17
pada gambar atau suara saja sehinga dalam bahasa audio-visual kita juga dapat menjumpai pengetahuan meski tidak seteliti atau selengkap di dalam buku.
Sementara itu unsur berpikir juga tidak hilang dalam bahasa audio-visual. Buku yang berjudul Katekese Audio-Visual Seri PUSKAT 378 Ernestine Adisusanto,
FX., 2001:7 menjelaskan bahwa: Bahkan ada orang yang mengatakan bahwa sebuah film atau sound-slides
lebih banyak membuat dia berpikir daripada kotbah atau buku-buku. Hal ini menimbulkan pertanyaan pada diri kami: apakah pada dewasa ini
tidak sedang menghilang cara berpikir, yang menekankan gagasan- gagasan terlalu teliti, kata-kata seragam dan logika yang kaku?
6. Media Siaran
Televisi memiliki hubungan terhadap fungsi sosial yang merujuk pada kehidupan sehari-hari, untuk memberikan hiburan terhadap diri sendiri, melepas
kebosanan, kontak sosial, dan sebagainya. Dalam buku Media Massa Masyarakat Modern Rivers, 2003:315 dilaporkan sebuah penelitian mengenai
apa yang sebenarnya dinikmati oleh para pemirsa dan pendengar film-film serial dan opera sabun di radio dan televisi. Muncul jawaban bahwa menikmati siaran
tersebut membuat pengurangan beban emosional mereka. Penonton menikmati acara yang menyuguhkan keberuntungan dan kemalangan. Bahkan tidak menutup
kemungkinan mampu menjadi sumber nasihat dan rujukan hidup sehari-hari, misalnya mengenai perilaku yang baik.
Ada tiga alasan untuk memahami kecenderungan yang dihasilkan oleh media siaran. Rasional atau tidak, ini yang dirasakan oleh jutaan pendengar radio
18
dan pemirsa televisi. Pertama adalah keinginan pemirsa untuk menerima bujukan bahwa segala sesuatu baik-baik saja. Kedua yaitu pengalihan kesalahan terhadap
pihak lain. Ketiga mereka ingin mendengar saran-saran yang mudah untuk dapat merasa bahagia Rivers, 2003:316.
7. Televisi sebagai Media Audio Visual
Media Audio Visual berangkat dari kemajuan teknologi yang berawal dari sejarah masa lalu. Penemuan-penemuan yang dihasilkan menghantarkan
manusia kepada kehidupan yang baru. Penemuan yang dihasilkan dari sejarah masa lalu yang membawa manusia pada masa depan di antaranya seperti:
phonograp 1877, gambar bergerak 1884, radio 1920, TV 1924, transistor 1948, video 1956, dan satelit 1957. Berbagai penemuan tersebut merupakan
hasil perkembangan manusia ke arah kemajuan dengan usaha yang nyata melalui percobaan dan konsep pemikiran yang kreatif dengan dasar kebutuhan manusia
dalam kehidupan. Iswarahadi, 2003:17.
Televisi merupakan benda yang diciptakan manusia sebagai hasil dari teknologi dan mengalami perubahan dalam kemasan, perangkat atau piranti
mesin, bahkan tampilan yang dihasilkan. Selain tampilan fisik yang ditunjukkan oleh televisi berlaku pula isi yang ditawarkan televisi kepada penontonnya.
Televisi memadukan antara penglihatan visual dan pendengaran audio yang
menghasilkan imajinasi tak terbatas dari kreativitas manusia.
19
Bahasa yang diungkapkan televisi merupakan bahasa simbolis, cenderung membujuk dan menggetarkan hati dan karenanya menggetarkan
seluruh jiwa raga; bahasa yang penuh resonansi dan irama Iswarahadi, 2003:31. Perpaduan antara visual dan audio menghasilkan media yang penuh dengan
bahasa yang terungkap dari cerita, gambar, suara mendorong penikmatnya untuk berorientasi terhadap sesuatu hal. Televisi mempertajam dunia komunikasi kita
dengan kombinasi suara dan gambar bergerak, sehingga menghasilkan realitas
komunikasi yang mutakhir.
Realitas komunikasi yang dihasilkan oleh televisi terletak pada daya cipta dan kemampuan televisi memindahkan realitas pengalaman harian individu ke
dalam layar kaca. Kehadiran televisi mengubah cara pandang manusia terhadap semesta, dirinya, dan sesama, pola pikir, cara beraktivitas dan bersenang-senang,
gaya hidup dan tingkah laku individu. Orang mampu melihat sebuah dunia lain bahkan dirinya sendiri di suatu lingkungan dengan aktivitas-aktivitas yang sama
dengan aktivitas di alam nyata SFT Widya Sasana, 2010:71.
B. Sejarah Video Siaran Penyejuk Imani Katolik PIK Indosiar