Sistematika Penulisan Sejarah Video Siaran Penyejuk Imani Katolik PIK Indosiar

10

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah: Bab I: Pada bab ini penulis memaparkan pendahuluan yang berisikan: latar belakang penulisan skripsi, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II: Bab ini membahas kajian teori mengenai video siaran Penyejuk imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta. Bab III: Bab ini membahas kemungkinan penggunaan video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta. Bab IV: Bab ini membahas pelaksanaan, evaluasi dan penelitian progam katekese umat tentang pemanfaatan video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di Lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta. Bab V: Bab ini merupakan bab terakhir dari seluruh pembahasan yang berisikan kesimpulan dan saran. BAB II VIDEO SIARAN PENYEJUK IMANI KATOLIK INDOSIAR SEBAGAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM KATEKESE UMAT Kajian pustaka yang dipaparkan oleh penulis di dalam bab II ini membahas teori yang berkaitan dengan video siaran Penyejuk Imani Katolik Indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat. Tulisan dalam bab ini terdiri dari enam aspek yaitu: Pengertian Media Audio-Visual, Sejarah Video Siaran Penyejuk Imani Katolik PIK Indosiar, Komunikasi Media Televisi, Komunikasi dalam Pewartaan Iman, Komunikasi Iman dalam Katekese Umat, dan Media Audio-Visual dalam Berkatekese.

A. Pengertian Media Audio-Visual

1. Media

Media adalah sarana yang digunakan untuk menyebarkan informasi kepada khalayak umum. Media digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara maksimal. Media yang dikaitkan dengan proses komunikasi mengarah kepada media massa populer yang banyak dijumpai saat ini seperti radio dan televisi. Muncul sebuah keyakinan intuitif bahwa media massa dapat membentuk opini publik, memengaruhi tingkah-laku dan menentukan sistem politik. Selain itu banyak opini publik mengatakan bahwa media membawa banyak informasi yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12 mengakibatkan semakin baik kesejahteraan sosial masyarakat Badmomolin, 2003:47. Efek langsung media massa pada perubahan tingkah laku tidaklah sebesar yang dibayangkan. Kenyataan adanya korelasi antara sumber-penerima informasi bertolak dari asumsi bahwa sang sumber yang berinisiatif memulai komunikasi, namun efektivitas komunikasi ini bergantung pada derajat penerimaan sang penerima informasi itu sendiri Badmomolin, 2003:49. Media dianggap mampu berpengaruh terhadap perkembangan demokrasi, revolusi industri dan teknologi. Setiap orang memiliki hak suara untuk ikut terlibat berbicara mengenai berbagai hal seperti jalannya pemerintahan dalam suatu negara, maupun ikut berpendapat mengenai urusan-urusan publik. Revolusi teknologi mampu menantang efisiensi media cetak bagi kebutuhan manusia zaman ini sehingga memunculkan aneka media baru seperti film, radio, dan televisi. Energi listrik dan transportasi menjadi dasar munculnya perkembangan radio, film, dan televisi Rivers, 2003:51. Media Elektronik seperti film, radio, dan televisi memiliki latar belakang sejarah yang berbeda dengan media cetak. Teknologi menjadi sifat dasar dari media elektronik Rivers, 2003:62.

2. Alasan Penggunaan Media

Muncul pertanyaan mengenai alasan mengapa manusia memberikan perhatian terhadap media. Selain itu banyak orang telah tergantung terhadap media sehingga sulit untuk menghindarinya. Media semakin dianggap penting PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 untuk digunakan ketika berhubungan dengan kebutuhan atau keinginan-keinginan khalayaknya. Usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosio-ekonomi, dan sebagainya memengaruhi cara orang menggunakan media dan alasan penggunaan media. Banyak faktor lain yang mampu memengaruhi seseorang untuk menggunakan media dan mengambil manfaat dari media di antaranya sikap individual, aspirasi, harapan, ketakutan, dan sebagainya Rivers, 2003:313.

3. Budaya Media

Budaya merupakan pengetahuan, pengalaman-pengalaman, kepercayaan- kepercayaan, nilai-nilai, perilaku-perilaku, makna-makna, hirarki, agama, waktu dan berbagai obyek material serta segala sesuatu yang diperoleh sekelompok orang dari generasi-generasi baik secara individual maupun kelompok. Konsep tentang budaya adalah hasil dari suatu proses produksi intelektual atau artistik. Konsep tersebut mengarah kepada estetika seperti mengandaikan bahwa hanya sedikit saja atau sekelompok orang di dunia ini yang “berbudaya” dalam arti mempunyai budaya dalam suatu bentuk konkrit Batmomolin, 2003:27. Konsep tentang budaya mengacu pada kualitas yang dimiliki oleh semua orang di dalam semua kelompok sosial. Budaya berkembang secara evolusioner mulai dari tahap kebuasan savagery melewati tahap kebiadaban barbarism sampai akhir mencapai tahap peradaban civilization dan mengarah pada kesimpulan bahwa semua kelompok manusia mempunyai budayanya sendiri. Budaya dihasilkan dari partisipasi anggota kelompok terhadap kelompok sosialnya. Budaya merupakan hasil perpaduan berbagai hal yang menyangkut PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, kebiasaan, dan segala bentuk kepandaian atau ketrampilan yang diperoleh seseorang dari anggotanya dalam kelompok sosial tertentu Badmomolin, 2003:26-28. Tiap kelompok masyarakat memiliki budayanya sendiri, meskipun sekecil apa pun dan sesederhana apa pun. Setiap manusia merupakan makhluk yang berbudaya, bukan sekedar memiliki budaya melainkan ikut ambil bagian dalam suatu budaya Badmomolin, 2003:30. Melihat sejarah tentang kehidupan manusia, kita dapat mengamati adanya revolusi komunikasi yang mengubah kualitas hidup dan membawa perubahan sosial di dunia. Budaya media tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan dihasilkan melalui proses perkembangan yang panjang. Perkembangan yang dimaksud mengarah kepada kemajuan di bidang teknologi khususnya teknologi komunikasi dan informasi yang mengarah secara langsung dengan berpengaruh pada pemahaman tentang komunikasi, hakikat, fungsi, dan tujuannya Badmomolin, 2003:31. Budaya media merupakan perpaduan yang memesona antara gambar image dan suara sound yang dikemas sedemikian rupa, sehingga mampu menciptakan hal-hal yang serba spektakuler dari keseharian manusia. Media yang menjadi contoh konkrit yaitu televisi. Televisi menciptakan budaya yang mendominasi waktu-waktu senggang di antara pekerjaan rutin sehari-hari. Budaya media yang terbentuk memengaruhi pandangan-pandangan politik dan perilaku sosial penikmatnya Badmomolin, 2003:39. 15

4. Audio-Visual

Perkembangan teknologi dalam sejarah kebudayaan manusia menghasilkan penemuan di antaranya roda, abjad, percetakan, dan mesin uap mampu merubah sistem komunikasi manusia. Peradaban manusia mulai dipengaruhi oleh penemuan serta membentuk manusia dalam proses kehidupanya. Mulai terjadi peradaban audio-visual sejak ditemukannya listrik. Dalam peradaban ini manusia tidak hanya dibentuk melalui huruf melainkan menembus gambar dan suara. Manusia zaman sekarang menjadi berubah dalam konteks manusia zaman sebelum peradaban audio-visual. Manusia zaman audio-visual telah diperkaya dengan suara dan musik karena pengaruh gagasan-gagasan yang terbawa dalam penemuan listrik. Dapat dikatakan bahwa manusia zaman audio-visual merupakan perpanjangan dari diri manusia yang menyangkut tubuh, sistem urat syaraf, dan perasaan yang membawa perubahan terhadap sikap manusia Ernestine Adisusanto, FX., 2001:2.

5. Kemungkinan dan Keterbatasan Audio-Visual

Situasi yang terjadi mulai abad ke-20 abad modern sama sekali berbeda dengan situasi yang terjadi pada zaman lampau. Pada zaman lampau orang Kristiani memiliki keterikatan terhadap kata-kata, rumusan-rumusan yang seragam dan teliti, namun pada zaman sekarang mulai abad ke-20 hal semacam ini tidak memiliki arti lagi. Rumusan yang seragam dan logis justru membuat orang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 kristiani berpikir dengan kaku, analistis dan logis sedangkan sekarang yang dibutuhkan justru menuntut iman yang hidup, intim, dan pribadi. Tuntutan kebutuhan membuat bahasa audio-visual bermanfaat untuk memberikan kesempatan menyampaikan kata-kata yang teliti serta pengalaman yang menyeluruh. Bahasa yang diungkapkan oleh media audio-visual tidak sama dengan bahasa yang diungkapkan oleh media cetak, bahkan dengan bahasa lisan yang bermaksud menyampaikan inti pokok pembicaraan. Media audio-visual tidak menggunakan bahasa doktrin atau ide-ide, melainkan merangsang perasaan seorang pribadi. Buku yang berjudul Katekese Audio-Visual Seri PUSKAT 378 Ernestine Adisusanto, FX., 2001:6 mengungkapkan bahwa: Suara yang disampaikan melalui mike dan amplifier yang baik akan dapat mengungkapkan nafas dan isi hati pemilik suara. Hal ini membuat penyanyi dapat memesonakan orang banyak melalui suaranya. Tidak hanya suara, tetapi gambar-gambar pun juga dapat mengungkapkan perasaan, isi hati, bahkan seluruh pribadi si pembuat, entah pelukis, juru kamera, atau sutradara film. Jika demikian tidak mengherankan bahwa ada orang yang melihat film bukan untuk menikmati ceritera atau isi film tersebut, tetapi untuk memahami atau menyelami pribadi sutradara film tersebut. Pendek kata: melalui bahasa audio-visual kita tidak mau mengungkapkan suatu ide, tetapi mau menyampaikan pengalaman pribadi kepada orang lain. Bahasa audio-visual memiliki keterbatasan dan risiko. Kreativitas, partisipasi, afektivitas, dan kesadaran kritis dituntut dalam bahasa audio-visual. Unsur subyektivitas menjadi peranan yang pokok, unsur subyektivitas mengandung resiko tidak adanya kejelasan, ketelitian, struktur, dan sintese. Meskipun resiko semacam ini selalu terjadi, bahasa audio-visual tidak berhenti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 pada gambar atau suara saja sehinga dalam bahasa audio-visual kita juga dapat menjumpai pengetahuan meski tidak seteliti atau selengkap di dalam buku. Sementara itu unsur berpikir juga tidak hilang dalam bahasa audio-visual. Buku yang berjudul Katekese Audio-Visual Seri PUSKAT 378 Ernestine Adisusanto, FX., 2001:7 menjelaskan bahwa: Bahkan ada orang yang mengatakan bahwa sebuah film atau sound-slides lebih banyak membuat dia berpikir daripada kotbah atau buku-buku. Hal ini menimbulkan pertanyaan pada diri kami: apakah pada dewasa ini tidak sedang menghilang cara berpikir, yang menekankan gagasan- gagasan terlalu teliti, kata-kata seragam dan logika yang kaku?

6. Media Siaran

Televisi memiliki hubungan terhadap fungsi sosial yang merujuk pada kehidupan sehari-hari, untuk memberikan hiburan terhadap diri sendiri, melepas kebosanan, kontak sosial, dan sebagainya. Dalam buku Media Massa Masyarakat Modern Rivers, 2003:315 dilaporkan sebuah penelitian mengenai apa yang sebenarnya dinikmati oleh para pemirsa dan pendengar film-film serial dan opera sabun di radio dan televisi. Muncul jawaban bahwa menikmati siaran tersebut membuat pengurangan beban emosional mereka. Penonton menikmati acara yang menyuguhkan keberuntungan dan kemalangan. Bahkan tidak menutup kemungkinan mampu menjadi sumber nasihat dan rujukan hidup sehari-hari, misalnya mengenai perilaku yang baik. Ada tiga alasan untuk memahami kecenderungan yang dihasilkan oleh media siaran. Rasional atau tidak, ini yang dirasakan oleh jutaan pendengar radio 18 dan pemirsa televisi. Pertama adalah keinginan pemirsa untuk menerima bujukan bahwa segala sesuatu baik-baik saja. Kedua yaitu pengalihan kesalahan terhadap pihak lain. Ketiga mereka ingin mendengar saran-saran yang mudah untuk dapat merasa bahagia Rivers, 2003:316.

7. Televisi sebagai Media Audio Visual

Media Audio Visual berangkat dari kemajuan teknologi yang berawal dari sejarah masa lalu. Penemuan-penemuan yang dihasilkan menghantarkan manusia kepada kehidupan yang baru. Penemuan yang dihasilkan dari sejarah masa lalu yang membawa manusia pada masa depan di antaranya seperti: phonograp 1877, gambar bergerak 1884, radio 1920, TV 1924, transistor 1948, video 1956, dan satelit 1957. Berbagai penemuan tersebut merupakan hasil perkembangan manusia ke arah kemajuan dengan usaha yang nyata melalui percobaan dan konsep pemikiran yang kreatif dengan dasar kebutuhan manusia dalam kehidupan. Iswarahadi, 2003:17. Televisi merupakan benda yang diciptakan manusia sebagai hasil dari teknologi dan mengalami perubahan dalam kemasan, perangkat atau piranti mesin, bahkan tampilan yang dihasilkan. Selain tampilan fisik yang ditunjukkan oleh televisi berlaku pula isi yang ditawarkan televisi kepada penontonnya. Televisi memadukan antara penglihatan visual dan pendengaran audio yang menghasilkan imajinasi tak terbatas dari kreativitas manusia. 19 Bahasa yang diungkapkan televisi merupakan bahasa simbolis, cenderung membujuk dan menggetarkan hati dan karenanya menggetarkan seluruh jiwa raga; bahasa yang penuh resonansi dan irama Iswarahadi, 2003:31. Perpaduan antara visual dan audio menghasilkan media yang penuh dengan bahasa yang terungkap dari cerita, gambar, suara mendorong penikmatnya untuk berorientasi terhadap sesuatu hal. Televisi mempertajam dunia komunikasi kita dengan kombinasi suara dan gambar bergerak, sehingga menghasilkan realitas komunikasi yang mutakhir. Realitas komunikasi yang dihasilkan oleh televisi terletak pada daya cipta dan kemampuan televisi memindahkan realitas pengalaman harian individu ke dalam layar kaca. Kehadiran televisi mengubah cara pandang manusia terhadap semesta, dirinya, dan sesama, pola pikir, cara beraktivitas dan bersenang-senang, gaya hidup dan tingkah laku individu. Orang mampu melihat sebuah dunia lain bahkan dirinya sendiri di suatu lingkungan dengan aktivitas-aktivitas yang sama dengan aktivitas di alam nyata SFT Widya Sasana, 2010:71.

B. Sejarah Video Siaran Penyejuk Imani Katolik PIK Indosiar

Seiring dengan berdirinya Indosiar sejak 11 Februari 1995, Studio Audio Visual Puskat SAV Puskat mulai memproduksi video siaran televisi Penyejuk Imani Katolik yang pertama. Kesempatan tersebut diberikan untuk mengisi siaran televisi selama dua 2 minggu sekali tanpa dipungut biaya. 20 Pada awalnya Indosiar memberikan kesempatan kepada KOMSOS KWI untuk mengisi siaran. Melalui Romo Van Leeuven SCJ, tawaran untuk memproduksi progam siaran bagi Indosiar diterima oleh SAV Puskat. Tayangan- tayangan awal yang diproduksi SAV Puskat dapat dikatakan belum matang dari segi isi, karena bahan-bahan yang sudah ada lebih cocok untuk pertemuan kelompok daripada untuk siaran TV. Kesempatan yang berharga tidak lekas disia-siakan oleh SAV Puskat, lambat laun video siaran PIK terus dikembangkan dan dikemas dengan cara yang lebih menarik. Dalam videonya SAV Puskat selalu berusaha mewartakan nilai- nilai religius dengan menggunakan bahasa televisi yang penuh dengan simbol, gambar, nyanyian, dan ceritera. Sajian siaran PIK tidak hanya berfokus pada ajaran-ajaran Gereja melainkan nilai-nilai Injil. Enam 6 nilai Injil yaitu kebahagiaan yang datang dari Allah, perdamaian atau anti kekerasan, kemuliaan Allah, cinta sesama, ketaatan, dan cinta Tuhan pada orang miskin. Keenam nilai Injil tersebut diwartakan untuk membawa kebahagiaan bagi semua orang. Hal ini dipengaruhi oleh visi dan misi SAV Puskat di antaranya: 1 untuk menggali kekayaan tradisi spiritualitas dan kebudayaan demi kebahagiaan bersama; 2 untuk membangun masyarakat religius-pluralis yang cinta damai dan berkeadilan; 3 untuk melestarikan alam semesta dan kebudayaan lokal; dan 4 untuk mengangkat martabat rakyat kecil. Siaran PIK disajikan selama 30 menit. Dari 29 progam PIK yang diteliti pada tahun 1999 terdapat 5 macam format sajian, yaitu: majalah 17, dokumenter 7, film cerita 3, drama musikal 1, dan feature 1. Dalam setiap format tayangan 21 tersebut juga terdapat berbagai bagian di antaranya komentar presenter, cerita, tarian, nyanyian, wawancara, atau kuis berhadiah. SAV Puskat berusaha untuk menghindari sajian yang melulu head-talking Iswarahadi, 2002:11. Siaran Penyejuk Imani Katolik PIK Indosiar tersebut masih berlangsung hingga penelitian ini dilakukan.

C. Komunikasi Media Televisi

Dokumen yang terkait

Katekese sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua.

0 6 125

Pengaruh sosok katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta.

0 1 173

Kesetiaan Maria sebagai teladan dalam hidup berkeluarga bagi ibu-ibu di lingkungan Santo Yohanes Pemandi Paroki Santo Albertus Agung Jetis, Yogyakarta.

0 0 134

Sistem pengendalian inti pada organisasi religius : studi kasus pada Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

2 21 215

Kesetiaan Maria sebagai teladan dalam hidup berkeluarga bagi ibu ibu di lingkungan Santo Yohanes Pemandi Paroki Santo Albertus Agung Jetis, Yogyakarta

0 0 132

Pengaruh sosok katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta

1 33 171

TEKNIK PERMAINAN DAN FUNGSI MUSIK TERBANGAN UMAT KATOLIK LINGKUNGAN PLATAR, PAROKI GEREJA SANTO IGNATIUS DANAN, KABUPATEN WONOGIRI.

1 9 171

Belajar dari kesetiaan iman Maria guna meningkatkan kualitas hidup beriman umat di lingkungan St. Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Jetis - Yogyakarta - USD Repository

0 1 144

Sumbangan tayangan ``Penyejuk imani Katolik`` produksi Studio Audio Visual Puskat Yogyakarta sebagai salah satu bahan katekese audiovisual di lingkungan Santo Paulus Paroki Santa Maria Pengantara Lahat Sumatera Selatan - USD Repository

0 0 149

SISTEM PENGENDALIAN INTI PADA ORGANISASI RELIGIUS Studi Kasus pada Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta SKRIPSI

0 1 213