Partai Politik Landasan Teori 1. Pengertian Pemerintahan
Secara garis besar fungsi partai politik adalah :
32
a Sosialisasi Politik yaitu proses pembentukan sikap dan orientasi
politik para anggota masyarakat. b
Rekruitmen Politik, yaitu seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan
sejumlah peranan dalam sis tem politik pada umumnya dan pemerintahan khusunya.
c Partisipasi Politik, adalah kegiatan warga negara biasa dalam
mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan pelaksanaan keputusan politik.
d Pemadu Kepentingan yaitu kegiatan menampung, menganalisis dan
memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan menjadi berbagai alternatif kebijakan umum, kemudian
diperjuangkan dalam proses perbuatan dan pelaksanaan keputusan politik.
e Komunikasi Politik, ialah proses penyampaian informasi mengenai
politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah.
f Pengendalian konflik artinya menampung dan memadukan berbagai
aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah badan perwakilan
rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik.
32
Ramlan Surbakti,1992, Memahami Ilmu Politik , PT. Grasindo, Jakarta, hal. 116-121.
g Kontrol Politik ialah kegiatan untuk menunjukkan kesalahan,
kelemahan dan penyimpangan dalam isi suatu kebijakan atau dalam pelaksanaan kebijakan yang dibuat dan dilaksanakan oleh
pemerintah. Sedang fungsi partai politik dalam negara demokrasi antara lain :
33
1 Sebagai sarana komunikasi politik.
Arus informasi dalam suatu negara bersifat dua arah artinya berjalan dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Kedudukan partai dalam
arus ini adalah sebagai jembatan antara mereka yang memerintah dengan mereka yang diperintah.
2 Sebagai sarana sosialisasi politik.
Proses dimana seseorang memperoleh sikap dan orientasi dan nilai dari masyarakat dimana ia berada. Proses itu mencakup proses
dimana masyarakat mewariskan norma-norma dan nilai- nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya.
3 Sebagai sarana rekruitmen politik.
Rekruitmen politik adalah proses dimana partai mencari anggota baru dan mengajak orang yang berbakat untuk berpartisipasi dalam
partai politik. 4
Sebagai sarana Pengatur konflik. Negara demokrasi masyarakatnya terbuka. Adanya perbedaan dan
persaingan adalah hal yang wajar.
33
Miriam Budiarjo, op.cit., hal.163.
Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokratis di bawah rule of law adalah sebagai berikut :
a Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi, selain menjamin hak- hak individu, harus menentukan pula cara prosedur
untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang terjamin. b
Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak. c
Pemilihan umum yang bebas. d
Kebebasan untuk menyatakan pendapat. e
Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi. f
Pendidikan kewarganegaran. Berdasarkan konsep di atas, Indonesia memiliki bentuk pemerintahan
republik dengan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh Presiden sebagai kepala negara yang dipilih oleh rakyat.
Bentuk negara Indonesia adalah kesatuan dengan ciri-ciri tidak ada negara dalam negara, pemerintah pusat memiliki kedaulatan penuh secara
intern maup un ekstern, dan hanya memiliki satu konstitusi yaitu UUD 1945.
Sedangkan sistem pemerintahan yang dianut Indonesia adalah sistem pemerintahan presidensiil yaitu sistem pemerintahan dimana kepala
pemerintahan disebut Presiden dan dipilih untuk masa jabatan yang ditentukan oleh UUD. Kepala pemerintahan Presiden dipilih oleh rakyat
baik secara langsung atau melalui badan pemilihan. Untuk kabinet yang dijalankan oleh Indonesia adalah kabinet presidensiil. Kabinet presidensiil
adalah kabinet dimana pertanggungjawaban atas kebijaksanaan pemerintah dipegang oleh Presiden sendiri. Para Menteri tidak bertanggung jawab
langsung kepada DPR melainkan Presiden. Pada masa reformasi, diharapkan dapat membawa perubahan dalam
segala hal politik. Akan tetapi pada era reformasi, Indonesia dihadapkan dalam berbagai macam cobaan, terutama sekali dalam kepemimpinan
bangsa Pemerintah. Hal ini terlihat jelas saat berakhirnya kekuasaan Soeharto, awal pemerintahan B.J.Habibie, Pemerintahan Abdurrahman
wahid hingga pemerintahan Megawati soekarnoputri periode tahun 2001- 2004. Akan tetapi alangkah baiknya apabila kita meninjau kembali
keadaan politik sebelum Megawati diangkat menjadi Presiden republik Indonesia.
Kondisi politik di tanah air pada awal tahun 1999 hingga tahun 2001 belum juga menampakkan titik terang. Hal ini terlihat dari banyaknya
kontroversi-kontroversi yang berakibat hilangnya kredibilitas pemimpin bangsa. Pemerintahan Abdurrahman Wahid ini sangat fenomenal dan
penuh dengan kontroversi. Hal ini disebabkan karena Abdurrahman Wahid sering mengambil langkah soliter dan kurang memperdulikan para politisi
di DPR. Konflik antara elit politik telah mencapai titik kuliminasi. Hal ini telah mendorong untuk diadakan Sidang Istimewa MPR SI MPR sebagai
upaya untuk menyelesaikan konflik elit politik tersebut, karena ini yang konstitusional, dan sangat lebih baik dari pada cara pemaksaan atau
dengan kekerasan.
Sidang istimewa MPR yang akan diselenggarakan pada tanggal 1-7 Agustus 2001 dipercepat menjadi tanggal 21-26 Juli 2001. Proses menuju
Sidang istimewa MPR ini penuh dengan kontroversial, dimana terdapat 7 fraksi mendukung diselenggarakannya Sidang istimewa MPR, dua fraksi
menolak dan satu fraksi abstain. Alasan diselenggarakannya Sidang istimewa MPR guna meminta pertanggung jawaban Presiden
Abdurrahman Wahid, karena dalam waktu tiga bualan Presiden tidak mengindahkan memorandum I dan II. Sebagai bentuk perlawanan terhadap
lawan politiknya Presiden mengeluarkan dekrit pada tanggal 23 Juli 2001, yang intinya membekukan MPR-RI dan DPR-RI dan Golkar serta
mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pelaksanaan pemilu. Akan tetapi dekrit ini dianggap tidak konstitusional
dan tidak sah, karena kedudukan DPR adalah kuat. Presiden tidak bisa membubarkan DPR apalagi MPR. Langkah- langkah yang diambil oleh
Presiden justru menambah rasa ketidak percayaan parlemen dan dianggap berbahaya dan melanggar haluan negara.
Sesuai dengan ketentuan UUD 1945 bahwa MPR adalah lembaga tertinggi negara pemegang kedaulatan rakyat yang kekuasaannya tidak
terbatas. Maka Sidang istimewa MPR itu benar-benar digelar. Sidang istimewa MPR ini menghasilkan empat buah ketetapan yaitu sebagai
berikut :
34
34
M.Djadijono, op.cit., hal.225. Lihat Koran Tempo, 27 Juli 2001.
1. Sikap MPR Republik Indonesia terhadap Maklumat Presiden
Republik Indonesia tanggal 23 Juli 2001 dianggap tidak sah dan bertentangan dengan hukum dan tidak mempunyai kekuatan
hukum Tap MPR No.IMPR2001. 2.
MPR meminta pertanggung jawaban Presiden, dan penolakan Presiden memberikan pertanggung jawaban dalam Sidang
istimewa MPR serta penerbitan Maklumat oleh Presiden tanggal 23 Juli 2001 dianggap melanggar haluan negara Tap MPR
No.IIMPR2001. 3.
Penetapan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI menggantikan KH. Abdurrahman wahid sampai
masa jabatan Presiden RI 1999-2004 Tap MPR No.IIIMPR2001.
4. Pengangkatan Hamzah Haz sebagai Wakil Presiden RI Tap
MPR No.IVMPR2001. Selain Sidang Istimewa MPR wujud dari reformasi bagi bangsa
Indonesia, terbentuknya kabinet gotong royong dibawah duet kepemimpinan Megawati Soekarnoputri–Hamzah Haz pada tanggal 9
Agustus 2001 pada dasarnya merupakan akhir dari rangkaian proses inisial konstitusional politik di Indonesia. Sidang Istimewa MPR 2001
merupakan awal dari institusionalisasi ini telah berlangsung demokratis. Demikian juga Sidang Istimewa MPR 2001 terlaksana secara demokratis
dan terbuka sehingga membawa nuansa akuntabilitas yang memadai.
Proses pengangkatan Presiden dan Wapres merupakan agenda Sidang Istimewa MPR 2001, terlihat menyajikan suasana baru bagi
pengembangan kultur demokratis Indonesia. Oleh karena itu, masa depan Indonesia bukan hanya tergantung pada
bagaimana duet Megawati-Hamzah Haz menyelesaikan berbagai masalah krisis ekonomi, dan sosial-politik, tetapi juga bagaimana “rezim
reformasi” yakni sinergi keseluruhan jajaran pemerintahan baru yang terdiri dari lembaga- lembaga MPR, DPR, Presiden dan Mahkamah Agung
melanjutkan proses institusionalisasi reformasi selanjutnya secara optimal. Untuk itu masalah pokok yang harus segera ditangani oleh duet
Megawati-Hamzah Haz adalah mewujudkan proses reformasi politik dan hukum serta mengatasi masalah ekonomi. Indikasi pertama yang
menunjukkan komitmen duet kepemimpinan atas masalah tersebut adalah pada profil kabinet yang dibentuk. Kabinet Mega dinilai telah memenuhi
harapan publik. Megawati berhasil menyusun kabinet yang kompromistis, dimana kabinetnya mencerminkan adanya campuran antara koalisi partai-
partai politik dan profesional maupun militer. Selain itu terpilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden RI
yang kelima juga disambut kalangan luas sebagai pemberi harapan bagi rakyat akan masa depan.
Untuk itu ada tiga hal yang penting yang nampaknya harus segera ditindak lanjuti oleh kabinet Megawati Soekarnoputri. Hal penting itu
adalah harapan dari rakyat Indonesia. Tiga hal penting tersebut antara lain,
pertama penuntasan kasus dugaan penyelewengan dana non budgeter Bulog Akbar Tanjung dan masalah KKN lainnya. Hal ini menunjukkan
bahwa pemerintahan Mega-Hamzah benar-benar mempunyai komitmen untuk menegakkan suatu pemerintahan yang bersih dan
bertanggungjawab. Kedua adalah menyelesaikan konflik-konflik sosial di Kalimantan Tengah sampai konflik Poso, Aceh, dan Papua hubungan
pusat-daerah, apalagi masalah teroris yang menghantui Indonesia pada saat itu. Hal ini untuk menunjukkan pemerintahan baru benar-benar
mempunyai komitmen untuk menegakkan hukum yang adil di Indonesia. Rule of law
menjadi bagian yang sangat signifikan bagi pertumbuhan demokrasi. Ketiga adalah penanganan dalam mengatasi krisis ekonomi.
Kebijakan dalam penanganan masalah krisis ekonomi ini secara tidak langsung menambah kredibilitas Pemerintah, bahwa Pemerintah mampu
menumbuhkan kesejahteraan bangsanya. Meski demikian pemerintahan yang dijalankan oleh Megawati dapat
dikatakan tidak berhasil. Dalam pemerintahannya, Megawati banyak mendapat kecaman, Megawati dinilai lamban dalam menyelesaikan segala
persoalan bangsa, terutama dalam konflik Poso, Papua dan kasus terorisme di Indonesia. Hal ini menyebabkan banyaknya kritikan-kritikan yang
dilontarkan kepadanya. Di sisi lain pemerintahan Megawati telah berhasil merencanakan
Pemilu 2004 secara langsung. Untuk periode ini Megawati pun mencalonkan diri untuk menjadi Presiden periode 2004-2009. Akan tetapi
Megawati yang kharismatik tapi hemat bicara dan pendiam ini tidak bisa lolos dalam pemilihan Presiden secara langsung tahun 2004. Dan sebagai
pemenang Pemilu 2004 sekaligus sebagai pemimpin bangsa ialah pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Yusuf Kalla.