Pemetaan Evaluasi Belajar Hasil Penelitian .1 Deskripsi Hasil Penelitian
dengan non tes, guru dapat melakukan pengamatan sebelum, saat, dan sesudah pelajaran sebagai asesmen awal, tengah, dan akhir. Hasil dari
pengamatan dapat digunakan dalam rubrik penilaian afektif dan psikomotorik.
Rubrik penilaian afektif misalnya ada pernyataan yang mengarah pada perilaku yang menunjukan adanya perkembangan siswa dalam hal
ketekunan, kedisiplinan, kesabaran, kerja keras, minat dan sebagainya. Contoh rubrik perkembangan afeksi untuk siswa slow learner adalah
siswa tekun mengerjakan tugas atau soal sesuai perpanjangan waktu yang telah diberikan oleh guru dan untuk contoh perkembangan afeksi
bagi anak siswa yang tidak berkebutuhan khusus adalah siswa sabar menunggui temannya yang berkebutuhan secara khusus untuk
menyelesaikan tugas atau soal yang diberikan oleh guru. Pemberian contoh rubrik perkembangan afektif dan psikomotorik ini karena di
sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Sleman paling banyak adalah siswa yang mengalami slow learner.
Rubrik penilaian psikomotorik misalnya ada pernyataan yang memandu
guru untuk
mengetahui kemampuan
siswa dalam
mendengarkan perintah guru, mempresentasikan tugas, kesediaan membantu teman dan sebagainya. Rubrik penilaian disesuaikan dengan
instrumen penilaian hasil belajar. Contoh rubrik penilaian psikomotorik untuk siswa slow learner adalah siswa dapat mendengarkan perintah
dari guru dengan baik untuk mengerjakan tugas atau soal dan untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
siswa yang tidak berkebutuhan secara khusus rubrik penilaian psikomotoriknya adalah siswa bersedia membantu temannya yang
berkebutuhan khusus untuk menyelesaikan tugasnya. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengadakan lokakarya bagi guru
tentang pentingnya mengetahui dan menguasai evaluasi belajar yang digunakan di sekolah dasar inklusi, khususnya evaluasi belajar dengan
aspek tes dan non tes yang menjadi ciri khas dalam evaluasi belajar di sekolah inklusi. Guru dalam penggunaan evaluasi belajar perlu
memahami dan mengetahui tingkat kemampuan siswa. Guru juga perlu memahami kecerdasan ganda agar dapat memadukan evaluasi belajar
dengan kecerdasan ganda siswa secara maksimal di sekolah inklusi sehingga guru dapat membantu siswa untuk mengembangkan
potensikemampuan yang dimiliki siswa tersebut. Dari uraian di atas maka kesimpulan hasil penelitian tentang
evaluasi belajar yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se- Kabupaten Sleman yaitu:
1. Guru sekolah dasar inklusi perlu menguasai evaluasi belajar dengan
aspek tes dan non tes agar dapat membantu siswa berkebutuhan khusus untuk mengembangkan potensinya.
2. Guru perlu mengembangkan kemampuan mengevaluasi hasil belajar
siswa agar dapat menerapkan evaluasi belajar yang sesuai dengan karakteristik siswa berkebutuhan khusus.
3. Guru perlu mengaitkan evaluasi belajar dengan kecerdasan ganda,
sebab kecerdasan ganda yang dimiliki masing-masing siswa berbeda. Memadukan kecerdasan ganda yang dimiliki siswa dengan
evaluasi belajar yang digunakan dapat membantu siswa untuk menggali potensi yang dimiliki.
4. Guru mampu mengembangkan kecerdasan ganda yang dimiliki
masing-masing siswa agar siswa berkebutuhan khusus mendapatkan kesempatan untuk menjadi sukses terlepas dari kekurangan yang
dimiliki. 5.
Orangtua tidak perlu merasa berkecil hati ketika memiliki anak dengan kebutuhan khusus, sebab apabila dibimbing dengan evaluasi
belajar yang sesuai, maka anak berkebutuhan khusus mampu menyamakan dirinya dengan anak yang tidak berkebutuhan secara
khusus. 6.
Orangtua sebaiknya dengan sadar dan mengetahui bahwa setiap anak berkebutuhan khusus dan anak yang tidak berkebutuhan secara
khusus mendapatkan porsi pendidikan yang sesuai dengan potensikemampuan yang dimiliki.