Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal

2.2.1.4.2 Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal

Tindak tutur literal literal speech act adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya, sedangkan tindak tutur tidak literal nonliteral speech act adalah tindak tutur yang tidak sama atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya Wijana, 2011:30-31. Perhatikan beberapa contoh berikut. 25 Penyanyi itu suaranya bagus 26 Suaranya bagus, tapi tak usah nyanyi saja. 27 Radionya keraskan Aku ingin mencatat lagu itu. 28 Radionya kurang keras. Tolong keraskan lagi. Aku mau belajar. Kalimat tuturan 25 dan 26 adalah tindak tutur literal karena penutur sebenarnya memuji atau mengagumi kemerduan suara penyanyi yang dibicarakan, dan karena penutur benar-benar menginginkan lawan tutur untuk mengeraskan volume radio untuk dapat secara lebih mudah mencatat lagu yang diperdengarkan itu. Akan tetapi, kalimat tuturan 27 dan 28 adalah tindak tutur nonliteral. Contoh-contoh lain tentang tindan tutur literal dan tindak tutur tidak literal dapat dilihat berikut ini. 29 Penanganan masalah pakaian dinas luar biasa cepatnya. Sampai-sampai kita semua bosan menunggunya. 30 Laporan Pertanggungjawaban Bupati disusun dengan sangat rapi sehingga kita semua dapat membaca dengan sangat cepat dan enak. 31 Rapat Paripurna dimulai 30 menit setelah jam 9 karena para anggota datang on time. 32 Siaran langsung Rapat Paripurna oleh RSPD membantu masyarakat mengetahui perkembangan Dewan dengan sangat cepat sehingga masyarakat dapat segera menyampaikan tanggapannya. Pada tuturan 29 dan 31 maksud disampaikan dengan tidak menggunakan makna sebenarnya dari kata-kata yang merangkainya. Tuturan Penanganan masalah pakaian dinas luar biasa cepatnya. Sampai-sampai kita semua bosan menunggunyaadalah janggal jika diartikan sesuai dengan kata-kata yang menyusunnya. Dari tuturan tersebut dapat diketahui bahwa sebenarnya penanganan masalah pakaian dinas berjalan lamban. Maksud tersebut dapat diketahui dari tuturan berikutnya, yakniSampai-sampai kita semua bosan menunggunya. Pada tuturan 31 tidak mungkin Rapat Paripurna bisa terlambat 30 menit yang disebabkan karena para anggota datang on time. Tuturan 29 dan 31 ini dikategorikan sebagai tuturan nonliteral. Pada tuturan 30 dan 32 penutur menyampaikan maksudnya sesuai dengan makna kata-kata yang menyusun tuturan-tuturan itu. Laporan Pertanggungjawaban Bupati disusun dengan sangat rapi sehingga kita semua dapat membaca dengan sangat cepat dan enak memang demikian maksudnya. Demikian pula, siaran langsung Rapat Paripurna oleh RSPD membantu masyarakat mengetahui perkembangan Dewan dengan sangat cepat sehingga masyarakat dapat segera menyampaikan tanggapannya memiliki maksud seperti apa yang terdapat pada makna kata-kata yang menyusunnya. Dengan demikian, tuturan 30 dan 32 di atas dikategorikan sebagai tuturan literal. Tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung bila disinggungkan dengan tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal akan didapatkan penggolongan tindak tutur ini: 1 Tindak tutur langsung literal 2 Tindak tutur tidak langsung literal 3 Tindak tutur langsung tidak literal 4 Tindak tutur tidak langsung tidak literal

2.2.2 Fungsi-fungsi Tindak Tutur