Bentuk Evaluasi Belajar Evaluasi Belajar

digunakan untuk memecahkan masalah dan mempunyai dua aspek penting yaitu kemampuan belajar dari pengalaman dan beradaptasi terhadap lingkungan . Kecerdasan pada hakikatnya merupakan suatu kemampuan dasar yang bersifat umum untuk memperoleh suatu kecakapan yang mengandung berbagai komponen. Ada 9 kecerdasan yang patut diperhitungkan secara sungguh-sungguh sebagai cara berpikir yang penting, 9 kecerdasan itu adalah Intelegensi Lingustik, Intelegensi Matematis-Logis, Intelegensi Ruang-Visual, Kinestetis-Badani, Intelegensi Musikal, Intelegensi Interpersonal, Intelegensi Intrapersonal, Intelegensi Lingkungan, Intelegensi Ekstensial Sukardi, 2009: 15. Berdasarkan pengertian di atas, setiap orang atau siswa memiliki kecerdasan yang harus dikembangkan sebab setiap orang atau siswa tidak hanya memiliki satu kecerdasan saja tetapi memiliki beberapa jenis kecerdasan yang lain. 2.1.5.1 Siswa ABK Memiliki Kecerdasan Ganda: Mita Mita adalah seorang anak yang mengalami kekurangan pada pendengaran tunarungu tetapi memiliki kelebihan pada berbagai bidang. Seorang anak tunarungu yang mencapai sukses dalam kehidupannya. Mita lahir tanggal 3 Maret 1988 di Padang Sidempuan Sumatra Barat. Anak keempat dari enam bersaudara pasangan Ali Panangaran Harahap dan Masniari Siregar. Mita adalah salah satu dari empat anak yang tunarungu sejak lahir. Dua saudara Mita yang lain normal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Kendati Mita mengalami tunarungu ia juga memiliki kecerdasan ganda diantaranya ruang-visual, kinestik badani, interpersonal, dan musikal. Sejak lahir Mita sudah menyandang tunarungu, tidak menghalangi Mita untuk berprestasi di sekolah normal. Mita berhasil lulus di SDN Kertajaya 10 dan SMPN 6 Surabaya yang saat itu termasuk sekolah favorit dengan nilai memuaskan. Ia melanjutkan di SMU 1 Serang dengan nilai yang tak kalah bagusnya dengan saat duduk di SMP dan SD. Waktu Mita di SMA, Mita mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler seperti tenis dan marching band. Bahkan, ketika itu Mita terpilih sebagai mayoret terbaik di Kota Serang. Mita saat SMA memiliki intelegensi kinestetik-badani dan musikal. Kemampuan intelegensi kinestik-badani Mita miliki saat mengikuti ekstrakurikuler tenis, jadi Mita menjadi aktif bergerak, mengkaitkan pikiran dan tubuh saat akan memukul bola. Mita yang mengalami tunarungu dapat menjadi mayoret terbaik, ini karena Mita memiliki kemampuan intelegensi musikal. Biarpun Mita mengalami tunarungu, ia mampu menjadi dirigen saat marching band. Ini karena Mita memiliki kepekaan terhadap suara dan musik, tahu struktur musik dengan baik, dan peka dengan intonasi. Lulus SMA Mita ikut ujian UMPTN dengan target UI atau ITB. Namun, karena usahanya belum berhasil, akhirnya ia memutuskan untuk kuliah di Universitas Mercubuana. Mita mengambil jurusan teknik arsitektur. Mita berhasil lulus dari Universitas Mercubuana dalam waktu 4,5 tahun dengan predikat memuaskan. Sungguh prestasi yang membanggakan mengingat Mita adalah penyandang tunarungu, prestasi yang dimiliki Mita ini karena memiliki kemampuan intelegensi ruang-visual. Biarpun Mita tunarungu ia dapat mengenal relasi benda-benda dalam ruang dengan tepat, punya persepsi yang tepat dari berbagai sudut, menggambar, dan peka terhadap warna, garis dan bentuk Setelah meraih S2, Mita kembali ke Universitas Mercubuana. Pada tahun 2000 Mita mendirikan sebuah yayasan dan kemudian ia sendiri menjadi Ketua Yayasan Sehat Jiwa dan Raga atau disingkat SEHJIRA. Yayasan SEHJIRA yang didirikan Mita menunjukkan ia juga mempunyai kemampuan intelegensi interpersonal sehingga ia mampu mudah kerja sama dengan teman, mudah mengenal dan membedakan perasaan dan pribadi teman, berkomunikasi verbal dan non verbal, serta memiiki rasa empati. Dari cerita Mita dapat kita simpulkan bahwa kemampuan atau kecerdasan ganda yang Mita miliki yaitu ruang-visual, kinestik badani, interpersonal, dan musikal tidak jauh dari pengaruh ibunya yang selalu mendampingi dan mengamati perkembangan Mita dari sejak kecil dan guru Mita di sekolah. Ibu Mita selalu memberi dorongan dan semangat kepada Mita untuk tidak putus asa pada keadaaan. Ibu Mita selalu membantu dan mengamati perkembangan Mita di rumah. Jika Mita merasa kesulitan dalam suatu hal di rumah, ibu selalu membantu Mita. Waktu di sekolah gurulah yang mengamati perkembangan Mita agar Mita dapat