2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat sejauhmana hubungan variabel independen yaitu pelayanan IMS, pendukung pelayanan dengan variabel dependen
upaya pencegahan dan penanggulangan IMS dengan menggunakan uji chi square.
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat adalah untuk melihat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen sehingga diketahui variabel independen yang
dominan pengaruhnya terhadap variabel dependen dengan menggunakan regresi logistik ganda Multiple Logistic regression.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Puskesmas Kuta Alam adalah puskesmas induk yang terletak di Jalan Twk Hasyim Banta Muda di kelurahan Mulia kecamatan Kuta Alam yang berjarak ± 2 km
dari pusat kota Banda Aceh atau ± 1,5 km dari Rumah Sakit Provinsi. Puskesmas Kuta Alam memiliki luas area 2.400 m
2
. Secara geografis batas wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam :
1. Sebelah Barat dengan
: Kecamatan Kuta Raja 2.
Sebelah Timur dengan : Kecamatan Syiah Kuala
3. Sebelah Utara dengan
: Selat Malaka 4.
Sebelah Selatan dengan : Kecamatan Baiturrahman
Wilayah kerja puskesmas Kuta Alam mencakup 6 enam kelurahan. Jumlah penduduk yang berada diwilayah kerja puskesmas Kuta Alam adalah 28.117 jiwa
yang terdiri dari 14.315 orang laki-laki dan 13. 802 orang wanita. Puskesmas Kuta Alam memiliki fasilitas penunjang terdiri dari : Puskesmas
pembantu 1 unit unit yang berada di kelurahan Beurawe. Puskesmas Kuta Alam juga bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.
49
Universitas Sumatera Utara
4.2 Gambaran Pelayanan Klinik IMS terhadap Upaya Pencegahan dan Penanggulangan IMS
Puskesmas Kuta Alam dalam menjalankan upaya penanggulangan IMS dengan membuat suatu program inovasi kearifan Lokal dalam memberantas
penyakit menular seperti IMS. Dimana berdasarkan data tahun 2011 jumlah kasus IMS sebanyak 93 kasus meningkat pada tahun 2012 menjadi 270 kasus dengan
penderita terbanyak adalah jenis penyakit Sifilis 22,96, Servicitis 16,29 dan Gonore sebanyak 13,3 . Dimana untuk mengetahui gambaran tentang frekuensi
kasus IMS di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh sebagai berikut: Prevalence rate =
jumlah penderita lama dan baru suatu saat rate jumlah penduduk suatu waktu
x k Prevalence rate =
93+270 28117
x 100 = 1,29 Kondisi demikian dapat diartikan bahwa dalam setiap 100 orang penduduk di
wilayah Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh kemungkinan menderita Infeksi Menular Seksual sebanyak 1,3 orang.
Keadaan demikian tentunya sangat memerlukan penanganan yang konsisten melalui berbagai upaya Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam
penanggulangan IMS tersebut, diantaranya : 1.
Kegiatan pencegahan penyakit 2.
Memberikan penyuluhan tentang bahaya penyakit menular seksual dan akibatnya 3.
Melakukan kegiatan pengobatan yang diarahkan kepada kemampuan pengenalan diagnosa penyakit dan pengobatan segera.
Universitas Sumatera Utara
4. Melakukan upaya penjaringan penapisan terhadap penderita.
Selain itu, layanan IMS yang konprehensif yang diberikan secara memadai yang berada dibawah satu atap dan terintegrasi dengan layanan lain yang dibutuhkan
mulai dari : a.
Anamnesa b.
Pemeriksaan fisik dan pengambilan sampel c.
Diagnosis dan pengobatan yang tepat dan benar d.
Konseling tentang penyakit IMS dan pengobatannya e.
Demonstrasi cara pemakaian kondom dan melepaskannya. Klinik IMS di Puskesmas Kuta Alam terdiri dari :
a. Ruang Tunggu
b. Ruang konseling
c. Ruang pemeriksanlaboratorium
Klinik IMS juga memiliki 4 orang petugas yang terdiri dari : satu orang petugas konseling, satu orang petugas Administrasi, satu orang petugas pemeriksaan
dan satu orang dokter penanggung jawab. Dalam upaya pengobatan terhadap penyakit IMS tersebut, Puskesmas
berusaha mengoptimakan pelayanan terhadap masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang disertai dengan pemeriksan laboratorium untuk mengetahui tingkat
keparahan penyakit. Kegiatan rujukan kerumah sakit dilakukan sebagai tindakan terakhir dalam upaya pengobatan. Untuk saat ini yang berwenang adalah RSU Dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Analisa Univariat 4.3.1 Karakteristik Responden
a. Umur
Umur responden dikelompokkan menjadi dua katagori yaitu umur responden 21-28 tahun dan umur responden 29-35 tahun. Dari hasil penelitian didapat bahwa
dari 63 orang umur responden pada kelompok 21-28 tahun adalah sebanyak 35 orang 55,6 dan pada kelompok 29-35 tahun sebanyak 28 orang 44,4 . Usia tersebut
merupakan suatu masa dewasa muda dimana seseorang dalam berhubungan sosial lebih terfokus pada pasangan atau rekan dalam hubungan teman dan seks. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
No Umur
Frekuensi Proporsi
1 2
21-28 Tahun 29-35 Tahun
35 28
55,6 44,4
Jumlah 63
100,0 b.
Pendidikan
Tingkat pendidikan yang paling banyak ditamatkan oleh responden yaitu pendidikan yang dikatagorikan pendidikan SMA yaitu sebanyak 26 orang 41,3
dan yang paling sedikit pada tingkat pendidikan Sarjana yaitu sebanyak 7 orang 11,1 . Hal ini dapat dilihat berdasarkan Tabel 4.2 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
No Pendidikan
Frekuensi Proporsi
1 2
3 4
SMP SMA
Akademi Sarjana
16 26
14 7
25,4 41,3
22,2 11,1
Jumlah 63
100,0 c.
Pekerjaan
Pekerjaan responden diperoleh berdasarkan jawaban kuesioner dengan jenis pekerjaan ibu rumga tangga IRT, PNS dan swasta. Sebagian besar responden
bekerja sebagai swasta yaitu sebanyak 39 orang 61,9 . Sementara itu terdapat 18 orang 28,6 sebagai ibu rumah tangga dan sebanyak 6 orang 9,5 yang bekerja
sebagai PNS. Hal ini dapat dilihat berdasarkan Tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
No Pekerjaan
Frekuensi Proporsi
1 2
3
IRT PNS
Swasta 18
6 39
28,6 9,5
61,9
Jumlah 63
100,0
Universitas Sumatera Utara
d. Status Perkawinan
Status perkawinan responden dikelompokkan menjadi dua katagori yaitu katagori belum menikah dan katagori menikah. Dari hasil penelitian didapat bahwa
dari 63 orang dengan katagori belum kawin yaitu sebanyak 33 orang 52,4 dan katagori kawin sebanyak 30 orang 47,6 . Hal ini dapat dilihat berdasarkan Tabel
4.4 berikut ini :
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Perkawinan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
No Status Perkawinan
Frekuensi Proporsi
1 2
Belum menikah Menikah
33 30
52,4 47,6
Jumlah 63
100,0 4.3.2
Pelayanan IMS a.
Layanan KIE
Pelayanan KIE diukur dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 15 pertanyaan. Pilihan-pilihan jawaban responden tentang pernyataan pelayanan KIE
komunikasi, informasi dan edukasi yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelayanan KIE di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
No Item Jawaban
F Proporsi
1. Memeriksakan diri di klinik IMS
dapat memperoleh informasi 1.
Sangat tidak puas 2.
Tidak puas 19
9 30,2
14,3
Universitas Sumatera Utara
tentang pencegahan dan pengobatannya.
3. Puas
4. Sangat puas
22 13
34,9 20,6
Jumlah 63
100,0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Lanjutan
2. Petugas selalu membantu dalam
memecahkan masalah yang saya hadapi pada saat memberikan
konseling 1.
Sangat tidak puas 2.
Tidak puas 3.
Puas 4.
Sangat puas 14
7 19
23 22.2
11.1 30,2
36,5
Jumlah 63
100,0
3. Memeriksakan diri di klinik IMS
dapat memperoleh informasi tentang pencegahan dan
pengobatannya. 1.
Sangat tidak puas 2.
Tidak puas 3.
Puas 4.
Sangat puas 17
9 20
17 27,0
14,3 31,7
27,0
Jumlah 63
100,0 4.
Memeriksakan diri di klinik IMS dapat memicu saya dalam
mengantisipasi setiap tanda dan gejala dari IMS
1. Sangat tidak puas
2. Tidak puas
3. Puas
4. Sangat puas
20 7
13 23
31,7 11,1
20,6 36,5
Jumlah 63
100,0
5. Konseling dan pengobatan yang
diberikan di klinik IMS sesuai dengan maslaah yang dihadapi
dan tepat 1.
Sangat tidak puas 2.
Tidak puas 3.
Puas 4.
Sangat puas 15
8 17
23 23,8
12,7 27,0
36,5
Jumlah 63
100,0
6. Pelayanan konseling yang
diberikan di klinik IMS dapat memberikan rasa aman dan
nyaman 1.
Sangat tidak puas 2.
Tidak puas 3.
Puas 4.
Sangat puas 16
6 15
26 25,4
9,5 23,8
41,3
Jumlah 63
100,0
7. Petugas selalu memberikan
dukungan moril untuk
pencegahan dan pengobatan penyakit yang saya alami
1. Sangat tidak puas
2. Tidak puas
3. Puas
4. Sangat puas
19 12
16 16
30,2 19,0
25,4 25,4
Jumlah 63
100,0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Lanjutan No Item
Jawaban F
Proporsi 8.
Saya memeriksakan diri jika didorong oleh petugas, teman
dan orang-orang terdekat 1.
Sangat tidak puas 2.
Tidak puas 3.
Puas 4.
Sangat puas 15
12 20
16 23,8
19,0 31,7
25,4
Jumlah 63
100,0
9. Saya tertarik jika dijelaskan
tentang pencegahan dan penanggulangan IMS
1. Sangat tidak puas
2. Tidak puas
3. Puas
4. Sangat Puas
17 15
17 14
27,0 23,8
27,0 22,2
Jumlah 63
100,0
10. Mendapatkan informasi yang jelas tentang pencegahan IMS
dapat membantu kita dalam upaya penanggulangan penyakit
tersebut 1.
Sangat tidak puas 2.
Tidak puas 3.
Puas 4.
Sangat puas 21
9 18
15 33,3
14,3 28,6
23,8
Jumlah 63
100,0
11. Dalam memeberikan informasi tentang IMS sangat diperlukan
waktu yang cukup sehingga pasien mudah memahami
1. Sangat tidak puas
2. Tidak puas
3. Puas
4. Sangat puas
16 11
22 14
25,4 17,5
34,9 22,2
Jumlah 63
100,0
12. Kenyamanan dan kerahasiaan dari petugas konseling terhadap
kondisi kesehatan pasien sangat diperlukan
1. Sangat tidak puas
2. Tidak puas
3. Puas
4. Sangat puas
18 9
17 19
28,6 14,3
27,0 30,2
Jumlah 63
100,0
13. Kejelasan terhadap informasi yang diberikan sangat
diperlukan oleh pasien 1.
Sangat tidak puas 2.
Tidak puas 3.
Puas 4.
Sangat puas 13
12 20
18 20,6
19,0 31,7
28,6
Jumlah 63
100,0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Lanjutan No Item
Jawaban F
Proporsi 14. Saya senang petugas dapat
menjelaskan dengan jalur dan terbuka terhadap penyakit saya
1. Sangat tidak puas
2. Tidak puas
3. Puas
4. Sangat Puas
17 10
14 22
27,0 15,9
22,2 34,9
Jumlah 63
100,0
15. Petugas selalu membantu dalam memecahkan masalah yang saya
hadapi pada saat memberikan konseling
1. Sangat tidak puas
2. Tidak puas
3. Puas
4. Sangat puas
12 7
24 20
19,0 11,1
38,1 31,7
Jumlah 63
100,0
Nilai Pelayanan IMS berdasarkan nilai layanan KIE di ukur dengan 15 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert. Berdasarkan perhitungan jumlah skor
yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran pelayanan KIE maka tingkat pelayanan KIE dikiatagorikan menjadi 2 katagori yaitu pelayanan KIE baik
dan pelayanan KIE kurang baik. Pada penelitian ini didapat hasil mayoritas pelayanan KIE di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh adalah pelayanan baik yaitu
sebanyak 34 orang 54,0 . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini :
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan katagori Pelayanan
KIE di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No
Pelayanan KIE Frekuensi
Proporsi
1 2
Baik Kurang baik
34 29
54,0 46,0
Jumlah 63
100,0
Universitas Sumatera Utara
b.
Promosi Penggunaan Kondom
Promosi penggunaan kondom diukur dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 6 pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Pilihan-pilihan jawaban
responden tentang pernyataan promosi penggunaan kondom dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut :
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Promosi Penggunaan Kondom di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
No Item Jawaban
F Proporsi
1. Kondom adalah alat pelindung
dalam hubungan seks aman 1.
Sangat tidak setuju 2.
Tidak setuju 3.
Setuju 4.
Sangat setuju 20
9 10
24 31,7
14,3 15,9
38,1
Jumlah 63
100,0
2. Kondom dapat mencegah
penularan penyakit infeksi menular seksual
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Setuju
4. Sangat setuju
13 10
12 28
20,6 15,9
19,0 44,4
Jumlah 63
100,0
3. Kondom dipakai jika ada gejala
penyakit infeksi menular seksual 1.
Sangat tidak setuju 2.
Tidak setuju 3.
Setuju 4.
Sangat setuju 23
9 16
15 36,5
14,3 25,4
23,8
Jumlah 63
100,0
4. Penggunaan komdom dapat
menyebabkan iritasi tetapi aman dalam hubungan yang berisiko
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Setuju
4. Sangat setuju
22 10
15 16
34,9 15,9
23,8 25,4
Universitas Sumatera Utara
Jumlah 63
100,0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7 Lanjutan No Item
Jawaban F
Proporsi
5. Kondom harus dipakai setiap
saat pada hubungan seks aman 1.
Sangat tidak setuju 2.
Tidak setuju 3.
Setuju 4.
Sangat setuju 20
5 13
25 31,7
7,9 20,6
39,7
Jumlah 63
100,0
6. Kondom selalu dipakai
walaupun harus dibelitanpa distribusi gratis
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Setuju
4. Sangat setuju
22 8
19 14
34,9 12,7
30,2 22,2
Jumlah 63
100,0
Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran promosi penggunaan kondom maka dikatagorikan menjadi 2
katagori yaitu promosi penggunaan kondom baik dan promosi penggunaan kondom kurang baik. Pada penelitian ini didapat hasil mayoritas promosi penggunaan kondom
di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh adalah katagori promosi baik yaitu sebanyak 33 orang 52,4 . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini :
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Promosi
Kondom di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No
Promosi penggunaan kondom
Frekuensi Proporsi
1 2
Promosi baik Promosi kurang baik
33 30
52,4 47,6
Jumlah 63
100,0
Universitas Sumatera Utara
c. Promosi Seks Aman
Promosi seks aman diukur dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 6 pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Pilihan-pilihan jawaban responden
tentang pernyataan promosi penggunaan kondom dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Promosi Seks Aman
di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
No Item Jawaban
F Proporsi
1. Melakukan hubungan seks tidak
boleh berganti-ganti pasangan 1.
Sangat tidak setuju 2.
Tidak setuju 3.
Setuju 4.
Sangat setuju 10
16 25
12 15,9
25,4 39,7
19,0
Jumlah 63
100,0
2. Pada Kondisi sudah ada gejala
IMS, setiap kali berhubungan seks selalu menggunakan alat
pelindung 1.
Sangat tidak setuju 2.
Tidak setuju 3.
Setuju 4.
Sangat setuju 10
16 24
13 15,9
25,4 38,1
20,6
Jumlah 63
100,0
3. Menjaga kebersihan alat
genetalia sebelum dan sesudah melakukan hubungan seks
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Setuju
4. Sangat setuju
17 16
17 13
27,0 25,4
27,0 20,6
Jumlah 63
100,0
4. Melakukan hubungan seks
hanya melalui organ genetalia 1.
Sangat tidak setuju 2.
Tidak setuju 3.
Setuju 4.
Sangat setuju 17
15 18
13 27,0
23,8 28,6
20,6
Jumlah 63
100,0
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Lanjutan No Item
Jawaban F
Proporsi
5. Tidak melakukan seks anal dan
oral 1.
Sangat tidak setuju 2.
Tidak setuju 3.
Setuju 4.
Sangat setuju 16
16 18
13 25,4
25,4 28,6
20,6
Jumlah 63
100,0
6. Hubungan seks dengan kondom
dapat mencegah penyakit infeksi menular seksual
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Setuju
4. Sangat setuju
17 13
19 14
27,0 20,6
30,2 22,2
Jumlah 63
100,0
Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran Promosi seks aman maka dikataorikan menjadi 2
katagori yaitu promosi seks aman baik dan promosi seks aman kurang baik. Pada penelitian ini didapat hasil mayoritas promosi seks aman di wilayah kerja Puskesmas
Kuta Alam Banda Aceh adalah katagori promosi seks aman baik yaitu sebanyak 32 orang 50,8 . Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini:
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Promosi Seks Aman di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
No Promosi Seks Aman
Frekuensi Proporsi
1 2
Promosi baik Promosi kurang baik
32 31
50,8 49,2
Jumlah 63
100,0
Universitas Sumatera Utara
d. Pemeriksaan dan Pengobatan
Pelayanan IMS berdasarkan Pemeriksaan dan pengobatan di ukur dengan 6 pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Pilihan-pilihan jawaban
responden tentang pernyataan promosi penggunaan kondom dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut:
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemeriksaan dan Pengobatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
No Item Jawaban
F Proporsi
1. Anamnesa kesehatan seksual
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya gejala IMS
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Setuju
4. Sangat setuju
18 15
23
7 28,6
23,8 36,5
11,1
Jumlah 63
100,0
2. Pemeriksaan fisik termasuk
pemeriksaan Spekulum bagian dlam dari saluran reproduksi
organ genetalia dilakukan untuk mengetahui gejala IMS
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Setuju
4. Sangat setuju
21 17
19
6 33,3
27,0 30,2
9,5
Jumlah 63
100,0
3. Pemeriksaan atau tes
laboratorium selalu dilakukan untuk mengetahui penyakit pada
orang yang tidak mengeluh tentang gejala penyakit tersebut
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Setuju
4. Sangat setuju
13 16
24 10
20,6 25,4
38,1 15,9
Jumlah 63
100,0
4. Setelah pemeriksaan
laboratorium dilakukan, hasilnya segera diberitahukan sebelum
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Setuju
18 18
19 28,6
28,6 30,2
Universitas Sumatera Utara
pasien meninggalkan klinik 4.
Sangat setuju 8
12,7
Jumlah 63
100,0 Tabel 4.11Lanjutan
No Item Jawaban
F Proporsi
5. Setiap selesai pemeriksaan,
pasien segera dilakukan pengobatan dengan cepat
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Setuju
4. Sangat setuju
21 15
17 10
33,3 23,8
27,0 15,9
Jumlah 63
100,0
6. Pasien segera dirujuk jika
terdapat kendala dalam pengobatan dengan cepat
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Setuju
4. Sangat setuju
16 16
19 12
25,4 25,5
30,2 19,0
Jumlah 63
100,0
Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran pemeriksaan dan pengobatan maka dikatagorikan menjadi 2
katagori yaitu pemeriksaan dan pengobatan baik dan pemeriksaan dan pengobatan kurang baik. Pada penelitian ini didapat hasil mayoritas pemeriksaan dan pengobatan
di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh adalah pemeriksaan dan pengobatan kurang baik yaitu sebanyak 33 orang 52,4 . Hal ini dapat dilihat pada
Tabel 4.12 berikut ini :
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pemeriksaan dan Pengobatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta
Alam Banda Aceh No
Pemeriksaan dan Pengobatan
Frekuensi Proporsi
Universitas Sumatera Utara
1 2
Baik Kurang baik
30 33
47,6 52,4
Jumlah 63
100,0 4.2.3 Pendukung Pelayanan IMS
a. Petugas Kesehatan
Pendukung pelayanan IMS berdasarkan petugas kesehatan di ukur dengan 10 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert. Pilihan-pilihan jawaban
responden tentang pernyataan Pemeriksaan dan Pengobatan dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut:
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Petugas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
No Item Jawaban
F Proporsi
1. Petugas kesehatan selalau
memeberikan pelayanan yang mememuaskan
1. Belum siap
2. Kurang siap
3. Cukup siap
4. Siap
16 17
14 16
25,4 27,0
22,2 25,4
Jumlah 63
100,0
2. Klinik IMS memeiliki petugas
kesehatan yang mampu memeberikan konseling dan
pegobatan dengan baik 1.
Belum siap 2.
Kurang siap 3.
Cukup siap 4.
Siap 17
17 13
16 27,0
27,0 20,6
25,4
Jumlah 63
100,0
3. Petugas melaksanakan
pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien dengan baik
1. Belum siap
2. Kurang siap
3. Cukup siap
4. Siap
19 12
16 16
30,2 19,0
25,4 25,4
Universitas Sumatera Utara
Jumlah 63
100,0
4. Petugas menunjukkan sikap
yang ramah terhadap pasien 1.
Belum siap 2.
Kurang siap 3.
Cukup siap 4.
Siap 23
9 16
15 36,5
14,3 25,4
23,8
Jumlah 63
100,0 Tabel 4.13 Lanjutan
No Item Jawaban
F Proporsi
5. Petugas melaksanakan anamnesa
kesehatan seksual dengan baik 1.
Belum siap 2.
Kurang siap 3.
Cukup siap 4.
Siap 16
10 16
21 25,4
15,9 25,4
33,3
Jumlah 63
100,0
6. Petugas melakukan pemeriksaan
fisik dengan baik 1.
Belum siap 2.
Kurang siap 3.
Cukup siap 4.
Siap 21
18 11
13 33,3
28,6 17,5
20,6
Jumlah 63
100,0
7. Petugas melakukan pemeriksaan
laboratorium secepatnya 1.
Belum siap 2.
Kurang siap 3.
Cukup siap 4.
Siap 19
7 15
22 30,2
11,1 23,8
34,9
Jumlah 63
100,0
8. Petugas melakukan pengobatan
segera dan tepat sesuai dengan keluhan
1. Belum siap
2. Kurang siap
3. Cukup siap
4. Siap
20 13
15 15
31,7 20,6
23,8 23,8
Jumlah 63
100,0
9. Petugas memberikan konseling
dengan baik kepada pasien 1.
Belum siap 2.
Kurang siap 3.
Cukup siap 21
11 11
33,3 17,5
17,5
Universitas Sumatera Utara
4. Siap
20 31,7
Jumlah 63
100,0
10. Petugas segera menindak lanjuti bagi pasien yang mengalami
IMS 1.
Belum siap 2.
Kurang siap 3.
Cukup siap 4.
Siap 17
9 9
28 27,0
14,3 14,3
44,4
Jumlah 63
100,0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran petugas kesehatan maka dikatagorikan menjadi 2 katagori yaitu
petugas kesehatan siap dan petugas kesehatan belum siap. Pada penelitian ini didapat hasil mayoritas petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Banda
Aceh adalah katagori siap yaitu sebanyak 35 orang 55,6 . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.14 berikut ini :
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Petugas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
No Petugas Kesehatan
Frekuensi Proporsi
1 2
Siap Belum siap
35 28
55,6 44,4
Jumlah 63
100,0 b.
Fasilitas
Pendukung pelayanan IMS berdasarkan Fasilitas di ukur dengan 10 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert. Pilihan-pilihan jawaban responden
tentang pernyataan Pemeriksaan dan Pengobatan dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut:
Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Fasilitas di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
No Item Jawaban
F Proporsi
1. Klinik IMS telah memiliki ruang
tunggu dan registrasi 1.
Belum siap 2.
Kurang siap 3.
Cukup siap 18
20 11
28,6 31,7
17,5
Universitas Sumatera Utara
4. Siap
14 22,2
Jumlah 63
100,0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15 Lanjutan
2. Klinik IMS sudah memiliki
ruang pemeriksaan yang nyaman 1.
Belum siap 2.
Kurang siap 3.
Cukup siap 4.
Siap 29
12 9
13 46,0
19,0 14,3
20,6
Jumlah 63
100,0
3. Klinik IMS telah memiliki ruang
laboratorium untuk memfasilitasi secepatnya
diagnosa dan pengobatan 1.
Belum siap 2.
Kurang siap 3.
Cukup siap 4.
Siap 20
17 12
14 31,7
27,0 19,0
22,2
Jumlah 63
100,0
4. Ruang pemeriksaan dan
laboratorium berdampingan yang dipisahkan dengan sekat
1. Belum siap
2. Kurang siap
3. Cukup siap
4. Siap
25 8
13 17
39,7 12,7
20,6 27,0
Jumlah 63
100,0
5. Klinik IMS memiliki ruang
konseling yang nyaman dan aman
1. Belum siap
2. Kurang siap
3. Cukup siap
4. Siap
22 10
14 17
34,9 15,9
22,2 27,0
Jumlah 63
100,0
6. Ruang pengobatan yang nyaman
dan hygienis 1.
Belum siap 2.
Kurang siap 3.
Cukup siap 4.
Siap 20
14 13
16 31,7
22,2 20,6
25,4
Jumlah 63
100,0
7. Klinik IMS memiliki obat-
obatan utama yang dibutuhkan pasien dengan segera sesuai
dengan kebutuhannya 1.
Belum siap 2.
Kurang siap 3.
Cukup siap 4.
Siap 16
18 12
17 25,4
28,6 19,0
27,0
Jumlah 63
100,0
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15 Lanjutan No Item
Jawaban F
Proporsi
8. Klinik IMS selalu dibuka untuk
kunjungan pasien setiap saat 1.
Belum siap 2.
Kurang siap 3.
Cukup siap 4.
Siap 28
11 8
16 44,4
17,5 12,7
25,4
Jumlah 63
100,0
9. Klinik IMS mudah untuk
dijangkau oleh masyarakat yang membutuhkan
1. Belum siap
2. Kurang siap
3. Cukup siap
4. Siap
27 11
7 18
42,9 17,5
11,1 28,6
Jumlah 63
100,0
10. Klinik IMS selalu mengutamakan kerahasiaan dan
kenyamana pasien dalam menyampaikan keluhan dan
pengobatan 1.
Belum siap 2.
Kurang siap 3.
Cukup siap 4.
Siap 17
17 13
16 27,0
27,0 20,6
25,4
Jumlah 63
100,0
Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran fasilitas di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh maka
dikatagorikan menjadi 2 katagori yaitu fasilitas baik dan fasilitas kurang baik. Pada penelitian ini didapat hasil mayoritas fasilitas katagori baik yaitu 32 orang 50,8 .
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.16
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Fasilitas di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
No Fasilitas
Frekuensi Proporsi
1 2
Baik Kurang baik
32 31
50,8 49,2
Jumlah 63
100,0 c.
KesadaranMinat Masyarakat
Pendukung pelayanan IMS berdasarkan kesadaran minat masyarakat di ukur dengan 15 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert. Pilihan-pilihan
jawaban responden tentang Kesadaranminat masyarakat dapat dilihat pada Tabel 4.17 berikut:
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesadaranminat Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
No Item Jawaban
F Proporsi
1. Saya akan melakukan
pemeriksaan jika ada keluhan 1.
Sangat tidak setuju 2.
Tidak setuju 3.
Setuju 4.
Sangat setuju 19
20 14
10 30,2
31,7 22,2
15,9
Jumlah 63
100,0
2. Saya akan melakukan
pemeriksaan hanya sekali saja saat mengalami masalah
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Setuju
4. Sangat setuju
18 20
14 11
28,6 31,7
22,2 17,5
Jumlah 63
100,0
3. Saya akan senang bila hasil
pemeriksaan dapat diketahui normal atau tidak
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Setuju
4. Sangat setuju
28 12
12 11
44,4 19,0
19,0 17,5
Jumlah 63
100,0
4. Saya akan senang bila hasil
pemeriksaan dapat mengetahui 1.
Sangat tidak setuju 2.
Tidak setuju 11
16 17,5
25,4
Universitas Sumatera Utara
jenis penyakit yang diderita 3.
Setuju 4.
Sangat setuju 24
12 38,1
19,0
Jumlah 63
100,0 Tabel 4.17 Lanjutan
No Item Jawaban
F Proporsi
5. Saya senang melakukan
pemeriksaan berulang-ulang 1.
Sangat tidak setuju 2.
Tidak setuju 3.
Setuju 4.
Sangat setuju 18
22 14
9 28,6
34,9 22,2
14,3
Jumlah 63
100,0
6. Saya tidak akan melakukan
hubungan seks jika penyakit saya belum sembuh total
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Setuju
4. Sangat setuju
11 15
24 13
17,5 23,8
38,1 20,6
Jumlah 63
100,0 7.
Saya akan melakukan hubungan seks jika ada alat pelindung
untuk mencegah penularan penyakit IMS
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Setuju
4. Sangat setuju
24 11
16 12
38,1 17,5
25,4 19,0
Jumlah 63
100,0 8.
Saya akan melakukan pemeriksaan bila biayanya
murah 1.
Sangat tidak setuju 2.
Tidak setuju 3.
Setuju 4.
Sangat setuju 18
15 17
13 28,6
23,8 27,0
20,6
Jumlah 63
100,0
9. Saya akan melakukan
pemeriskaan walaupun harus membayar
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Setuju
4. Sangat setuju
20 15
15 13
31,7 23,8
23,8 20,6
Jumlah 63
100,0
10. Saya akan melakukan pemeriksaan dengan keinginan
sendiri 1.
Sangat tidak setuju 2.
Tidak setuju 3.
Setuju 19
16 18
30,2 25,4
28,6
Universitas Sumatera Utara
4. Sangat setuju
10 15,9
Jumlah 63
100,0 Tabel 4.17 Lanjutan
No Item Jawaban
F Proporsi
11. Saya akan selalu menjaga kebersihan alat genetalia untuk
mencegah penyakit IMS 1.
Sangat tidak setuju 2.
Tidak setuju 3.
Setuju 4.
Sangat setuju 20
18 16
9 31,7
28,6 25,4
14,3
Jumlah 63
100,0
12. Saya selalu mencari tahu pencegahan yang aman untuk
terhindar dari penyakit tersebut 1.
Sangat tidak setuju 2.
Tidak setuju 3.
Setuju 4.
Sangat setuju 18
16 18
11 28,6
25,4 28,6
17,5
Jumlah 63
100,0
13. Saya selalu membicarakan tentang seks yang aman kepada
pasangan agar terhindar dari penyakit tersebut
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Setuju
4. Sangat setuju
27 11
14 11
42,9 17,5
22,2 17,5
Jumlah 63
100,0
14. Saya akan terus mencari informasi untuk pencegahan dan
pengobatan penyakit IMS tersebut walaupun ada rintangan
1. Sangat tidak setuju
2. Tidak setuju
3. Setuju
4. Sangat setuju
19 16
18 10
30,2 25,4
28,6 15,9
Jumlah 63
100,0
15. Saya senang dengan kerahasiaan yang terjamin setelah
pemeriksaan 1.
Sangat tidak setuju 2.
Tidak setuju 3.
Setuju 4.
Sangat setuju 28
9 12
14 44,4
14,3 19,0
22,2
Jumlah 63
100,0
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran kesadaranminat masyarakat maka dikatagorikan menjadi 2 katagori
yaitu kesadaranminat masyarakat baik dan kesadaranminat masyarakat kurang baik. Pada penelitian ini didapat hasil mayoritas kesadaranminat masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh adalah katagori kurang baik yaitu sebanyak 34 orang 54,0 . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.18 berikut ini :
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori
KesadaranMinat Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh
No KesadaranMinat
Masyarakat Frekuensi
Proporsi
1 2
Baik Kurang baik
29 34
46,0 54,0
Jumlah 63
100,0 4.2.4 Pencegahan dan Penanggulangan IMS
Pencegahan dan Penanggulangan IMS diukur dengan 6 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert. Pilihan-pilihan jawaban responden tentang Pencegahan
dan Penanggulangan IMS dapat dilihat pada Tabel 4.19 berikut:
Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pencegahan dan Penanggulangan IMS di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam
Banda Aceh
No Item Jawaban
F Proporsi
1. Saya membersihkan alat kelamin
sebelum dan sesudah melakukan hubungan seks
1. Tidak pernah
2. Kadang-kadang
3. Selalu
25 15
23 39,7
23,8 36,5
Universitas Sumatera Utara
Jumlah 63
100,0
2. Saya melakukan hubungan seks
hanya dengan alat genetalia 1.
Tidak pernah 2.
Kadang-kadang 3.
Selalu 30
18 15
47,6 28,6
23,8
Jumlah 63
100,0 Tabel 4.19 Lanjutan
3. Setiap ada gejala gatal dan perih
di daerah vagina saya memeriksakan diri ke klinik
IMS 1.
Tidak pernah 2.
Kadang-kadang 3.
Selalu 29
20 14
46,0 31,7
22,2
Jumlah 63
100,0 4.
Pada saat sudah mengalami gejala IMS, saya juga mengajak
pasangan untuk memeriksakan diri
1. Tidak pernah
2. Kadang-kadang
3. Selalu
34 17
12 54,0
27,0 19,0
Jumlah 63
100,0
5. Saya mengajak pasangan
menggunakan kondom dalam berhubungan seksual untuk
terhindar dari IMS 1.
Tidak pernah 2.
Kadang-kadang 3.
Selalu 36
13 14
57,1 20,6
22,2
Jumlah 63
100,0
6. Saya hanya minum obat yang
diberikan dokter samapai tuntas pengobatan
1. Tidak pernah
2. Kadang-kadang
3. Selalu
24 19
20 38,1
30,2 31,7
Jumlah 63
100,0
Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran pencegahan dan penanggulangan IMS maka dikatagorikan menjadi
2 katagori yaitu pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Pada penelitian ini didapat hasil mayoritas
Universitas Sumatera Utara
pencegahan dan penanggulangan IMS di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh adalah pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik yaitu sebanyak 36
orang 57,1 . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.20 berikut ini :
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pencegahan dan Penanggulangan IMS di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam
Banda Aceh No
Pencegahan dan Penanggulangan IMS
Frekuensi Proporsi
1 2
Baik Kurang baik
27 36
42,9 57,1
Jumlah 63
100,0
4.4 Analisa Bivariat
Untuk mengetahui pengaruh dua variabel yaitu antara variabel independen dengan satu variabel dependen maka digunakan analisis bivariat. Pada penelitian ini
analissi bivariat yang digunakan adalah uji Chi square, masing-masing variabel independen dan dependen yang sudah dikatagorikan diuji apakah ada pengaruh antara
variabel independen yaitu pelayanan IMS layanan KIE, promosi penggunaan kondom, promosi seks yang aman, pemeriksaan dan pengobatan dan pendukung
pelayanan IMS petugas kesehatan, fasilitas, kesadaranminat masyarakat dengan variabel dependen yaitu pencegahan dan penanggulangan IMS. Jika nilai p 0,05
maka H0 ditolak atau hipotesis penelitian diterima.
Universitas Sumatera Utara
4.4.1 Hubungan Pelayanan KIE dengan Pencegahan dan Penanggulangan
IMS
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara Hubungan Pelayanan KIE dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur WUS beresiko
diperoleh data bahwa dari 34 responden dengan layanan KIE baik sebanyak 20 responden 58,8 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 14
responden 41,2 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Sedangkan dari 29 responden dengan pelayanan KIE kurang baik sebanyak 7
responden 24,1 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 22 responden 75,9 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Hasil uji
statistik Chi-square didapat nilai p = 0,006 artinya ada hubungan yang signifikan
antara Pelayanan KIE dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS, dan variabel ini
berkandidat untuk diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda p 0,025. Ratio Prevalence Pencegahan dan penanggulangan IMS dengan pelayanan KIE pada
pelayanan klinik IMS yang baik dan yang kurang baik adalah 0,543 dengan Confidence Interval CI 0,346-0,852 . Seperti pada Tabel 4.21 berikut ini :
Tabel 4.21 Hubungan Pelayanan KIE dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS
No Pelayanan KIE
Pencegahan dan Penanggulangan IMS
Baik Kurang
Baik Total
f f
f p
95CI RP
1 Baik
20 58,8
14 41,2
34 100
0,346-0,852 0,543
2
Kurang Baik 7
24,1 22
75,9 29
100 0,006
Universitas Sumatera Utara
4.4.2 Hubungan Promosi Penggunaan Kondom dengan Pencegahan dan
Penanggulangan IMS Berdasarkan hasil tabulasi silang antara hubungan Promosi Penggunaan
Kondom dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur WUS beresiko diperoleh data bahwa dari 33 responden dengan promosi
penggunaan kondom baik sebanyak 19 responden 57,6 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 14 responden 42,4 yang pencegahan dan
penanggulangan IMS kurang baik. Sedangkan dari 30 responden dengan promosi penggunaan kondom kurang baik sebanyak 8 responden 26,7 yang pencegahan
dan penanggulangan IMS baik dan 22 responden 73,3 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Hasil uji statistik Chi-square didapat nilai p =
0,013 artinya ada hubungan yang signifikan antara Promosi Penggunaan Kondom
dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS, dan variabel ini berkandidat untuk
diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda p 0,025. Ratio Prevalence Pencegahan dan penanggulangan IMS dengan promosi penggunaan kondom pada
pelayanan klinik IMS yang baik dan yang kurang baik adalah 0,579 dengan Confidence Interval CI 0,368-0,909 . Seperti pada Tabel 4.22 berikut ini :
Tabel 4.22 Hubungan Promosi Penggunaan Kondom dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS
No Promosi
Penggunaan Kondom
Pencegahan dan Penanggulangan IMS
Baik Kurang
Baik Total
F f
f p
95CI RP
1 Promosi Baik
19 57,6
14 42,2
33 100
0,368-0,909 0,579
2 Promosi
8 26,7
22 73,3
30 100
0,013
Universitas Sumatera Utara
Kurang Baik
4.4.3 Hubungan Promosi Seks Aman dengan Pencegahan dan
Penanggulangan IMS Berdasarkan hasil tabulasi silang antara hubungan Promosi Seks Aman
dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur WUS beresiko diperoleh data bahwa dari 32 responden dengan promosi seks aman baik
sebanyak 18 responden 56,2 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 14 responden 43,8 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik.
Sedangkan dari 31 responden dengan promosi seks aman kurang baik sebanyak 9 responden 29,0 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 22
responden 71,0 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Hasil uji statistik Chi-square didapat nilai p = 0,029 artinya ada hubungan yang signifikan
antara Promosi Seks Aman dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS, dan
variabel ini berkandidat untuk diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda p 0,025. Ratio Prevalence Pencegahan dan penanggulangan IMS dengan promosi seks
aman pada pelayanan klinik IMS yang baik dan yang kurang baik adalah 0,616 dengan Confidence Interval CI 0,392-0,970. Seperti pada Tabel 4.23 berikut ini :
Tabel 4.23 Hubungan Promosi Seks Aman dengan Pencegahan dan
Penanggulangan IMS No
Promosi Seks Aman
Pencegahan dan Penanggulangan IMS
Baik Kurang
Baik Total
f f
f p
95CI RP
1 Promosi Baik
18 56,2
14 43,8
32 100
0,392-0,970
Universitas Sumatera Utara
2 Promosi
Kurang Baik 9
29,0 22
71,0 31
100 0,029
0,616
4.4.4 Hubungan Pemeriksaan dan Pengobatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara hubungan Pemeriksaan dan Pengobatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur
WUS diperoleh data bahwa dari 30 responden dengan pemeriksaan dan pengobatan baik sebanyak 17 responden 56,7 yang pencegahan dan penanggulangan IMS
baik dan 13 responden 43,3 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Sedangkan dari 33 responden dengan pemeriksaan dan pengobatan kurang baik
sebanyak 10 responden 30,3 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 23 responden 69,7 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Hasil
uji statistik Chi-square didapat nilai p = 0,035 artinya ada hubungan yang signifikan antara Pemeriksaan dan Pengobatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS,
dan variabel ini berkandidat untuk diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda
p 0,025. Ratio Prevalence Pencegahan dan penanggulangan IMS dengan pemeriksaan dan pengobatan pada pelayanan klinik IMS yang baik dan yang kurang
baik adalah 0,622 dengan Confidence Interval CI 0,390-0,992 . Seperti pada Tabel 4.24 berikut ini :
Tabel 4.24 Hubungan Pemeriksaan dan Pengobatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS
No Pemeriksaan
dan Pengobatan
Pencegahan dan Penanggulangan IMS
Baik Kurang
Baik Total
Universitas Sumatera Utara
F f
f p
95CI RP
1 Baik
17 56,7
13 43,3
30 100
0,390-0,992 0,622
2 Kurang Baik
10 30,3
23 69,7
33 100
0,035
4.4.5 Hubungan Sikap Petugas Kesehatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara hubungan sikap petugas kesehatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur WUS
beresiko diperoleh data bahwa dari 35 responden dengan petugas kesehatan siap sebanyak 19 responden 54,3 5 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik
dan 16 responden 45,7 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Sedangkan 28 responden dengan petugas kesehatan belum siap sebanyak 8 responden
28,6 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 20 responden 71,4 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Hasil uji statistik Chi-square
didapat nilai p = 0,040 artinya ada hubungan yang signifikan antara Sikap Petugas
Kesehatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS, dan variabel ini
berkandidat untuk diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda p 0,025. Ratio Prevalence Pencegahan dan penanggulangan IMS dengan sikap petugas
kesehatan pada pelayanan klinik IMS yang baik dan yang kurang baik adalah 0,640 dengan Confidence Interval CI 0,416-0,984 . Seperti pada Tabel 4.25 berikut ini :
Tabel 4.25 Hubungan Sikap Petugas Kesehatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS
No Sikap Petugas
Kesehatan Pencegahan dan
Penanggulangan IMS
Baik Kurang
Baik Total
F f
f p
95CI RP
Universitas Sumatera Utara
1 Siap
19 54,3
16 45,7
35 100
0,416-0,984 0,640
2
Belum Siap 8
28,6 20
71,4 28
100 0,040
4.4.6 Hubungan Fasilitas dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara hubungan Fasilitas dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur WUS beresiko
diperoleh data bahwa dari 32 responden dengan fasilitas baik sebanyak 14 responden 43,8 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 18 responden 56,2
yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Sedangkan dari 31 responden dengan fasilitas kurang baik sebanyak 13 responden 41,9 yang
pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 18 responden 58,1 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Hasil uji statistik Chi-square
didapat nilai p = 0,884 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara Fasilitas
dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS, dan variabel ini tidak berkandidat
untuk diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda p 0,025. Ratio Prevalence Pencegahan dan penanggulangan IMS dengan fasilitas pada pelayanan klinik IMS
yang baik dan yang kurang baik adalah 0,969 dengan Confidence Interval CI 0,632- 1,486 . Seperti pada Tabel 4.26 berikut ini :
Tabel 4.26 Hubungan Fasilitas dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS
No Fasilitas
Pencegahan dan Penanggulangan IMS
Baik Kurang
Baik Total
F f
f p
95CI RP
1 Baik
14 43,8
18 56,2
32 100
0,632-1,486 0,969
2 Kurang Baik
13 41,9
18 58,1
31 100
0,884
Universitas Sumatera Utara
4.4.7
Hubungan KesadaranMinat Masyarakat dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS
Berdasarkan hasil tabulasi silang antara hubungan kesadaranminat masyarakat dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur
WUS beresiko diperoleh data bahwa dari 29 responden dengan kesadaranminat baik sebanyak 19 responden 65,5 yang pencegahan dan penanggulangan IMS
baik dan 10 responden 34,5 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Sedangkan 34 responden dengan kesadarnminat kurang baik sebanyak 8
responden 23,5 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik dan 26 responden 76,5 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Hasil uji
statistik Chi-square didapat nilai p = 0,001 artinya ada hubungan yang signifikan
antara Kesadaranminat dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS, dan variabel
ini berkandidat untuk diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda p 0,025. Ratio Prevalence Pencegahan dan penanggulangan IMS dengan kesadaranminat
masyarakat pada pelayanan klinik IMS yang baik dan yang kurang baik adalah 0,451 dengan Confidence Interval CI 0,264-0,770 . Seperti pada Tabel 4.27 berikut ini :
Tabel 4.27 Hubungan Kesadaranminat Masyarakat dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS
No Kesadaran
minat Masyarakat
Pencegahan dan Penanggulangan IMS
Baik Kurang
Baik Total
f f
f p
95CI RP
1
Baik 19
65,5 10
34,5 29
100 0,264-0,770
0,451 2
Kurang Baik 8
23,5 26
76,5 34
100 0,001
Universitas Sumatera Utara
4.5 Analisa Multivariat
Pada penelitian ini, variabel bebas yang memenuhi kriteria kemaknaan statistik p 0,25 dimasukkan ke dalam analisa multivariat dengan menggunakan
Uji Regresi Logistik Berganda, yaitu variabel layanan KIE, promosi penggunaan kondom, promosi seks aman, pemeriksaan dan pengobatan, sikap petugas kesehatan,
kesadaranminat masyarakat. Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model terbaik dalam
menentukan determinan pencegahan dan penanggulangan IMS pada wanita usia subur WUS beresiko. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.28 berikut :
Tabel 4.28 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Layanan KIE, Sikap
Petugas Kesehatan dan KesadaranMinat Masyarakat terhadap upaya Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada WUS Beresiko
Berdasarkan Tabel 4.28 diatas hasil uji regresi logistik menjelaskan bahwa
dari ke 3 variabel independen Layanan KIE, Sikap petugas kesehatan, kesadaranminat masyarakat yang mempengaruhi secara langsung terhadap
pelayanan klinik IMS dapat dilihat bahwa layanan KIE dan Sikap petugas kesehatan Variabel
B p
Exp B 95 CI for Exp B
Lower Upper
Layanan KIE Sikap Petugas Kesehatan
KesadaranMinatMasyarakat Constant
-2,479 -1,403
2,165 1,319
0,002 0,048
0,003 0,045
0,084 0,246
8,714 3,741
0,018 0,061
2,092 -
0,388 0,988
36,292 -
Universitas Sumatera Utara
tidak sebagai faktor resiko namun menjadi faktor pencegah sedangkan kesadaranminat masyarakat mempunyai faktor resiko sebanyak 9 kali untuk
berkunjung atau tidak ke klinik IMS dalam upaya pencegahan dan penanggulangan IMS di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh.
Berdasarkan hasil uji regresi logistik pada Tabel 4.28 diatas diperoleh persamaan uji regresi sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2+ β3X3
= 1,319 + -2,479 Layanan KIE + -1,403 Petugas Kesehatan + 2,165 KesadaranMinat
Dan nilai peramalan probabilitas individu Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada WUS beresiko adalah :
P =
1 �+ �
−�,���+−�,���������� ���+−�,���������� ���������+�,������������ ���� �����
Keterangan : P
= Probalilias individu Pencegahan dan penanggulangan IMS. �
= Konstanta X1
= Layanan KIE X2
= Petugas Kesehatan X3
= Kesadaran atau Minat
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.29 Hasil Probabilitas Variabel Layanan KIE, Sikap Petugas Kesehatan dan KesadaranMinat Masyarakat dalam Memanfaatkan
Pelayanan Klinik IMS Variabel
Prediktor Probabilitas
Persentase
Layanan KIE, Sikap Petugas Kesehatan dan
KesadaranMinat Masyarakat
1 0,402
0,787 40,2
78,7 Dari model regresi logistis yang terbentuk ada 3 variabel independen
Layanan KIE, Sikap Petugas Kesehatan dan Kesadaranminat Masyarakat yang mempengaruhi pemanfaatan klinik IMS. Maka dapat dijelaskan bahwa, jika layanan
KIE kurang baik 1, petugas kesehatan belum siap 1 dan Kesadaran minat kurang baik 1 maka nilai probabilitas individu WUS beresiko terhadap upaya pencegahan
dan penanggulangan IMS adalah 40,2 untuk memanfaatkan pelayanan klinik IMS. Sebaliknya jika layanan KIE baik 0, petugas kesehatan siap 0 dan Kesadaran
minat baik 0 maka nilai probabilitas individu WUS Beresiko terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan IMS menjadi 78,7 untuk memanfaatkan
pelayanan klinik IMS.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden
Ditinjau dari segi umur, 55,6 responden berumur 21-28 tahun. Usia tersebut merupakan suatu masa dewasa dimana seseorang dalam berhubungan sosial
lebih terfokus pada pasangan atau rekan dalam hubungan teman dan seks. Meningkatnya angka kejadian penyakit Infeksi Menular seksual dikalangan dewasa
muda terutama wanita merupakan bukti bahwa wanita dalam hal ini sering menjadi korban dari IMS. Karena jika seorang wanita terkena IMS, maka wanita tersebut akan
lebih tidak menunjukkan gejala jika dibandingkan dengan laki-laki.
Universitas Sumatera Utara
Bila dilihat dari tingkat pendidikan bahwa yang paling banyak ditamatkan oleh responden adalah pendidikan SMA sebanyak 41,3 . Menurut Green 1980
dalam Azmi 2008, bahwa tingkat pendidikan merupakan karakteristik bagi individu sebagai salah satu faktor pendukung dalam membentuk perilaku kesehatan.
Notoadmojo 2002 juga menjelaskan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap wawasan dan cara pandangnya dalam menghadapi suatu
masalah. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung akan mengedepankan rasio saat menghadapi gagasan baru dibandingkan dengan
pendidikan yang lebih rendah. Ditinjau dari status perkawinan, maka kebanyakan responden belum
menikah sebanyak 52,4. Kondisi ini menandakan bahwa diantara wanita subur yang berada diwilayah Puskesmas Kuta Alam dalam melakukan aktivitas seksual bukan
dengan pasangan sahnya sehingga lebih berpotensial untuk terjadinya penularan infeksi menular seksual.
5.2 Pencegahan dan Penanggulangan IMS
Pelayanan klinik Infeksi Menular Seksual yang baik sangat menentukan terhadap baik dan kurangnya upaya pencegahan dan penanggulangan IMS yang ada
di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh. Bila kita lihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 57,1 upaya pencegahan dan penanggulangan infeksi menular
seksual kurang baik dibandingkan dengan upaya pencegahan dan penanggulangan IMS baik sebesar 42,9. Keadaan ini mencerminkan bahwa pencegahan dan
86
Universitas Sumatera Utara
penanggulangan IMS di Puskesmas Kuta Alam masih pada kondisi yang perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga masalah IMS menjadi prioritas khususnya
dalam peningkatan upaya-upaya yang berkaitan dengan penurunan kasus IMS peningkatan pelayanan KIE, promosi penggunaan kondom, Promosi seks aman,
pemeriksaan dan pengobatan petugas kesehatan serta peningkatan kesadaranminat masyarakat yang baik terhadap pencegahan IMS di Puskesmas Kuta Alam Banda
Aceh. Hal ini jika dikaitkan dengan data sekunder yang diperoleh di Puskesmas
Kuta Alam bahwa terjadi peningkatan kasus infeksi menular seksual dari tahun 2011 sebesar 93 kasus menjadi 270 kasus pada tahun 2012. Keadaan ini mencerminkan
bahwa sebagian besar upaya pencegahan dan penanggulangan IMS belum baik misalnya layanan KIE sebagai upaya komunikasi perubahan perilaku, penapisan
terhadap IMS yang beresiko masih menghadapi kendala bahwasanya pasangan mereka tidak membolehkan melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara terpadu
dan adanya perasaan takut serta malu jika diketahui orang kalau mengalami infeksi menular seksual, terkadang mereka yang mengalami penyakit tersebut akan
melakukan pengobatan secara tradisional. Kondisi demikian disebabkan oleh lingkungan dan kehidupan adat istiadat
yang kental serta masyarakat yang akan mengucilkannya dalam berinteraksi secara sosial sehingga pelayanan diklinik IMS belum dapat menjaring para WUS yang
beresiko mengalami IMS dalam melaksanakan upaya pencegahan dan
Universitas Sumatera Utara
penanggulangan IMS. Keadaan ini menunjukkan masih kurangnya minat kesadaran masyarakat dalam memperhatikan kondisi kesehatannya.
Menurut Raharjo 2005 dalam Mardin Purba, 2009 bahwa faktor yang memperlambat upaya mengurangi resiko penyebaran IMS adalah masih kurangnya
akses penderita IMS kesarana pelayanan kesehatan, waktu buka klinik, kurangnya rasa percaya diri, staf klinik yang memilki sikap negatif terhadap kegiatan seks dan
penggunaan alat kontrasepsi atau karena ada larangan.
5.3 Hubungan Pelayanan KIE dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS
Berdasarkan analisa univariat, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelayanan KIE baik sebesar 54,0 sedangkan pelayanan KIE kurang baik sebesar
46,0. Hal ini menunjukkan bahwa adanya respon yang baik dari responden terhadapat pelayanan KIE yang diberikan dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan IMS. Hasil uji Chi-square didapat nilai p= 0,006 yang berarti adanya hubungan
signifikan antara pelayanan KIE dengan pencegahan dan penanggulangan IMS. pelayanan KIE baik dengan pencegahan dan penanggulangan baik sebesar 58,8 dan
yang pencegahan kurang baik 41,2. Pelayanan KIE kurang baik dengan pencegahan baik sebesar 24,1 dan kurang baik 75,9. Ratio Prevalence pencegahan dan
penanggulangan IMS kurang baik dengan pelayanan KIE pada pelayanan klinik IMS adalah 0,543 dengan Confidence Interval CI 0,346-0,852 . Hal ini menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa pelayanan KIE kurang baik dalam upaya pencegahan dan penanggulangan IMS beresiko 0,5 kali dibandingkan dengan pelayanan KIE yang baik.
Dari hasil dapat diperoleh bahwa pelayanan KIE yang diberikan sangat menentukan seseorang untuk dapat memahami dan memutuskan suatu tindakan yang
akan dilakukannya sehubungan dengan pencegahan IMS. Sesuai dengan teori Depkes RI, 2008, dijelaskan bahwa kegiatan KIE yang baik akan memberikan penambahan
pengetahuan dan perubahan perilaku kelompok sasaran sehingga pesan yang disampaikan akan memberikan perubahan pola pikir bagi kelompok tersebut.
Perubahan perilaku pada kelompok sasaran bukanlah hal yang mudah oleh karena itu kegiatan KIE harus dilakukan secara terus menerus, berulang-ulang,
berkesinambungan sesuai dengan daya serap dan kemampuan kelompok sasaran untuk melaksanakan perilaku yang diharapkan.
Strategi untuk perubahan perilaku berkesinambungan tersebut akan dapat memberikan pemahaman yang baik mengenai unsur-unsur yang berhubungan dengan
IMS seperti pengenalan gejala, pentingnya mendapatkan pengobatan segera, pentingnya pengobatan bagi pasangannya sehingga dapat memberikan perubahan
bagi upaya pencegahan IMS terhadap masyarakat. Melihat dari karakteristik responden yang kebanyakan berpendidikan
menengah SMA maka penyampaian informasi harus lebih disesuaikan dengan sasaran sehingga penerimaan dari pesan yang disampaikan dapat diserap dengan baik.
Hal ini juga ditandai oleh masih ada tanggapan dari responden yang merasa belum
Universitas Sumatera Utara
puas dengan informasi yang dijelaskan tentang Infeksi Menular Seksual sehingga memberi pengaruh bagi mereka untuk melakukan tindakan pencegahan selanjutnya.
Sesuai dengan pendapat Barakbah dalam Hesti, 2008, bahwa memberikan konseling penderita IMS agak berbeda dengan penderita penyakit lain. Hal ini
disebabkan oleh karena klien IMS yang datang pada dokter konselor untuk meminta nasehat, disamping memiliki rasa takut dan cemas terhadap penyakitnya juga
mempunyai rasa bersalah yang sering menimbulkan kesulitan dalam proses konseling tersebut.
5.4 Hubungan Sikap Petugas Kesehatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS
Berdasarkan analisa univariat, hasil penelitian menunjukkan bahwa petugas kesehatan mempunyai kesiapan dalam pencegahan dan penanggulangan IMS
sebanyak 55,6 sedangkan petugas kesehatan yang belum siap dalam pencegahan dan penanggulangan IMS sebanyak 44,4.
Hasil uji Chi-square didapat nilai p= 0,040 yang berarti adanya pengaruh signifikan antara sikap petugas kesehatan dengan pencegahan dan penanggulangan
IMS. Petugas kesehatan yang memiliki kesiapan dengan pencegahan dan penanggulangan baik sebesar 54,3 dan yang pencegahan kurang baik 45,7.
Petugas kesehatan yang belum siap dengan pencegahan baik sebesar 28,6 dan kurang baik 71,4. Ratio Prevalence Pencegahan dan penanggulangan IMS kurang
baik dengan sikap petugas kesehatan pada pelayanan klinik IMS adalah 0,640 dengan Confidence Interval CI 0,416-0,984 . Hal ini menunjukkan bahwa sikap petugas
Universitas Sumatera Utara
kesehatan kurang baik dalam upaya pencegahan dan penanggulangan IMS beresiko 0,6 kali dibandingkan dengan sikap petugas yang baik.
Hal ini juga dapat dilihat dari beberapa item pertanyaan yang diajukan kepada responden, dimana masih ada tanggapan bahwa dalam hal melaksanakan
pelayanan belum sesuai dengan kebutuhan pasien, sikap yang ditunjukkan petugas terhadap pasien masih belum memuaskan, pemeriksaan fisik dan pengobatan yang
dilakukan serta konseling petugas menunjukkan masih belum adanya kesiapan dari petugas. Sesuai dengan Depkes RI, Fhi, 2007, dimana setiap klinik harus mempunyai
staf yang ramah, client-oriented, tidak menghakimi dan dapat menjaga konfidensialitas serta dapat melakukan fungsi-fungsi tugasnya dengan baik seperti
administrasi klinik, registrasi pasien, pencatatan dan pelaporan, anamnesis kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual, pemeriksaan fisik dan pengobatan, laboratorium
berdasarkan tes diagnostis serta konseling. Penelitian ini sejalan dengan pendapat J.B Kristiadi dalam Safitrah, 2012
mengatakan bahwa kesiapan petugas dalam memberikan pelayanan dapat menentukan suatu tugas sehingga mampu dalam mengambil keputusan secara
mandiri dan profesional dengan adanya perubahan sikap yang lebih mengarah pada perkembangan, keterbukaan dan sikap melayani dan mengayomi masyarakat yang
merupakan tugas dan tanggungjawab pokoknya.
5.5 Hubungan Kesadaranminat Masyarakat dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan analisa univariat, hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaranminat baik dalam pencegahan dan penanggulangan IMS sebanyak 46,0
sedangkan kesadaranminat kurang baik dalam pencegahan dan penanggulangan IMS sebanyak 54,0.
Hasil uji Chi-square didapat nilai p= 0,001 yang berarti adanya hubungan signifikan antara kesadaranminat dengan pencegahan dan penanggulangan IMS.
kesadaranminat baik dengan pencegahan dan penanggulangan baik sebesar 65,5 dan yang pencegahan kurang baik 34,4. Kesadaranminat masyarakat yang kurang
baik dengan pencegahan baik sebesar 23,5 dan kurang baik 76,5. Ratio Prevalence pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik dengan
kesadaranminat masyarakat pada pelayanan klinik IMS adalah 0,451 dengan Confidence Interval CI 0,264-0,770 . Hal ini menunjukkan bahwa kesadaranminat
masyarakat kurang baik dalam upaya pencegahan dan penanggulangan IMS beresiko 0,4 kali dibandingkan dengan kesadaranminat masyarakat yang baik.
Dengan demikian menggambarkan bahwa keinginan ataupun kesadaran masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan IMS akan mempengaruhi
terhadap upaya yang dilakukan untuk pencegahan penularan IMS. Dimana kebiasaan masyarakat lebih cendrung melakukan pengobatan sendiri atau secara tradisional
dalam mengobati IMS dan baru akan kepusat pelayanan kesehatan jika penyakitnya sudah parah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Roger Azmi, 2008 dalam teori Proteksi motivasi yang menyatakan bahwa keparahan yang dirasakan akan mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
keinginan seseorang dalam melakukan suatu tindakan karena tindakan seseorang untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit didorong oleh ancaman penyakit
tersebut . Berdasarkan hasil uji regresi logistik menjelaskan bahwa kesadaranminat
masyarakat sangat berhubungan dengan pencegahan dan pelayanan IMS. Hal ini mengacu pada kesadaran minat masyarakat kurang baik kemungkinan sebesar 9 kali
dibandingkan dengan kesadaran minat baik dalam pencegahan dan penanggulangan IMS. Walaupun pelayanan KIE dan petugas kesehatan juga sedikit berpengaruh
terhadap pencegahan dan penanggulangan IMS. Bila dilihat dari beberapa item pertanyaan yang diajukan kepada responden
masih ada tanggapan bahwa mereka takut jika hasil pemeriksaan yang dilakukan dapat mengetahui kondisinya normal atau tidak, tidak senang jika harus melakukan
pemeriksaan berulang-ulang karena merasa malu kalau harus sering periksa ke klinik, dalam melakukan hubungan seks juga tidak setuju jika harus menggunakan alat
pelindung karena merasa tidak nyaman serta masih enggan untuk membicarakan tentang seks aman pada pasangannya, masih kurangnya keinginan dalam mencari
informasi tentang IMS dan penanggulangnya karena mereka baru berobat atau keklinik IMS jika sudah parah.
Wanita dengan IMS tidak menunjukkan gejala apapun sehingga cenderung tidak akan mengobati infeksinya karena tidak ada gejala penyakitnya seperti pada
gejala keputihan yang sering muncul pada wanita yang merupakan hal biasa, jika tidak ditanggulangi dengan cepat akan memicu terjadinya servicitis atau peradangan
Universitas Sumatera Utara
panggul. Biasanya WUS beresiko baru akan mengunjungi klinik atau memeriksa jika kondisinya sudah tidak baik dan pengobatan tradisional tidak berhasil.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian terhadap 63 responden yang menjadi sampel penelitian dari jumlah keseluruhan 120 orang terhadap hubungan pelayanan klinik IMS dengan
upaya pencegahan dan penanggulangan IMS pada WUS beresiko di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013 diperoleh bahwa:
1. Layanan Komunikasi, informasi dan edukasi yang diberikan belum sepenuhnya
memberikan pemahaman baik tentang IMS, sikap petugas yang juga masih
Universitas Sumatera Utara
kurang siap dalam memberikan pelayanan serta kesadaranminat masyarakat yang belum sepenuhnya sadar akan pentingnya melakukan pemeriksaan IMS
secara berkala menyebabkan masalah IMS masih tinggi sehingga pelayanan klinik IMS terhadap upaya Pencegahan dan penanggulangan IMS di Puskesmas
Kuta Alam Banda Aceh masih kurang baik. 2.
Variabel yang paling besar pengaruhnya untuk menjadikan WUS yang beresiko memanfaatkan pelayanan klinik IMS adalah kesadaran minat masyarakat. Hal
ini didukung oleh kebiasaan masyarakat yang lebih cenderung melakukan pengobatan sendiri atau secara tradisional dalam mengobati IMS dan baru akan
kepusat pelayanan kesehatan jika penyakitnya sudah parah, adanya perasaan malu serta takut jika diketahui orang kalau mengalami IMS.
3. Nilai probabilitas individu setiap WUS beresiko jika ke 3 variabel independen
Layanan KIE, Sikap petugas kesehatan dan kesadaranminat masyarakat baik kemungkinan untuk memanfaatkan pelayanan klinik IMS baik sebesar 78,7
sebaliknya jika layanan KIE, Sikap petugas dan kesadaranminat masyarakat kurang baik kemungkinan untuk memanfaatkan pelayanan klinik IMS kurang
baik sebesar 40,2.
6.2 Saran
1. Kepada Puskesmas untuk lebih mengaktif kegiatan KIE konseling, informasi
dan Edukasi dengan melakukan pendekatan pada kelompok beresiko melalui kegiatan penyuluhan, arisan ibu-ibu sehingga dapat memberikan pemahaman
95
Universitas Sumatera Utara
yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan IMS.
2. Kepada Wanita Usia Subur yang beresiko agar lebih meningkatkan kesadaran
minatnya dalam mencari informasi dan pengobatan sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan IMS.
3. Perlu penelitian lebih lanjut tentang Pencegahan dan penanggulangan IMS di
daerah Penelitian dengan variabel yang lebih lengkap dan metoda yang berbeda sehingga dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat lebih luas Sehingga
dapat menurunkan angka kejadian kasus IMS.
DAFTAR PUSTAKA
Aide Medicale International-NAD, 2006, Pembawa Pesan Kesehatan, kerjasama WHO, BRR, Handicap International, IBI, IRC, UNFP
Aulia, M., Mabrurah, R., 2011, Angka Kejadian Penyakit Menular seksual Di Poliklinik Kulit Kelamin RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun
2008-2011, Bagian Ilmu Kesmas FK Unsyiah RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Azmi, N.A, 2008, Analisis Faktor-faktor Penyebab Niat WPS yang Menderita IMS berperilaku Seks Aman safe sex dalam Melayani Pelanggan. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia Vol. 3 No. 2 Agustus 2008 BKKBN, Depkes RI, USAID, 2012, Infeksi Menular SeksualIMS sebagai masalah
kesehatan masyarakat, dalam http:archive.k4health.orgtoolkitsIndonesiaInfeksi
menular seksual. Akses tanggal 19 Desember 2012
Universitas Sumatera Utara
Church World Service CWS, 2009, pelatihan pelatih sebaya untuk HIVAIDS dan kesehatan reproduksi bagi siswa SMA di Aceh, dalam
http:www.cwsindonesia.or.idnews78 . akses tanggal 29 januari 2013
Depkes RI, 2007, Modul Pelatihan Konsling dan Test Sukarela HIV, Jakarta Depkes RI, Depsos, BKKBN, 2005, Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan
Reproduksi di Indonesia, Jakarta Depkes RI, USAID Family Health International, 2007, Standar Operasional
Prosedur SOP klinik IMS, Jakarta Dirjen PPM PLP Depkes RI, 2003, Petunjuk Untuk Pengawas Kesehatan, Depkes
RI, Jakarta Dirjen PP PL, 2012, Pedoman Layanan Konprehensif IMS HIV-AIDS, Jakarta
Ditjen PP PL Kemenkes RI, 2013, laporan tentang HIVAIDS, dalam yayasan
Spiritia diakses tanggal 7 April 2013 Fitriana, N.A, 2012, Penggunaan Kondom Vaginal Higiene sebagai faktor resiko
kejadian infeksi menular seksual pada wanita pekerja seks di lokasi Batu 24 Kab. Bintan, Jurnal Kesmas vol.1 no. 2 tahun 2012, hal 357-363, FKM Undip
Hesti, R.B., 2008, Persepsi kelompok resiko tinggi Tertular HIVAIDS tentang Klinik IMS dan Voluntary Counseling Testing VCT di Puskesmas Padang Bulan
Medan tahun 2008. Dalam repositori.usu.ac.idbitstream12345678914626109E00644.pdf.akses
tanggal 21 februari 2013 KPA Nasional, 2005, Paradigma Baru dalam upaya penanggulangan AIDS di
Indonesia KPA Nasional, 2007, Strategi Penanggulangan HIVAIDS tahun 2007-2010, Jakarta
Komisi Penanggulangan Aids, Family Health International, 2009, Kebijakan dalam
Penanggulangan IMS, HIV dan AIDS A-1 Jakarta Laporan Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, 2012
Laporan Bulanan Infeksi Menular seksual IMS, Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh tahun 2012
97
Universitas Sumatera Utara
Lelyana, L, 2006, Manajemen Resiko Penularan Penyakit HIVAIDS di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Tesis , UGM, Yogyakarta
Liana, L, 2007, Hubungan persepsi Pelayanan klinik, Upaya Pencegahan, Pengobatan Sendiri dan riwayat IMS dengan Kepatuhan Pemeriksaan Skrining IMS pada
WPS Studi di Resosialisasi Argorejo Semarang tahun 2007. Skripsi Machfoedz, I, 2010, Kuesioner dan Panduan Wawancara, penerbit Fitramaya, Jakarta
Mardin, Purba, 2009, Pengaruh Karakteristik Motivasi Pasien Terhadap
Pemanfaatan Pelayanan Klinik IMS di PKM Kabanjahe Karo tahun 2009. Tesis
Notoatmodjo, S., 2002, Konsep Perilaku Kesehatan, Interaksi bulan Mei, Jakarta ___________,__, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, penerbit Rineka Cipta,
Jakarta Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan,
Penerbit Salemba Medika, Jakarta Ridha, M, 2008, Efektifitas Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Kabupaten
Polman Sulawesi Barat, Universitas Muhammadyah- Makasar. Skripsi
Riduwan, 2007, Skala Pengukuran Variabel- variabel Penelitian, penerbit ALFABETA, Jawa Barat
Safitrah, M.A, 2012., Efektifitas Pelayanan Publik di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang, Universitas Hasanuddin Makasar, Skripsi
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R D, Penerbit Alfabeta, Bandung.
Sumarlan, 2008, Niat Wanita Pekerja Seks Gajah kumpul terhadap Pemanfaatan klinik IMS di Puskesmas Batagan Kabupaten Pati Jawa Tengah. Program
Studi Magister Promosi Kesehatan Pasca Sarjana Universitas Dipenogoro, Semarang. Tesis
United Nations High Commisioner of Refugee, 2010, Buku Pedoman Lapangan Antar-Lembaga Kesehatan Reproduksi dalam situasi darurat.
Universitas Sumatera Utara
Yulifah, R., Johan, T.A.Y., 2009, Asuhan Kebidanan Komunitas, Penerbit Salemba Medika, Jakarta
Whalley Wong’s, 1999, tahap perkembangan manusia menurut umur, dalam www.library.upnvj.ac.idpdf2skeperawatan205312044bab.2.pdf
. akses tanggal 26 Februari 2013
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN
Kode Responden :
Umur responden :
Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan judul Hubungan Pelayanan Klinik IMS dengan Upaya
Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur Beresiko Di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh, dan dengan ini saya akan memberikan informasi
yang dibutuhkan demi kelancaran daripada penelitian ini.
Responden 100
Universitas Sumatera Utara
KARAKTERISTIK RESPONDEN 1.
Umur responden :
2. Pendidikan
: 3.
Pekerjaan :
4. Status perkawinan
:
KUESIONER 1. PELAYANAN KIE Petunjuk:
1. Jawablah semua pernyataan dengan cara memberi tanda cheklist V
pada kolom jawaban yang paling sesuai dengan pendapat dan keadaan anda
2. Jawaban terdiri dari 5 alternatif yaitu:
a. Sangat Puas
SP b.
Puas P
c. Tidak Puas
TP d.
Sangat Tidak Puas STP
No. Pernyataan
SP P TP STP
4 3
2 1
1.
Dengan adanya klinik IMS di puskesmas ini, saya dapat mengetahui gejala penyakit IMS sehingga
dapat melakukan pencegahan dan pengobatannya
2. Saat memeriksakan diri ke klinik IMS, saya
mendapatkan pelayanan klinik IMS yang baik
3.
Memeriksakan diri diklinik IMS dapat memperoleh informasi tentang pencegahan dan pengobatannya
4. Memeriksakan diri diklinik IMS dapat memicu saya
dalam mengantisipasi setiap tanda dan gejala dari IMS
5.
Konseling dan pengobatan yang diberikan di klinik IMS sesuai dengan masalah yang dihadapi dan tepat
6. Pelayanan konsling yang diberikan di klinik IMS
dapat memberikan rasa aman dan nyaman
7.
Petugas selalu memberikan dukungan moril untuk pencegahan dan pengobatan penyakit yang saya
alami
8. Saya memeriksakan diri jika didorong oleh petugas,
teman dan orang-orang terdekat
9. Saya tertarik jika dijelaskan tentang pencegahan dan
101
Universitas Sumatera Utara
penanggulangan IMS
10 Mendapatkan informasi yang
jelas tentang pencegahan IMS dapat membantu kita dalam upaya
penanggulangan penyakit tersebut
11. Dalam memberikan informasi tentang IMS sangat
diperlukan waktu yang cukup sehingga pasien mudah memahami
12. Kenyamanan dan kerahasian dari petugas konsling
terhadap kondisi kesehatan pasien sangat diperlukan
13. Kejelasan terhadap informasi yang diberikan sangat
diperlukan oleh pasien
14. Saya senang petugas dapat menjelaskan dengan jujur
dan terbuka terhadap penyakit saya
15.
Petugas selalu membantu dalam memecahkan masalah yang saya hadapi pada saat memberikan
konseling
KUESIONER 2. PROMOSI PENGGUNAAN KONDOM Petunjuk :
1. Jawablah semua pertanyaan dengan cara memberi tanda chelist v pada
kolom jawaban yang paling sesuai dengan pendapat dan keadaan anda. 2.
Jawaban terdiri dari 2 alternatif meliputi: a.
Sangat setuju SS
b. Setuju
S c.
Tidak setuju TS
d. Sangat tidak setuju
STS
No. Pernyataan
SS S TS STS
4 3
2 1
1. Kondom adalah alat pelindung dalam hubungan seks