puas dengan informasi yang dijelaskan tentang Infeksi Menular Seksual sehingga memberi pengaruh bagi mereka untuk melakukan tindakan pencegahan selanjutnya.
Sesuai dengan pendapat Barakbah dalam Hesti, 2008, bahwa memberikan konseling penderita IMS agak berbeda dengan penderita penyakit lain. Hal ini
disebabkan oleh karena klien IMS yang datang pada dokter konselor untuk meminta nasehat, disamping memiliki rasa takut dan cemas terhadap penyakitnya juga
mempunyai rasa bersalah yang sering menimbulkan kesulitan dalam proses konseling tersebut.
5.4 Hubungan Sikap Petugas Kesehatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS
Berdasarkan analisa univariat, hasil penelitian menunjukkan bahwa petugas kesehatan mempunyai kesiapan dalam pencegahan dan penanggulangan IMS
sebanyak 55,6 sedangkan petugas kesehatan yang belum siap dalam pencegahan dan penanggulangan IMS sebanyak 44,4.
Hasil uji Chi-square didapat nilai p= 0,040 yang berarti adanya pengaruh signifikan antara sikap petugas kesehatan dengan pencegahan dan penanggulangan
IMS. Petugas kesehatan yang memiliki kesiapan dengan pencegahan dan penanggulangan baik sebesar 54,3 dan yang pencegahan kurang baik 45,7.
Petugas kesehatan yang belum siap dengan pencegahan baik sebesar 28,6 dan kurang baik 71,4. Ratio Prevalence Pencegahan dan penanggulangan IMS kurang
baik dengan sikap petugas kesehatan pada pelayanan klinik IMS adalah 0,640 dengan Confidence Interval CI 0,416-0,984 . Hal ini menunjukkan bahwa sikap petugas
Universitas Sumatera Utara
kesehatan kurang baik dalam upaya pencegahan dan penanggulangan IMS beresiko 0,6 kali dibandingkan dengan sikap petugas yang baik.
Hal ini juga dapat dilihat dari beberapa item pertanyaan yang diajukan kepada responden, dimana masih ada tanggapan bahwa dalam hal melaksanakan
pelayanan belum sesuai dengan kebutuhan pasien, sikap yang ditunjukkan petugas terhadap pasien masih belum memuaskan, pemeriksaan fisik dan pengobatan yang
dilakukan serta konseling petugas menunjukkan masih belum adanya kesiapan dari petugas. Sesuai dengan Depkes RI, Fhi, 2007, dimana setiap klinik harus mempunyai
staf yang ramah, client-oriented, tidak menghakimi dan dapat menjaga konfidensialitas serta dapat melakukan fungsi-fungsi tugasnya dengan baik seperti
administrasi klinik, registrasi pasien, pencatatan dan pelaporan, anamnesis kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual, pemeriksaan fisik dan pengobatan, laboratorium
berdasarkan tes diagnostis serta konseling. Penelitian ini sejalan dengan pendapat J.B Kristiadi dalam Safitrah, 2012
mengatakan bahwa kesiapan petugas dalam memberikan pelayanan dapat menentukan suatu tugas sehingga mampu dalam mengambil keputusan secara
mandiri dan profesional dengan adanya perubahan sikap yang lebih mengarah pada perkembangan, keterbukaan dan sikap melayani dan mengayomi masyarakat yang
merupakan tugas dan tanggungjawab pokoknya.
5.5 Hubungan Kesadaranminat Masyarakat dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS