30
Pada tahun 1440 Santo Petrus Kanisius menemukan teknik cetak- mencetak yang memberikan pertolongan pada zamannya. Kehidupan pada
zamannya di abad ke-16 dianggap kacau karena terjadi penyimpangan- penyimpangan yaitu agama merupakan percampuran antara jiarah, devosi, sihir,
dan tahyul. Santo Petrus Kanisius hadir untuk membantu memecahkan persoalan tersebut dengan media cetak-mencetak, sehingga orang mampu mengerti apa yang
mereka percayai dan hayati. Hal ini digunakan sebagai media untuk menyampaikan warta gembira, yang diungkapkan dalam rumusan-rumusan yang
teliti. Terjadi pewartaan iman abad percetakan, namun yang terjadi yaitu
muncul pertanyaan bahwa bila kita melihat cara Yesus dalam menyampaikan warta-Nya tentu berbeda dengan yang terjadi pada abad percetakan. Yesus
menyampaikan warta gembira melalui cerita-cerita dan sabda-sabda, namun sekarang kita mengenal pewartaan dalam bentuk teologi atau Katekismus
tradisionil. Setelah teknik mencetak ditemukan, terjadi perubahan besar. “Sabda Kristus” terkandung dalam kata-kata yang tertulis, ke ulangan-ulangan yang
seragam, yang memang dituntut oleh teknik cetak-mencetak. Pemikiran analistis dan logis juga diterapkan dalam mengungkapkan “Sabda Kristus” Ernestine
Adisusanto, FX., 2001:5.
2. Katekese Audio-Visual
Audio-visual bukan sekedar gagasan yang diungkapkan melalui gambar dan suara melainkan perpanjangan elektronik yang menyangkut getaran pribadi
31
seseorang. Berdasarkan buku yang berjudul Katekese Audio-Visual Seri PUSKAT 378 Ernestine Adisusanto, FX., 2001:7-8 mengungkapkan bahwa:
Sehubungan dengan hal ini Pater Pierre Babin mengatakan bahwa katekese audio-
visual ialah “pesan sejauh pesan menyeluruh pancaindera, perasaan, badan, gagasanku” the massage in as much as the Message
impresses nysensitivity, my feelings, my body, my ideas Pierre Babin, “Catechesis in the Audio-Visual Civilization”, dalam Good Tidings,
Vol.XIII, May-June 1974, no.3, hal 360.
Santo Yohanes memberikan gagasan mengenai berkatekese audio-visual dalam suratnya yang pertama: “Apa yang telah ada sejak semula yang telah kami
dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang firman hidup, itulah yang kami
tuliskan kepada kamu” 1 Yoh. 1. Katekese Audio-visual dinyatakan sebagai penyampaian pengalaman pribadi sebagai seorang kristiani dengan tujuan bukan
untuk memeroleh pengetahuan intelektual melainkan persaudaraan dengan kelompok orang yang percaya kepada Kristus.
Sebagai seorang kristiani, masing-masing memiliki pengalaman yang unik dan pribadi terhadap Kristus. Pengalaman tersebut terhubung dengan
kesatuan ajaran Gereja, maka dari itu tidak terletak pada ungkapan-ungkapan yang teliti dan seragam, baik dalam kata-kata maupun gerak-gerik, tetapi dalam
kenyataanfakta adanya kesatuan komunio dan doa. Jelas bahwa katekese audio- visual
bertujuan untuk
menjalin persekutuan
kristiani dengan
cara mengkomunikasikan pengalaman pribadi tentang Yesus Kristus yang tidak
berlawanan dengan kesatuan ajaran Gereja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Penggunaan media audio-visual dalam pewartaan lebih menimbulkan iman dari pada menjelaskannya. Kita sedang menghadapi situasi medium yang
lebih mendorong orang-orang ke kreativitas daripada ke keseragaman iman. Medium audio-visual mengajak peserta untuk saling berbicara, menyapa hati antar
pribadi, memanggil untuk bertobat, dan mendorong mereka menuju pada tindakan Ernestine Adisusanto, FX., 2001:8.
Pandangan mengenai karya alat-alat komunikasi sosial sebagai sarana katekese tercurah dalam buku Aetatis Novae: Terbitnya Era Baru Dewan
Kepausan untuk Komunikasi Sosial, 1992:27 yaitu: Kendati semua kebaikan yang dilakukan dan dapat dilakukannya namun
media massa, yang dapat menjadi alat yang demikian efektip untuk persatuan dan pemahaman, dan dapat juga kadang-kadang menjadi alat
dari suatu pandangan yang tidak tepat mengenai kehidupan, keluarga, agama, dan kesusilaan-suatu pandangan yang tidak menghormati
martabat yang sejati dan tujuan dari pribadi manusia. Media massa haruslah menghormati dan ikut ambil bagian dalam perkembangan yang
utuh dari pribadi yang mencakup dimensi-dimensi budaya, transendental dan keagamaan dari manusia dan masyarakat.
Media audio-visual menjadi salah satu sarana pewartaan Gereja masa kini. Di dunia modern ini telah banyak pengaruh teknologi mutakhir yang
memengaruhi kehidupan manusia, sehingga tidak dapat dipungkiri juga berimbas pada kehidupan Gereja. Gereja yang hadir di dunia mau tak mau harus terbuka
pada kenyataan yang terjadi. Artinya Gereja dapat memanfaatkan perkembangan teknologi untuk memperkembangkan Gereja itu sendiri. Pada zaman sekarang
teknologi turut membentuk karakter seseorang dalam berkomunikasi dan berelasi. Tayangan televisi yang dibungkus secara menarik mampu menarik minat dari
33
penikmatnya dan terkadang mengesampingkan maksud dan tujuan tayangan tersebut. Hal tersebut sungguh disadari oleh para EO event organizer tayangan
televisi, sehingga mereka berlomba-lomba untuk mempersiapkan dan membungkus acara sebaik mungkin dan terus mengembangkan usaha dengan
berbagai teknologi informatika yang semakin mendukung kesuksesan event tersebut Iswarahadi, 2003:75-76.
Contoh yang dapat kita ambil mengenai katekese audio visual dari buku Alkitab Deuterokanonika Konfrensi Waligereja Indonesia, 2010:110 dalam
bacaan injil 1Yoh 1:1.3. Isi ayat tersebut adalah:
“1 Apa yang telah ada sejak semula yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan, dan yang telah
kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup. 3 Itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Apa yang telah kami lihat dan kami dengar itu,
kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa
dan dengan Anak-
Nya, Yesus Kristus”
Semakin jelas bahwa katekese audio-visual muncul dalam rangka mewartakan Kristus yang hidup sehingga semakin mempererat persekutuan
sebagai murid Kristus. Oleh sebab itu, tugas katekese audio-visual merupakan usaha dan bentuk pewartaan kerygma Gereja melalui panca indra penglihatan
dan getaran suara yang dapat menyentuh hati sehingga ketika orang mendengar pewartaan itu tersentuhlah hatinya dan beriman kepada Kristus.
34
3. Konsekuensi Penggunaan Media Audio-Visual dalam Berkatekese