Gambar 2.1 Penelitian yang Relavan Gusti Nono Haryono
“Studi Evaluasi Program Pendidikan Inklusif bagi
ABK di Sekolah Dasar Kabupaten Pontianak”
Lilik Maftuhatin “Evaluasi Pembelajaran
Anak Berkebutuhan Khusus ABK di kelas
Inklusif
”
Paramita Isabella, Emosda, Suratno
“Evaluasi Penyelanggaraan
Pendidikan Inklusi Bagi Peserta Didik
Berkebutuhan Khusus di SDN 13IV Kota Jambi”
Perlunya efektifitas program evaluasi belajar
pada pendidikan inklusi.
Pentingnya sistem perencanaan evaluasi
pembelajaran, bentuk evaluasi, bentuk
pelaporan yang telah dilakukan di kelas
inklusif. Pentingnya evaluasi
dalam pendidikan inklusi di sekolah bagi siswa
berkebutuhan khusus di sekolah dasar.
Laurentius Beny Widya Ardika
“Evaluasi Belajar Yang Digunakan
Guru Di Sekolah Dasar Inklusi se-
Kabupaten Sleman”
2.3 Kerangka Berpikir
Pendidikan inklusi adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak berkebutuhan khusus yang memiliki
kelainan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan anak
berkebutuhan tetapi tidak secara khusus. Dalam pendidikan inklusi, guru memiliki tanggung jawab terhadap anak berkebutuhan khusus dalam
mengembangkan kemampuan atau potensi yang mereka miliki. Kecerdasan merupakan potensi yang dimiliki seseorang dapat dikembangkan salah
satunya melalui proses belajar. Selain guru memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan
kemampuan atau potensi, guru juga bertanggung jawab terhadap proses pelaksanaan pembelajaran di kelas. Dengan demikian guru harus memiliki
kemampuan dalam menghadapi banyaknya perbedaan peserta didik dan mengetahui evaluasi belajar yang digunakan.
Guru dalam melakukan evaluasi belajar harus memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan anak
berkebutuhan khusus dengan anak tidak berkebutuhan khusus, karena anak berkebutuhan khusus memiliki tingkat kemampuan yang lebih rendah
dibandingkan dengan anak tidak berkebutuhan khusus pada umumnya. Evaluasi belajar dalam pendidikan inklusi terdapat dua aspek yaitu
aspek tes dan non tes. Aspek tes memiliki beberapa indikator yang diantaranya melakukan asesmen awal dan akhir, melakukan penilaian hasil
belajar sesuai dengan kemampuan anak berkebutuhan khusus, melakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
penilaian kognitif, dan melakukan penilaian secara berkelanjutan. Aspek non tes yaitu melakukan asesmen awal, tengah dan akhir, melakukan penilaian
afektif, melakukan penilaian psikomotorik, menyesuaikan instrumen penilaian hasil belajar. Guru dalam melakukan evaluasi belajar masih terdapat
banyak kekurangan atau masih kurang memperhatikan beberapa indikator pada penilaian di Sekolah Dasar inklusi. Oleh karena itu, peneliti ingin
melakukan survey kepada guru di sekolah dasar inklusi untuk mengetahui kesesuaian dalam evaluasi belajar. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti
mengambil judul “Evaluasi Belajar Yang Digunakan Guru Di Sekolah Dasar Inklusi Se-Kabupaten Sleman.
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis dalam penelitian ini adalah evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten
Sleman meliputi tes yaitu melakukan asesmen awal dan akhir, melakukan penilaian hasil belajar sesuai dengan kemampuan ABK, melakukan penilaian
kognitif, melakukan penilaian secara berkelanjutan, dan non tes yaitu melakukan asesmen awal, tengah, dan akhir, melakukan penilaian afektif,
melakukan penilaian psikomotorik, serta menyesuaikan instrumen penilaian hasil belajar.
32
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian. Pembahasan dalam metode ini meliputi jenis penelitian, waktu dan
tempat penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik pengujian instrumen, dan
teknik analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survey. Mahdi 2014:104 mengungkapkan bahwa penelitian
kuantitatif merupakan penelitian yang berorientasi pada data-data empiris berupa angka atau suatu fakta yang bisa dihitung. Senada dengan Mahdi,
Suharsaputra 2014:49 menjelaskan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan angka-angka yang dijumlahkan sebagai data
yang kemudian dianalisis. Penelitian survei adalah metode penelitian yang memperoleh
informasi dari sekumpulan orang yang diperoleh melalui beberapa pertanyaan Kountour, 2003. Sukmadinata 2010:82 mengemukakan survei digunakan
untuk memperoleh gambaran umum tentang karakteristik polulasi. Penelitian
survei dapat digunakan untuk mengumpulkan data berkenaan dengan sikap, nilai, kepercayaan, pendapat, perilaku, kebiasaan, dan lain-lain. Sedangkan
penelitian dekriptif adalah suatu bentuk penelitian untuk mendekripsikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
fenomena-fenomena kegiatan
pendidikan, pembelajaran,
evaluasi pembelajaran, implementasi kurikulum pada berbagai jenis, jenjang dan
satuan pendidikan Sukmadinata, 2011: 72. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bentuk evaluasi yang digunakan guru di sekolah dasar
inklusi se-Kabupaten Sleman.
3.2 Tempat dan Waktu
3.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di beberapa SD inklusi se-Kabupaten
Sleman. Pemilihan tempat di SD Inklusi se-Kabupaten Sleman berdasarkan wawancara pra-survei dengan beberapa guru di SD Inklusi di Kabupaten
Sleman yang mengatakan bahwa ada perbedaan penilaian pada evaluasi belajar untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus dengan siswa normal.
Berdasarkan hasil wawancara pra-survei yang dilakukan oleh peneliti, peneliti memutuskan untuk memilih Kabupaten Sleman sebagai sampel
penelitian. Penelitian dilakukan di seluruh Sekola Inklusi se-Kabupaten Sleman dengan jumlah 10 Sekolah Dasar. Pemilihan sekolah dasar ini juga
khusus sekolah inklusi yang menerapkan mendapatkan SK inklusi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman.
3.2.2 Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 sampai dengan
bulan Agustus 2016. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah peneliti menentukan judul skripsi yang dilakukan awal
bulan Agustus 2015, kemudian penyusunan proposal pada bulan September PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI