Hubungan Kesadaranminat Masyarakat dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS

kesehatan kurang baik dalam upaya pencegahan dan penanggulangan IMS beresiko 0,6 kali dibandingkan dengan sikap petugas yang baik. Hal ini juga dapat dilihat dari beberapa item pertanyaan yang diajukan kepada responden, dimana masih ada tanggapan bahwa dalam hal melaksanakan pelayanan belum sesuai dengan kebutuhan pasien, sikap yang ditunjukkan petugas terhadap pasien masih belum memuaskan, pemeriksaan fisik dan pengobatan yang dilakukan serta konseling petugas menunjukkan masih belum adanya kesiapan dari petugas. Sesuai dengan Depkes RI, Fhi, 2007, dimana setiap klinik harus mempunyai staf yang ramah, client-oriented, tidak menghakimi dan dapat menjaga konfidensialitas serta dapat melakukan fungsi-fungsi tugasnya dengan baik seperti administrasi klinik, registrasi pasien, pencatatan dan pelaporan, anamnesis kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual, pemeriksaan fisik dan pengobatan, laboratorium berdasarkan tes diagnostis serta konseling. Penelitian ini sejalan dengan pendapat J.B Kristiadi dalam Safitrah, 2012 mengatakan bahwa kesiapan petugas dalam memberikan pelayanan dapat menentukan suatu tugas sehingga mampu dalam mengambil keputusan secara mandiri dan profesional dengan adanya perubahan sikap yang lebih mengarah pada perkembangan, keterbukaan dan sikap melayani dan mengayomi masyarakat yang merupakan tugas dan tanggungjawab pokoknya.

5.5 Hubungan Kesadaranminat Masyarakat dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan analisa univariat, hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaranminat baik dalam pencegahan dan penanggulangan IMS sebanyak 46,0 sedangkan kesadaranminat kurang baik dalam pencegahan dan penanggulangan IMS sebanyak 54,0. Hasil uji Chi-square didapat nilai p= 0,001 yang berarti adanya hubungan signifikan antara kesadaranminat dengan pencegahan dan penanggulangan IMS. kesadaranminat baik dengan pencegahan dan penanggulangan baik sebesar 65,5 dan yang pencegahan kurang baik 34,4. Kesadaranminat masyarakat yang kurang baik dengan pencegahan baik sebesar 23,5 dan kurang baik 76,5. Ratio Prevalence pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik dengan kesadaranminat masyarakat pada pelayanan klinik IMS adalah 0,451 dengan Confidence Interval CI 0,264-0,770 . Hal ini menunjukkan bahwa kesadaranminat masyarakat kurang baik dalam upaya pencegahan dan penanggulangan IMS beresiko 0,4 kali dibandingkan dengan kesadaranminat masyarakat yang baik. Dengan demikian menggambarkan bahwa keinginan ataupun kesadaran masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan IMS akan mempengaruhi terhadap upaya yang dilakukan untuk pencegahan penularan IMS. Dimana kebiasaan masyarakat lebih cendrung melakukan pengobatan sendiri atau secara tradisional dalam mengobati IMS dan baru akan kepusat pelayanan kesehatan jika penyakitnya sudah parah. Hal ini sesuai dengan pendapat Roger Azmi, 2008 dalam teori Proteksi motivasi yang menyatakan bahwa keparahan yang dirasakan akan mempengaruhi Universitas Sumatera Utara keinginan seseorang dalam melakukan suatu tindakan karena tindakan seseorang untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit didorong oleh ancaman penyakit tersebut . Berdasarkan hasil uji regresi logistik menjelaskan bahwa kesadaranminat masyarakat sangat berhubungan dengan pencegahan dan pelayanan IMS. Hal ini mengacu pada kesadaran minat masyarakat kurang baik kemungkinan sebesar 9 kali dibandingkan dengan kesadaran minat baik dalam pencegahan dan penanggulangan IMS. Walaupun pelayanan KIE dan petugas kesehatan juga sedikit berpengaruh terhadap pencegahan dan penanggulangan IMS. Bila dilihat dari beberapa item pertanyaan yang diajukan kepada responden masih ada tanggapan bahwa mereka takut jika hasil pemeriksaan yang dilakukan dapat mengetahui kondisinya normal atau tidak, tidak senang jika harus melakukan pemeriksaan berulang-ulang karena merasa malu kalau harus sering periksa ke klinik, dalam melakukan hubungan seks juga tidak setuju jika harus menggunakan alat pelindung karena merasa tidak nyaman serta masih enggan untuk membicarakan tentang seks aman pada pasangannya, masih kurangnya keinginan dalam mencari informasi tentang IMS dan penanggulangnya karena mereka baru berobat atau keklinik IMS jika sudah parah. Wanita dengan IMS tidak menunjukkan gejala apapun sehingga cenderung tidak akan mengobati infeksinya karena tidak ada gejala penyakitnya seperti pada gejala keputihan yang sering muncul pada wanita yang merupakan hal biasa, jika tidak ditanggulangi dengan cepat akan memicu terjadinya servicitis atau peradangan Universitas Sumatera Utara panggul. Biasanya WUS beresiko baru akan mengunjungi klinik atau memeriksa jika kondisinya sudah tidak baik dan pengobatan tradisional tidak berhasil. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Infeksi Menular Seksual Di SMA Negeri 7 Medan

10 83 63

Pengetahuan Pasangan Suami Istri Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) Di Lingkungan IV Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Tahun 2008

0 35 42

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONDOM PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL (WPS) UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI KLINIK MENTARI PUSKESMAS PANJANG BANDAR LAMPUNG

3 19 73

Efektifitas Pelayanan Klinik Infeksi Menular Seksual Terhadap Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan IMS Pada Wanita Usia Subur Beresiko Di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

0 0 2

Efektifitas Pelayanan Klinik Infeksi Menular Seksual Terhadap Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan IMS Pada Wanita Usia Subur Beresiko Di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

0 0 8

Efektifitas Pelayanan Klinik Infeksi Menular Seksual Terhadap Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan IMS Pada Wanita Usia Subur Beresiko Di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

0 1 37

Efektifitas Pelayanan Klinik Infeksi Menular Seksual Terhadap Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan IMS Pada Wanita Usia Subur Beresiko Di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

0 2 3

Hubungan Pelayanan Klinik Infeksi Menular Seksual dengan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur Beresiko di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

0 0 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelayanan - Hubungan Pelayanan Klinik Infeksi Menular Seksual dengan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur Beresiko di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

0 0 21

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Pelayanan Klinik Infeksi Menular Seksual dengan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur Beresiko di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

0 0 10