2.5.1. Standar Minimum Klinik IMS
Berdasarkan Standar Operasional Prosedur SOP Klinik Sanitasi IMS yang dikembangkan melalui kerjasama Depkes RI, Usaid dan Family Health International
2007 menyebutkan bahwa struktur di dalam klinik IMS harus mempunyai fungsi seperti hal berikut ini: a ruang tunggu dan registrasi, b ruang pemeriksaan, c
laboratorium untuk memfasilitasi secepatnya diagnosa dan pengobatan pada pasien, sebaiknya ruang pemeriksaan dan laboratorium berdampingan tetapi dipisahkan
dengan sebuah horden atau sekat, d ruang pengobatan dan konseling. Setiap bangunan klinik harus dipelihara dengan baik untuk mendapatkan lingkungan yang
nyaman, aman, dan hygienis. Setiap klinik harus memelihara peralatan kliniknya dalam keadaan bekerja dengan baik. Setiap waktu kewaspadaan universal untuk
mencegah penularan infeksi melalui darah dan indikator lain untuk mengendalikan infeksi harus diterapkan.
Standar minimum klinik IMS telah dikembangkan untuk memperbaiki kualitas diagnosis dan pengobatan IMS secara keseluruhan. Dalam pelaksanaannya
setiap klinik IMS harus sesuai dengan hal-hal sebagai berikut: a Kegiatan pencegahan seperti promosi kondom dan seks yang aman, b Pelayanan ditargetkan
untuk kelompok beresiko tinggi, c Kelompok inti misalnya pekerja seks, IDU, d Kelompok “penghubung” pelanggan mereka, e Pelayanan yang efektif yaitu
pengobatan secepatnya bagi orang dengan gejala IMS, f Program penapisan dan pengobatan secepatnya untuk IMS dan yang tanpa gejala pada kelompok resiko tinggi
yang menjadi sasaran, g Program penatalaksanaan mitra seksual, h Sistem
Universitas Sumatera Utara
monitoring dan surveilen yang efektif, i Jika sebagai model klinik untuk klinik- klinik yang ada disekitarmya harus berusaha untuk melaksanakan pelayanan klinik
IMS yang sama, dengan memberikan pelatihan yang sesuai pada klinik-klinik tersebut, k Bentuk pelayanan IMS dan promosi yang diberikan harus berdasarkan
pada pengetahuan dari kelompok sasaran dalam kebiasaannya mencari pengobatan Depkes, USAID, FHI 2007.
2.5.2. Staf Klinik IMS