Gaya Bahasa Pronomina Penanda Lingual Kesantunan

b gunakan frasa frasa “terima kasih” sebagai penghormatan atas kebaikan orang lain, c gunakan kata “maaf” untuk tuturan yang diperkirakan dapat menyinggung perasaan orang lain, d gunakan kata “berkenan” untuk meminta kesediaan orang lain melakukan sesuatu, e gunakan kata “beliau” untuk menyebut orang ketiga yang dinilai lebih dihormati, f gunakan kata “Bapak”, “Ibu” untuk menyebut orang kedua dewasa.

2.4.2 Gaya Bahasa

Pemakaian gaya bahasa menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan pemakaian bahasa menjadi santun. Gorys Keraf 2008:113, gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis pemakai bahasa. Menurut Pranowo 2009:92, gaya bahasa adalah optimalisasi pemakaian bahasa dengan cara-cara tertentu untuk mengefektifkan komunikasi. Dari dua pengertian ini, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa adalah pemakaian bahasa secara khas dan optimal dengan cara-cara tertentu untuk mengefektifkan komunikasi. Penggunaan gaya bahasa itu dapat berupa majas- majas Moeliono, 1989:175-177, yaitumajas perbandingan seperti perumpamaan, kiasan atau metafora, dan personifikasi; majas pertentangan seperti hiperbola, litotes, dan ironi; dan majas pertautan seperti metonomia, sinekdoke, kilatan atau allusion, dan eufemisme. Penggunaan majas-majas ini menjadi gaya bahasa yang dipakai penutur agar maksud tuturannya sampai kepada mitra tutur pendengar atau pembaca. Leech 1983 dalam Oka, 1993 menekankan prinsip kesopanan agar tujuan- tujuan sosial tercapai atau sesuai dengan yang diharapkan penutur dan mitra tutur. Pemakaian kata-kata tabu dan penggunaan gaya bahasa hiperbola perlu dihindari dalam komunikasi. Sebaliknya, pemakaian gaya bahasa penghalus, seperti ungkapan litotes dan eufemisme penghalusan dari litotes, dan penggunaan ungkapan bermakna penghormatan atau penghargaan honorifik terhadap mitra tutur dianjurkan demi terpeliharanya kesopanan dan tercapainya tujuan sosial.

2.4.3 Pronomina

Pronomina atau kata ganti sering dipakai dalam tuturan untuk memberikan nuansa kesantunan. Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain Alwi, 2003:249. Dalam konteks bahasa Indonesia, pemakaian pronomina sangat erat hubungannya dengan aspek budaya, terutama mengenai hubungan sosial antarmanusia. Usia, status sosial, dan keakraban menjadi ukuran dalam penggunaan kata pronomina berupa sapaan untuk menghormati orang lain mitra tutur. Misalnya, penggunaan kata aku terasa lebih santun daripada saya; atau kata beliau untuk menggantikan dia sebagai bentuk penghormatan; atau kata sapaan Saudara dan Bapak atau Ibu untuk tidak menyebut nama pribadi secara langsung. Dalam praktik berkomunikasi sehari-hari, situasi dan suasana juga memengaruhi penggunaan pronomina sebagai kata sapaan kepada orang lain. Pada konteks situasi dan suasana resmi, kata-kata sapaan hormat selalu dipakai, seperti Anda, Saudara, Bapak, dan Ibu, sedangkan dalam konteks situasi dan suasana santai dan akrab, kata kamu, kalian, kau, lebih sering dipakai. Jason Jones dan Shan Wareing dalam Syukur Ibrahim, 2007:75 menjelaskan bahwa pronomina atau kata ganti yang digunakan untuk menyebut pembicara, menyebut haluan politik dan menyebut pendengar, bisa digunakan untuk mengedepankan atau menyembunyikan agen yaitu orang atau partai yang melakukan tindak tertentu dan pertanggungjawaban atas tindakan itu. Perubahan dari “saya” menjadi “kami” atau sebaliknya dari tuturan tokoh politik akan memberikan nuansa maksud tuturannya.

2.4.4 Modalitas