2.10. Landasan Teori
Sebagai acuan dalam menentukan variabel penelitian serta menyusunnya dalam suatu kerangka konseptual maka keseluruhan teori-teori yang telah dipaparkan
di atas dirangkum dalam suatu landasan teori seperti diuraikan berikut. Dewasa ini terjadinya peningkatan Penyakit Menular seksual pada masyarakat
menuntut dilakukannya program pelayananan dan penanganan secara konprehensif dan terpadu. Klinik Infeksi Menular Seksual Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh yang
merupak sebagai salah satu unit pelayanan dan penanggulangan masalah penyakit Infeksi Menular seksual diharapkan mampu berperan aktif dalam memberikan
konstribusi dalam mengurangi jumlah penderita Infeksi Menular Seksual terutama dikalangan wanita Usia Subur, dimana WUS berkonstribusi dalam meningkatkan
masalah kesehatan reproduksi sehingga akan sangat berpengaruh untuk kesehatannya khususnya kesehatan reproduksi.
Penanganan pasien IMS yang dilakukan di sarana pelayanan kesehatan klinik IMS puskesmas Kuta Alam Banda Aceh diantaranya dipengaruhi oleh petugas
kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada klien maupun klien sebagai pengguna pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan diklinik IMS mencakup:
a Melaksanakan kegiatan pencegahan seperti promosi kondom dan seks yang aman, b Melaksanakan pelayanan yang ditargetkan untuk kelompok beresiko tinggi, c
Memberikan layanan pemeriksaan dan pengobatan bagi mereka yang telah tertular IMS, d Melaksanakan kegiatan penapisan untuk IMS Asintomatic bagi semua
Universitas Sumatera Utara
populasi yang beresiko secara rutin sedikitnya sekali setiap 3 tiga bulan, e Memberikan layanan konsling, pemeriksaan, dan pengobatan bagi pasangan tetap klin
pekerja seks melalui sistem partner notification, f Menjalankan sistem monitoring dan surveilens, g Memberikan layanan KIE tentang mitos penggunaan obat-obat
bebas untuk mencegah atau mengobati IMS KPA Nasional, 2005 Menurut Raharjo 2005 dalam Mardin Purba, 2009, factor-faktor yang
memperlambat upaya mengurangi resiko penyebaran PMS adalah kurangnya akses penderita IMS kesarana pelayanan kesehatan, waktu buka klinik dan lokasi yang
tidak strategis, keterbatasan biaya dalam membeli kondom di apotik, toko lain atau klinik, kurangnya rasa percaya diri, staf klinik yang memiliki sikap negative terhadap
kegiatan seks dan penggunaan alat kontrasepsi atau karena ada larangan . Menurut Barakbah dalam Hesti, 2008 , Konseling penderita IMS sebaiknya
diberikan kepada dokter yang merawattenaga kesehatan lain yang ditunjuk yang benar-benar mengerti tentang IMS. Dimana ada beberapa hal yang harus diperhatikan
pada setiap proses konseling anatara lain: Waktu harus cukup leluasa, tempat yang menyenangka dan tidak dapat didengar oleh orang lain, sikap konselor membuat
klien merasa “diterima”, “dipahami”, serta merasa aman untuk beratnya dan mengemukakan pendapat, kemudahan klien untuk mendapat pelayanan, kerahasiaan
harus benar-benar dijaga.
Universitas Sumatera Utara
2.11. Kerangka Konsep Penelitian