Tindak Tutur Konvivial Jenis-jenis Tindak Tutur

ekspresif, 4 komisif, dan 5 deklarasi karena setiap bentuk tuturan ini menunjukkan fungsi-fungsi komunikatifnya tersendiri. Leech justru 1983 menyatakan sebaliknya bdk. Rahardi, 2009:17 ketika menguraikan fungsi tindak tutur dan bentuk tindak tutur. Menurut Leech, satu maksud atau satu fungsi bahasa dapat dinyatakan dengan bentuk tuturan yang bermacam-macam. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa keempat jenis fungsi tindak tutur konvivial, kolaboratif, kompetitif, dan konfliktif yang diuraikan Leech terkandung di dalamnya jenis-jenis ilokusi yang diwujudkan dalam berbagai bentuk tuturan.

4.2.1.1 Tindak Tutur Konvivial

Tindak tutur konvival adalah tindak tutur yang sejalan coincide with dengan tujuan sosial, misalnya bentuk tuturan menawarkan bantuan, mengajak atau mengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih, dan mengucapkan selamat Leech, 1983 dalam Oka, 1993:162 164. Tindak tutur konvivial terdapat dalam 3 jenis ilokusi, yaitu 1 ilokusi ekspresif, mencakup bentuk tuturan menawarkan bantuan, mengajak, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, menyapa, mengucapkan terima kasih, mengucapkan salam, mengucapkan selamat tinggal, memuji, memaafkan, meminta maaf, mengampuni, menyetujui, menyanjung, menghargai, membanggakan, melucu, meneguhkan, mempersilakan, bercanda, berbelasungkawa, berterima kasih, berdialog; 2 ilokusi komisif, seperti bentuk tuturan menyatakan janji, menawarkan, dan berkaul yang berkaitan dengan sesuatu di masa depan yang hendak dipenuhi penutur; dan 3 ilokusi direktif, terutama bentuk tuturan mengundang . Ilokusi ekspresif adalah bentuk tuturan yang menyatakan sikap atau ekspresi; ilokusi komisif adalah bentuk tuturan yang menyatakan janji; dan ilokusi direktif adalah tuturan yang bermaksud memerintah atau menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu. Dengan ilokusi ekspresif, bentuk tuturan yang tergolong tindak tutur konvivial mencakup berbagai bentuk tuturan yakni mempersilakan 11 tuturan, mengucapkan terima kasih 18 tuturan, mengajak 38 tuturan, meneguhkan 8 tuturan, meminta maaf 1 tuturan, mengucapkan salam 2 tuturan, menghargai 10 tuturan, dan menyanjung 13 tuturan. Tindak tutur konvivial dengan ilokusi komisif terdapat pada bentuk tuturan menawarkan janji 29 tuturan. Tindak tutur konvivial dengan ilokusi direktif terdapat pada bentuk tuturan mengundang 1 tuturan. Uraian- deskriptif tentang jenis tindak tutur konvivial adalah sebagai berikut. 4.2.1.1.1 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Tindak tutur konvivial dengan ilokusi ekspresif tuturan calon gubernur, calon wakil gubernur, dan para pendukung terwujud dalam tindakan mempersilakan, mengucapkan terima kasih, mengajak, meneguhkan, meminta maaf, mengucapkan salam, menghargai, dan menyanjung. 4.2.1.1.1.1 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Mempersilakan Ilokusi ekspresif mempersilakan tersirat di dalamnya sikap penutur memberikan kesempatan kepada mitra tutur melakukan apa yang hendak dilakukan mitra tutur. Dengan tuturan mempersilakan, penutur bertujuan menyenangkan mitra tutur sekaligus menghormati mitra tutur demi terjaganya sopan santun. Ilokusi jenis ini dapat dilihat pada tuturan 33 s.d 35 berikut. 33 “Gunakanlah hak pilih dan jangan golput.” Reinhard Parapat, kordinator hukum Faisal- Biem. [I2.27.a.A]. Konteks: Reinhard Parapat mengimbau warga menggunakan hak suara dalam pilkada DKI. Kompas, 9 Juli 2012, hlm. 15 34 “Saya bebaskan mereka pilih siapa pun.” Hendardji Soepandji [II2.39.a.C] Konteks: Hendardji Soepandji menegaskan sikap politiknya menghadapi putaran kedua. Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A1 35 “Silakan menghubungi juru bicara saya.” Fauzi Bowo. [II3.22.a.A] Konteks: Fauzi Bowo menanggapi aduan beberapa pihak ke Panwaslu DKI Jakarta tentang pernyataannya kepada warga yang mengalami musibah kebakaran di Karet Tengsin 148, 2012. Koran Tempo, 15 Agustus 2012, hlm. A5. Pada tuturan 33, secara struktural, tindakan mempersilakan tampak pada pemakaian kata Gunakanlah yang bermakna imperatif perintah atau suruhan. Sesuai dengan konteksnya, tuturan ini dipersepsi sebagai tindak mempersilakan agar para pemilih menggunakan hak pilihnya dan tidak golput. Tuturan 34 juga dipersepsi tindakan mempersilakan. Hendardji Soepandji tidak masuk dalam putaran kedua pemilukada sehingga ia membebaskan pendukungnya memilih siapa saja di antara dua pasangan atau Foke-Nara atau Jokowi-Ahok: Saya bebaskan mereka pilih siapa pun. Pada tuturan 35, tampak jelas penanda persilaan, yaitu Silakan … di dalam tuturan tersebut. Sesuai dengan konteksnya pula, tuturan ini dipersepsi sebagai tindakan mempersilakan. Fauzi Bowo mempersilakan awak media menghubungi juru bicaranya untuk memperoleh informasi tentang pernyataannya kepada warga yang mengalami musibah kebakaran di Karet Tengsin. 4.2.1.1.1.2 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Mengucapkan Terima Kasih Tuturan mengucapkan terima kasih pada dasarnya selalu bertujuan menyenangkan karena penutur bermaksud menghargai mitra tuturnya. Tuturan ini pun jelas memperlihatkan aspek honorifik tanpa menghilangkan nuansa keakraban antara penutur dan mitra tutur. Ilokusi ekspresif mengucapkan terima kasih terdapat pada tuturan 36 s.d 39 berikut. 36 “Kami bersyukur bisa menjadi bagiannya, dan kami siap mengambil bagian.” Fauzi Bowo [IV2.58.a.A] Konteks: Fauzi Bowo bersyukur karena masuk putaran kedua setelah KPU DKI Jakarta memutuskan pasangan Jokowi-Ahok dan Foke-Nara ke putaran kedua. Media Indonesia, 20 Juli 2012, hlm. 7 37 “Saya bersyukur pada siang hari yang mendapat berkat Tuhan bisa silaturahim dan bisa berbincang- bincang soal Jakarta.” Fauzi Bowo [IV3.16.a.A] Konteks: Fauzi Bowo bersilaturahim dengan para pendeta dari beberapa gereja di Gereja Bethel Indonesia Mawar Sharon, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Media Indonesia, 9 Agustus 2012, hlm. 7. 38 “Saya sangat bersyukur atas keputusan tersebut. Panwaslu telah memutuskan apa yang harus diputuskan.” Rhoma Irama, artis dan penyanyi [IV3.26.a.A] Konteks: Rhoma Irama menyambut gembira sikap Panwaslu pilkada DKI Jakarta yang tidak melanjutkan masalah dugaan kampanye SARA. Media Indonesia, 14 Agustus 2012, hlm. 7. 39 “Senang sekali saya dikunjungi ibu. Kedatangannya memberikan dukungan dan semangat.” Biem Benjamin. [I1.25.b.C] Konteks: Dite Abimayu memberi keterangan tentang sumber dana dalam masa kampanye yang diperoleh pasangan calon Hidayat-Didik Kompas, 26 Juni 2012, hlm. 15. Pada tuturan 36 s.d. 39 tindakan mengucapkan terima kasih sangat jelas terlihat pada penanda lingual berikut: Kami bersyukur …36; Saya bersyukur … 37; Saya sangat bersyukur … 38; dan Senang sekali saya…39. Penggunaan pilihan kata bersyukur, sangat bersyukur, dan senang sekali mendukung ekspresi terima kasih seseorang atas sesuatu yang terjadi atas dirinya. Tindakan mengucapkan terima kasih ditujukan penutur kepada orang atau pihak lain yang telah memberikan perasaan senang atau suka pada diri penutur. 4.2.1.1.1.3 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Mengajak Tindakan mengajak mengacu pada tuturan yang bertujuan meminta kesediaan mitra tutur untuk terlibat pada maksud yang disampaikan penutur di dalam tuturannya. Biasanya, imperatif ajakan disertai penanda mari atau ayo, tetapi maksud ajakan bisa juga disampaikan dengan bentuk imperatif lain. Hal ini terlihat jelas di dalam tuturan 40 s.d 43 berikut. 40 “Jangan pernah menyerah untuk perjuangan memperbaiki keadaan.” Faisal Basri. [V2.34.a.A] Konteks: Faisal Basri menyatakan bangga karena telah menorehkan sejarah dalam pilkada DKI Jakarta 2012. Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11. 41 “Jangan terjebak dengan iming-iming uang atau sembako untuk memilih calon tertentu.” Hartono, kordinator media center pasangan Hidayat-Didik [I2.28.a.A] Konteks: Hartono mengimbau warga menggunakan hak suara dalam pilkada DKI. Kompas, 9 Juli 2012, hlm. 15. 42 “Tetapi, saya mendapatkan laporan dari sukarelawan di lapangan, banyak warga yang belum mendapatkannya. Saya minta tolong kepada semua pihak, juga kepada pers, untuk bersama- sama mengawasi Pilkada DKI.” Megawati Soekarnoputeri, Ketua umum PDI-P [I2.35.a.A] Konteks: Megawati mengomentari fakta banyaknya warga yang belum memperolah kartu pemilih padahal pemungutan suara tinggal dua hari. Kompas, 10 Juli 2012, hlm. 15. 43 “Kita semua harus sama-sama mengawal proses penghitungan sampai tuntas.” Mustafa Kamal, ketua bidang kebijakan publik PKS. [I2.41.a.C] Konteks: Mustafa Kamal mengomentari hasil prediksi hitung cepat dari perbagai survei menunjukkan pasangan Jokowi-Basuki meraih posisi teratas. Kompas, 12 Juli 2012, hlm. 15. Secara struktural, semua contoh tuturan di atas tidak menyertakan ungkapan penanda ajakan: ayo, mari, atau menggunakan modus imperatif ajakan. Bentuk kalimat tuturan-tuturan di atas adalah modus deklaratif. Tuturan 40 dan 41 secara struktural adalah larangan. Hal ini ditandai pemakaian kata jangan. Namun, tuturan 40 dapat dipersepsi sebagai ajakan sesuai dengan konteks tuturan tersebut. Tuturan itu disampaikan Faisal Basri sebagai rasa bangganya menjadi salah satu calon dalam pemilihan gubernur Provinsi DKI Jakarta. Keikutsertaannya dalam pilkada dari kubu independen menjadi torehan sejarah baru di kancah pilkada DKI Jakarta. Dengan tuturan Jangan pernah menyerah untuk perjuangan memperbaiki keadaan, tuturan Faisal Basri bertujuan untuk mengajak tim sukses dan pendukungnya agar tidak berhenti memperjuangkan perbaikan keadaan di DKI Jakarta. Demikian pun pada tuturan 41, penutur bermaksud mengajak mitra tutur, yaitu Jangan terjebak dengan iming- iming … . Pada tuturan 42 terdapat penanda kesantunan permintaan: minta tolong. Tuturan ini dapat dipersepsi sebagai tindakan mengajak berdasarkan isi keseluruhan kalimat tuturan dan konteks tuturan. Hal ini ditandai dengan bagian klausa Saya minta tolong kepada … untuk bersama-sama mengawasi Pilkada DKI. Demikian pun pada tuturan 43, makna ajakan terdapat pada bagian awal kalimatnya: Kita semua harus sama- sama … sehingga tuturan itu dipersepsi sebagai tindakan mengajak. 4.2.1.1.1.4 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Meneguhkan Tindakan meneguhkan mengandung arti menguatkan atau memperkuat. Tuturan meneguhkan bermaksud menguatkan orang lain mitra tutur berkenaan dengan situasi atau kondisi yang dialami. Melalui tuturan meneguhkan, penutur bermaksud „melibatkan‟ diri secara personal dan sosial atau merasa bagian dari situasi dan keadaan mitra tutur. Tuturan 44 s.d. 47 berikut adalah contoh tuturan meneguhkan. 44 “Kaum Tionghoa adalah bagian dari kami karena kami lahir dan besar di Jakarta.” Nachrowi Ramli [IV1.12.a.A] Konteks: Nachrowi Ramli menyambut dukungan dari Yayasan Lestari Kebudayaan Tionghoa Indonesia. Media Indonesia, 7 Juni 2012, hlm. 9. 45 “Bukan kebencian yang ditonjolkan, tapi keberagaman yang damai.” Jokowi [IV1.29.a.A] Konteks: Jokowi mengomentari perayaan HUT Jakarta ke-485 dengan tema Merajut Nusantara menuju Jakarta Baru. Media Indonesia, 24 Juni 2012, hlm. 9. 46 “Semoga Jakarta tetap aman dan maju terus. Kami juga siap kalah, tapi lebih siap menang.” Fauzi Bowo [IV1.31.a.A] Konteks: Fauzi Bowo menyatakan komitmen melaksanakan kampanye damai sesuai dengan kesepakatan para kandidat gubernur dan wakil gubernur. Media Indonesia, 25 Juni 2012, hlm. 8. 47 “Semoga saja Pak Jokowi benar-benar terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta. Beliau tentu akan berhasil menularkan keberhasilan memimpin Kota Solo saat nanti menjadi gubernur DKI.” Surtini, bakul gumbon Pasar Gede Solo [IV2.30.a.A] Konteks: Surtini, warga Solo, menanggapi keunggulan sementara pasangan Jokowi-Ahok. Media Indonesia, 12 Juli 2012, hlm. 7. Dengan tuturan 44, penutur bermaksud meneguhkan dukungan kaum Tionghoa kepada pasangan Foke-Nara. Hal ini juga tampak jelas pada keseluruhan isi tuturan Kaum Tionghoa adalah bagian dari kami … . Pada tuturan 45, penutur bermaksud meneguhkan makna perayaan HUT Jakarta sesuai dengan tema yang ada. Penutur mempertegas tema itu dengan tuturan Bukan kebencian yang ditonjolkan, tapi keberagaman yang damai. Tindakan meneguhkan dapat pula dipersepsi berdasarkan tuturan yang bermakna imperatif harapan. Hal ini jelas pada penggunaan penanda kesantunan harap atau semoga. Di dalam tuturan 46 dan 47 digunakan penanda semoga yang mempertegas tindakan meneguhkan dari penutur terhadap hal atau orang yang dibicarakan di dalam tuturan. 4.2.1.1.1.5 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Meminta Maaf Tindakan ilokusi ekspresif meminta maaf adalah tindak tutur yang bermaksud agar tuturannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan yang berisi permintaan maaf. Dari data tuturan yang ada, terdapat satu ilokusi ekspresif meminta maaf, yaitu tuturan 48 berikut. 48 “Kami memohon maaf atas adanya sindiran-sindiran, statement-statement dalam putaran pertama. Kami akan melakukan sharing dalam posisi yang baru.” Fauzi Bowo [IV3.9.a.A] Konteks: Fauzi Bowo menyambut baik dukungan partai Golkar untuknya pada pilkada putaran kedua bulan September. Media Indonesia, 6 Agustus 2012, hlm. 6. Secara struktural, di dalam tuturan 48, penutur menggunakan penanda lingual mohon maaf. Sesuai dengan konteks tuturannya, pada putaran pertama, Partai Golkar mendukung pasangan Alex-Noerdin. Penutur memohon maaf atas sindiran- sindirian, statement-statement pada putaran pertama agar pada putaran kedua dapat dilakukan sharing dalam posisi yang baru. Tuturan ini dipersepsi sangat santun karena di dalam tuturannya selain penggunaan diksi memohon maaf, penutur menggunakan pronomina pertama jamak kami untuk menggantikan tanggung jawab personal penutur atas isi tuturannya. Dengan itu, secara kelembagaan, tuturan tersebut telah mewakili semua orang yang menjadi pendukung penutur pasangan Foke-Nara. 4.2.1.1.1.6 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Mengucapkan Salam Tindak ilokusi ekspresif mengucapkan salam atau menyapa adalah tindak tutur yang bermaksud agar tuturannya diartikan sebagai penghargaan terhadap pribadi mitra tutur secara personal dan sosial melalui tuturan yang berisi salam atau sapaan. Dalam pergaulan sosial, tindakan menyapa adalah salah satu bentuk kebiasaan penghormatan ketika seseorang bertemu dengan orang lain, atau ketika bertamu ke rumah orang. Secara stuktural, penanda lingual yang umumnya dipakai adalah kata- kata sapaan atau salamselamat, seperti: salam sejahtera, selamat pagi, selamat siang termasuk juga ucapan salam dalam bahasa daerah, dan lain sebagainya. Tuturan 49 dan 50 berikut adalah contoh ilokusi ekspresif mengucapkan salam selamat. 49 “Shalom Salam sejahtera.” Fauzi Bowo [IV3.17.a.A] Konteks: Fauzi Bowo bersilaturahim dengan para pendeta dari beberapa gereja di Gereja Bethel Indonesia Mawar Sharon, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Media Indonesia, 9 Agustus 2012, hlm. 7. 50 “Sugeng rawuh Mas Jokowi, terima kasih.” Hidayat Nur Wahid [V2.18.a.A] Konteks: Hidayat Nur Wahid menyambut silaturahim Jokowi di markasnya Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11. 4.2.1.1.1.7 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Menghargai Tindakan menghargai adalah tindakan menghormati, mengindahkan atau memandang penting pihak lain. Dengan ilokusi ekspresif menghargai, isi tuturan mengandung penghormatan terkait dengan situasi atau keadaan, kemampuan atau kapasitas mitra tutur secara pribadi atau sesuai dengan topik yang dibicarakan. Tindakan menghargai dapat dicermati pada contoh tuturan-tuturan 51 s.d. 54 berikut. 51 “Saya selaku ketua MPR sangat bangga dengan kondisi ini.” Taufiq Kiemas, Ketua MPR [V2.43.a.A] Konteks: Taufik Kiemas mengomentari kemenangan pasangan Jokowi-Ahok atas Foke-Nara berdasarkan penghitungan sementara. Jawa Pos, 12 Juli 2012, hlm. 11. 52 “Tidak apa-apa. Sudahlah, kami menghargai keputusan partai.” Jokowi [I3.8.a.A] Konteks: Jokowi menanggapi dukungan PKS atas pasangan Foke-Nara. Jokowi merasa telah berusaha agar bisa bersama PKS pada putaran kedua. Kompas, 12 Agustus 2012, hlm. 2. 53 “Tapi saya yakin, dari lembaga survei tersebut, ada yang benar-benar memotret realitas pilihan warga DKI karena didasari oleh keilmuan dan metodologi yang benar.” Almuzzammil Yusuf, Wakil Ketua Fraksi PKS di DPR [ III1.7.a.D] Konteks: Almuzzammil Yusuf menanggapi munculnya banyak survei yang memberikan perbedaan yang sangat signifikan sehingga bisa menggiring opini publik. Republika, 4 Juni 2012, hlm. 9. 54 “Semoga hubungan ini terus membawa hoki.” Hidayat Nur Wahid [ III1.43.a.A ] Konteks: Hidayat Nur Wahid bersosialisasi dengan komunitas Tionghoa Republika, 11 Juni 2012, hlm. 21. Dengan tuturan 51, penutur menyampaikan penghormatannya atas proses demokrasi di Provinsi DKI Jakarta dan implisit kemenangan pasangan Jokowi-Ahok yang didukungnya. Pada tuturan 52, penutur bermaksud menghormati keputusan partai PKS terkait dengan dukungan PKS terhadap pasangan Foke-Nara menghadapi pilkada putaran kedua, meskipun ia telah berusaha membuat pendekatan. Tindakan menghargai ditunjukkan melalui keseluruhan isi tuturan 52 tersebut. Pada tuturan 53, penutur bermaksud memberikan penghormatan kepada lembaga survei yang menyelenggarakan hitung cepat dengan metodologi yang benar. Hal ini didukung dengan struktur kalimat Saya yakin … ada yang benar-benar …. Tuturan 54 secara jelas menyajikan penghormatan penutur terhadap sosialiasi penutur dengan warga Tionghoa. Dengan tuturan Semoga hubungan ini terus membawa hoki, penutur secara eksplisit menghormati keberadaan warga Tionghoa dan proses sosialiasi yang terjadi. Pada tuturan-tuturan di atas, tindakan menghargai dipertegas dengan ekspresi penghormatan melalui penggunaan penanda modalitas kebenaran: yakin 53; penanda tambahan modalitas berupa adverbia evaluatif: sangat 51, benar-benar 53, semoga dan terus 54; dan diksi: bangga 51 dan menghargai 52. 4.2.1.1.1.8 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Ekspresif Menyanjung Dengan ilokusi ekspresif menyanjung, penutur memberikan penghormatan kepada mitra tuturnya terkait dengan kemampuan atau kapasitas mitra tutur secara pribadi. Penutur bermaksud menyanjung mitra tutur sesuai dengan isi tuturannya. Hal ini tampak dalam tuturan 55 s.d 58 berikut. 55 “Waktu terjadi kerusuhan besar-besaran tahun 1998, Pak Nono berhasil mengamankan Jakarta. Yang melindungi kota ini pada waktu itu adalah pasukan marinir yang dipimpin oleh Pak Nono.” Alex Noerdin. [III2.19.a.A] Konteks: Alex Noerdin berkampanye tentang keamanan Jakarta di hadapan pendukungnya. Republika, 5 Juli 2012, hlm. 9. 56 “Saya kenal betul Bang Adji. Kalau beliau bicara itu pasti dilaksanakan, bukan janji-janji seperti yang lain.” Adhyaksa Dault, tim sukses pasangan independen Hendardji-Riza [II2.5.a.D] Konteks: Adhyaksa Dault memberikan dukungan dalam sesi kampanye pasangan Hendardji- Riza Koran Tempo, 1 Juli 2012, hlm. A3. 57 “Namun, Jokowi-Ahok mampu mengkomunikasikan program-program perubahannya secara sederhana sehingga lebih mudah ditangkap masyarakat.” Faisal Basri [I2.45.b.D] Konteks: Faisal Basri mengomentari hasil prediksi hitung cepat dari perbagai survei yang menunjukkan pasangan Jokowi-Basuki meraih posisi teratas dan memberi dukungan. Kompas, 12 Juli 2012, hlm. 15. 58 “Dari dulu Pak Hendardji punya semangat pembaruan dan perubahan.” Jokowi [II2.38.a.A] Konteks: Jokowi mengklaim telah mendapat dukungan dari pihak Hendardji Soepandji. Koran Tempo, 13 Juli 2012, hlm. A1. Tuturan 55 disampaikan Alex Noerdin pada saat berkampanye tentang keamanan Jakarta. Alex Noerdin memuji atau menyanjung pasangannya, Nono Sampono, karena kapasitasnya sebagai komandan pasukan marinir yang pernah menjaga keamanan kota Jakarta pada tahun 1998. Tuturan 56 disampaikan oleh Adhyaksa Dault, tim sukses pasangan Hendardji-Riza. Dengan tuturan tersebut, penutur bermaksud memuji atau menyanjung kapasitas pribadi Bang Adji yang pasti melaksanakan apa yang dibicarakan, bukan sekadar janji-janji. Dengan tuturan 57, penutur bermaksud memuji atau menyanjung pasangan Jokowi-Ahok yang mampu mengomunikasikan program-perubahannya kepada masyarakat. Hal ini semakin jelas terbaca dari konteks tuturan tersebut, yakni pasangan Jokowi-Ahok unggul sementara berdasarkan penghitungan cepat. Demikian pun tuturan 58 bermaksud memuji atau menyanjung, yaitu penutur Jokowi menyanjung Pak Hendardji yang memiliki semangat pembaruan dan perubahan. 4.2.1.1.2 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Komisif Menawarkan Janji Tindak tutur konvivial dengan ilokusi komisif terwujud dalam bentuk tuturan menawarkan janji. Tindak tutur dengan ilokusi komisif menawarkan janji memiliki fungsi untuk mendorong penutur melakukan sesuatu sesuai dengan komitmennya janjinya yang telah ditetapkannya dalam melakukan tindakan tertentu di masa yang akan datang. Contoh-contoh tuturan menawarkan janji adalah tuturan 59 s.d. 62 berikut. 59 “Masa depan Jakarta akan lebih terjamin kalau Fauzi-Nachrowi diberi amanah.” Anas Urbaningrum, Ketua Umum Partai Demokrat. [II2.59.a.B] Konteks: Anas Urbaningrum menerangkan dukungan Partai Demokrat terhadap Fauzi- Nachrowi. Koran Tempo, 16 Juli 2012, hlm. A5. 60 “Apabila Foke-Nara terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI, PPP akan mengawal mereka dalam melaksanakan pembangunan agar komitmennya dalam membangun Jakarta dapat lebih dirasakan masyarakat.” Suryadharma Ali, Ketua Umum PPP. [IV3.2.a.A] Konteks: Suryadharma Ali menyatakan secara resmi bahwa PPP mendukung pasangan Foke- Nara untuk pilkada pada putaran kedua. Media Indonesia, 3 Agustus 2012, hlm. 7. 61 “Selama ini kita sering mendengar protes pengambilan jalan untuk busway, padahal jalurnya sering kosong. Untuk itu, saya merencanakan angkutan umum lain, seperti metromini dan kopaja agar diizinkan masuk jalur busway.” Hidayat Nur Wahid. [III2.21.a.A] Konteks: Hidayat Nur Wahid berkampanye dengan menumpang metromini 46 jurusan Pulogadung-Kampung Melayu. Republika, 5 Juli 2012, hlm. 9. 62 “Saya akan turun all-out.” Muhaimin Iskandar, Ketua Umum DPP PKB. [V2.67.a.A] Konteks: Muhaimin Iskandar menyatakan dukungan penuh kepada Foke-Nara dalam menghadapi putaran kedua. Jawa Pos, 13 Juli 2012, hlm. 11. Tuturan 59 s.d 62 adalah bentuk tuturan menawarkan janji. Penutur terikat dengan isi tuturannya melakukan sesuatu di masa depan bagi mitra tutur, yaitu tuturan 59 menurut Anas Urbaningrum masa depan Jakarta akan lebih terjamin kalau Fauzi-Nachrowi diberi amanah; tuturan 60 PPP akan mengawal kepempimpinan Foke-Nara jika terpilih; tuturan 61 Hidayat Nur Wahid merencanakan … metromini dan kopaja diizinkan masuk jalur busway jika jalurnya sering kosong; dan tuturan 62 pada pilkada putaran kedua Muhaimin Iskandar akan all-out memenangkan pasangan Foke-Nara. 4.2.1.1.3 Tindak Tutur Konvivial dengan Ilokusi Direktif Mengundang Tindak tutur konvivial dengan ilokusi direktif terwujud dalam tuturan mengundang. Tindak tutur direktif pada dasarnya bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh petutur mitra tutur atau pendengar, atau bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar mitra tutur melakukan tindakan. Tuturan 63 berikut adalah contoh tuturan mengundang. 63 “Mohon doa restu untuk kelancaran acara esok.” Hendardji Soepandji. [II2.23.a.A] Konteks: Hendardji Soepandji meminta dukungan dalam menyambut hari H pemilihan. Koran Tempo, 11 Juli 2012, hlm. A2. Tuturan 63 merupakan ajakan yang bertujuan mengundang. Di hadapan para pendukungnya, dengan tuturan 63 Hendardji mengundang mereka agar mendukungnya melalui doa demi kelancaran acara besok hari pencoblosan. Tindak tutur mengundang merupakan permintaan atau permohonan langsung direktif sehingga oleh Leech dikategorikan sebagai ilokusi direktif yang mengandung sopan santun.

4.2.1.2 Tindak Tutur Kolaboratif