Analisis Bivariat Saat memeriksakan diri ke klinik IMS, saya Memeriksakan diri diklinik IMS dapat memicu saya Pelayanan konsling yang diberikan di klinik IMS Saya memeriksakan diri jika didorong oleh petugas, Saya tertarik jika dijelaskan tentang penceg

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat sejauhmana hubungan variabel independen yaitu pelayanan IMS, pendukung pelayanan dengan variabel dependen upaya pencegahan dan penanggulangan IMS dengan menggunakan uji chi square.

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah untuk melihat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen sehingga diketahui variabel independen yang dominan pengaruhnya terhadap variabel dependen dengan menggunakan regresi logistik ganda Multiple Logistic regression. Universitas Sumatera Utara BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Kuta Alam adalah puskesmas induk yang terletak di Jalan Twk Hasyim Banta Muda di kelurahan Mulia kecamatan Kuta Alam yang berjarak ± 2 km dari pusat kota Banda Aceh atau ± 1,5 km dari Rumah Sakit Provinsi. Puskesmas Kuta Alam memiliki luas area 2.400 m 2 . Secara geografis batas wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam : 1. Sebelah Barat dengan : Kecamatan Kuta Raja 2. Sebelah Timur dengan : Kecamatan Syiah Kuala 3. Sebelah Utara dengan : Selat Malaka 4. Sebelah Selatan dengan : Kecamatan Baiturrahman Wilayah kerja puskesmas Kuta Alam mencakup 6 enam kelurahan. Jumlah penduduk yang berada diwilayah kerja puskesmas Kuta Alam adalah 28.117 jiwa yang terdiri dari 14.315 orang laki-laki dan 13. 802 orang wanita. Puskesmas Kuta Alam memiliki fasilitas penunjang terdiri dari : Puskesmas pembantu 1 unit unit yang berada di kelurahan Beurawe. Puskesmas Kuta Alam juga bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. 49 Universitas Sumatera Utara

4.2 Gambaran Pelayanan Klinik IMS terhadap Upaya Pencegahan dan Penanggulangan IMS

Puskesmas Kuta Alam dalam menjalankan upaya penanggulangan IMS dengan membuat suatu program inovasi kearifan Lokal dalam memberantas penyakit menular seperti IMS. Dimana berdasarkan data tahun 2011 jumlah kasus IMS sebanyak 93 kasus meningkat pada tahun 2012 menjadi 270 kasus dengan penderita terbanyak adalah jenis penyakit Sifilis 22,96, Servicitis 16,29 dan Gonore sebanyak 13,3 . Dimana untuk mengetahui gambaran tentang frekuensi kasus IMS di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh sebagai berikut: Prevalence rate = jumlah penderita lama dan baru suatu saat rate jumlah penduduk suatu waktu x k Prevalence rate = 93+270 28117 x 100 = 1,29 Kondisi demikian dapat diartikan bahwa dalam setiap 100 orang penduduk di wilayah Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh kemungkinan menderita Infeksi Menular Seksual sebanyak 1,3 orang. Keadaan demikian tentunya sangat memerlukan penanganan yang konsisten melalui berbagai upaya Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam penanggulangan IMS tersebut, diantaranya : 1. Kegiatan pencegahan penyakit 2. Memberikan penyuluhan tentang bahaya penyakit menular seksual dan akibatnya 3. Melakukan kegiatan pengobatan yang diarahkan kepada kemampuan pengenalan diagnosa penyakit dan pengobatan segera. Universitas Sumatera Utara 4. Melakukan upaya penjaringan penapisan terhadap penderita. Selain itu, layanan IMS yang konprehensif yang diberikan secara memadai yang berada dibawah satu atap dan terintegrasi dengan layanan lain yang dibutuhkan mulai dari : a. Anamnesa b. Pemeriksaan fisik dan pengambilan sampel c. Diagnosis dan pengobatan yang tepat dan benar d. Konseling tentang penyakit IMS dan pengobatannya e. Demonstrasi cara pemakaian kondom dan melepaskannya. Klinik IMS di Puskesmas Kuta Alam terdiri dari : a. Ruang Tunggu b. Ruang konseling c. Ruang pemeriksanlaboratorium Klinik IMS juga memiliki 4 orang petugas yang terdiri dari : satu orang petugas konseling, satu orang petugas Administrasi, satu orang petugas pemeriksaan dan satu orang dokter penanggung jawab. Dalam upaya pengobatan terhadap penyakit IMS tersebut, Puskesmas berusaha mengoptimakan pelayanan terhadap masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang disertai dengan pemeriksan laboratorium untuk mengetahui tingkat keparahan penyakit. Kegiatan rujukan kerumah sakit dilakukan sebagai tindakan terakhir dalam upaya pengobatan. Untuk saat ini yang berwenang adalah RSU Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Universitas Sumatera Utara 4.3 Analisa Univariat 4.3.1 Karakteristik Responden

a. Umur

Umur responden dikelompokkan menjadi dua katagori yaitu umur responden 21-28 tahun dan umur responden 29-35 tahun. Dari hasil penelitian didapat bahwa dari 63 orang umur responden pada kelompok 21-28 tahun adalah sebanyak 35 orang 55,6 dan pada kelompok 29-35 tahun sebanyak 28 orang 44,4 . Usia tersebut merupakan suatu masa dewasa muda dimana seseorang dalam berhubungan sosial lebih terfokus pada pasangan atau rekan dalam hubungan teman dan seks. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Umur Frekuensi Proporsi 1 2 21-28 Tahun 29-35 Tahun 35 28 55,6 44,4 Jumlah 63 100,0 b. Pendidikan Tingkat pendidikan yang paling banyak ditamatkan oleh responden yaitu pendidikan yang dikatagorikan pendidikan SMA yaitu sebanyak 26 orang 41,3 dan yang paling sedikit pada tingkat pendidikan Sarjana yaitu sebanyak 7 orang 11,1 . Hal ini dapat dilihat berdasarkan Tabel 4.2 berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Pendidikan Frekuensi Proporsi 1 2 3 4 SMP SMA Akademi Sarjana 16 26 14 7 25,4 41,3 22,2 11,1 Jumlah 63 100,0 c. Pekerjaan Pekerjaan responden diperoleh berdasarkan jawaban kuesioner dengan jenis pekerjaan ibu rumga tangga IRT, PNS dan swasta. Sebagian besar responden bekerja sebagai swasta yaitu sebanyak 39 orang 61,9 . Sementara itu terdapat 18 orang 28,6 sebagai ibu rumah tangga dan sebanyak 6 orang 9,5 yang bekerja sebagai PNS. Hal ini dapat dilihat berdasarkan Tabel 4.3 berikut ini : Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Pekerjaan Frekuensi Proporsi 1 2 3 IRT PNS Swasta 18 6 39 28,6 9,5 61,9 Jumlah 63 100,0 Universitas Sumatera Utara

d. Status Perkawinan

Status perkawinan responden dikelompokkan menjadi dua katagori yaitu katagori belum menikah dan katagori menikah. Dari hasil penelitian didapat bahwa dari 63 orang dengan katagori belum kawin yaitu sebanyak 33 orang 52,4 dan katagori kawin sebanyak 30 orang 47,6 . Hal ini dapat dilihat berdasarkan Tabel 4.4 berikut ini : Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Perkawinan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Status Perkawinan Frekuensi Proporsi 1 2 Belum menikah Menikah 33 30 52,4 47,6 Jumlah 63 100,0 4.3.2 Pelayanan IMS a. Layanan KIE Pelayanan KIE diukur dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 15 pertanyaan. Pilihan-pilihan jawaban responden tentang pernyataan pelayanan KIE komunikasi, informasi dan edukasi yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut : Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelayanan KIE di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Item Jawaban F Proporsi 1. Memeriksakan diri di klinik IMS dapat memperoleh informasi 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 19 9 30,2 14,3 Universitas Sumatera Utara tentang pencegahan dan pengobatannya. 3. Puas 4. Sangat puas 22 13 34,9 20,6 Jumlah 63 100,0 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 Lanjutan 2. Petugas selalu membantu dalam memecahkan masalah yang saya hadapi pada saat memberikan konseling 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Puas 4. Sangat puas 14 7 19 23 22.2 11.1 30,2 36,5 Jumlah 63 100,0 3. Memeriksakan diri di klinik IMS dapat memperoleh informasi tentang pencegahan dan pengobatannya. 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Puas 4. Sangat puas 17 9 20 17 27,0 14,3 31,7 27,0 Jumlah 63 100,0 4. Memeriksakan diri di klinik IMS dapat memicu saya dalam mengantisipasi setiap tanda dan gejala dari IMS 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Puas 4. Sangat puas 20 7 13 23 31,7 11,1 20,6 36,5 Jumlah 63 100,0 5. Konseling dan pengobatan yang diberikan di klinik IMS sesuai dengan maslaah yang dihadapi dan tepat 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Puas 4. Sangat puas 15 8 17 23 23,8 12,7 27,0 36,5 Jumlah 63 100,0 6. Pelayanan konseling yang diberikan di klinik IMS dapat memberikan rasa aman dan nyaman 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Puas 4. Sangat puas 16 6 15 26 25,4 9,5 23,8 41,3 Jumlah 63 100,0 7. Petugas selalu memberikan dukungan moril untuk pencegahan dan pengobatan penyakit yang saya alami 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Puas 4. Sangat puas 19 12 16 16 30,2 19,0 25,4 25,4 Jumlah 63 100,0 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 Lanjutan No Item Jawaban F Proporsi 8. Saya memeriksakan diri jika didorong oleh petugas, teman dan orang-orang terdekat 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Puas 4. Sangat puas 15 12 20 16 23,8 19,0 31,7 25,4 Jumlah 63 100,0 9. Saya tertarik jika dijelaskan tentang pencegahan dan penanggulangan IMS 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Puas 4. Sangat Puas 17 15 17 14 27,0 23,8 27,0 22,2 Jumlah 63 100,0 10. Mendapatkan informasi yang jelas tentang pencegahan IMS dapat membantu kita dalam upaya penanggulangan penyakit tersebut 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Puas 4. Sangat puas 21 9 18 15 33,3 14,3 28,6 23,8 Jumlah 63 100,0 11. Dalam memeberikan informasi tentang IMS sangat diperlukan waktu yang cukup sehingga pasien mudah memahami 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Puas 4. Sangat puas 16 11 22 14 25,4 17,5 34,9 22,2 Jumlah 63 100,0 12. Kenyamanan dan kerahasiaan dari petugas konseling terhadap kondisi kesehatan pasien sangat diperlukan 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Puas 4. Sangat puas 18 9 17 19 28,6 14,3 27,0 30,2 Jumlah 63 100,0

13. Kejelasan terhadap informasi yang diberikan sangat

diperlukan oleh pasien 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Puas 4. Sangat puas 13 12 20 18 20,6 19,0 31,7 28,6 Jumlah 63 100,0 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 Lanjutan No Item Jawaban F Proporsi 14. Saya senang petugas dapat menjelaskan dengan jalur dan terbuka terhadap penyakit saya 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Puas 4. Sangat Puas 17 10 14 22 27,0 15,9 22,2 34,9 Jumlah 63 100,0 15. Petugas selalu membantu dalam memecahkan masalah yang saya hadapi pada saat memberikan konseling 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Puas 4. Sangat puas 12 7 24 20 19,0 11,1 38,1 31,7 Jumlah 63 100,0 Nilai Pelayanan IMS berdasarkan nilai layanan KIE di ukur dengan 15 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert. Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran pelayanan KIE maka tingkat pelayanan KIE dikiatagorikan menjadi 2 katagori yaitu pelayanan KIE baik dan pelayanan KIE kurang baik. Pada penelitian ini didapat hasil mayoritas pelayanan KIE di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh adalah pelayanan baik yaitu sebanyak 34 orang 54,0 . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini : Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan katagori Pelayanan KIE di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Pelayanan KIE Frekuensi Proporsi 1 2 Baik Kurang baik 34 29 54,0 46,0 Jumlah 63 100,0 Universitas Sumatera Utara b. Promosi Penggunaan Kondom Promosi penggunaan kondom diukur dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 6 pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Pilihan-pilihan jawaban responden tentang pernyataan promosi penggunaan kondom dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut : Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Promosi Penggunaan Kondom di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Item Jawaban F Proporsi 1. Kondom adalah alat pelindung dalam hubungan seks aman 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 20 9 10 24 31,7 14,3 15,9 38,1 Jumlah 63 100,0 2. Kondom dapat mencegah penularan penyakit infeksi menular seksual 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 13 10 12 28 20,6 15,9 19,0 44,4 Jumlah 63 100,0 3. Kondom dipakai jika ada gejala penyakit infeksi menular seksual 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 23 9 16 15 36,5 14,3 25,4 23,8 Jumlah 63 100,0 4. Penggunaan komdom dapat menyebabkan iritasi tetapi aman dalam hubungan yang berisiko 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 22 10 15 16 34,9 15,9 23,8 25,4 Universitas Sumatera Utara Jumlah 63 100,0 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.7 Lanjutan No Item Jawaban F Proporsi 5. Kondom harus dipakai setiap saat pada hubungan seks aman 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 20 5 13 25 31,7 7,9 20,6 39,7 Jumlah 63 100,0 6. Kondom selalu dipakai walaupun harus dibelitanpa distribusi gratis 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 22 8 19 14 34,9 12,7 30,2 22,2 Jumlah 63 100,0 Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran promosi penggunaan kondom maka dikatagorikan menjadi 2 katagori yaitu promosi penggunaan kondom baik dan promosi penggunaan kondom kurang baik. Pada penelitian ini didapat hasil mayoritas promosi penggunaan kondom di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh adalah katagori promosi baik yaitu sebanyak 33 orang 52,4 . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut ini : Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Promosi Kondom di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Promosi penggunaan kondom Frekuensi Proporsi 1 2 Promosi baik Promosi kurang baik 33 30 52,4 47,6 Jumlah 63 100,0 Universitas Sumatera Utara

c. Promosi Seks Aman

Promosi seks aman diukur dengan menyebarkan kuesioner sebanyak 6 pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Pilihan-pilihan jawaban responden tentang pernyataan promosi penggunaan kondom dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut: Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Promosi Seks Aman di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Item Jawaban F Proporsi 1. Melakukan hubungan seks tidak boleh berganti-ganti pasangan 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 10 16 25 12 15,9 25,4 39,7 19,0 Jumlah 63 100,0 2. Pada Kondisi sudah ada gejala IMS, setiap kali berhubungan seks selalu menggunakan alat pelindung 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 10 16 24 13 15,9 25,4 38,1 20,6 Jumlah 63 100,0 3. Menjaga kebersihan alat genetalia sebelum dan sesudah melakukan hubungan seks 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 17 16 17 13 27,0 25,4 27,0 20,6 Jumlah 63 100,0 4. Melakukan hubungan seks hanya melalui organ genetalia 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 17 15 18 13 27,0 23,8 28,6 20,6 Jumlah 63 100,0 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tabel 4.9 Lanjutan No Item Jawaban F Proporsi 5. Tidak melakukan seks anal dan oral 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 16 16 18 13 25,4 25,4 28,6 20,6 Jumlah 63 100,0 6. Hubungan seks dengan kondom dapat mencegah penyakit infeksi menular seksual 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 17 13 19 14 27,0 20,6 30,2 22,2 Jumlah 63 100,0 Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran Promosi seks aman maka dikataorikan menjadi 2 katagori yaitu promosi seks aman baik dan promosi seks aman kurang baik. Pada penelitian ini didapat hasil mayoritas promosi seks aman di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh adalah katagori promosi seks aman baik yaitu sebanyak 32 orang 50,8 . Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini: Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Promosi Seks Aman di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Promosi Seks Aman Frekuensi Proporsi 1 2 Promosi baik Promosi kurang baik 32 31 50,8 49,2 Jumlah 63 100,0 Universitas Sumatera Utara

d. Pemeriksaan dan Pengobatan

Pelayanan IMS berdasarkan Pemeriksaan dan pengobatan di ukur dengan 6 pertanyaan dengan menggunakan skala likert. Pilihan-pilihan jawaban responden tentang pernyataan promosi penggunaan kondom dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut: Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemeriksaan dan Pengobatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Item Jawaban F Proporsi 1. Anamnesa kesehatan seksual dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya gejala IMS 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 18 15 23 7 28,6 23,8 36,5 11,1 Jumlah 63 100,0 2. Pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan Spekulum bagian dlam dari saluran reproduksi organ genetalia dilakukan untuk mengetahui gejala IMS 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 21 17 19 6 33,3 27,0 30,2 9,5 Jumlah 63 100,0 3. Pemeriksaan atau tes laboratorium selalu dilakukan untuk mengetahui penyakit pada orang yang tidak mengeluh tentang gejala penyakit tersebut 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 13 16 24 10 20,6 25,4 38,1 15,9 Jumlah 63 100,0 4. Setelah pemeriksaan laboratorium dilakukan, hasilnya segera diberitahukan sebelum 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 18 18 19 28,6 28,6 30,2 Universitas Sumatera Utara pasien meninggalkan klinik 4. Sangat setuju 8 12,7 Jumlah 63 100,0 Tabel 4.11Lanjutan No Item Jawaban F Proporsi 5. Setiap selesai pemeriksaan, pasien segera dilakukan pengobatan dengan cepat 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 21 15 17 10 33,3 23,8 27,0 15,9 Jumlah 63 100,0 6. Pasien segera dirujuk jika terdapat kendala dalam pengobatan dengan cepat 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 16 16 19 12 25,4 25,5 30,2 19,0 Jumlah 63 100,0 Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran pemeriksaan dan pengobatan maka dikatagorikan menjadi 2 katagori yaitu pemeriksaan dan pengobatan baik dan pemeriksaan dan pengobatan kurang baik. Pada penelitian ini didapat hasil mayoritas pemeriksaan dan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh adalah pemeriksaan dan pengobatan kurang baik yaitu sebanyak 33 orang 52,4 . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.12 berikut ini : Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pemeriksaan dan Pengobatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Pemeriksaan dan Pengobatan Frekuensi Proporsi Universitas Sumatera Utara 1 2 Baik Kurang baik 30 33 47,6 52,4 Jumlah 63 100,0 4.2.3 Pendukung Pelayanan IMS

a. Petugas Kesehatan

Pendukung pelayanan IMS berdasarkan petugas kesehatan di ukur dengan 10 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert. Pilihan-pilihan jawaban responden tentang pernyataan Pemeriksaan dan Pengobatan dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut: Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Petugas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Item Jawaban F Proporsi 1. Petugas kesehatan selalau memeberikan pelayanan yang mememuaskan 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 4. Siap 16 17 14 16 25,4 27,0 22,2 25,4 Jumlah 63 100,0 2. Klinik IMS memeiliki petugas kesehatan yang mampu memeberikan konseling dan pegobatan dengan baik 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 4. Siap 17 17 13 16 27,0 27,0 20,6 25,4 Jumlah 63 100,0 3. Petugas melaksanakan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien dengan baik 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 4. Siap 19 12 16 16 30,2 19,0 25,4 25,4 Universitas Sumatera Utara Jumlah 63 100,0 4. Petugas menunjukkan sikap yang ramah terhadap pasien 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 4. Siap 23 9 16 15 36,5 14,3 25,4 23,8 Jumlah 63 100,0 Tabel 4.13 Lanjutan No Item Jawaban F Proporsi 5. Petugas melaksanakan anamnesa kesehatan seksual dengan baik 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 4. Siap 16 10 16 21 25,4 15,9 25,4 33,3 Jumlah 63 100,0 6. Petugas melakukan pemeriksaan fisik dengan baik 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 4. Siap 21 18 11 13 33,3 28,6 17,5 20,6 Jumlah 63 100,0 7. Petugas melakukan pemeriksaan laboratorium secepatnya 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 4. Siap 19 7 15 22 30,2 11,1 23,8 34,9 Jumlah 63 100,0 8. Petugas melakukan pengobatan segera dan tepat sesuai dengan keluhan 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 4. Siap 20 13 15 15 31,7 20,6 23,8 23,8 Jumlah 63 100,0 9. Petugas memberikan konseling dengan baik kepada pasien 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 21 11 11 33,3 17,5 17,5 Universitas Sumatera Utara 4. Siap 20 31,7 Jumlah 63 100,0 10. Petugas segera menindak lanjuti bagi pasien yang mengalami IMS 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 4. Siap 17 9 9 28 27,0 14,3 14,3 44,4 Jumlah 63 100,0 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran petugas kesehatan maka dikatagorikan menjadi 2 katagori yaitu petugas kesehatan siap dan petugas kesehatan belum siap. Pada penelitian ini didapat hasil mayoritas petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh adalah katagori siap yaitu sebanyak 35 orang 55,6 . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.14 berikut ini : Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Petugas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Petugas Kesehatan Frekuensi Proporsi 1 2 Siap Belum siap 35 28 55,6 44,4 Jumlah 63 100,0 b. Fasilitas Pendukung pelayanan IMS berdasarkan Fasilitas di ukur dengan 10 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert. Pilihan-pilihan jawaban responden tentang pernyataan Pemeriksaan dan Pengobatan dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut: Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Fasilitas di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Item Jawaban F Proporsi 1. Klinik IMS telah memiliki ruang tunggu dan registrasi 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 18 20 11 28,6 31,7 17,5 Universitas Sumatera Utara 4. Siap 14 22,2 Jumlah 63 100,0 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.15 Lanjutan 2. Klinik IMS sudah memiliki ruang pemeriksaan yang nyaman 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 4. Siap 29 12 9 13 46,0 19,0 14,3 20,6 Jumlah 63 100,0 3. Klinik IMS telah memiliki ruang laboratorium untuk memfasilitasi secepatnya diagnosa dan pengobatan 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 4. Siap 20 17 12 14 31,7 27,0 19,0 22,2 Jumlah 63 100,0 4. Ruang pemeriksaan dan laboratorium berdampingan yang dipisahkan dengan sekat 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 4. Siap 25 8 13 17 39,7 12,7 20,6 27,0 Jumlah 63 100,0 5. Klinik IMS memiliki ruang konseling yang nyaman dan aman 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 4. Siap 22 10 14 17 34,9 15,9 22,2 27,0 Jumlah 63 100,0 6. Ruang pengobatan yang nyaman dan hygienis 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 4. Siap 20 14 13 16 31,7 22,2 20,6 25,4 Jumlah 63 100,0 7. Klinik IMS memiliki obat- obatan utama yang dibutuhkan pasien dengan segera sesuai dengan kebutuhannya 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 4. Siap 16 18 12 17 25,4 28,6 19,0 27,0 Jumlah 63 100,0 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.15 Lanjutan No Item Jawaban F Proporsi 8. Klinik IMS selalu dibuka untuk kunjungan pasien setiap saat 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 4. Siap 28 11 8 16 44,4 17,5 12,7 25,4 Jumlah 63 100,0 9. Klinik IMS mudah untuk dijangkau oleh masyarakat yang membutuhkan 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 4. Siap 27 11 7 18 42,9 17,5 11,1 28,6 Jumlah 63 100,0 10. Klinik IMS selalu mengutamakan kerahasiaan dan kenyamana pasien dalam menyampaikan keluhan dan pengobatan 1. Belum siap 2. Kurang siap 3. Cukup siap 4. Siap 17 17 13 16 27,0 27,0 20,6 25,4 Jumlah 63 100,0 Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran fasilitas di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh maka dikatagorikan menjadi 2 katagori yaitu fasilitas baik dan fasilitas kurang baik. Pada penelitian ini didapat hasil mayoritas fasilitas katagori baik yaitu 32 orang 50,8 . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.16 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Fasilitas di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Fasilitas Frekuensi Proporsi 1 2 Baik Kurang baik 32 31 50,8 49,2 Jumlah 63 100,0 c. KesadaranMinat Masyarakat Pendukung pelayanan IMS berdasarkan kesadaran minat masyarakat di ukur dengan 15 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert. Pilihan-pilihan jawaban responden tentang Kesadaranminat masyarakat dapat dilihat pada Tabel 4.17 berikut: Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesadaranminat Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Item Jawaban F Proporsi 1. Saya akan melakukan pemeriksaan jika ada keluhan 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 19 20 14 10 30,2 31,7 22,2 15,9 Jumlah 63 100,0 2. Saya akan melakukan pemeriksaan hanya sekali saja saat mengalami masalah 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 18 20 14 11 28,6 31,7 22,2 17,5 Jumlah 63 100,0 3. Saya akan senang bila hasil pemeriksaan dapat diketahui normal atau tidak 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 28 12 12 11 44,4 19,0 19,0 17,5 Jumlah 63 100,0 4. Saya akan senang bila hasil pemeriksaan dapat mengetahui 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 11 16 17,5 25,4 Universitas Sumatera Utara jenis penyakit yang diderita 3. Setuju 4. Sangat setuju 24 12 38,1 19,0 Jumlah 63 100,0 Tabel 4.17 Lanjutan No Item Jawaban F Proporsi 5. Saya senang melakukan pemeriksaan berulang-ulang 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 18 22 14 9 28,6 34,9 22,2 14,3 Jumlah 63 100,0 6. Saya tidak akan melakukan hubungan seks jika penyakit saya belum sembuh total 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 11 15 24 13 17,5 23,8 38,1 20,6 Jumlah 63 100,0 7. Saya akan melakukan hubungan seks jika ada alat pelindung untuk mencegah penularan penyakit IMS 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 24 11 16 12 38,1 17,5 25,4 19,0 Jumlah 63 100,0 8. Saya akan melakukan pemeriksaan bila biayanya murah 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 18 15 17 13 28,6 23,8 27,0 20,6 Jumlah 63 100,0 9. Saya akan melakukan pemeriskaan walaupun harus membayar 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 20 15 15 13 31,7 23,8 23,8 20,6 Jumlah 63 100,0 10. Saya akan melakukan pemeriksaan dengan keinginan sendiri 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 19 16 18 30,2 25,4 28,6 Universitas Sumatera Utara 4. Sangat setuju 10 15,9 Jumlah 63 100,0 Tabel 4.17 Lanjutan No Item Jawaban F Proporsi 11. Saya akan selalu menjaga kebersihan alat genetalia untuk mencegah penyakit IMS 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 20 18 16 9 31,7 28,6 25,4 14,3 Jumlah 63 100,0 12. Saya selalu mencari tahu pencegahan yang aman untuk terhindar dari penyakit tersebut 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 18 16 18 11 28,6 25,4 28,6 17,5 Jumlah 63 100,0 13. Saya selalu membicarakan tentang seks yang aman kepada pasangan agar terhindar dari penyakit tersebut 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 27 11 14 11 42,9 17,5 22,2 17,5 Jumlah 63 100,0 14. Saya akan terus mencari informasi untuk pencegahan dan pengobatan penyakit IMS tersebut walaupun ada rintangan 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 19 16 18 10 30,2 25,4 28,6 15,9 Jumlah 63 100,0 15. Saya senang dengan kerahasiaan yang terjamin setelah pemeriksaan 1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju 28 9 12 14 44,4 14,3 19,0 22,2 Jumlah 63 100,0 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran kesadaranminat masyarakat maka dikatagorikan menjadi 2 katagori yaitu kesadaranminat masyarakat baik dan kesadaranminat masyarakat kurang baik. Pada penelitian ini didapat hasil mayoritas kesadaranminat masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh adalah katagori kurang baik yaitu sebanyak 34 orang 54,0 . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.18 berikut ini : Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori KesadaranMinat Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No KesadaranMinat Masyarakat Frekuensi Proporsi 1 2 Baik Kurang baik 29 34 46,0 54,0 Jumlah 63 100,0 4.2.4 Pencegahan dan Penanggulangan IMS Pencegahan dan Penanggulangan IMS diukur dengan 6 pertanyaan dengan menggunakan skala Likert. Pilihan-pilihan jawaban responden tentang Pencegahan dan Penanggulangan IMS dapat dilihat pada Tabel 4.19 berikut: Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pencegahan dan Penanggulangan IMS di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Item Jawaban F Proporsi 1. Saya membersihkan alat kelamin sebelum dan sesudah melakukan hubungan seks 1. Tidak pernah 2. Kadang-kadang 3. Selalu 25 15 23 39,7 23,8 36,5 Universitas Sumatera Utara Jumlah 63 100,0 2. Saya melakukan hubungan seks hanya dengan alat genetalia 1. Tidak pernah 2. Kadang-kadang 3. Selalu 30 18 15 47,6 28,6 23,8 Jumlah 63 100,0 Tabel 4.19 Lanjutan 3. Setiap ada gejala gatal dan perih di daerah vagina saya memeriksakan diri ke klinik IMS 1. Tidak pernah 2. Kadang-kadang 3. Selalu 29 20 14 46,0 31,7 22,2 Jumlah 63 100,0 4. Pada saat sudah mengalami gejala IMS, saya juga mengajak pasangan untuk memeriksakan diri 1. Tidak pernah 2. Kadang-kadang 3. Selalu 34 17 12 54,0 27,0 19,0 Jumlah 63 100,0 5. Saya mengajak pasangan menggunakan kondom dalam berhubungan seksual untuk terhindar dari IMS 1. Tidak pernah 2. Kadang-kadang 3. Selalu 36 13 14 57,1 20,6 22,2 Jumlah 63 100,0 6. Saya hanya minum obat yang diberikan dokter samapai tuntas pengobatan 1. Tidak pernah 2. Kadang-kadang 3. Selalu 24 19 20 38,1 30,2 31,7 Jumlah 63 100,0 Berdasarkan perhitungan jumlah skor yang didapat dari pernyataan responden pada pengukuran pencegahan dan penanggulangan IMS maka dikatagorikan menjadi 2 katagori yaitu pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Pada penelitian ini didapat hasil mayoritas Universitas Sumatera Utara pencegahan dan penanggulangan IMS di wilayah kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh adalah pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik yaitu sebanyak 36 orang 57,1 . Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.20 berikut ini : Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pencegahan dan Penanggulangan IMS di Wilayah Kerja Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh No Pencegahan dan Penanggulangan IMS Frekuensi Proporsi 1 2 Baik Kurang baik 27 36 42,9 57,1 Jumlah 63 100,0

4.4 Analisa Bivariat

Untuk mengetahui pengaruh dua variabel yaitu antara variabel independen dengan satu variabel dependen maka digunakan analisis bivariat. Pada penelitian ini analissi bivariat yang digunakan adalah uji Chi square, masing-masing variabel independen dan dependen yang sudah dikatagorikan diuji apakah ada pengaruh antara variabel independen yaitu pelayanan IMS layanan KIE, promosi penggunaan kondom, promosi seks yang aman, pemeriksaan dan pengobatan dan pendukung pelayanan IMS petugas kesehatan, fasilitas, kesadaranminat masyarakat dengan variabel dependen yaitu pencegahan dan penanggulangan IMS. Jika nilai p 0,05 maka H0 ditolak atau hipotesis penelitian diterima. Universitas Sumatera Utara

4.4.1 Hubungan Pelayanan KIE dengan Pencegahan dan Penanggulangan

IMS Berdasarkan hasil tabulasi silang antara Hubungan Pelayanan KIE dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur WUS beresiko diperoleh data bahwa dari 34 responden dengan layanan KIE baik sebanyak 20 responden 58,8 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 14 responden 41,2 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Sedangkan dari 29 responden dengan pelayanan KIE kurang baik sebanyak 7 responden 24,1 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 22 responden 75,9 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Hasil uji statistik Chi-square didapat nilai p = 0,006 artinya ada hubungan yang signifikan antara Pelayanan KIE dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS, dan variabel ini berkandidat untuk diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda p 0,025. Ratio Prevalence Pencegahan dan penanggulangan IMS dengan pelayanan KIE pada pelayanan klinik IMS yang baik dan yang kurang baik adalah 0,543 dengan Confidence Interval CI 0,346-0,852 . Seperti pada Tabel 4.21 berikut ini : Tabel 4.21 Hubungan Pelayanan KIE dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS No Pelayanan KIE Pencegahan dan Penanggulangan IMS Baik Kurang Baik Total f f f p 95CI RP 1 Baik 20 58,8 14 41,2 34 100 0,346-0,852 0,543 2 Kurang Baik 7 24,1 22 75,9 29 100 0,006 Universitas Sumatera Utara

4.4.2 Hubungan Promosi Penggunaan Kondom dengan Pencegahan dan

Penanggulangan IMS Berdasarkan hasil tabulasi silang antara hubungan Promosi Penggunaan Kondom dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur WUS beresiko diperoleh data bahwa dari 33 responden dengan promosi penggunaan kondom baik sebanyak 19 responden 57,6 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 14 responden 42,4 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Sedangkan dari 30 responden dengan promosi penggunaan kondom kurang baik sebanyak 8 responden 26,7 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 22 responden 73,3 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Hasil uji statistik Chi-square didapat nilai p = 0,013 artinya ada hubungan yang signifikan antara Promosi Penggunaan Kondom dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS, dan variabel ini berkandidat untuk diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda p 0,025. Ratio Prevalence Pencegahan dan penanggulangan IMS dengan promosi penggunaan kondom pada pelayanan klinik IMS yang baik dan yang kurang baik adalah 0,579 dengan Confidence Interval CI 0,368-0,909 . Seperti pada Tabel 4.22 berikut ini : Tabel 4.22 Hubungan Promosi Penggunaan Kondom dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS No Promosi Penggunaan Kondom Pencegahan dan Penanggulangan IMS Baik Kurang Baik Total F f f p 95CI RP 1 Promosi Baik 19 57,6 14 42,2 33 100 0,368-0,909 0,579 2 Promosi 8 26,7 22 73,3 30 100 0,013 Universitas Sumatera Utara Kurang Baik

4.4.3 Hubungan Promosi Seks Aman dengan Pencegahan dan

Penanggulangan IMS Berdasarkan hasil tabulasi silang antara hubungan Promosi Seks Aman dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur WUS beresiko diperoleh data bahwa dari 32 responden dengan promosi seks aman baik sebanyak 18 responden 56,2 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 14 responden 43,8 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Sedangkan dari 31 responden dengan promosi seks aman kurang baik sebanyak 9 responden 29,0 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 22 responden 71,0 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Hasil uji statistik Chi-square didapat nilai p = 0,029 artinya ada hubungan yang signifikan antara Promosi Seks Aman dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS, dan variabel ini berkandidat untuk diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda p 0,025. Ratio Prevalence Pencegahan dan penanggulangan IMS dengan promosi seks aman pada pelayanan klinik IMS yang baik dan yang kurang baik adalah 0,616 dengan Confidence Interval CI 0,392-0,970. Seperti pada Tabel 4.23 berikut ini : Tabel 4.23 Hubungan Promosi Seks Aman dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS No Promosi Seks Aman Pencegahan dan Penanggulangan IMS Baik Kurang Baik Total f f f p 95CI RP 1 Promosi Baik 18 56,2 14 43,8 32 100 0,392-0,970 Universitas Sumatera Utara 2 Promosi Kurang Baik 9 29,0 22 71,0 31 100 0,029 0,616

4.4.4 Hubungan Pemeriksaan dan Pengobatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara hubungan Pemeriksaan dan Pengobatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur WUS diperoleh data bahwa dari 30 responden dengan pemeriksaan dan pengobatan baik sebanyak 17 responden 56,7 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 13 responden 43,3 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Sedangkan dari 33 responden dengan pemeriksaan dan pengobatan kurang baik sebanyak 10 responden 30,3 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 23 responden 69,7 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Hasil uji statistik Chi-square didapat nilai p = 0,035 artinya ada hubungan yang signifikan antara Pemeriksaan dan Pengobatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS, dan variabel ini berkandidat untuk diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda p 0,025. Ratio Prevalence Pencegahan dan penanggulangan IMS dengan pemeriksaan dan pengobatan pada pelayanan klinik IMS yang baik dan yang kurang baik adalah 0,622 dengan Confidence Interval CI 0,390-0,992 . Seperti pada Tabel 4.24 berikut ini : Tabel 4.24 Hubungan Pemeriksaan dan Pengobatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS No Pemeriksaan dan Pengobatan Pencegahan dan Penanggulangan IMS Baik Kurang Baik Total Universitas Sumatera Utara F f f p 95CI RP 1 Baik 17 56,7 13 43,3 30 100 0,390-0,992 0,622 2 Kurang Baik 10 30,3 23 69,7 33 100 0,035

4.4.5 Hubungan Sikap Petugas Kesehatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara hubungan sikap petugas kesehatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur WUS beresiko diperoleh data bahwa dari 35 responden dengan petugas kesehatan siap sebanyak 19 responden 54,3 5 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 16 responden 45,7 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Sedangkan 28 responden dengan petugas kesehatan belum siap sebanyak 8 responden 28,6 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 20 responden 71,4 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Hasil uji statistik Chi-square didapat nilai p = 0,040 artinya ada hubungan yang signifikan antara Sikap Petugas Kesehatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS, dan variabel ini berkandidat untuk diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda p 0,025. Ratio Prevalence Pencegahan dan penanggulangan IMS dengan sikap petugas kesehatan pada pelayanan klinik IMS yang baik dan yang kurang baik adalah 0,640 dengan Confidence Interval CI 0,416-0,984 . Seperti pada Tabel 4.25 berikut ini : Tabel 4.25 Hubungan Sikap Petugas Kesehatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS No Sikap Petugas Kesehatan Pencegahan dan Penanggulangan IMS Baik Kurang Baik Total F f f p 95CI RP Universitas Sumatera Utara 1 Siap 19 54,3 16 45,7 35 100 0,416-0,984 0,640 2 Belum Siap 8 28,6 20 71,4 28 100 0,040

4.4.6 Hubungan Fasilitas dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS

Berdasarkan hasil tabulasi silang antara hubungan Fasilitas dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur WUS beresiko diperoleh data bahwa dari 32 responden dengan fasilitas baik sebanyak 14 responden 43,8 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 18 responden 56,2 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Sedangkan dari 31 responden dengan fasilitas kurang baik sebanyak 13 responden 41,9 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 18 responden 58,1 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Hasil uji statistik Chi-square didapat nilai p = 0,884 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara Fasilitas dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS, dan variabel ini tidak berkandidat untuk diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda p 0,025. Ratio Prevalence Pencegahan dan penanggulangan IMS dengan fasilitas pada pelayanan klinik IMS yang baik dan yang kurang baik adalah 0,969 dengan Confidence Interval CI 0,632- 1,486 . Seperti pada Tabel 4.26 berikut ini : Tabel 4.26 Hubungan Fasilitas dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS No Fasilitas Pencegahan dan Penanggulangan IMS Baik Kurang Baik Total F f f p 95CI RP 1 Baik 14 43,8 18 56,2 32 100 0,632-1,486 0,969 2 Kurang Baik 13 41,9 18 58,1 31 100 0,884 Universitas Sumatera Utara 4.4.7 Hubungan KesadaranMinat Masyarakat dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS Berdasarkan hasil tabulasi silang antara hubungan kesadaranminat masyarakat dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur WUS beresiko diperoleh data bahwa dari 29 responden dengan kesadaranminat baik sebanyak 19 responden 65,5 yang pencegahan dan penanggulangan IMS baik dan 10 responden 34,5 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Sedangkan 34 responden dengan kesadarnminat kurang baik sebanyak 8 responden 23,5 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik dan 26 responden 76,5 yang pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik. Hasil uji statistik Chi-square didapat nilai p = 0,001 artinya ada hubungan yang signifikan antara Kesadaranminat dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS, dan variabel ini berkandidat untuk diikut sertakan dalam uji Regresi Logistik Ganda p 0,025. Ratio Prevalence Pencegahan dan penanggulangan IMS dengan kesadaranminat masyarakat pada pelayanan klinik IMS yang baik dan yang kurang baik adalah 0,451 dengan Confidence Interval CI 0,264-0,770 . Seperti pada Tabel 4.27 berikut ini : Tabel 4.27 Hubungan Kesadaranminat Masyarakat dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS No Kesadaran minat Masyarakat Pencegahan dan Penanggulangan IMS Baik Kurang Baik Total f f f p 95CI RP 1 Baik 19 65,5 10 34,5 29 100 0,264-0,770 0,451 2 Kurang Baik 8 23,5 26 76,5 34 100 0,001 Universitas Sumatera Utara

4.5 Analisa Multivariat

Pada penelitian ini, variabel bebas yang memenuhi kriteria kemaknaan statistik p 0,25 dimasukkan ke dalam analisa multivariat dengan menggunakan Uji Regresi Logistik Berganda, yaitu variabel layanan KIE, promosi penggunaan kondom, promosi seks aman, pemeriksaan dan pengobatan, sikap petugas kesehatan, kesadaranminat masyarakat. Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model terbaik dalam menentukan determinan pencegahan dan penanggulangan IMS pada wanita usia subur WUS beresiko. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.28 berikut : Tabel 4.28 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik Layanan KIE, Sikap Petugas Kesehatan dan KesadaranMinat Masyarakat terhadap upaya Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada WUS Beresiko Berdasarkan Tabel 4.28 diatas hasil uji regresi logistik menjelaskan bahwa dari ke 3 variabel independen Layanan KIE, Sikap petugas kesehatan, kesadaranminat masyarakat yang mempengaruhi secara langsung terhadap pelayanan klinik IMS dapat dilihat bahwa layanan KIE dan Sikap petugas kesehatan Variabel B p Exp B 95 CI for Exp B Lower Upper Layanan KIE Sikap Petugas Kesehatan KesadaranMinatMasyarakat Constant -2,479 -1,403 2,165 1,319 0,002 0,048 0,003 0,045 0,084 0,246 8,714 3,741 0,018 0,061 2,092 - 0,388 0,988 36,292 - Universitas Sumatera Utara tidak sebagai faktor resiko namun menjadi faktor pencegah sedangkan kesadaranminat masyarakat mempunyai faktor resiko sebanyak 9 kali untuk berkunjung atau tidak ke klinik IMS dalam upaya pencegahan dan penanggulangan IMS di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh. Berdasarkan hasil uji regresi logistik pada Tabel 4.28 diatas diperoleh persamaan uji regresi sebagai berikut : Y = α + β1X1 + β2X2+ β3X3 = 1,319 + -2,479 Layanan KIE + -1,403 Petugas Kesehatan + 2,165 KesadaranMinat Dan nilai peramalan probabilitas individu Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada WUS beresiko adalah : P = 1 �+ � −�,���+−�,���������� ���+−�,���������� ���������+�,������������ ���� ����� Keterangan : P = Probalilias individu Pencegahan dan penanggulangan IMS. � = Konstanta X1 = Layanan KIE X2 = Petugas Kesehatan X3 = Kesadaran atau Minat Universitas Sumatera Utara Tabel 4.29 Hasil Probabilitas Variabel Layanan KIE, Sikap Petugas Kesehatan dan KesadaranMinat Masyarakat dalam Memanfaatkan Pelayanan Klinik IMS Variabel Prediktor Probabilitas Persentase Layanan KIE, Sikap Petugas Kesehatan dan KesadaranMinat Masyarakat 1 0,402 0,787 40,2 78,7 Dari model regresi logistis yang terbentuk ada 3 variabel independen Layanan KIE, Sikap Petugas Kesehatan dan Kesadaranminat Masyarakat yang mempengaruhi pemanfaatan klinik IMS. Maka dapat dijelaskan bahwa, jika layanan KIE kurang baik 1, petugas kesehatan belum siap 1 dan Kesadaran minat kurang baik 1 maka nilai probabilitas individu WUS beresiko terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan IMS adalah 40,2 untuk memanfaatkan pelayanan klinik IMS. Sebaliknya jika layanan KIE baik 0, petugas kesehatan siap 0 dan Kesadaran minat baik 0 maka nilai probabilitas individu WUS Beresiko terhadap upaya pencegahan dan penanggulangan IMS menjadi 78,7 untuk memanfaatkan pelayanan klinik IMS. Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Responden

Ditinjau dari segi umur, 55,6 responden berumur 21-28 tahun. Usia tersebut merupakan suatu masa dewasa dimana seseorang dalam berhubungan sosial lebih terfokus pada pasangan atau rekan dalam hubungan teman dan seks. Meningkatnya angka kejadian penyakit Infeksi Menular seksual dikalangan dewasa muda terutama wanita merupakan bukti bahwa wanita dalam hal ini sering menjadi korban dari IMS. Karena jika seorang wanita terkena IMS, maka wanita tersebut akan lebih tidak menunjukkan gejala jika dibandingkan dengan laki-laki. Universitas Sumatera Utara Bila dilihat dari tingkat pendidikan bahwa yang paling banyak ditamatkan oleh responden adalah pendidikan SMA sebanyak 41,3 . Menurut Green 1980 dalam Azmi 2008, bahwa tingkat pendidikan merupakan karakteristik bagi individu sebagai salah satu faktor pendukung dalam membentuk perilaku kesehatan. Notoadmojo 2002 juga menjelaskan bahwa tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap wawasan dan cara pandangnya dalam menghadapi suatu masalah. Seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi cenderung akan mengedepankan rasio saat menghadapi gagasan baru dibandingkan dengan pendidikan yang lebih rendah. Ditinjau dari status perkawinan, maka kebanyakan responden belum menikah sebanyak 52,4. Kondisi ini menandakan bahwa diantara wanita subur yang berada diwilayah Puskesmas Kuta Alam dalam melakukan aktivitas seksual bukan dengan pasangan sahnya sehingga lebih berpotensial untuk terjadinya penularan infeksi menular seksual.

5.2 Pencegahan dan Penanggulangan IMS

Pelayanan klinik Infeksi Menular Seksual yang baik sangat menentukan terhadap baik dan kurangnya upaya pencegahan dan penanggulangan IMS yang ada di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh. Bila kita lihat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa 57,1 upaya pencegahan dan penanggulangan infeksi menular seksual kurang baik dibandingkan dengan upaya pencegahan dan penanggulangan IMS baik sebesar 42,9. Keadaan ini mencerminkan bahwa pencegahan dan 86 Universitas Sumatera Utara penanggulangan IMS di Puskesmas Kuta Alam masih pada kondisi yang perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga masalah IMS menjadi prioritas khususnya dalam peningkatan upaya-upaya yang berkaitan dengan penurunan kasus IMS peningkatan pelayanan KIE, promosi penggunaan kondom, Promosi seks aman, pemeriksaan dan pengobatan petugas kesehatan serta peningkatan kesadaranminat masyarakat yang baik terhadap pencegahan IMS di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh. Hal ini jika dikaitkan dengan data sekunder yang diperoleh di Puskesmas Kuta Alam bahwa terjadi peningkatan kasus infeksi menular seksual dari tahun 2011 sebesar 93 kasus menjadi 270 kasus pada tahun 2012. Keadaan ini mencerminkan bahwa sebagian besar upaya pencegahan dan penanggulangan IMS belum baik misalnya layanan KIE sebagai upaya komunikasi perubahan perilaku, penapisan terhadap IMS yang beresiko masih menghadapi kendala bahwasanya pasangan mereka tidak membolehkan melakukan pemeriksaan dan pengobatan secara terpadu dan adanya perasaan takut serta malu jika diketahui orang kalau mengalami infeksi menular seksual, terkadang mereka yang mengalami penyakit tersebut akan melakukan pengobatan secara tradisional. Kondisi demikian disebabkan oleh lingkungan dan kehidupan adat istiadat yang kental serta masyarakat yang akan mengucilkannya dalam berinteraksi secara sosial sehingga pelayanan diklinik IMS belum dapat menjaring para WUS yang beresiko mengalami IMS dalam melaksanakan upaya pencegahan dan Universitas Sumatera Utara penanggulangan IMS. Keadaan ini menunjukkan masih kurangnya minat kesadaran masyarakat dalam memperhatikan kondisi kesehatannya. Menurut Raharjo 2005 dalam Mardin Purba, 2009 bahwa faktor yang memperlambat upaya mengurangi resiko penyebaran IMS adalah masih kurangnya akses penderita IMS kesarana pelayanan kesehatan, waktu buka klinik, kurangnya rasa percaya diri, staf klinik yang memilki sikap negatif terhadap kegiatan seks dan penggunaan alat kontrasepsi atau karena ada larangan.

5.3 Hubungan Pelayanan KIE dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS

Berdasarkan analisa univariat, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelayanan KIE baik sebesar 54,0 sedangkan pelayanan KIE kurang baik sebesar 46,0. Hal ini menunjukkan bahwa adanya respon yang baik dari responden terhadapat pelayanan KIE yang diberikan dalam upaya pencegahan dan penanggulangan IMS. Hasil uji Chi-square didapat nilai p= 0,006 yang berarti adanya hubungan signifikan antara pelayanan KIE dengan pencegahan dan penanggulangan IMS. pelayanan KIE baik dengan pencegahan dan penanggulangan baik sebesar 58,8 dan yang pencegahan kurang baik 41,2. Pelayanan KIE kurang baik dengan pencegahan baik sebesar 24,1 dan kurang baik 75,9. Ratio Prevalence pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik dengan pelayanan KIE pada pelayanan klinik IMS adalah 0,543 dengan Confidence Interval CI 0,346-0,852 . Hal ini menunjukkan Universitas Sumatera Utara bahwa pelayanan KIE kurang baik dalam upaya pencegahan dan penanggulangan IMS beresiko 0,5 kali dibandingkan dengan pelayanan KIE yang baik. Dari hasil dapat diperoleh bahwa pelayanan KIE yang diberikan sangat menentukan seseorang untuk dapat memahami dan memutuskan suatu tindakan yang akan dilakukannya sehubungan dengan pencegahan IMS. Sesuai dengan teori Depkes RI, 2008, dijelaskan bahwa kegiatan KIE yang baik akan memberikan penambahan pengetahuan dan perubahan perilaku kelompok sasaran sehingga pesan yang disampaikan akan memberikan perubahan pola pikir bagi kelompok tersebut. Perubahan perilaku pada kelompok sasaran bukanlah hal yang mudah oleh karena itu kegiatan KIE harus dilakukan secara terus menerus, berulang-ulang, berkesinambungan sesuai dengan daya serap dan kemampuan kelompok sasaran untuk melaksanakan perilaku yang diharapkan. Strategi untuk perubahan perilaku berkesinambungan tersebut akan dapat memberikan pemahaman yang baik mengenai unsur-unsur yang berhubungan dengan IMS seperti pengenalan gejala, pentingnya mendapatkan pengobatan segera, pentingnya pengobatan bagi pasangannya sehingga dapat memberikan perubahan bagi upaya pencegahan IMS terhadap masyarakat. Melihat dari karakteristik responden yang kebanyakan berpendidikan menengah SMA maka penyampaian informasi harus lebih disesuaikan dengan sasaran sehingga penerimaan dari pesan yang disampaikan dapat diserap dengan baik. Hal ini juga ditandai oleh masih ada tanggapan dari responden yang merasa belum Universitas Sumatera Utara puas dengan informasi yang dijelaskan tentang Infeksi Menular Seksual sehingga memberi pengaruh bagi mereka untuk melakukan tindakan pencegahan selanjutnya. Sesuai dengan pendapat Barakbah dalam Hesti, 2008, bahwa memberikan konseling penderita IMS agak berbeda dengan penderita penyakit lain. Hal ini disebabkan oleh karena klien IMS yang datang pada dokter konselor untuk meminta nasehat, disamping memiliki rasa takut dan cemas terhadap penyakitnya juga mempunyai rasa bersalah yang sering menimbulkan kesulitan dalam proses konseling tersebut.

5.4 Hubungan Sikap Petugas Kesehatan dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS

Berdasarkan analisa univariat, hasil penelitian menunjukkan bahwa petugas kesehatan mempunyai kesiapan dalam pencegahan dan penanggulangan IMS sebanyak 55,6 sedangkan petugas kesehatan yang belum siap dalam pencegahan dan penanggulangan IMS sebanyak 44,4. Hasil uji Chi-square didapat nilai p= 0,040 yang berarti adanya pengaruh signifikan antara sikap petugas kesehatan dengan pencegahan dan penanggulangan IMS. Petugas kesehatan yang memiliki kesiapan dengan pencegahan dan penanggulangan baik sebesar 54,3 dan yang pencegahan kurang baik 45,7. Petugas kesehatan yang belum siap dengan pencegahan baik sebesar 28,6 dan kurang baik 71,4. Ratio Prevalence Pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik dengan sikap petugas kesehatan pada pelayanan klinik IMS adalah 0,640 dengan Confidence Interval CI 0,416-0,984 . Hal ini menunjukkan bahwa sikap petugas Universitas Sumatera Utara kesehatan kurang baik dalam upaya pencegahan dan penanggulangan IMS beresiko 0,6 kali dibandingkan dengan sikap petugas yang baik. Hal ini juga dapat dilihat dari beberapa item pertanyaan yang diajukan kepada responden, dimana masih ada tanggapan bahwa dalam hal melaksanakan pelayanan belum sesuai dengan kebutuhan pasien, sikap yang ditunjukkan petugas terhadap pasien masih belum memuaskan, pemeriksaan fisik dan pengobatan yang dilakukan serta konseling petugas menunjukkan masih belum adanya kesiapan dari petugas. Sesuai dengan Depkes RI, Fhi, 2007, dimana setiap klinik harus mempunyai staf yang ramah, client-oriented, tidak menghakimi dan dapat menjaga konfidensialitas serta dapat melakukan fungsi-fungsi tugasnya dengan baik seperti administrasi klinik, registrasi pasien, pencatatan dan pelaporan, anamnesis kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual, pemeriksaan fisik dan pengobatan, laboratorium berdasarkan tes diagnostis serta konseling. Penelitian ini sejalan dengan pendapat J.B Kristiadi dalam Safitrah, 2012 mengatakan bahwa kesiapan petugas dalam memberikan pelayanan dapat menentukan suatu tugas sehingga mampu dalam mengambil keputusan secara mandiri dan profesional dengan adanya perubahan sikap yang lebih mengarah pada perkembangan, keterbukaan dan sikap melayani dan mengayomi masyarakat yang merupakan tugas dan tanggungjawab pokoknya.

5.5 Hubungan Kesadaranminat Masyarakat dengan Pencegahan dan Penanggulangan IMS

Universitas Sumatera Utara Berdasarkan analisa univariat, hasil penelitian menunjukkan bahwa kesadaranminat baik dalam pencegahan dan penanggulangan IMS sebanyak 46,0 sedangkan kesadaranminat kurang baik dalam pencegahan dan penanggulangan IMS sebanyak 54,0. Hasil uji Chi-square didapat nilai p= 0,001 yang berarti adanya hubungan signifikan antara kesadaranminat dengan pencegahan dan penanggulangan IMS. kesadaranminat baik dengan pencegahan dan penanggulangan baik sebesar 65,5 dan yang pencegahan kurang baik 34,4. Kesadaranminat masyarakat yang kurang baik dengan pencegahan baik sebesar 23,5 dan kurang baik 76,5. Ratio Prevalence pencegahan dan penanggulangan IMS kurang baik dengan kesadaranminat masyarakat pada pelayanan klinik IMS adalah 0,451 dengan Confidence Interval CI 0,264-0,770 . Hal ini menunjukkan bahwa kesadaranminat masyarakat kurang baik dalam upaya pencegahan dan penanggulangan IMS beresiko 0,4 kali dibandingkan dengan kesadaranminat masyarakat yang baik. Dengan demikian menggambarkan bahwa keinginan ataupun kesadaran masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan IMS akan mempengaruhi terhadap upaya yang dilakukan untuk pencegahan penularan IMS. Dimana kebiasaan masyarakat lebih cendrung melakukan pengobatan sendiri atau secara tradisional dalam mengobati IMS dan baru akan kepusat pelayanan kesehatan jika penyakitnya sudah parah. Hal ini sesuai dengan pendapat Roger Azmi, 2008 dalam teori Proteksi motivasi yang menyatakan bahwa keparahan yang dirasakan akan mempengaruhi Universitas Sumatera Utara keinginan seseorang dalam melakukan suatu tindakan karena tindakan seseorang untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit didorong oleh ancaman penyakit tersebut . Berdasarkan hasil uji regresi logistik menjelaskan bahwa kesadaranminat masyarakat sangat berhubungan dengan pencegahan dan pelayanan IMS. Hal ini mengacu pada kesadaran minat masyarakat kurang baik kemungkinan sebesar 9 kali dibandingkan dengan kesadaran minat baik dalam pencegahan dan penanggulangan IMS. Walaupun pelayanan KIE dan petugas kesehatan juga sedikit berpengaruh terhadap pencegahan dan penanggulangan IMS. Bila dilihat dari beberapa item pertanyaan yang diajukan kepada responden masih ada tanggapan bahwa mereka takut jika hasil pemeriksaan yang dilakukan dapat mengetahui kondisinya normal atau tidak, tidak senang jika harus melakukan pemeriksaan berulang-ulang karena merasa malu kalau harus sering periksa ke klinik, dalam melakukan hubungan seks juga tidak setuju jika harus menggunakan alat pelindung karena merasa tidak nyaman serta masih enggan untuk membicarakan tentang seks aman pada pasangannya, masih kurangnya keinginan dalam mencari informasi tentang IMS dan penanggulangnya karena mereka baru berobat atau keklinik IMS jika sudah parah. Wanita dengan IMS tidak menunjukkan gejala apapun sehingga cenderung tidak akan mengobati infeksinya karena tidak ada gejala penyakitnya seperti pada gejala keputihan yang sering muncul pada wanita yang merupakan hal biasa, jika tidak ditanggulangi dengan cepat akan memicu terjadinya servicitis atau peradangan Universitas Sumatera Utara panggul. Biasanya WUS beresiko baru akan mengunjungi klinik atau memeriksa jika kondisinya sudah tidak baik dan pengobatan tradisional tidak berhasil. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Hasil penelitian terhadap 63 responden yang menjadi sampel penelitian dari jumlah keseluruhan 120 orang terhadap hubungan pelayanan klinik IMS dengan upaya pencegahan dan penanggulangan IMS pada WUS beresiko di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013 diperoleh bahwa: 1. Layanan Komunikasi, informasi dan edukasi yang diberikan belum sepenuhnya memberikan pemahaman baik tentang IMS, sikap petugas yang juga masih Universitas Sumatera Utara kurang siap dalam memberikan pelayanan serta kesadaranminat masyarakat yang belum sepenuhnya sadar akan pentingnya melakukan pemeriksaan IMS secara berkala menyebabkan masalah IMS masih tinggi sehingga pelayanan klinik IMS terhadap upaya Pencegahan dan penanggulangan IMS di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh masih kurang baik. 2. Variabel yang paling besar pengaruhnya untuk menjadikan WUS yang beresiko memanfaatkan pelayanan klinik IMS adalah kesadaran minat masyarakat. Hal ini didukung oleh kebiasaan masyarakat yang lebih cenderung melakukan pengobatan sendiri atau secara tradisional dalam mengobati IMS dan baru akan kepusat pelayanan kesehatan jika penyakitnya sudah parah, adanya perasaan malu serta takut jika diketahui orang kalau mengalami IMS. 3. Nilai probabilitas individu setiap WUS beresiko jika ke 3 variabel independen Layanan KIE, Sikap petugas kesehatan dan kesadaranminat masyarakat baik kemungkinan untuk memanfaatkan pelayanan klinik IMS baik sebesar 78,7 sebaliknya jika layanan KIE, Sikap petugas dan kesadaranminat masyarakat kurang baik kemungkinan untuk memanfaatkan pelayanan klinik IMS kurang baik sebesar 40,2.

6.2 Saran

1. Kepada Puskesmas untuk lebih mengaktif kegiatan KIE konseling, informasi dan Edukasi dengan melakukan pendekatan pada kelompok beresiko melalui kegiatan penyuluhan, arisan ibu-ibu sehingga dapat memberikan pemahaman 95 Universitas Sumatera Utara yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan IMS. 2. Kepada Wanita Usia Subur yang beresiko agar lebih meningkatkan kesadaran minatnya dalam mencari informasi dan pengobatan sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan IMS. 3. Perlu penelitian lebih lanjut tentang Pencegahan dan penanggulangan IMS di daerah Penelitian dengan variabel yang lebih lengkap dan metoda yang berbeda sehingga dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat lebih luas Sehingga dapat menurunkan angka kejadian kasus IMS. DAFTAR PUSTAKA Aide Medicale International-NAD, 2006, Pembawa Pesan Kesehatan, kerjasama WHO, BRR, Handicap International, IBI, IRC, UNFP Aulia, M., Mabrurah, R., 2011, Angka Kejadian Penyakit Menular seksual Di Poliklinik Kulit Kelamin RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2008-2011, Bagian Ilmu Kesmas FK Unsyiah RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Azmi, N.A, 2008, Analisis Faktor-faktor Penyebab Niat WPS yang Menderita IMS berperilaku Seks Aman safe sex dalam Melayani Pelanggan. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 3 No. 2 Agustus 2008 BKKBN, Depkes RI, USAID, 2012, Infeksi Menular SeksualIMS sebagai masalah kesehatan masyarakat, dalam http:archive.k4health.orgtoolkitsIndonesiaInfeksi menular seksual. Akses tanggal 19 Desember 2012 Universitas Sumatera Utara Church World Service CWS, 2009, pelatihan pelatih sebaya untuk HIVAIDS dan kesehatan reproduksi bagi siswa SMA di Aceh, dalam http:www.cwsindonesia.or.idnews78 . akses tanggal 29 januari 2013 Depkes RI, 2007, Modul Pelatihan Konsling dan Test Sukarela HIV, Jakarta Depkes RI, Depsos, BKKBN, 2005, Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia, Jakarta Depkes RI, USAID Family Health International, 2007, Standar Operasional Prosedur SOP klinik IMS, Jakarta Dirjen PPM PLP Depkes RI, 2003, Petunjuk Untuk Pengawas Kesehatan, Depkes RI, Jakarta Dirjen PP PL, 2012, Pedoman Layanan Konprehensif IMS HIV-AIDS, Jakarta Ditjen PP PL Kemenkes RI, 2013, laporan tentang HIVAIDS, dalam yayasan Spiritia diakses tanggal 7 April 2013 Fitriana, N.A, 2012, Penggunaan Kondom Vaginal Higiene sebagai faktor resiko kejadian infeksi menular seksual pada wanita pekerja seks di lokasi Batu 24 Kab. Bintan, Jurnal Kesmas vol.1 no. 2 tahun 2012, hal 357-363, FKM Undip Hesti, R.B., 2008, Persepsi kelompok resiko tinggi Tertular HIVAIDS tentang Klinik IMS dan Voluntary Counseling Testing VCT di Puskesmas Padang Bulan Medan tahun 2008. Dalam repositori.usu.ac.idbitstream12345678914626109E00644.pdf.akses tanggal 21 februari 2013 KPA Nasional, 2005, Paradigma Baru dalam upaya penanggulangan AIDS di Indonesia KPA Nasional, 2007, Strategi Penanggulangan HIVAIDS tahun 2007-2010, Jakarta Komisi Penanggulangan Aids, Family Health International, 2009, Kebijakan dalam Penanggulangan IMS, HIV dan AIDS A-1 Jakarta Laporan Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, 2012 Laporan Bulanan Infeksi Menular seksual IMS, Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh tahun 2012 97 Universitas Sumatera Utara Lelyana, L, 2006, Manajemen Resiko Penularan Penyakit HIVAIDS di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Tesis , UGM, Yogyakarta Liana, L, 2007, Hubungan persepsi Pelayanan klinik, Upaya Pencegahan, Pengobatan Sendiri dan riwayat IMS dengan Kepatuhan Pemeriksaan Skrining IMS pada WPS Studi di Resosialisasi Argorejo Semarang tahun 2007. Skripsi Machfoedz, I, 2010, Kuesioner dan Panduan Wawancara, penerbit Fitramaya, Jakarta Mardin, Purba, 2009, Pengaruh Karakteristik Motivasi Pasien Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Klinik IMS di PKM Kabanjahe Karo tahun 2009. Tesis Notoatmodjo, S., 2002, Konsep Perilaku Kesehatan, Interaksi bulan Mei, Jakarta ___________,__, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, penerbit Rineka Cipta, Jakarta Nursalam, 2008, Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Penerbit Salemba Medika, Jakarta Ridha, M, 2008, Efektifitas Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Kabupaten Polman Sulawesi Barat, Universitas Muhammadyah- Makasar. Skripsi Riduwan, 2007, Skala Pengukuran Variabel- variabel Penelitian, penerbit ALFABETA, Jawa Barat Safitrah, M.A, 2012., Efektifitas Pelayanan Publik di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang, Universitas Hasanuddin Makasar, Skripsi Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R D, Penerbit Alfabeta, Bandung. Sumarlan, 2008, Niat Wanita Pekerja Seks Gajah kumpul terhadap Pemanfaatan klinik IMS di Puskesmas Batagan Kabupaten Pati Jawa Tengah. Program Studi Magister Promosi Kesehatan Pasca Sarjana Universitas Dipenogoro, Semarang. Tesis United Nations High Commisioner of Refugee, 2010, Buku Pedoman Lapangan Antar-Lembaga Kesehatan Reproduksi dalam situasi darurat. Universitas Sumatera Utara Yulifah, R., Johan, T.A.Y., 2009, Asuhan Kebidanan Komunitas, Penerbit Salemba Medika, Jakarta Whalley Wong’s, 1999, tahap perkembangan manusia menurut umur, dalam www.library.upnvj.ac.idpdf2skeperawatan205312044bab.2.pdf . akses tanggal 26 Februari 2013 Universitas Sumatera Utara PERNYATAAN Kode Responden : Umur responden : Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini dengan judul Hubungan Pelayanan Klinik IMS dengan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur Beresiko Di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh, dan dengan ini saya akan memberikan informasi yang dibutuhkan demi kelancaran daripada penelitian ini. Responden 100 Universitas Sumatera Utara KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Umur responden : 2. Pendidikan : 3. Pekerjaan : 4. Status perkawinan : KUESIONER 1. PELAYANAN KIE Petunjuk: 1. Jawablah semua pernyataan dengan cara memberi tanda cheklist V pada kolom jawaban yang paling sesuai dengan pendapat dan keadaan anda 2. Jawaban terdiri dari 5 alternatif yaitu: a. Sangat Puas SP b. Puas P c. Tidak Puas TP d. Sangat Tidak Puas STP No. Pernyataan SP P TP STP 4 3 2 1 1. Dengan adanya klinik IMS di puskesmas ini, saya dapat mengetahui gejala penyakit IMS sehingga dapat melakukan pencegahan dan pengobatannya

2. Saat memeriksakan diri ke klinik IMS, saya

mendapatkan pelayanan klinik IMS yang baik 3. Memeriksakan diri diklinik IMS dapat memperoleh informasi tentang pencegahan dan pengobatannya

4. Memeriksakan diri diklinik IMS dapat memicu saya

dalam mengantisipasi setiap tanda dan gejala dari IMS 5. Konseling dan pengobatan yang diberikan di klinik IMS sesuai dengan masalah yang dihadapi dan tepat

6. Pelayanan konsling yang diberikan di klinik IMS

dapat memberikan rasa aman dan nyaman 7. Petugas selalu memberikan dukungan moril untuk pencegahan dan pengobatan penyakit yang saya alami

8. Saya memeriksakan diri jika didorong oleh petugas,

teman dan orang-orang terdekat

9. Saya tertarik jika dijelaskan tentang pencegahan dan

101 Universitas Sumatera Utara penanggulangan IMS 10 Mendapatkan informasi yang jelas tentang pencegahan IMS dapat membantu kita dalam upaya penanggulangan penyakit tersebut

11. Dalam memberikan informasi tentang IMS sangat

diperlukan waktu yang cukup sehingga pasien mudah memahami

12. Kenyamanan dan kerahasian dari petugas konsling

terhadap kondisi kesehatan pasien sangat diperlukan

13. Kejelasan terhadap informasi yang diberikan sangat

diperlukan oleh pasien

14. Saya senang petugas dapat menjelaskan dengan jujur

dan terbuka terhadap penyakit saya 15. Petugas selalu membantu dalam memecahkan masalah yang saya hadapi pada saat memberikan konseling KUESIONER 2. PROMOSI PENGGUNAAN KONDOM Petunjuk : 1. Jawablah semua pertanyaan dengan cara memberi tanda chelist v pada kolom jawaban yang paling sesuai dengan pendapat dan keadaan anda. 2. Jawaban terdiri dari 2 alternatif meliputi: a. Sangat setuju SS b. Setuju S c. Tidak setuju TS d. Sangat tidak setuju STS No. Pernyataan SS S TS STS 4 3 2 1

1. Kondom adalah alat pelindung dalam hubungan seks

Dokumen yang terkait

Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Infeksi Menular Seksual Di SMA Negeri 7 Medan

10 83 63

Pengetahuan Pasangan Suami Istri Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) Di Lingkungan IV Kelurahan Denai Kecamatan Medan Denai Tahun 2008

0 35 42

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONDOM PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL (WPS) UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI KLINIK MENTARI PUSKESMAS PANJANG BANDAR LAMPUNG

3 19 73

Efektifitas Pelayanan Klinik Infeksi Menular Seksual Terhadap Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan IMS Pada Wanita Usia Subur Beresiko Di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

0 0 2

Efektifitas Pelayanan Klinik Infeksi Menular Seksual Terhadap Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan IMS Pada Wanita Usia Subur Beresiko Di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

0 0 8

Efektifitas Pelayanan Klinik Infeksi Menular Seksual Terhadap Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan IMS Pada Wanita Usia Subur Beresiko Di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

0 1 37

Efektifitas Pelayanan Klinik Infeksi Menular Seksual Terhadap Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan IMS Pada Wanita Usia Subur Beresiko Di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

0 2 3

Hubungan Pelayanan Klinik Infeksi Menular Seksual dengan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur Beresiko di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

0 0 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelayanan - Hubungan Pelayanan Klinik Infeksi Menular Seksual dengan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur Beresiko di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

0 0 21

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Pelayanan Klinik Infeksi Menular Seksual dengan Upaya Pencegahan dan Penanggulangan IMS pada Wanita Usia Subur Beresiko di Puskesmas Kuta Alam Banda Aceh Tahun 2013

0 0 10