Tindak Tutur Konfliktif Jenis-jenis Tindak Tutur

115 “Itu tidak ada hubungannya sama sekali menyindir salah satu calon.” Alief Syachvier, juru bicara tim sukses Hendardji-Reza [ III1.36.c.D] Konteks: Konteks: Alief Syachvier membantah tagline “Berkumis” mengacu kepada pasangan tertentu. Republika, 7 Juni 2012, hlm. 9. 116 “Saya juga tidak perlu islah karena saya tidak bermusuhan dengan siapa pun.” Rhoma Irama [ III3.16.c.D ] Konteks: Rhoma Irama menanggapi ceramahnya yang diduga memojokkan pasangan Jokowi- Ahok dengan isu SARA. Republika, 7 Agustus 2012, hlm. 1. 117 “Bang Haji Rhoma Irama bukan bagian dari tim sukses atau tim kampanye Foke-Nara. Hadirnya Rhoma di Masjid Al Isra, bukan agenda dari tim sukses, melainkan agenda dari Pos Kota dalam kegiatan safari ramadhan mereka.” Zamakh Sari, ketua tim advokasi Foke-Nara [IV3.15.c.D] Konteks: Zamakh Sari menegaskan bahwa Rhoma Irama bukanlah bagian dari tim sukses mereka. Media Indonesia, 8 Agustus 2012, hlm. 6.

4.2.1.4 Tindak Tutur Konfliktif

Tindak tutur konfliktif pada dasarnya bertentangan dengan tujuan sosial, misalnya mengancam, menuduh, menyumpahi, memarahi Leech, 1983 dalam Oka, 1993:162 164. Menurut Leech, fungsi konfliktif sama mengandung sopan santun dengan tingkat kesantunan yang lebih tidak santun dibandingkan dengan fungsi kompetitif, seperti yang terdapat pada ilokusi ekspresif yang tidak mengindahkan tata krama, seperti mencerca, mengejek, membentak, menghardik, menantang, mengumpat, menghasut, mengutuk, menakuti, menjelekkan, memfitnah, menghina, memaki, meremehkan, mengusir, mendesak, mendamprat, dan menginterogasi Baryadi, 2012:32. Meskipun demikian, terdapat juga ilokusi ekspresif yang menujukkan sopan santun dalam hal ini fungsi konvivial, seperti meminta maaf, humor, memuji, berterima kasih. Pada dasarnya, ilokusi ekspresif memiliki fungsi untuk mengekspresikan sikap psikologis pembicara terhadap pendengar sehubungan dengan keadaan tertentu sebagai pernyataan rasa senang, sedih, marah, dan benci. Jenis tindak tutur konfliktif dengan ilokusi ekspresif tuturan calon gubernur, calon wakil gubernur, dan para pendukung terdapat dalam bentuk tuturan menuduh 24 tuturan; mengancam 11 tuturan; menantang 7 tuturan; meremehkan 3 tuturan; dan mengecam 7 tuturan. Berikut ini diuraikan contoh jenis tindak tutur konfliktif dengan ilokusi ekspresif. 4.2.1.4.1 Tindak Tutur Konfliktif dengan Ilokusi Ekspresif Menuduh Ilokusi ekspresi menuduh mengandung fungsi konfliktif karena di dalam tuturan menuduh tersirat sikap psikologis penutur berupa dugaan – entah terbukti atau tidaknya dugaan itu – terhadap sesuatu yang dilakukan oleh atau yang ada pada mitra tutur. Tuturan menuduh bertentangan dengan tujuan sosial karena tidak mengindahkan sopan santun. Biasanya tuturan menuduh juga disertai bukti dan langsung menunjuk pada isi tuturan yang dimaksudkan oleh penutur. Isi tuturan menuduh seringkali disertai modalitas kepastian: yakin ada, pasti atau diksi yang langsung merujuk pada isi tuduhan. Tindakan menuduh ini dapat dicermati pada contoh tuturan 118 s.d 122 berikut. 118 “Temuan itu membuat kami yakin ada pelanggaran hukum dalam penyusunan DPT.” Rois Handayani, Kordinator Advokasi Tim Kampanye Hidayat-Didik. [I1.2.d.D] Konteks: Rois Handayani bersama 5 tim pasangan calon lain menolak DPT yang dikeluarkan KPU yang terkesan amburadul. Timnya menemukan data 44.696 pemilih yang di antaranya bernama, bertanggal lahir, dan beralamat sama, tetapi berbeda NIK Kompas, 5 Juni 2012, hlm. 25. 119 “Ini membuktikan DPT tidak valid dan ada pelanggaran hukum.” Denny Iskandar - Tim Sukses Joko-Basuki. [I1.3.d.D] Konteks: Denny Iskandar bersama 5 tim pasangan calon lain menolak DPT yang dikeluarkan KPU yang terkesan amburadul. Tim ini menemukan 382 pemilih yang dianggap bermasalah secara acak Kompas, 5 Juni 2012, hlm. 25. 120 “Intinya ada motif terstruktur dan massif untuk memilih pasangan tertentu dengan menjanjikan sejumlah uang. Karena itu, kami berharap panwaslu segera menindaklanjuti.” Dasril Affandi, Sekretaris tim advokasi Foke-Nara [V2.73.d.A] Konteks: Dasril Affandi mensinyalir adanya praktik politik uang oleh pasangan Jokowi-Ahok. Jawa Pos, 15 Juli 2012. 121 “Itu namanya sepihak.” Jokowi [III1.15.d.A] Konteks: Jokowi menanggapi sikap KPU yang bersikukuh terhadap DPT, meskipun lima pasangan calon lainnya mempersoalkan DPT. Pasangan Fauzi Bowo menandantangani DPT tersebut. Republika, 5 Juni 2012, hlm. 9. 122 “Masalah ini telah jauh dipolitisasi.” Surya Aka, Ketua Soneta Fans Club Indonesia, pendukung Rhoma Irama, artis dan penyanyi dangdut, pendukung Fauzi-Nachrowi [II3.12.d.A] Konteks: Surya Aka menerangkan masalah dugaan kampanye SARA Rhoma Irama yang siap dibawa ke penyelidikan. . Koran Tempo, 11 Agustus 2012, hlm. A4. Tuturan 118 disampaikan oleh Rois Handayani terkait dengan penolakan lima tim pasangan calon atas DPT yang telah ditetapkan KPUD Jakarta. Alasan penolakan mereka adalah ditemukannya sejumlah besar pemilih yang bernama, bertanggal lahir, dan beralamat sama, tetapi berbeda NIK. Tindakan menuduh semakin jelas tampak pada fakta pada pilihan kata temuan dan frasa kami yakin ada pelanggaran hukum. Pada tuturan 119, dengan konteks tuturan yang sama, tuturan Denny Iskandar menggunakan penanda lingual pronomina penunjuk ini yang mengacu pada temuan tim pasangan calon terkait dengan fakta sejumlah besar pemilih yang bernama, bertanggal lahir, dan beralamat sama, tetapi berbeda NIK. Tuturan 120 bermaksud menuduh adanya politik uang yang dilakukan pasangan Jokowi-Ahok sehingga penutur menyampaikan Intinya ada motif terstruktur dan massif … . Demikian pun pada tuturan 121 Itu namanya sepihak dan 122 Masalah ini telah jauh dipolitisasi, terdapat cukup jelas indikasi tindakan menuduh sesuai dengan isi dan konteks tuturan tersebut. 4.2.1.4.2 Tindak Tutur Konfliktif dengan Ilokusi Ekspresif Mengancam Ilokusi ekspresif mengancam pada hakikatnya tidak mengindahkan sopan santun sehingga dianggap bertentangan dengan tujuan sosial. Tindakan mengancam mengekspresikan rasa tidak suka atau marah penutur terhadap situasi atau keadaan yang tidak sesuai dengan yang diharapkannya. Tindakan mengancam itu bertujuan menimbulkan kemarahan. Hal ini dapat terlihat pada tuturan 123 s.d. 126 berikut. 123 “Kalau begini caranya, tim sukses dan pasangan calon akan menyetop semua tahapan Pemilukada DKI.” M. Taufik, juru bicara tim sukses Jokowi-Basuki. [III1.1.d.A] Konteks: M.Taufik menganggap penetapan DPT oleh KPU masih bermasalah. Tim suksesnya mengancam akan mundur dalam pilkada DKI Republika, 4 Juni 2012, hlm. 9. 124 “Kalau tidak bersih, lima pasangan calon akan boikot.” M. Taufik, juru bicara tim Jokowi-Basuki. [ III1.21.d.B] Konteks: M.Taufik meminta KPU meyelesaikan masalah DPT. Republika, 6 Juni 2012, hlm. 9. 125 “Semua saksi kami di TPS akan mengajukan keberatan tentang salinan DPT ini.” Denny Iskandar, tim sukses pasangan Jokowi-Basuki [I2.32.d.A] Konteks: Denny Iskandar mengomentari tindakan KPU yang mencoret 21.344 pemilih yang dianggap ganda. Hal ini memicu sikap pro-kontra para tim sukses Kompas, 10 Juli 2012, hlm. 15. 126 “Siapa pun melakukan hal ini, jangan sampai Anda bermain api. Bukan kami yang marah, tapi rakyat juga marah.” Nono Sampono [II2.8.c.A] Konteks: Nono Sampono menjelaskan kepada media terkait anggota poskonya yang diculik. Koran Tempo, 1 Juli 2012, hlm. A3. Tuturan 123 dan 124 disampaikan oleh M.Taufik terkait dengan penetapan DPT oleh KPUD Jakarta yang masih dianggap bermasalah oleh lima pasangan calon lainnya. Tindakan mengancam itu tampak dalam bagian kalimat tim sukses dan pasangan calon akan menyetop semua tahapan Pemilukada DKI dan lima pasangan calon akan boikot. Bila dikaitkan dengan skala pilihan menurut Leech, dengan tindakan mengancam, penutur meminimalkan semakin kecil pilihan pada pihak mitra tutur dalam melakukan tindakan sesuai dengan isi tuturan. Tuturan 125 memiliki konteks terkait dengan DPT, tetapi menjelang pemilukada putaran kedua. Penutur menolak pencoretan 21.344 pemilih oleh KPUD. Hal ini tentu menimbulkan sikap pro dan kontra sehingga dengan gaya hiperbolis penutur menyampaikan Semua saksi kami di TPS akan … yang dipersepsi sebagai tindakan mengancam. Pada tuturan 126, isi tuturan mengancam cukup jelas pada bagian pertama dari tuturan tersebut Siapa pun melakukan ini, jangan sampai Anda bermain api. 4.2.1.4.3 Tindak Tutur Konfliktif dengan Ilokusi Ekspresif Menantang Tindak ilokusi ekspresif menantang adalah tindak tutur yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan seperti yang disebutkan dalam tuturan yang berisi tantangan. Di dalam tuturan menantang terkandung maksud penutur untuk menghadapi atau melawan mitra tutur atau mengekspresikan rasa perlawanan terhadap pihak lain. Tuturan menantang dapat dilihat pada contoh tuturan 127 s.d. 131 berikut. 127 “Biar saja ikut bertanding anak bawang itu.” Nachrowi Ramli. [IV2.16.d.A] Konteks: Nachrowi Ramli menerangkan kesanggupannya menang dan dapat menyelesaikan problem Jakarta Media Indonesia, 3 Juli 2012, hlm. 7. 128 “Mari kita bertarung di putaran kedua.” Fauzi Bowo. [II2.29.b.B] Konteks: Fauzi Bowo mengomentari keunggulan pasangan Jokowi-Ahok dalam pilkada. Koran Tempo, 12 Juli 2012, hlm. A1. 129 “Kalau berniat membantu rakyat, mari koalisi yang benar, enggak usah pakai mahar- mahar segala.” Boy Sadikin, Ketua Tim Sukses pasangan Jokowi-Ahok [II2.68.d.A] Konteks: Boy Sadikin mengomentari dukungan partai-partai lain, misalnya PKS, yang meminta mahar menghadapi putaran kedua. Koran Tempo, 17 Juli 2012, hlm. A4. 130 “Jika Foke menginginkan dukungan dari PKS, berani tidak dia meminta maaf karena PKS buka n Wahabi dan tak antimaulid.” Hidayat Nur Wahid [ III3.19.d.A ] Konteks: Hidayat Nur Wahid memberi keterangan bahwa dukungan PKS untuk salah satu pasangan calon tidak „gratis‟. Republika, 9 Agustus 2012, hlm. 2. 131 “Berani tidak Jokowi berkomitmen tidak meninggalkan jabatannya hingga akhir masa jabatan. Tidak seperti Solo yang ditinggalkannya untuk bertarung di Jakarta.” Hidayat Nur Wahid [ III3.20.d.A ] Konteks: Hidayat Nur Wahid memberi keterangan bahwa dukungan PKS untuk salah satu pasangan calon tidak „gratis‟. Republika, 9 Agustus 2012, hlm. 2. Tuturan 127 disampaikan oleh Nachrowi Ramli. Calon pasangan lain dianggapnya sebagai anak bawang atau “pendatang baru” dan tidak diperhitungkan dalam pemilihan umum kepala daerah Provinsi DKI Jakarta. Dengan tuturan Biar saja ikut bertanding anak bawang itu tersirat di dalamnya tujuan bertentangan dengan pasangan lain. Tindakan menantang Nachorwi Ramli bermaksud mengajak mitra tutur untuk saling melawan dalam konteks pemilikada DKI Jakarta. Hal ini juga jelas terlihat pada pengg unaan pilihan kata “bertanding”, yakni metafora pemilukada sebagai olah raga yang dipertandingkan antara dua regu. Pada tuturan 128 dan 129, isi tuturan menantang terdapat pada bagian tuturan Mari kita bertarung … dan mari koalisi yang benar … . Penanda lingual mari memang tergolong imperatif ajakan, tetapi dalam konteks tuturan tersebut, maksud tuturan-tuturan itu adalah menantang. Pada tuturan 130 dan 131, pilihan kata berani tidak ... yang dipakai penutur jelas bermaksud menantang mitra tutur atau pendengar. 4.2.1.4.4 Tindak Tutur Konfliktif dengan Ilokusi Ekspresif Mengecam Tindakan mengecam berarti mengkritik atau mencela dan menyelidiki dengan teliti atas suatu hal. Tuturan mengecam mengandung maksud mengkritik dengan nuansa mencela. Penutur bermaksud menyelidiki kekurangan mitra tutur dan mencelanya dengan tujuan merendahkan dan mengabaikan martabat mitra tutur. Tuturan mengecam biasanya muncul dari ketidakpuasan atas orang atau suatu hal, karena itu melalui tuturannya, penutur bermaksud mengkritik secara langsung dan sifatnya cenderung kasar dan tidak santun sama sekali. Beberapa contoh tuturan mengecam dapat dilihat pada data 132 s.d. 135 berikut. 132 “Kalau istilah orang sekarang, lebay.” Agung Mozin, anggota tim sukses Hidayat-Didik [II1.6.d.A] Konteks: Agung Mozin mengomentari tindakan Panwaslu yang menertibkan iklan dan spanduk yang melanggar aturan kampanye. Tindakan itu dianggapnya berlebihan Koran Tempo, 10 Juni 2012, hlm. A4. 133 “Saya sangat geram dan tidak akan tinggal diam sampai pelakunya tertangkap. Tapi, saya yakin yang berani melakukan penculikan dan pembacokan selama masa kampanye pasti berani melakukan kecurangan di TPS saat pencoblosan.” Nono Sampono [III2.14.d.A] Konteks: Nono Sampono mengomentari DPT yang masih bermasalah dan munculnya kasus intimidasi sebagai indikasi adanya kecurangan oleh pihak tertentu. Republika, 5 Juli 2012, hlm. 9. 134 “Mereka digaji oleh uang rakyat, namun pekerjaannya tidak beres.” Nono Sampono [ III2.42.d.A] Konteks: Nono Sampono merasa tidak puas terhadap kinerja KPU DKI Jakarta perihal daftar pemilih tetap DPT dan adanya laporan 27 kasus pelanggaran oleh Indonesian Corruption Watch ICW. Republika, 12 Juli 2012, hlm. 9. 135 “Padahal bapak dan ibu saya sudah menunaikan ibadah haji sejak 12 tahun lalu. Ini betul- betul sudah sangat keterlaluan.” Jokowi [IV3.13.d.B] Konteks: Jokowi menganggap kampanye hitam dengan isu SARA sudah keterlaluan, apalagi sampai menghina orang tuanya. Media Indonesia, 8 Agustus 2012, hlm. 6. Tuturan-tuturan di atas berbeda konteks tuturannya. Namun, dari segi tujuan tuturan, di dalam setiap tuturan itu terdapat tindakan mengecam. Tuturan 132 terkait dengan konteks penertiban iklan dan spanduk oleh Panwaslu. Iklan dan spanduk tersebut telah melanggar aturan kampanye. Dengan tuturan 132, penutur mengkritik tindakan penertiban tersebut sebagai tindakan berlebihan sehingga di dalam tuturan itu terdapat diksi lebay. Istilah lebay di dalam pertuturan orang muda mengacu kepada tindakan atau perbuatan yang berlebih-lebihan, atau sok-sokan. Pada tuturan 133, isi kecaman sangat jelas dengan pemakaian modalitas yang mempertegas tindakan mengecam, yakni sangat geram dan tidak akan tinggal diam. Dengan tuturan 134, penutur bermaksud menyatakan ketidakpuasannya terhadap kinerja KPU DKI Jakarta. Tuturan tersebut tidak semata bermaksud mengkritik, tetapi jelas-jelas mengecam sebab menjatuhkan martabat mitra tutur. Proposisi kalimat tuturan 134 mengandung merupakan tindakan mengecam. Pada tuturan 135, penutur bermaksud mencela kampanye hitam dengan isu SARA. Tindakan mengecam diutarakan dengan gaya bahasa hiperbola Ini betul-betul sudah sangat keterlaluan. Dengan tuturan demikian, penutur tidak sekadar mengekspresikan kritik, tetapi tindakan mengecam atau mencela mitra tutur. 4.1.2.4.5 Tindak Tutur Konfliktif dengan Ilokusi Ekspresif Meremehkan Tindakan meremehkan berarti mengabaikan, menganggap rendah seseorang atau suatu hal. Tuturan meremehkan mengandung maksud bahwa penutur mengabaikan atau menganggap rendah sesuatu atau pribadi yang menjadi topik pembicaraan di dalam tuturannya tersebut. Tuturan meremehkan menjadi ekspresi psikologis penutur sebagai bentuk rasa kurang respek, atau kurang prihatin terhadap suatu hal. Dengan tuturan meremehkan, penutur didorong rasa emosi sehingga terkesan marah kepada mitra tutur atau hal yang dibicarakan. Tuturan 136 s.d. 138 menjadi contoh jenis tindak tutur kompetitif dengan ilokusi ekspresif meremehkan. 136 “Saya tidak mau ambil pusing orang bilang apa.” Fauzi Bowo [I1.17.d.D] Konteks: Fauzi Bowo menanggapi komentar orang tentang gaya kepemimpinannya dalam wawancara profil pasangan calon gubernur Provinsi DKI Jakarta Kompas, 25 Juni 2012, hlm. 37.. 137 “Saya ambil keputusan sebelum seminggu lagi deh.” Fauzi Bowo [IV3.20.d.A] Konteks: Fauzi Bowo memberi komentar di hadapan korban kebakaran beberapa ibu di Tengsin, Jakarta Utara. Pernyataan ini disiarkan di situs Youtube. Media Indonesia, 10 Agustus 2012, hlm. 6. 138 “Tidak diduga ya. Foke bisa dibikin keok Pak Jokowi. Pak Jokowi memang jago dan sangat didukung media yang selama ini setia membesarkan kepemimpinannya atas Solo.” seorang warga Surakarta di salah satu warung [IV2.32.d.A] Konteks: Seorang warga Surakarta menanggapi keunggulan sementara pasangan Jokowi-Ahok. Media Indonesia, 12 Juli 2012, hlm. 7. Tuturan 136 disampaikan Fauzi Bowo berkenaan dengan program kerja yang hendak dilakukannya jika terpilih sebagai gubernur. Dengan diksi tidak mau ambil pusing, penutur bermaksud kurang menghiraukan bahkan tidak menghargai pihak lain. Demikian pun pada tuturan 137, penutur menganggap rendah atau mengabaikan persoalan kebakaran di Tengsin, Jakarta Utara yang seharusnya menjadi perhatian seorang pemimpin. Dengan mengatakan Saya ambil keputusan sebelum seminggu deh, penutur terkesan tidak memperhatikan korban kebakaran. Pada tuturan 138, pendukung Jokowi di Solo tampak jelas merendahkan Fauzi Bowo di dalam tuturannya. Maksud penutur adalah meremehkan seseorang yang disebutkan di dalam tuturannya itu. Penggunaan diksi keok mempertegas sikap mengabaikan atau menganggap rendah pihak lain.

4.2.2 Tingkat Kesantunan Tuturan