pemimpin dunia akan menjadikan Megawati untuk menggapai puncak karier politik sebagai Presiden RI dimasa selanjutnya. Keadaan yang demikian ini memberikan banyak peluang jika dibandingkan ketika berdiri di luar pemerintahan semasa memimpin PDI 51 Ibid, hal. 174. Perjuangan. Megawati akhirnya terpilih menjadi Presiden RI menggantikan Presiden Abdurrahman Wahid pada tanggal 23 Juli 2001.

B. Latar Belakang Megawati Soekarnoputri Diangkat menjadi Presiden

1. Situasi Politik Indonesia

a. Krisis Politik di Indonesia

Memasuki tahun keempat dari gerakan reformasi, kondisi dan situasi politik di Indonesia masih diselimuti ketidakpastian. Perkembangan politik di Indonesia diwarnai perseteruan para elite politik, khususnya antara legislatif dan eksekutif. Konflik antara le gislatif dan eksekutif ini terjadi karena keduanya ingin menunjukkan kiprahnya, yakni menjalankan fungsi, wewenang, dan hak masing- masing sesuai dengan konstitusi. Namun dibalik itu, secara transparan terlihat bahwa dalam menjalankan fungsi, wewenang dan hak tersebut lebih menonjolkan kepentingan pribadi atau kelompok masing- masing, sehingga menimbulkan konflik-konflik baru yang menyebabkan krisis politik yang berkepanjangan. 52 Konflik yang semula terjadi antara para elite politik tersebut berkembang menjadi konflik antar kelompok, bahkan kemudian meluas hingga ketingkat grass root, sehingga kerusuhan massal bisa terjadi setiap waktu. Masing- masing kelompok melakukan aksi-aksi yang kemudian di counter oleh kelompok yang berseberangan dengan kelompok yang lain. Sehingga aksi-aksi pro dan kontra terus berlangsung, baik yang dilakukan 52 I Made Leo Wiratma, 2001, “Kemelut Politik, Demokrasi dan Konstitusi”, Analisis CSIS, Tahun XXX, No.1., hal.14. secara damai maupun dengan cara-cara intimidasi hingga kekerasan secara fisik. Aksi damai biasanya berupa demonstrasi maupun melalui pernyataan- pernyataan politik, sedangkan aksi intimidasi dilakukan dengan mendatangi kantor atau tempat tinggal disertai penghinaan atau ancaman-ancaman. Beberapa kasus anarkis yang terjadi di Jawa Timur menggambarkan bahwa pertikaian antar elite sudah merambah ke tingkat grass root. Misalnya, penebangan pohon dan blokade terhadap jalur transportasi Surabaya-Malang oleh pendukung Gus Dur yang dimaksudkan untuk menghadang Ketua MPR Amien Rais yang berencana menghadiri pengajian rutin di Masjid Ar Fachuddin. Pendukung Gus Dur juga melakukan blokade atas pelabuhan Ketapang-Gilimanuk dan jalur pantura Banyuwangi dengan menebangi pohon-pohon sebagai protes kepada DPR yang telah menjatuhkan Memorandum I kepada Presiden Abdurrahman Wahid. Aksi anarkis ini dimaksudkan untuk mempertahankan duet Gus Dur dan Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden dan Wakil Presiden hangga tahun 2004.

b. Konflik Elite Politik di DPRMPR

1 Pemilihan dan Pengangkatan Ketua MA Pemilihan dan pengangkatan Ketua MA merupakan salah satu perseteruan antar elite politik yaitu antara DPR dan Presiden. Abdurrahman Wahid menolak secara resmi, sehingga pengangkatan Ketua MA pun mengalami kebuntuan. Penolakan ini sebetulnya tidak mengejutkan dan sudah dibaca dari pernyataan-pernyataan presiden Abdurrahman Wahid sebelumnya yang