Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

45,83 dan kondisi akhir didapatkan persentase 83,33 dengan target 75. Kondisi awal pada indikator ketiga didapatkan persentase sebesar 37,5 dan kondisi akhir didapatkan persentase 79,19 dengan target 70. Kondisi awal pada indikator keempat didapatkan persentase sebesar 41,66 dan kondisi akhir didapatkan persentase 83,33 dengan target 75. Kondisi awal pada indikator kelima didapatkan persentase sebesar 58,33 dan kondisi akhir didapatkan persentase 87,5 dengan target 75. Kondisi awal pada indikator keenam didapatkan persentase sebesar 50 dan kondisi akhir didapatkan persentase 75 dengan 70. Persentase secara keseluruhan pada kondisi awal yaitu 37,5 meningkat menjadi75 pada kondisi akhir dengan target 70.

B. Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika pada materi KPK dan FPB siswa kelas VA SD Negeri Perumnas Condongcatur. 1. Proses Penerapan Pembelajaran Kontekstual Penelitian ini menggunakan pembelajaran kontekstual di setiap pertemuan. Komponen pembelajaran kontekstual sudah dapat diterapkan pada saat penelitian sesuai dengan apa yang peneliti rencanakan pada RPP. Adapun komponen pembelajaran kontekstual yang diterapkan adalah konstruktivisme, bertanya, masyarakat belajar, inkuiri, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya. Penerapan komponen tersebut sudah dapat diterapkan di setiap pembelajaran. Konstruktivisme dalam penelitian ini seperti kegiatan mengerjakan LKS bilangan prima dan mengerjakan soal cerita KPK dan FPB. Bertanya terdapat pada kegiatan tanya jawab antara guru dan siswa atau siswa dan guru. Masyarajat belajar diterapkan melalui adanya kerjasama antar siswa yang tergabung dalam suatu kelompok. Inkuiri pada penelitian ini terdapat pada kegiatan memahami konsep KPK dan FPB dengan menggunakan media. Pemodelan terdapat pada saat guru memeragakan dan memberikan contoh penggunaan media seperti kalender dan manik-manik. Pemodelan dalam penelitian ini juga melibatkan siswa ikut serta untuk mencoba dan menjawab pertanyaan mengenai media. Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran yang berisikan kendala dan pengalaman yang ditemukan siswa selama pembelajaran serta perasaan siswa selama mengikuti pembelajaran. Penilaian sebenarnya terdapat pada rubrik penilaian yang telah peneliti tentukan sebelumnya. 2. Peningkatan Hasil Belajar Berdasarkan hasil evaluasi 1 pada siklus I dan evaluasi 2 pada siklus 2 serta evaluasi akhir didapatkan hasil bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri Perumnas Condongcatur tahun ajaran 20152016 pada materi KPK dan FPB. Penerapan pembelajaran kontekstual dengan menggunakan 7 komponen dapat meningkatkan rata- rata dan persentase ketuntasan siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hosnan 2014: 279-280 mengenai kelebihan pembelajaran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kontekstual adalah pembelajaran lebih bermakna dan riil sehingga materi pelajaran akan tertanam erat dalam memori siswa serta pembelajaran lebih produkif dan dapat menumbuhkan penguatan konsep. Hasil penelitian ini juga relevan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Astuti 2013 dengan variabel yang sama dengan penelitian ini yaitu hasil belajar dan menggunakan pembelajaran kontekstual. Agar dapat mengetahui target dan pencapaian dalam penelitian ini, peneliti menjabarkannya hasil belajar dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4.24 Perbandingan Target dan Pencapaian Hasil Belajar Peubah Indikator Kondisi Awal Evaluasi Siklus I Evaluasi Siklus II Evaluasi Akhir Target Capaian Target Capaian Target Capaian Hasil Belajar Nilai Rata- rata siswa 57,66 70 70,95 75 82,04 80 90 Persentase jumlah siswa mencapai KKM 51,19 60 62,5 70 75 80 91,66 Hasil belajar siswa yang diperoleh dari setiap evaluasi didapatkan rata-rata yang mengalami peningkatan. Peningkatan dapat dilihat mulai dari kondisi awal dengan rata-rata 57,66 dan terjadi peningkatan sebanyak 13,29 dan diperoleh rata-rata 70,95 di siklus I dengan target pencapaian 70. Rata-rata kelas juga meningkat dari siklus I yaitu 70,95 menjadi 82,04 di siklus II dengan target pencapaian 75 atau meningkat sebanyak 11,09. Capaian evaluasi akhir juga meningkat dari siklus II yaitu 82,04 menjadi 90 di evaluasi akhir dengan target 80 atau meningkat sebanyak 7,96. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Selain rata-rata kelas peningkatan juga dapat dilhat dari persentase pemerolehan KKM dan telah mencapai target yang ditentukan. Hal ini dapat dilihat dari persentase ketuntasan pada kondisi awal yaitu 51,19 meningkat menjadi 62,5 di siklus I dari target 60 atau meningkat sebanyak 11,31. Siklus I terjadi peningkatan, namun hanya 2 siswa saja yang meningkat atau sebesar 11,31. Persentase ketuntasan pada siklus II yaitu 75 dari target 70 yang artinya mengalami peningkatan dari siklus I sebanyak 12,5. Siklus II juga terjadi peningkatan, namun hanya sebanyak 3 siswa saja yang meningkat. Evaluasi akhir yang merupakan evaluasi gabungan siklus I dan siklus II diperoleh persentase ketuntasan sebanyak 91,66 dari target 80. Evaluasi akhir terdapat 4 siswa yang meningkat atau terjadi peningkatan sebasar 16,66. 3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Peningkatan kemampuan berpikir kritis diperoleh dari hasil kuesioner yang diisi oleh siswa dan diperkuat dengan pengamatan langsung oleh peneliti. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa sesuai dengan pendapat Johnson 2007: 183 yaitu untuk membantu siswa mengembangkan potensi intelektual mereka, pembelajaran kontekstual mengajarkan langkah-langkah yang dapat digunakan dalam berpikir kritis serta memberikan kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dalam tingkatan yang lebih tinggi dalam dunia nyata. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang terdaululu yang telah dilakukan oleh Prafitriani 2015 dengan valiabel yang sama yaitu kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan pembelajaran kontekstual. Agar dapat mengetahui target dan pencapaian dalam penelitian ini, peneliti menjabarkan hasil kuesioner dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 4.25 Perbandingan Nilai Kuesioner Berpikir Kritis No. Indikator Nilai Kondisi Awal Nilai Kondisi Akhir

1. Menganalisis argumen

56,5 85,5

2. Mampu bertanya

62 82,1

3. Mampu menjawab pertanyaan

58 80,4

4. Memecahkan masalah

61 83,33

5. Membuat kesimpulan

69 80,8

6. Keterampilan mengevaluasi dan

menilai hasil pengamatan 62,5 74,5 Keseluruhan 60,95 81,33 Kondisi awal pada indikator pertama didapatkan nilai sebesar 56,5 dan meningkat pada kondisi akhir dengan nilai 85,5 atau meningkat sebesar 29. Indikator kedua didapatkan nilai sebesar 62 dan meningkat pada kondisi akhir dengan nilai 82,1 atau meningkat sebesar 20,1. Indikator ketiga didapatkan nilai 58 dan meningkat pada kondisi akhir dengan nilai 80,4 atau meningkat sebesar 22,4. Indikator keempat didapatkan nilai sebesar 61 dan meningkat pada kondisi akhir menjadi 83,33 atau meningkat sebesar 22,33. Indikator kelima didapatkan nilai sebesar 69 dan meningkat pada kondisi akhir yaitu 80,8 atau meningkat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sebesar 12. Indikator keenam juga terjadi peningkatan dari kondisi awal yaitu 62,5 menjadi 74,5 atau meningkat sebesar 11,8. Nilai kemampuan berpikir kritis secara keseluruhan diperoleh hasil 60,95 pada kondisi awal dan 81,33 pada kondisi akhir. Data hasil kuesioner kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada lampiran 16 dan 17. Tabel 4.26 Perbandingan Persentase Berpikir Kritis Indikator Berpikir Kritis Indikator Kondisi Awal Target Kondisi Akhir 1 Persentase jumlah siswa yang kritis 41,66 75 87,5 2 45,83 75 83,33 3 37,5 70 79,19 4 41,66 75 83,33 5 58,33 75 87,5 6 50 70 75 Keseuruhan 37,5 70 75 Berdasarkan tabel 4.26 peningkatan kemampuan berpikir kritis dapat dilihat dari persentase jumlah siswa yang kritis. Indikator pertama terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 41,66 menjadi 87,5 pada kondisi akhir dengan target 75. Indikator kedua terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 45,83 menjadi 83,33 pada kondisi akhir dengan target 75. Indikator ketiga juga terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 37,5 menjadi 79,19 pada kondisi akhir dengan target 70. Indikator keempat terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 41,66 menjadi 83,33 pada kondisi akhir dengan targer 75. Indikator kelima juga masih terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sebesar 58,33 menjadi 87,5 pada kondisi akhir dengan target 75. Indikator terakhir juga terdapat peningkatan dari persentase kondisi awal sebesar 50 menjadi 75 pada kondisi akhir dengan target 70. Persentase jumlah siswa yang kritis secara keseluruhan adalah sebanyak 37,5 pada kondisi awal dan meningkat menjadi 75 pada kondisi akhir. Peneliti menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis dari kondisi awal dan kondisi akhir, namun hanya sedikit siswa yang berhasil meningkat yaitu sebanyak 9 siswa dari 24 siswa. Data hasil kuesioner kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada lampiran 16 dan 17. Peneliti juga melakukan pengamatan untuk memperkuat data peningkatan berpikir kritis dari hasil kuesioner. Pengamatan dilakukan di setiap pertemuan selama 2 siklus yang dibantu oleh teman sejawat. Hasil pengamatan oleh peneliti terdapat pada tabel 26 agar dapat dilihat peningkatannya sebagai berikut: Tabel 4.27 Peningkatan Berpikir Kritis dari Hasil Pengamatan Siklus I Siklus II Nilai Rata-Rata Persentase Nilai Rata-Rata Persentase 1,9 58,33 2,4 75 Berdasarkan tabel 4.27 terdapat 6 indikator yang menjadi fokus penelitian dengan hasil pada kondisi awal dan kondisi akhir. Rata-rata hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis secara keseluruhan pada siklus I didapatkan nilai 1,9 tidak kritis dan meningkat menjadi 2,4 kritis pada siklus II. Persentase jumlah siswa yang kritis secara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI keseluruhan pada siklus I yaitu 58,33 dan meningkat menjadi 75 pada siklus II. Peningkatan jumalh siswa yang minimal cukup kritis hanya sebanyak 4 siswa saja atau meningkat 16,67. Data hasil pengamatan kemampuan berpikir kritis dapat dilihat pada lampiran 19.

BAB V PENUTUP

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Dakon Matematika (Dakota) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

23 132 295

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Sarikarya pada materi satuan jarak dan kecepatan melalui model pembelajaran kontekstual.

5 32 344

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VB pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 7 291

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas III C pada materi perkalian dan pembagian melalui model pembelajaran kontekstual di SD Negeri Perumnas Condong Catur.

0 0 288

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika siswa kelas VB pada materi pengukuran waktu melalui pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

0 1 356

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IIIB pada materi operasi hitung campuran melalui model pembelajaran kontekstual SDN Perumnas Condongcatur.

0 4 421

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SD Negeri Karangmloko 1 pada materi KPK dan FPB melalui pendekatan pembelajaran kontekstual.

2 13 277

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui model pembelajaran kontekstual SD Kanisius Ganjuran.

0 15 303

Peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis Matematika kelas IV pada materi KPK dan FPB melalui pembelajaran kontekstual SD Kanisius Klepu.

3 61 297

AMC APLIKASI KPK DAN FPB

0 0 4